Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL/SKRIPSI

PENGALAMAN KELUARGA DALAM POLA ASUH BAYI


SELAMA PENDEMI COVID-19: STUDI FENOMENOLOGI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENIMBUNG KECAMATAN
GUNUNG SARI KABUPATEN LOMBOK BARAT PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT

OLEH :
NAMA : YANDI CAHYADI AMNI
NIM : 103STYC16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan

seseorang. Dikatakan masa kritis karena pada masa bayi sangat peka terhadap

lingkungan dan dikatakan masa keemasan Karena masa bayi berlangsung sangat

singkat dan tidak dapat diulang kembali (Depkes, 2009).

Bayi adalah individu yang lemah dan memerlukan adaptasi. Kesulitan proses

adaptasi akan menyebabkan bayi mengalami sehingga bayi sangat memerlukan

peran seorang ibu (Mansur, 2009).

Pengasuhan adalah suatau tindakan atau interaksi yang diberikan orang tua

kepada anaknya yang berupa melindungi, membimbing, memberikan makan,

memberikan kasih sayang dari bayi sampai anak tumbuh dewasa (Brook,2011).

Pengasuhan merupakan kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang

secara optimal. Pada masa bayi, anak masih benar-benar tergantung pada

perawatan atau pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan kesehatan dan makanan

pada tahun kehidupan sangatlah penting untuk perkembangan bayi atau anak.

Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak atau

bayi mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak dalam mencapai norma-

norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya. (Casmini dalam Septiari,

2012).
Menurut Depkes (2005) menyatakan gangguan pertumbuhan pada awal masa

antara lain disesabkan karena: kekurangan gizi sejak bayi, pemberian makanan

pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini atau terlalu lambat, MP-ASI tidak cukup

mengandung energy dan zat gizi mikro terutama mineral besi dan seng, perawatan

bayi yang kurang memadai, dan yang tidaj kalah pentingnya adalah ibu tidak

berhasil member ASI eksklusif kepada bayinya.

Pada awal tahun 2020 ini dikejutkan dengan wabah virus corona yang

>menginfeksi hamper seluruh Negara di dunia. WHO semenjak januari 2020

telah menyatakan dunia telahb masuk kedalam darurat global terkait virus ini. Ini

merupakan phenomena luar biasa yang terjadi di bumi pada abad ke 21, yang

skalanya mungkin dapat disamakan dengan perang dunia 2, karena vent-event

skala besar hamper seluruhnya di tunda bahkan dibatalkan. Kondisi ini pernah

terjadi hanya saat terjadi perang dunia saja, tidak pernah ada situasi lainnya yang

dapat membatalkan acara acara tersebut. Terhitung mulai tanggal 19 maret 2020

sebanyak 214.894 orang terinfeksi virus corona, 8.732 orang meninggakl dunia

dan pasien telah sembuh sebanyak 83.313 orang.

Khusus di Indonesia sendiri pemerintah telah mengeluarkan status darurat

bencana terhitung mulai tanggal 29 februari 2020 hingga 29 mei 2020 terkait

pendemi viris ini dengan juml;ah waktu 91 hari. Langkah- langkah telah

dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menyelesaikan kasus luar biasa ini, salah

satunya adalah mensosialisasikan gerakan social distancing. Konsep ini

menjelaskan bahwa untuk mengurangi atau memutuskan mata rantai infeksi


covid-19 seseorang harus menjaga jarak aman dengan manusia lainnya minimal

2 meter, dan tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain, menghindari

pertemuan missal.

Berdasarkan studi pendahuluan Di Wilayah Kerja Puskesmas Penimbung

Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat bahwa pola asuh orang tua

terhadap bayi dalam kondisi seperti yang diketahui, pemerintah menganjurkan

semua kegiatan dilakukan dirumah masing masing karena adanya virus Covid-19

jadi semua kegitan terbatas. Oleh karena itu alasan peneliti mengambil di Desa

Penimbung untuk mengetahui apakah ada faktor yang terkait pola asuh orang tua

dalam kondisi pendemi Covid-19 tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat pada

peneliti ini adalah “ bagaimana pengalaman keluarga dalam pola asuh bayi selama

pendemi covid-19 Di Desa Penimbung”

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui bagaimana pengalaman keluarga dalam pengelolaan

pola asuh bayi selama pendemi Covid-19 di Desa Penimbung.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Pemerintah

Memberikan informasi tentang bagaimana pola asuh bayi selama pendemi

covod-19.
1.4.2 Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat digunakan untuk bahan informasi upaya keluarga

dalam pengelolaan pola asuh bayi kondisi pendemi Covid-19.

1.4.4 Institusi Pendidikan

Sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengalaman

keluarga dalam pengelolaan pola asuh bayi selama pendemi covid-19 di

desa penimbung.

1.4.5 Perawat

Sebagai infomasi dan masukan dalam peningkatan dan pedoman untuk

melaksanakan tindakan keperawatan selama pendemi covid-19.

1.4.6 Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan

pertimbangan bagi peneliti lain ataupun penelitian lanjutan.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Tahun Judul Metode penelitian Persamaan Perbedaan


pengarang

1 Dede 2020 Kelekatan Jenis penelitian Sama sama 1.Terletak


Rahmaida (Attachmend) yang dilakukan menggunakan pada
Nurleli Ibu-Anak Di adalah penelitian metode metode
tengah kualitatif,peneliti penelitian pelaksanaan
COVID-19 a ini dilakukan kualitatif. 2. populasi
dengan sample
menggunakan 3. Tempat
studi kasus (case
study). penelitian
4.
responden

2 Listriana 2018 Hubungan Dalam penelitian Terlepas pada Terlepas


Fatimah pola asuh ini jenis variabel pada
orang tua penelitian yang dependen metode
dengan digunakan adalah yaitu pelaksanaan
perkembangan analitik dengan membahas dan
anak di R.A pendekatan cross terkait populasi
Darussalam sectional. dengan pola sample dan
Desa Sumbur Dan penelitian ini asuh. lokasi
Mulya, populasinya penelitian.
Jombang. adalah semua
orang tua yang
mempunyai anak
usia di RA
Darussalam
jombang. Dari 50
populasi di
aambil 44 sampel
dengan
menggunakan
simple random
sampling.

