PERKEMBANGAN EMBRIO
Disusun oleh:
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS PETERNAKAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat serta
karunia-Nya yang terus diberikan diberikan kepada kita sehingga makala ini dapat terselesaikan.
Salawat serta salam juga senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad
SAW atas perjuangan beliaulah yang telah mengeluarkan umat manusia dari zaman jahiliah atau
kebodohan kepada cahaya Islam.
Makala ini disusun dari Mata Kuliah “ILMU REPRODUKSI TERNAK”. Dalam makala
ini dibahas mengenai Periode Perkembangan Embrio Pada Ternak.
Kami sadar dalam pembuatan makala ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan baik
yang kami sadari maupun tidak disadari. Oleh karena itu, kepada semua pihak kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangatlah kami harapkan.
Reproduksi adalah suatu proses perkembangbiakan makluk hidup yang dimulai dari
bertemunya sel telur yang dilepaskan oleh ovarium dengan sepermatozoa yang dihasilkan oleh
testis sehingga dari proses tersebut terbentuk suatu makluk hidup baru yang disebut dengan zigot
yang kemudian kondisi tersebut disusul oleh terjadinya kebuntingan serta berakhir dengan
kelahiran ( anonymous 2008 ).
Dewasa ini usaha peternakan di Indonesia hampir selalu menghadapi kendala, yang
mengakibatkan produktivitas ternak masih rendah. Salah satu kendala tersebut adalah masih
banyak kasus gangguan reproduksi menuju kepada adanya kemajiran ternak betina. Hal ini
ditandai dengan rendahnya angka kelahiran pada ternak tersebut (Hardjopranjoto, 1995). Angka
kelahiran dan pertambahan populasi ternak adalah masalah reproduksi atau perkembangbiakan
ternak. Penurunan angka kelahiran dan penurunan populasi ternak terutama dipengaruhi oleh
efisiensi reproduksi atau kesuburan yang rendah dan kematian prenatal (Toelihere, 1981).
Lama satu siklus birahi merupakan proporsi lama kebuntingan yang penting dan bila satu
siklus hilang karena ketidakberhasilan pembuahan ini merupakan kerugian ekonomi pada sistem
produksi yang intensif dan hilangnya siklus kedua karena kegagalan dalam mendeteksi dan
menginseminasi kembali hewan yang tidak bunting juga dapat merugikan dalam segi ekonomi
(Hunter, 1981).
Secara ideal hanya sapi-sapi betina dan pejantan yang normal, sehat dan sangat fertil
yang harus dikawinkan, akan tetapi sapi betina maupun sapi jantan mempunyai kesuburan yang
berbeda-beda. Apabila sapi betina kurang subur maka kesuburan pejantan menjadi sangat
penting (Toelihere, 1981).
1.2 Tujuan
Tujuan dari dengan adanya pembuatan makalah ini yaitu dapat membantu daya pikir
mahasiswa tentang bagaimana proses periode perkembangan pada embrio.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fase Blastula
Pada fase blastula terjadi pembagian sitoplasma ke dalam dua kutub yang dibentuk
pada fase moruta. Konsentrasi sitoplasma pada kedua kutub tersebut berbeda. Pada kutub
fungsional terdapat sitoplasma yang lebih sedikit dibandingkan dengan kutub vegetatif.
Konsentrasi sitoplasma yang berbeda menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan
hewan selanjutnya. Pada fase ini kutub fungsional dan kutub vegetatif telah selesai dibentuk.
Hal ini ditandai dengan dibentuknya rongga di antara kedua kutub yang berisi caftan dan
disebut blastosol. Embrio yang memiliki blastosol disebut blastula.
Proses pembentukan blastosol disebut blastulasi. Setelah fase blastula selesai
ditanjutkan dengan lase gastrula.
Fase Gastrula
(Gambar 2. Tahap pasca perkembangan embrio)
Pada fase gastrula, embrio mengalami proses diferensiasi dengan mulai menghilangkan
blastosol. Sel-sel pada kutub fungsional akan membelah dengan cepat. Akibatnya, sal-sel pada
kutub vegetatif membentuk lekukan ke arah dalam (invaginasi). Invaginasi akan membentuk dua
formasi, yaitu lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm).
Bagian ektoderm akan menjadi kulit dan bagian endoderm akan menjadi berbagai macam
saluran. Bagian tengah gastrula disebut dengan arkenteron. Pada perkembangan selanjutnya,
arkenteron akan menjadi saluran pencernaan pada hewan vertebrata dan beberapa invertebrata.
Bagian luar yang terbuka pada gastrula menuju arkenteron disebut dengan blastofor. Bagian ini
dipersiapkan menjadi anus dan pada bagian ujung akan membuka dan menjadi mulut. Pada fase
ini akan terjadi lanjutan diferensiasi sebagian endoderm menjadi bagian mesoderm. Pada akhir
fase gastrula telah terbentuk bagian endoderm, mesoderm, dan ektoderm.
Berdasarkan jumlah lapisan embrionalnya, hewan dikelompokkan menjadi dua, yaitu
hewan diploblastik dan hewan triploblastik. Hewan diploblastik memiliki dua lapisan embrional,
yaitu ektoderm dan endoderm. Contoh hewan diploblastik adalah Coelenterata (hewan
berongga). Hewan triploblastik memiliki tiga lapisan embrional, yaitu ektoderm, endoderm, dan
mesoderm. Mesoderm selalu terletak di antara ektoderm dan endoderm.
Hewan triploblastik dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan ada tidaknya
selom (berasal dari kata coelom = ruangan yang berongga) dan bagaimana selom tersebut
dibentuk selama embriogenesis. Kelompok hewan tersebut yaitu aselomata, pseudoselomata, dan
selomata (euselomata). Hewan aselomata tidak memiliki selom, contohnya cacing pipih
(Platyhelminthes). Hewan pseudoselomata memiliki selom semu, contohnya cacing tanah.
Hewan selomata memiliki selom sesungguhnya, misalnya manusia.
Diploblastik yaitu hewan yang mempunyai 2 lapisan dinding tubuh embrio, berupa
ektoderm dan endoderm. Dimiliki oleh hewan tingkat rendah seperti Porifera dan Coelenterata.
Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula.
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan
dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio
pada fase gastrula.
Contohnya :
a) Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf),
integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b) Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat
reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c) Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan,
dan alat respirasi seperti pulmo.
Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan
satu organ tubuh pada makhluk hidup.
Contohnya :
a) Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam
pembentukan kelopak mata.
Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )
Proses dimana sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai
terbentuk seperti mata, mulut dan lidah mulai terbentuk, sedangkan hati mulai memproduksi sel
darah. Janin mulai berubah dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang
besar
o Embrio dilindungi oleh beberapa selaput yaitu :
1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan menghasilkan
cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan.
2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang
menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh
darah.
3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel menghilang dan
pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta,
mengangkut sari makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2.
4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion. Merupakan
tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama
3.1. Kesimpulan