Anda di halaman 1dari 2

Kontrasepsi Permanen dan Kontrasepsi Temporer

Kontrasepsi merupakan teknik reproduksi yang berperan menghambat terjadinya proses pembuatan
(fertilisasi) sehingga tidak terjadi kehamilan. Secara umum berdasarkan sifat kerjanya, kontrasepsi dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kontrasepsi permanen dan kontrasepsi temporer.
1. Kontrasepsi Permanen
Kontrasepsi permanen disebut juga kontrasepsi mantap. Kontrasepsi dengan cara ini bertujuan
menghilangkan kemampuan untuk dapat hamil. Kontrasepsi jenis ini dilakukan dengan cara operasi,
baik pada wanita (tubektomi) maupun pria (vasektomi). Vasektomi dilakukan dengan mengikat dan
memotong saluran vas deferens. Vasektomi menyebabkan sperma tidak sampai ke uretra sehingga sperma
tidak dapat dikeluarkan. Namun, seorang pria yang melakukan vasektomi masih mampu mengeluarkan
air mani saat ejakulasi walaupun air mani tidak mengandung sperma. Hal ini karena cairan mani berasal
dari glandula prostat. Sementara itu, tubektomi dilakukan dengan cara mengikat dan memotong oviduk.
Cara ini membuat ovum yang sudah diovulasikan tidak dapat melewati saluran oviduk sehingga ovum
tidak dapat bertemu dengan sperma.
Oviduk Diikat dan
dipotong

Diikat dan
dipotong

Saluran
sperma

Tubektomi Vasektomi

Gambar Sterilisasi pada wanita (tubektomi) dan pria (vasektomi)


Ilustrator: Rahmat Isnaini

2. Kontrasepsi Temporer
Kontrasepsi temporer dikenal juga sebagai kontrasepsi tidak tetap karena kemampuan hamil dapat
dikembalikan. Kontrasepsi jenis ini dapat dilakukan dengan alat bantu atau tanpa alat bantu. Kontrasepsi
tanpa alat bantu dilakukan dengan menghindari hubungan seksual pada saat wanita mengalami masa
subur. Masa subur terjadi pada saat wanita mengalami ovulasi. Masa subur ini dapat diperkirakan dengan
menghitung siklus menstruasi pada setiap bulannya, yaitu 11–18 hari sejak hari pertama menstruasi. Cara
seperti ini dikenal dengan metode kalender.
Selain metode kalender, kontrasepsi tanpa alat bantu juga dapat berdasarkan suhu tubuh. Suhu
tubuh ini dapat diukur dengan termometer. Suhu tubuh wanita setelah masa ovulasi meningkat
0,2–0,4° C. Jadi, untuk menghindari terjadinya kehamilan, hubungan seksual dapat dilakukan 4 hari setelah
terjadi peningkatan suhu tubuh. Kontrasepsi tanpa alat bantu juga dapat berdasarkan jumlah lendir pada
rahim. Apabila seorang wanita sedang mengalami masa ovulasi, rahim menghasilkan banyak lendir. Untuk
menghindari terjadinya kehamilan, hubungan seksual dapat dilakukan 4 hari setelah keadaan ini.
Kontrasepsi menggunakan alat bantu banyak ragamnya. Alat bantu tersebut dapat bersifat mekanik, kimia,
dan hormonal. Alat bantu kontrasepsi secara mekanik dapat menggunakan kondom, diafragma, dan Intra Uterine
Device (IUD). Kondom terbuat dari karet yang sangat tipis, tetapi sangat kuat. Kondom ini dikenakan oleh pria
saat akan berhubungan seksual dan mencegah bertemunya sperma dengan ovum. Kondom mempunyai daya
efektivitas sekitar 90% untuk menghindari terjadinya pembuahan. Diafragma terbuat dari karet yang sangat tipis.
Diafragma ini menutup uterus dan tuba fallopii untuk mencegah agar sperma tidak memasuki uterus. Diafragma
mempunyai efektivitas sekitar 90% untuk mencegah terjadinya pembuahan. Selain kondom dan diafragma,
alat kontrasepsi yang bersifat mekanik lainnya adalah IUD yang dipasang di uterus untuk mencegah terjadinya
pembuahan. Tidak seperti kondom dan diafragma, alat ini mempunyai efektivitas sekitar 98% untuk mencegah
terjadinya pembuahan. Selain itu, IUD juga dapat digunakan dalam jangka panjang dan tidak mengganggu
kesuburan. Namun, penggunaan IUD dapat berisiko mengalami infeksi panggul karena posisi IUD dapat bergeser.
Spermisid merupakan alat kontrasepsi yang bersifat kimia. Spermisid ada yang berbentuk jeli, busa, atau tisu.
Spermisid dikenakan pada vagina sebelum melakukan hubungan seksual. Spermisid mampu mematikan sperma
dalam jumlah banyak. Cara ini mempunyai efektivitas 70% untuk mencegah terjadinya pembuahan. Namun,
penggunaan spermisid dapat menimbulkan infeksi saluran kencing. Alat kontrasepsi yang bersifat hormonal di
antaranya pil dan suntikan. Pil dan suntikan dapat mencegah terjadinya ovulasi. Pil ini dikonsumsi secara oral
setiap hari selama 21 hari di antara masa menstruasi, sedangkan suntikan dilakukan setiap 12 minggu sekali.
Selain itu, ada juga jenis kontrasepsi suntikan yang dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kontrasepsi cara ini mempunyai
efektivitas sebesar 99%. Namun, penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mengganggu pola menstruasi.

Anda mungkin juga menyukai