3 Ramli 2015 Perilaku ibu Pengumpulan Terletak pada Terletak


balita dalam data dilakukan variabel pada
pola asuh dengan memakai dependenya metode
anak di pedoman yaitu pelaksanan
Kecamatan wawancara membahas dan model
Bangkurung mendalam dan tenang pola penelitian
Kabupaten pengamatan asuh dan serta
Banggai Laut langsung sama sama populasi
(observasi). menggunakan sample
Instrument metode
penelitian adalah kualitatif.
peneliti sendiri
yang dibantu
beberapa alat
seperti pedoman
wawancara,
kamera, dan alat
perekam suara.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap

dalam kedaaan saling ketergantungan. (Setiadi, 2008)

2.1.2 Fungsi Keluarga

Terdapat 8 fungsi keluarga ada berikut penjelasannya antara lain

(Wirdhana et al., 2013).

a. Fungsi keagamaan

Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak mengenal,

menanamkan dan membutuhkan serta mengembangkan nilai-nilai

agama, sehingga menjadi insan-insan yang agamis, berakhlak baik

dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha

Esa

b. Fungsi sosial budaya


Fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada seluruh

anggota keluarganya dalam mengembangkan kekayaan sosial budaya

bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.

c. Fungsi cinta dan kasih sayang

Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap

hubungan suami dan istri, orang tua dengan anak-anaknya, anak dengan

anak, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga

menjadi tempat utama bersemanya kehidupan yang penuh cinta kasih

lahir dan batin.

d. Fungsi Perlindungan

Fungsi keluarga sebagai tempat perlindungan keluarganya dalam

menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi setiap

anggota keluarga.

e. Fungsi Reproduksi

Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan keturunan

yang sudah menjadi fitrah manusia sehingga dapat menunjang

kesejahteraan umat manusia secara universal.

f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Fungsi keluarga dalam memberikan peran dan rahan kepada

keluarganya dalam mendidik keturunannya sehingga dapat

menyesuaikan kehidupannya dimasa mendatang.

g. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagai unsur pendukung kemandirian dan

ketahanan keluarga.

h. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Fungsi keluarga dalam memberi kemampuan kepada setiap anggota

keluarganya sehingga dapat menempatkan diri secara serasi, selaras, dan

seimbang sesuai dengan aturan dan daya dukung alam dan lingkungan

yang setiap saat selalu berubah secara dinamis.

3.1 Pola asuh

3.1.1 Pengertian

Menurut (KBBI dalam putra, 2002) pola adalah sistem cara kerja.

Asuh adalah menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing

(membantu dan melatih) supaya dapat berdiri sendiri.

Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan

anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak dalam mencapai

norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya. (Casmini

dalam Septiari, 2012).

Pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua,

ayah dan ibu, dalam memimpin, mengasuh dan membimbing anak atau

bayi dalam keluarga. Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat

dan mendidiknya. Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri cara dalam

mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan

berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya (Djamarah, 2014).


Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan

perilaku orang tua dengan anak dalam berintraksi, serta berkomunikasi

selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Kemampuan interpersonal

dalam pengendalian emosioanal sangat diperlukan orang tua dalam

melakukan kegiatan pengasuhan untuk memberikan rasa nyaman pada

anak. Pola asuh yang tepat akan mempengaruhi tingkat kemandirian anak

(Santrok dalam Putra, 2012)

Dalam kegiatan pemberian pengasuhan ini, orang tua akan

memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta

tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan

orang tua selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh anaknya yang kemudian

semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi, kemudian menjadi

kebiasaan bagi anak-anaknya (Djamarah, 2014)

Pola asuh yang baik dan benar diantaranya :

1. Pembagian obat cacing

Anak usia 2 tahun dapat dimulai diberikan obat cacing,

bersamaan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Prinsip pemberian

obat cacing pada anak adalah bila hasil pemeriksaan tinja ditemukan

telur cacing tau cacing, dan memiliki gejala Anemia, gangguan nutrisi

dan lekas letih, lesu. Indonesia dengan iklim yang tropis memiliki angka

kecacingan yang tinggi sebesar 28% factor- factor yang mempengaruhi

yaitu kurangnya kebersihan, sanitasi, pasokan air, kepadatan penduduk,

serta tanah yang lembab.


Infeksi cacing ini dapat dicegah dengan cara menjaga pola

perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu dengan cara mencuci tangan

dengan sabun sebelum makan, menggunting kuku seminggu sekali,

menggunakan alas kaki, mencuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi

dan minum obat cacing jika anak atau anggota keluarga yang menderita

kecacingan (Kemenkes, 2006).

2. Pemberiaan vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut dalam lemak pertama yang

dilakukan secara luas. Vitamin A dikenal juga dengan nama Retinol.

Fungsi vitamin A : berperan dalam penglihatan, dan merupakan salah

satu komponen penyusun pigmen mata. Selain itu fungsi vitamin A juga

ikut berperan penting menjaga kesehatan, kekebalan tubuh,

pertumbuhan dan perkembangan dan sangat baik untuk menjaga

kesehatan kulit.

Sumber-sumber vitamin A , Hewani : hati, kuning telur, susu,

mentega dan minyak ikan. Sedangkan Nabati : karoten, sumber karoten

adalah sayuran berwarna hijau, dan buah-buahn yang berwarna kuning

seperti wartel, pisang, dan papaya. Penyakit akibat kekurangan vitamin

A dapat mengakibatkan gangguan penglihatan, rabun senja, katarak dan

penurunan daya tahan tubuh.

3. Inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusi


Menyusui merupakan tanggung jawab ibu, kebiasaan menyusui

dan cara menyapih yang baik memegang peranan penting dalam

kesejahteraan serta pertumbuhan bayi. Banyak ahli sepakat bahwa air

susu ibu lebih baik dari susu formula. bayi yang diberikan ASI lebih

rendah terhadap resiko kesakitan dan kematian dibandingkan dengan

anak yang diberikan susu formula (Mandl,1981). ASI memiliki banyak

sekali keuntungan untuk bayi, yaitu mendapatkan status gizi optimal,

meningkatkan kemampuan kognitif, mengurangi resiko kegemukan,

pencegahan terhadap infeksi mengurangi resiko terhadap alergi, dan

menurunkan risiko morbiditas pada anak. (Almatsier, 2011)

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, pemberian minuman dan

makanan selainnya sampai usia 6 bulan dapat mengganggu pencernaan

pada bayi, hal ini dapat menyebabkan bayi sakit perut ataupun diare.

Jika bayi sakit, dapat membuat asupan gizi, variasi dan ragam makanan

berkurang yang akhirnya akan mengganggu pertumbuhan balita.

(Adriani dan Kartika, 2013)

Pemberian ASI mempunyai hubungan yang signifikan dengan

status gizi balita usia 6-24 bulan, ibu yang memberikan anaknya ASI

eksklusif cenderung memiliki bayi dengan status gizi baik. Sedangkan

ibu yang tidak memberikan anaknya ASI eksklusif sebagian besar

balitanya mempunyai status gizi dibawah garis merah (Girl dkk,2013).

Penelitian Arifin dkk (2012), menunjukkan bahwa pemberian ASI

eksklusif merupakan factor paling dominan terhadap kejadian stunting


pada balita dimana 79% balita yang mengalami stunting tidak diberikan

ASI eksklusif. Hasil analisis penelitian tersebut menunjukkan bahwa

balita dengan ASI tidak eksklusif mempunyai resiko 3.7 kali lebih besar

terkena stunting dibandingkan balita dengan ASI eksklusif .(Arifin dkk,

2012)

4. Imunisasi lengkap

Imuniasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja

memberikan kekebalan (imunisasi) pada anak sehingga terhindar dari

penyakit (Depkes RI 2000). Imunisasi juga merupakan upaya

pencegahan primer yang sangat efektif untuk menghindari penyakit

infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan

menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun akan

berkurang (WHO, 2007).

Tujuan dalam pemberian imunisasi antaranya :

1. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit tertentu di dunia.

2. Melindungi dan mencegah penyakit penyakit menular yang sangat

berbahaya bagi anak.

3. Menurunkan kecacatan, morbiditas, dan mortalitas, serta bila

mungkin didapat eradikasi (pemusnahan) suatau penyakit dari suatu

daerah atau negeri.


4. Mengurangi angka penderita terhadap suatu penyakit yang sangat

membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada

penderitanya..

5. Mencegah terjadinya penyakit tentu pada seseorang, dan

menghilangkan penyakit pada sekelompok masyarakat atau bahkan

menghilangkan penyakit tertentu dari Dunia seperti pada imunisasi

cacar (Maryunani, 2010).

Adapun manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit

menular yang mengakibatkan kecatatan danh kematian, sedangkan

manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan

mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Anak yang

mendapatkan imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari

beberapapenyakit berbahaya dan akan mencegah penularan kepada

keluarga dan teman-teman serta masyarakat disekitarnya. Manfaat untuk

nefgara adalah untuk memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan

banagsa yanag kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan

Negara (Proverawati dan Adhini, 2010).

5. Makanan pendamping ASI.

Pola asuh pemberian makan selain ASI yang memperhatikan

jumlah, frekuensi, dan variasi makanan suntuk mencukupi kebutuhan

gizi anak, dengan tetap menjaga peroses menyusui.

Setelah berumur 6 bulan keatas, kebutuan gizi bayi semakin

tinggi dan berfariasi. Pemberian ASI saja hanya dapat memenuhi 60-
70% kebutuhan gizinya. Oleh karena itu, selain pemberian ASI

dibutukan pula makanan lain sebagai pendamping untuk menunjang

asupan gizi bayi, jika makanan pendamping ASI tidak cepat diberikan,

maka masa kritis untuk mengenalkan makanan padat yang memerlukan

keterampilan mengunyah yang mulaidilakukan pada usia 6-7 bulan

dikawatirkan akan terlewati. Akibat yanag akan dialami bayi dalam

keadaaan seperti ini adalah kesulitan untuk menelan atau menolak saat

diberikan makanan padat .(Khomsan dan Ridhayani, 2008)

Secara alamiah, bayi dilahirkan dengan kemampuan refleks,

terhadap makanan, seperti menghisap, menelan dan mengunyah,

pemberian MP-ASI harus disesuaikan dengan kemampuan organ

pencernaan bayi, pertama tama makanan yang diberikan berstektur cair,

kental, semi padat dan terakhir makanan padat (Khomsan dan

Ridhayani, 2008). Menurut Khomsan dan Ridhayani (2008), hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI adalah :

a. Makanan pendamping ASI dibuat dengan makanan yang berkualitas

sehingga kualitas gizinya terjamin.

b. Pemberian MP-ASI harus diberikan bertahap, pada awalnya bayi

diberikan makanan cair seperti sari buah atau bubur susu. Setelah itu,

dilanjutkan dengan makanan kental seperti bubur tepung. Kemudian

dilanjutkan dengan makanan semi padat seperti nasi tim saring dan

akhirnya diberi makanan padat seperti nasi tim.


c. Pada tahap pemulaan bayi hendaknya diperkenalkan satu persatu

jenis makanan sampai ia dapat mengenalnya dengan baik dan

setelah itu baru diberikan makanan lain. Hal ini dimaksudkan agar

bayi benar benar dapat mengenal dan menerima jenis makanan

baru.

d. Orang tua perlu mengetahui ada atau tidaknya alergi terhadap suatu

jenis makanan dengan memperhatikan respon bayi stelah makanan

makanan tersebut.

e. Selama masa perkenalan makanan, jangan maksakan bayti untuk

mengahabiskan makanannya, hal ini karena bayi membutuhkan

peroses adaptasi. Dengan meningkatkan usia bayi, akan

mendapatkan porsi yang lebih besar.

f. Waktu pemberian makanan harus dikondisikan dengan kosndisi

bayi, hal ini Karena pada saat lapar saluran pencernaan bayi lebih

siap untuk menerima dan mencerna makanan.

g. Lakukan jarak pengaturan pemerian susu, jangan memberikan

makanan, pendamping seteah bayi minum susu atau sebaliknya. Hal

ini karena bayi akan merasa kenyang dan tidak mau menerima

makanan atau susu yang diberikan.

