Anda di halaman 1dari 2

ANALISA TINDAKAN KEPERAWATAN EKSTUBASI ETT

1. Diagnosa Medis Pasien: Post Laparatomi


2. Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan
S: -
O:
- Pasien sudah sadar
- Pasien sudah nafas dengan spontan
Diagnosa Keperawatan : Pola nafas tidak efektif
3. Dasar Pemikiran
Ekstubasi selang endotrakeal adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
melepaskan selang endotrakea dari jalan napas melalui mulut. Setiap pasien yang
berhasil melewati percobaan pernapasan spontan (spontaneous breathing trial/SBT)
harus diekstubasi kecuali ada perubahan dalam rencana asuhan.
4. Alasan dilakukan tindakan keperawatan
Pasien dapat bernafas spontan
5. Tindakan Keperawatan yang dilakukan
Melakukan Tindakan Ekstubasi Endotrakeal Tube
6. Standart Operasional Prosedur (SOP)
a. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
b. Identifikasi indikasi pelepasan selang endotrakeal
c. Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur
d. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
e. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
f. Pasang sarung tangan bersih
g. Atur posisi telentang, atau sesuai kebutuhan
h. Lakukan penghisapan lendir pada selang endotrakeal dan mulut, jika perlu
i. Kempiskan balon endotrakeal menggunakan spuit 20 cc
j. Lepaskan fiksasi luar
k. Tarik selang endotrakeal melalui mulut
l. Ulangi penghisapan lendir, jika perlu
m. Bersihkan area bibir dengan kasa, jika perlu
n. Berikan oksigen via selang oksigen pengganti, sesuai kebutuhan
o. Atur aliran oksigen, sesuai kebutuhan
p. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
q. Lepaskan sarung tangan
r. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
s. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien
7. Prinsip tindakan : Bersih
8. Analisa Tindakan yang dilakukan
Menentukan waktu optimal untuk menghentikan ventilasi mekanis biasanya
didasarkan pada bukti klinis dan laboratorium yang tersedia pada saat ekstubasi yang
menunjukkan kemampuan pasien untuk mempertahankan pertukaran gas yang
memadai dengan ventilasi spontan. Tingkat kegagalan ektubasi pada pasien ketika
ekstubasi didasarkan pada kriteria klinis dilaporkan 17 sampai 19% pada orang
dewasa, 22 sampai 28% pada bayi prematur, dan 16 sampai 19% pada anak-anak.
Ekstubasi prematur menempatkan pasien pada risiko untuk reintubasi muncul.
Namun, perpanjangan waktu ventilasi mekanis yang tidak perlu akan meningkatkan
risiko trauma jalan napas, infeksi nosokomial, ketidaknyamanan dan meningkatkan
biaya perawatan intensif (Sun et al., 2016).
9. Resiko/efek samping dan tindakan pencegahan
Komplikasi ekstubasi yang paling ditakuti adalah kegagalan ekstubasi, dan perlu
intubasi ulang (re-intubasi), serta stridor pasca ekstubasi (Saeed & Lasrado, 2022).
12- 14% kegagalan ekstubasi dan perlu diintubasi ulang dapat terjadi dalam waktu 72
jam pertama setelah ekstubasi. Setelah selang ETT dilepaskan, perawat harus berhati-
hati setidaknya 24 jam pertama pasca ekstubasi (Saeed & Lasrado, 2022). Pastikan
oksigenasi pasien memadai: Pertimbangkan untuk memasang oksigen untuk
memastikan pasokan O2 terpenuhi.
10. Evaluasi tindakan dan maknanya
Tindakan berjalan dengan lancar tidak ada hambatan. Kondisi pasien dipantau setelah
Tindakan ekstubasi ETT dilakukan. Pasien dapat bernafas spontan dengan pemberian
terapi nasal kanul 5 lpm dengan SpO2 : 97%
11. Tindakan keperawatan lain
- Memonitor saturasi oksigen
- Memposisikan pasien semi fowler
12. Refleksi diri
Motivasi pasien untuk mengatur nafas ketika selang ETT dikeluarkan

Anda mungkin juga menyukai