Nama : Almira Belinda Ekaputri

NIM : 19410371

MUNAKAHAH

Jelaskan apakah nikah siri diperbolehkan dalam hukum Islam dan bagimanakah implikasi
hukum nikah siri terhadap hak waris istri maupun anaknya kelak.

Nikah siri sendiri artinya adalah nikah dengan sembunyi sembunyi, hal tersebut
dikarenakan pernikahannya tidak dicatatkan di KUA (Kantor Urusan Agama) . Hukum nikah siri
dalam islam yaitu sah adanya jika nikah siri dilakukan sesuai dan memenuhi rukun nikah. Jadi
tidak masalah jika pernikahan tersebut tidak dicacatkan di negara namun tetap dalam
pelaksanaannya sesuai dengan syariat islam dan rukun nikah. Oleh karena itu selama syarat akad
nikah terpenuhi maka nikah siri sah secara agama islam. Untuk implikasi nikah siri tetrhadap hak
waris istri maupun anak yaitu jika ditinjau dari hukum islam maka istri dan anaknya kelak
berhak dalam mendapatkan hak warisan karena pernikahan yang dilakukan adalah sah adanya,
dimana perkawinan sah kemudian menimbulkan hukum antara suami istri berhak saling waris
mewarisi, demikian pula antara anak-anak yang dilahirkan dari hasil perkawinan dengan orang
tuanya, dapat saling waris mewarisi. Jika dilihat dari hukum positif negara diketahui bahwa
perkawinan harus dilaporkan dan didaftarkan di KUA bagi yang beragama islam. Hal ini sesuai
dengan Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan yang menyatakan bahwa tiap perkawinan dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tanpa adanya pencatatan pernikahan,
maka anak yang lahir dari pasangan yang melakukan nikah siri hanya memiliki hubungan hukum
dengan ibunya dan keluarga ibunya saja sehingga anak tersebut hanya akan dapat mewarisi
warisan ibunya maupun keluarga ibunya dimana dalam hal ini anak yang lahir dalam pernikahan
siri sama dengan anak luar nikah sah menurut hukum positif negara. Anak tersebut dapat
mendapatkan waris dari ayahnya apabila dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi atau bukti lain menurut hukum memiliki hubungan darah. Hal ini sesuai dalam Pasal
43 ayat (1) UU Perkawinan.