Dalam pemberian makanan, selain memperhatikan,

variasi makanan untuk anak, orang tua perlu memperhatikan porsi

yang diberikan kepada anak. Hal ini anak-anak sering kali

memerlukan waktu makan yang lebih lama dari pada orang dewasa,
untuk itu anak perlu dibujuk agar dapat mengkonsumsi makanan

dalam jumlah yang cukup, sesendok demi sesendok (CORE, 2003)

Menurut (CORE,2003), menu yang diberikan harus :

a. Terdiri dari makanan yang bergizi dan tidak langsung

mengenyangkan anak.

b. Ikut sertakan buah, sayur, udang, minyak atau kacang-kacangan.

c. Penyiapan makanan yang beragam kepada anak.

d. Menggunakan bahan local yang tersedia, sesuai musim dan

terjangkau.

e. Menggunakan bahan yang kaya akan vitamin A, besi, dan

mikronuterien lain.

f. Menggunakan produk hewani.

g. Memastikan bahwa semua kelompok makanan ada dalam tiap

hidangan, sehingga anak mendapatkan makanan yang seimbang.

4.1 Corona (Covid-19)

4.1.1 Pengertian

Novel Coronaviruses (CoV) atau Covid-19 akhir-akhir ini

menjadi perbincangan hangat di seluruh penjuru dunia. Karena dengan

keberadaan virus bagai tak kasat mata ini ribuan orang meregang nyawa

karenanya. Selain karena belum ditemukannya vaksin atau obat yang

mutakhir juga penyebarannya yang begitu massif seperti yang dikutip

dari World Health Organization (WHO) virus Corona berasal dari

Coronaviruses (CoV) yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa


hingga yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome

(MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory (SARS-CoV) sedangkan

untuk Novel Coronavirus (nCoV) adalah jenis baru yang belum

diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus Corona merupakan

zoonosis, artinya ditularkan anara hewan dan manusia. Menurut

penelitian yang ditelah dilakukan oleh para ahli. SARS-CoV ditularkan

dari kucing luwak atau yang lebih dikenal dengan musang ke manusia

dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Namun untuk virus corona belum

jelas bagaimana penularanya, diduga dari hewan ke manusia karena

kasus-kasus yang muncul di wuhan semuanya mempunyai riwayat

kontak denga pasar hewan Huanan.

Pada awal Desember 2019 Virus terdeteksi pertama kali di

Wuhan, yaitu dipasar seafood huanan. Dimana ditemukannya 50 kasus

infeksi pernafasan (pneumonia). hal tersebut terjadi karena penyakit ini

dapat ditularkan oleh hewanhewan yang dijual di pasar tersebut seperti

kelelawar, anjing, ular dan lain sebagainya. Tetapi lambat laun hari demi

hari banyak ditemukan kasus serupa tetapi tidak mengkonsumsi makan-

makanan dari pasar Huanan. Setelah diperiksa dan diteliti dapat

disimpulkan bahwa virus ini dapat menyebar melalui droplet (partikel),

ketika manusia saling berinteraksi secara langsung (komunikasi)

perlahan-lahan virus ini menyebabkan 8.000 orang meregang nyawa dan

ratusan ribu individu terinveksi dalam 50 (lima puluh) hari pertama

pasca ditetapkannya virus tersebut oleh pemerintah china. Alih-alih


mereda dalam waktu sekejap, virus ini menyebar hamper ke seluruh

penjuru dunia menurut data per 17 April 2020 Sebanyak 211 Negara di

dunia terinfeksi Covid-19 total yang terkonfirmasi 2.181.508,

meninggal 147.337 sembuh 554.889. Mortality rate virus covid-19

sebesar 6,16% dan Recovery Rate 22,86%. Maka tak heran organisasi

kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa wabah virus corona sebagai

pandemic global karena virus Corona menular dengan mudah

menjangkiti satu orang ke orang lalinnya di banyak negara pada waktu

yang bersamaan. (sheereen, 2020 )

Indonesia yang memiliki pengalaman nihil dalam penyebaran

virus Zika dan MERS, jumlah kasus yang relative rendah untuk

pandemic flu Babi tau H1N1, SARS dan sebagainya, sampai bulan

Januari Indonesia termasuk negara yang bebas terpaparnya Covid-19.

Tetapi pada awal bulan Maret 2020 kasus Covid-19 muncul di Indonesia

dengan ditemukannya dua warga depok, Jawa Barat dinyatakan positif

Corona. (Yunita, 2020) Perlahan-lahan virus ini menyebar di wilayah

Jawa barat hingga hampir seluruh pelosok negeri. jumlah kasus semakin

meningkat menurut data per 21 April 2020 sebanyak 7.135 orang

terkonfirmasi positif Corona, 616 meninggal dunia dan pasien yang

dinyatakan sembuh 842 orang. (CNN Indoneaia , 2020) maka sesuai

dengan Kepres Nomor 12 tahun 2020 tentang Penetapan Covid-19

sebagai bencana nasional. (pusat, keputusan presiden (KEPRES)

NOMOR 12 TAHUN 2020, 2020)


Semakin melonjaknya angka penyebaran Covid-19 di Indonesia,

pemerintah melakukan berbagai usaha untuk memutus mata rantai

penyebaran virus tersebut. Pemerintah Indonesia telah membentuk dan

mengatifkan Tim gerak Cepat (TGC) di wilayah otoritas pintu masuk

negara di bandara/pelabuhan/pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN).

Tim dapat terdiri atas petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP),

Imigrasi,Bea Cukai, Karantina Hewan dan unit lain yang releven di

wilayah otoritas pintu masuk negara yang memiliki kompetensi yang

diperlukan dalam pencegahan importasi penyakit. Dalam menghadapi

situasi pandemic virus Novel Corona 2019 (n-COV), sejak tanggal 18

Januari 2020 Indonesia telah melakukan pemeriksaan kesehatan di

sekitar 135 titik di bandar udara, di darat dan pelabuhan, dengan

menggunakan alat pemindai suhu tubuh bagi siapa pun yang memasuki

wilayah Indonesia, sesuai regulasi kesehatan internasional, Pemerintah

Indonesia juga telah mengerahkan personil tambahan di bandar udara

serta meningkatkan kesiagaan rumah sakit. (pusat, lahkah dan upaya

pemerintah indonesia dalam menangani dan menghadapi virus novel

corona 2019, 2020 )

Presiden Joko Widodo mengimbau untuk meminimalisir

penyebaran virus Corona tipe baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19,

mengimbau agar seluruh masyarakat Indonesia untuk bekerja, belajar

dan beribadah di rumah. Yang ditindaklanjuti melalui surat edaran

nomor 19 Tahun 2020 oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara


dan Reformasi Birokrasi berisikan Penyesuaian Sistem Kerja Aparatus

Sipil Negara yang berisi bahwa ASN dapat bekerja di rumah atau tempat

tinggal, larangan kegiatan tatap muka yang menghadirkan banyak

peserta atau kerumunan pelaksanaannya untuk dibatalkan atau diundur.

(Pemerintah pusat , 2020)

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan

Kesehatan sesuai pasal 55-59 mennjelaskan bahwa terdapat beberapa

jenis Karantina kesehatan yaitu Karantina Rumah,Karantina Wilayah,

Karantina Rumah sakit dan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Saat ini

Indonesia memberlakukan Pembatasan Sosial berskala Besar di

beberapa wilayah zona merah seperti Jakarta dan Bandung.

Physical distancing atau menjaga jarak fisik dengan orang lain

menjadi hal yang sangat ditekankan oleh Presiden Joko WIdodo untuk

pencegahan dan penangan virus corona COVID-19 di Indonesia. (pusat,

Undang-undang nomor 6 tahun 2018 , 2018) Jarak fisik ini sangat

penting diaplikasikan oleh seluruh penduduk Indonesia yang bukan

hanya berlaku di tempat umum, tetapi diberlakukan di seluruh rumah

tangga di keluarga terlebih apabila ada salah satu Anggota keluarga

harus tetap berpergian ke luar.

Ditengah Karantina karena pandemic global. Peran orang tua

bekali lipat, karena harus menjalankan tugas sebagai guru untuk anak-

anaknya, memonitoring anak selama mengerjakan pekerjaan rumah,

memberikan edukasi pentingnya menjaga kesehatan agar terbebas dari


paparan coivd-19, memberikan perhatian dan pengawasan lebih agar

anak tetap merasa aman, nyaman dan tenang di tengah teror mematikan

yang dapat menganggu kesehatan mental anak. sehingga orang tua

perlu meluangkan waktunya lebih banyak untuk mendampingi anak.

hubungan yang terjalin baik antara anak dan orang tua akan membentuk

suatu ikatan yang kuat berupa attachment.

Monks (2006) juga mengatakan bahwa kelekatan adalah mencari

dan mempertahankan kontak dengan orang-orang yang tertentu saja,

orang yang pertama yang dipilih anak dalam kelekatan adalah Ibu

(pengasuh), Ayah atau saudara-saudara dekatnya. Kelekatan adalah

ikatan erat secara emosi lahir dan batin yang terjalin antara anak dan

orangtua pada tahap awal masa kehidupannya sehingga menjadi sebuah

ikatan yang kekal dan lengket sepanjang hidup yang membuat menjadi

berkesan. Papalia & Feldam ( dalam (efriani, 2019) terlebih untuk

memonitoring remaja awal. Oleh karena itu, kelekatan orang tua di

tengah pandemic Corona sangat penting untuk ditingkatkan.

Kelekatan orang tua memiliki beberapa karakteristik yang

diantaranya komunikasi (communication), kepercayaan (trust), dan

ketersaingan (alienation). kelekatan dengan orangtua pada anak dapat

membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja, dan

memberikan rasa aman. Menurut Bowlby (dalam Shaver &

Mikulincer,2004) manusia dilahirkan dengan suatu the attachment

behavioral system yang mendorong mereka untuk mendekat dengan


significant other (figure lekat) pada waktu dibutuhkan. Tujuan sistem ini

adalah untuk mendapat perllindungan dan rasa aman yang merupakan

kebutuhan dasar seseorang, menurut Ainsworth,1978 (dalam Bee, 1994)

Maka sehubungan dengan hal tersebut penulis ingin melihat

bagaimana tingkat kelekatan orang tua – bayi di tengah pandemic

corona,
4.1.2 Kerangka Teori

Pola asuh

a. Pemberian obat cacing


b. Pemberian vitamin A
c. Inisiasi menyusui dini dan
ASI eksklusif
d. Imunisasi lengkap
e. Makanan pendamping ASI

Pendemi Covid-19

Gambar : kerangka teori


Sumber : Setiadi. 2008. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. WHO, 2007. Arifin dkk,

2012. Djamarah, 2014.

BAB 3
METODE PENELITIAN

5.1 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

Pola asuh orang tua :


Variabel -independen
Pemberian obat cacing
- Pemberian vitamin A
- Inisiasi menyusui dini Pendemi Covid-19
dan ASI eksklusif
- Imunisasi lengkap
- Makanan pendamping
ASI

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti

Gambar : Kerangka konsep


Sumber : Djamarah, 2014. Fitriana, dkk, 2007. WHO, 2007. Ridhayani, 2008. Syaiful
Bahri. 2011. Arifin dkk, 2012.
5.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan fenomenologi. Pendekatan penomenologi berhubungan dengan

pemahaman tentang bagaimana keseharian, dunia intersubyektif (dunia

kehidupan). Fenomenologi bertujuan untuk menginterpretasikan tindakan sosial

seseorang dengan orang lain sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai) serta

dapat merekontruksi kembali turunan makna (makna yang digunakan saat

berikutnya) dari tindakan yang bermakna pada komunikasi intersubyektif

individu dalam dunia kehidapan sosial ( Rini Sudarmanti, 2005). Metode ini juga

memahami individu dengan segala kompleksitasnya sebagai makhluk subyektif,

melihat manusia sebagai sistem yang berpola dan berkembang (Poerwandari,

2009).

Penggunaan metode ini didasarkan pada: 1) mempelajari setiap masalah

dengan menempatkannya pada situasi alamiah dan memberikan makna atau

menginterpretasikan suatu fenomena berdasarkan hal-hal yang berarti bagi

manusia ( Creswel, 1993). 2) mampu menghasilkan dan mengolah data yang

sifatnya deskriptif seperti transkripsi, wawancara, catatan lapangan, gambar foto,

atau beberapa kata tertulis atau lisan dari orang atau prilaku yang diamati secara

menyeluruh (Sarantakos, 1993 (dalam Poerwandari, 2009).


Pengalaman dalam penelitian fenomenologi meliputi semua pengalaman

tentang persepsi manusia yang meliputi: penglihatan, pendengaran, perabaan,

pengecapan dan penciuman serta fenomena-fenomena seperti mempercayai,

mengingat, mengantisipasi, memutuskan, berintuisi, merasakan, kepedulian,

mencintai, mengkhayalkan dan mendambakan atau menginginkan (Moleong,

2007).

Dalam penelitian ini, metode pendekatan fenomenologi bertujuan

menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pada orang tua

yang mempunyai pengalaman dalam mengasuh anaknya. Dari hasil ungkapan

tersebut akan muncul penegasan atau penguatan tentang pengalaman keluarga

dalam pengelolaan pola asuh bayi dalam kondisi pandemi Covid-19.

5.3 Informan / Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai bayi.

Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Metode purposive adalah

metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan terlebih

dahulu kriteria yang akan dimasukkan kedalam penelitian, dimana partisipan

yang diambil dapat memberikanin formasi yang berharga bagi peneliti

(Poerwandari, 2009).

Fokus penelitian kualitatif adalah pada kedalaman dan proses sehingga dalam

penelitian ini hanya melibatkan partisipan yang sedikit. Jumlah sampel yang

kecil pada umumnya digunakan pada penelitian kualitatif untuk lebih


memberikan perhatian pada kedalaman penghayatan subyek (Poerwandari,

2009). Menurut Dukes, 1984 (dalam Ridlwan, 2010) merekomendasikan sampel

yang relative kecil untuk studi fenomenologi dengan mempertimbangkan

kemampuan peneliti untuk menggali secara mendalam pengalaman hidup

individu dimungkinkan optimal dengan jumlah sampel yang relative kecil.

Pada penelitian kualitatif tidak ada aturan baku tentang jumlah minimal

partisipan yang penting telah tercapai saturasi data. Nasution,1984 (dalam

Sugiono, 2005) mengatakan bahwa penentuan unit sampel dianggap telah

memadai apabila telah sampai kepada tarafsaturasi, artinya bahwa dengan

menggunakan partisipan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi mendapatkan

tambahan informasi yang berarti atau mengulang data yang sudah ada. Saturasi

data saat adanya suatu titik jenuh informasi, yaitu tidak adalagi informasi yang

didapatkan dan pengulangan telah dicapai (Polit et al, 2002 (dalam Ridlwan,

2010). Pada saat pengambilan data, saturasi data didapatkan pada pengambilan

data partisipan ke empat belas sehingga peneliti menghentikan pengambilan data

pada partisipan keempat belas.

Kriteria sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Orang tua yang mempunyai balita.

2. Bersedia menjadi partisipan yang ditandai dengan penandatanganan surat

pernyataan persetujuan penelitian.

3. Memiliki hanphone/Hp

4. Mampu berkomunikasi dengan baik.

5.3 Pengumpulan Data


5.3.1 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang dapat diamati (Nursalam, 2013), Instrumen

dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti akan menggali lebih

dalam pengalaman keluarga dalam pengelolaan pola asuh bayi dslam

kondisi pandemic Covid-19 dengan teknik wawancara mendalam (indepht

interview) menggunakan via telefon, peneliti akan berusaha mendapatkan

informasi dari informan dengan membina hubungan saling percaya dengan

informan. Saat akan melakukan pengumpulan data peneliti akan berusaha

memahami informan.

5.3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Penimbung, wilayah kerja Puskesmas

Penimbung bulan Mei sampai dengan bulan juni 2020.

5.3.3 Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengajukan

permohonan untuk mendapatkan izin meneliti kepada Bappeda Kota

Mataram, yang terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian yang

dilakukan. Setelah mendapatkan izin, peneliti mulai mengadakan

penjajakan jumlah populasi dan sampel yang memenuhi kriteria

inklusi (Notoatmodjo, 2010).


b. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti mengunjungi Desa

Penimbung Kecamatan Gunungsari untuk melakukan survey tempat

meneliti.

c. Setelah peneliti mendapatkan calon partisipan, peneliti berusaha

membina hubungan saling percaya dengan partisipan dan

menjelaskan tujuan, manfaat penelitian, prosedur penelitian, hak dan

peran partisipan dalam penelitian dengan tatap muka atau dengan

menggunakan via telefon.

d. Peneliti akan dibantu oleh pihak kader di Desa Penimbung sendiri

dalam menjelaskan tujuan, manfaat serta prosedur penelitian kepada

partisipan sehinggga mampu memberikan keyakinan, kepercayaan,

dan perasaan dilindungi dengan harapan dengan harapan calon

partisipan tersebut mau berpartisipasi dalam penenlitian.

e. Setelah meyakinkan partisipan, peneliti selanjutnya membagikan

kepada semua partisipan lembar inform consent atau membacakan

prosedur penelitian menggunakan via telefon sebagai bukti

persetujuan partisipan dalam penelitian ini. Setelah itu peneliti

membuat jadwal waktu untuk dilakukan wawancara menggunakan

via telefon.

f. Sebelum melakukan wawancara, peneliti telah membuat pedoman

wawancara. Pedoman wawancara mendalam disusun berdasarkan

teori-teori yang relevan yang ingin digali dalam penelitian.


g. Dalam melakukan wawancara teknik yang digunakan adalah open

ended interview dimana hal itu meruapakan bagian penting dalam

penelitian kualitatif karena memberikan kesempatan kepada

partisipan untuk menjelaskan sepenuhnya pengalaman mereka

(robinson, 2000(dalam Dilla, 2010)).

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini terdiri dari tiga fase yakni: fase

orientasi, fase kerja dan fase terminasi.

a. Fase orientasi

Setelah trust terjadi, peneliti masuk fase orientasi dengan

memperhatikan kondisi umum partisipan dan menanyakan kesiapan

partisipan untk dilakukan wawancara. Setelah partispan mengatakan

siap penaliti menyiapkan lembar panduan wawancara dan perekam

suara untuk memudahkan peneliti dalam membuat transkrip

penilaian.

b. Fase Kerja

Setelah peneliti yakin denga kesiapan partisipan tahap kerjapun

dimulai. Wawancara dilakukan selama 40-60 menit dengan

menggunaka via telefon.

c. Fase kerja
Terminasi dilakukan setelah wawancara selesai peneliti

mengucapkan terima kasih dan membuat kontrak selanjutnya apabila

ada yang harus diklarifikasi.

5.4 Etika Penelitian

5.4.1 Informed consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

dengan tujuan agar subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian.

Subyek yang tidak bersedia diteliti tetap dihormati hak-haknya.

5.4.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, dan tidak diinformasikan

kepada orang lain dengan cara hanya member kode subyek pada lembar

tersebut.

5.4.3 Confidentality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan pasien yang dijadikan responden dijamin oleh peneliti, hanya

kelompok data saja yang akan disajikan dan dilaporkan sebagai hasil riset.

5.5 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari seluruh informan melalui

wawancara mendalam, dan observasi.


2. Semua data yang telah terkumpul kemudian dibuat transkrip hasil wawancara

yaitu membuat catatan hasil wawancara seperti apa adanya.

3. Data yang telah disusun dalam bentuk transkrip data selanjutnya

dikategorisasi dalam bentuk matriks.

4. Selanjutnya dilakukan analisis data dan interpretasi data secara kualitatif dan

membandingkannya dengan teori yang ada.

5.6 Analisa Data

Penelitian kualitatif dalam menganalisa data membutuhkan kepekaan

teoritis, karena dalam keseluruhan proses penelitian khususnya saat menganalisis

data, peneliti sesungguhnya sedang melakukan upaya mengembangkan teori atau

berteori (Poerwandari, 2009).

Analisis data yang digunakan penelitian adalah content analysis atau analisis

isi yaitu suatu teknik mengumpulkan atau menghimpun data dan kemudian

dilakukan analisa terhadap isi naskah atau hasil data yang diperoleh tersebut

(Neuman, 2000). Peneliti juga akan menggunakan QDA (Qualitatif Data

Analysis) yakni sebuah sofware untuk penelitian kualitatif untuk membantu

peneliti menemukan kata kuci dari informan. Hasil penelitian yang telah

dikelompokkan berdasarkan variable kemudian dibandingkan dengan teori-teori

yang ada ditinjauan pustaka.

Dalam penelitian ini analisis data akan dilakukan peneliti menurut

Poerwandari, 2009, sebagai berikut:


1. Pengorganisasian data, pengorganisasian data dilakukan setelah data yang

diambil dari partisipan sudah dianggap lengkap dari hasil wawancara yang

terjadi saturasi.

2. Koding, koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan

mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat

memunculkan gambaran tentang topik yang sedang diteliti. Dengan

demikian pada akhirnya dengan adanya koding ini peneliti akan dapat

menemukan makna dari data yang dikumpulkan.

Langkah melakukan koding ;

1. Peneliti menyusun transkripsi verbatim (kata demi kata) atau catatan

lapangannya sedemikian rupa.

2. Peneliti secara urut dan kintinyu melakukan penomoran.

3. Peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode

tertentu (Poerwandari 2009).

3. Analisis tematik, analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan pola

yang pihak lain tidak menemukannya secara jelas.

5.7 Keabsahan Data

Aspek yang perlu diperhatikan untuk menjamin keabsahan data dalam suatu

penelitian kualitatif meliputi tiga aspek: credibility, dependability,

corfirmability, dan transferability (Steubert& Carpenter, 2003).

Konsep kredibilitas mampu mendemonstrasikan bahwa untuk memotret

kompleksitas hubungan antar aspek tersebut, penelitian dilakukan dengan

menjamin bahwa subyek penelitian diidentifikasi dan dideskripsikan sacara


akurat. Kredibilitas pada penelitian kualitatif dapat dicapai dengan empat

konsep, yakni: validitas kumulatif, validitas komunikatif, validitas argumentatif

dan validitas ekologis. Validitas kumulatif dicapai bila temuan dari studi-studi

lain mengenai topik yang sama menunjukkan hasil yang kurang lebih serupa.

Validitas komunikatif dilakukan melalui dikomfirmasikannya kembali data dan

analisisnya pada responden penelitian. Validitas argumentatif tercapai bila

presentasi temuan dan kesimpulan dari penelitian dapat diterima dengan

rasional, serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali data mentah hasil dari

pengumpulan data saat penelitian. Sedangkan validitas ekologis dapat dicapai

oleh peneliti pada sejauh mana proses penelitian berlangsung secara alamiah

dan berusaha mengamati kondisi alamiah kehidupan sehari-hari partisispan

yang diteliti (Poerwandari, 2009).

Dependability merupakan suatu kesetabilan data atau proeses penelitian dari

waktu kewaktu, untuk menjamin keabsahan penelitian. Dalam hal ini peneliti

melakukan auditing (pemeriksaan) dengan melibatkan seseorang yang

berkonpeten dibidangnya (Moelong, 2007). Penelahaan dalam analisis data

peneliti melibatkan pembimbing dalam menentukan katagori, kata kunci, sub

tema dan tema yang sesuai dengan penelitian ini. Dependability

(kebergantungan) ini untuk menjawab pertanyaan sejauh mana temuan

penelitian ini dapat dipastikan konsistensinya, artinya bila jenis penelitian yang

sama dilakukan oleh peneliti lain dengan instrumen yang sepenuhnya sama

dalam waktu yang berbeda hasil penelitian hasilnya tetap sama (Poerwandari,

2009).
Corfirmabilitya dalah kegiatan pengobjektifan data dan netralisasi hasil

interpretasi data, Corfirmability dapat dicapai apabila hasil penelitian mendapat

persetujuan dari dua orang atau lebih tentang relevansi data. Corfirmability

dapat dilakukan peneliti oleh saat melakuakn wawancara yang kedua pada

partisipan untuk mengkonfirmasikan tema-tema sementara yang telah dibuat

agar lebih menambah keakuratan data penelitian (Streubert, 1999 (dalam

Ridlwan, 2010). Selain itu juga untuk menjaga objektivitas data, peneliti

meminta bantuan tim ahli (pembimbing) sebagai reviewer eksternal untuk

membantu menemukan kesamaan dan relevansi data ( Speziale& Carpenter,

2003).

Transferability adalah istilah untuk mengartikan sejauh mana hasil penelitian

yang dilakukan peneliti dapat dilakukan pada pada suatu kelompok tertentu

dapat diaplikasikan pada kelompok lain (Poerwandari, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Martianto. (2005). Hubungan pola asuh makan dan Kesehatan dengan Status Gizi
Anak Batitta di Desa Mulya Harja. Jurnal Media gizi Edisi : Desember 2005.
29 (2); 29-39
Ariman. (2019). Gizi Dalam Dalur Kesehatan. Jakarta: EGC
Khomarudin.(2002). Metode Penelitian Kantitaf dan Kualitatif, dan R&D. Alfabeta,
CV: Bandung
Notoatmodjo, S. (2002). Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta
Ridha, N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Kajian Ibu dan Anak. Oktober: 2012
Setiadi. (2008). Konsep keperawatan keluarga. Yogyakarta: Graha ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri.( 2014). Pola asuh 0rang tua dan komunikasi dalam
keluarga: Jakarta: Rineka Cipta.
Santrock, John W. (2014). Psikologi pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.
Indriani, D. (2013). Aplikasi konsep dan teori keperawatan maternitas postpartum
dengan kematian janin. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Efriani,n. (2019). Hubungan antara kelekatan orang tua-anak dengan regulasi emosi
remaja. Eprints.
Ervika, E. (2000). Kelekatan (Attachment) pada anak. Repository usu.
Pusat, p. (2020). langkah dan upaya pemerintah Indonesia dalam menangani dan
menghadapi virus novel corona 2019. Retrieved from kedutaan besar repoblik
Indonesia Pretoria, Afrika selatan :
https:/kemlu.goid/Pretoria/id/news/4771/langkah-dan-upaya-pemerintah-
indinesia-dalam-menangani-dan-menghadapi-virus-novel-corona-2019-n-co

LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (In- Depth Interview)
I. Jadwal Wawancara
1. Tanggal / hari :
2. Waktu :

II. Identitas Informan


1. Nama :
2. Alamat :
3. Agama :
4. Jenis Kelamin : L / P
5. Usia :
6. Pekerjaan :
7. Pada saat persalinan ditolong oleh :
8. Tempat persalinan ;

III. Pertanyaan Penelitian


No Macam-macam Pola Asuh yang Pertanyaan

Baik dan Benar

1 Pemberian Vitamin A - Apakah anda sering memberikan

vitamin A pada bayi anda ?

- Sejak usia berapa anda

membrikan vitamin A ?

- Coba ceritakan apakah anda

kesulitan dalam memberikan

vitamin A ?

- Apakah anda tau fungsi vitamin

A?

- Coba anda jelaskan bagaimana

cara anda memberikan vitamin

A?

- Kira-kira pemberian vitamin A itu

kapan saja memberikannya ?

- Menurut ibu / bapak perlu atau

tidak memberikan vitamin A?

- Disaat kondisi civid-19 ini terjadi

apakah ada kesulitan dalam

memberikan vitamin A?

2. Inisiasi menyusui dini dan ASI - Apakah anda pernah mendengar


eksklusif tentang IMD ?

- Jika “YA” coba jelaskan ?

- Coba ceritakan pada saat

persalinan atau melahirkan kapan

pertama kalinya anda menyusui

bayinya ?

- Coba jelaskan apa yang ibu

ketahui tentang ASI eksklusif ?

- Apa kesulitan anda dalam

memberikan ASI eksklusif ?

- Coba jelaskan apakah manfaat

ASI eksklusif ?

- Dalam kondisi covid-19 yang

terjadi saat ini apakah anda tetap

rutin menyusui bayi anda ?

- Dalam kondisi ini apakah ada

perubahan jumlah asi ibu?

3. Imunisasi lengkap - Coba jelaskan apa imunisasi

lengkap?

- Bagaimana menurut anda terkait

imuniasi?

- Menurut anda apa saja yang


termasuk imunisasi ?

- Kapan saja anda melakukan

imunisasi ?

- Pada saat kondisi sekarang ini

telah terjadi covid-19 apakah anda

tetap melakukan imuniasi?

Anda mungkin juga menyukai