Anda di halaman 1dari 36

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI

MASYARAKAT DI KOTA CIMAHI BERDASARKAN PERATURAN


DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
( Studi Kasus: Kecamatan Cimahi Tengah )

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian Sosial
Kuantitatif

Dosen Pengampu: Dahly Sukmaprayandika AR, Drs., M.Si

Oleh :

ALVIN ALVIAN JUANDA 6111211080

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
i
KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT.
Tuhan semesta alam yang telah memberikan karunia serta nikmatnya yang tiada
terhingga sehingga dalam pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan
penuh rasa syukur, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
:
’’ PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI
MASYARAKAT DI KECAMATAN CIMAHI TENGAH KOTA CIMAHI
BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 16
TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH’’. Usulan Penelitian
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan (S.IP) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Program studi
Ilmu Pemerintahan.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua
pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada : Bapak R. Dahly
Sukmapryandhika, Drs., M.Si. selaku Dosen Pengampu yang telah berkenan
memberikan kesempatan dan bimbingan kepada saya.
Semoga semua kebaikan yang diberikan dengan ikhlas akan menjadi amal
ibadah disisi Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsi
yang berarti bagi dunia pendidikan.

Cimahi, 3Januari 2023

ALVIN ALVIAN 6111211080

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRACT..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Fokus Masalah......................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian...............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1 Kerangka Teoritis................................................................................4
2.2 Implementasi.......................................................................................6
2.2.1 Implementasi Kebijakan........................................................8
2.3 Penelitian Terdahulu...........................................................................13
2.4 Efektivitas............................................................................................15
2.4.1 Ukuran Efektivitas...............................................................16
2.4.2 Indikator Efektivitas..............................................................17
2.4.3 Konsep Pengelolaan Sampah................................................18
2.5 Hipotesis..............................................................................................23
2.6 Operasionalisasi Variabel....................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................25
3.1 Metode yang Digunakan......................................................................25
3.2 Definisi Konsep dan Operasional........................................................25
3.3 Populasi dan Sampel............................................................................25
3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data...........................................26
3.4.1 Metode Pengumpulan Data...................................................26
3.5 Teknik Analisis Data............................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

ii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan kebijakan


pengelolaan sampah terhadap partisipasi masyarakat dan efektivitas pengelolaan
sampah di Kecamatan Cimahi Tengah, baik langsung maupun tidak langsung.
Responden berjumlah 20 orang, terdiri dari 10 petugas kebersihan dari Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi dan 10 orang masyarakat di Kecamatan
Cimahi Tengah. Teknik analisis data yang digunakan adalah Structural Equation
Modeling (SEM) dengan metode alternatif Partial Least Squares (PLS)
menggunakan perangkat lunak SmartPLS 3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tidak ada pengaruh signifikan
pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah terhadap partisipasi masyarakat di
Kecamatan Cimahi Tengah; 2) tidak ada pengaruh signifikan pelaksanaan
kebijakan pengelolaan sampah terhadap efektifitas pengelolaan sampah di
Kecamatan Cimahi Tengah; 3) ada pengaruh signifikan partisipasi masyarakat
terhadap efektivitas pengelolaan sampah di Kecamatan Cimahi Tengah; dan 4)
tidak ada pengaruh yang signifikan dari pelaksanaan kebijakan pengelolaan
sampah melalui partisipasi masyarakat terhadap efektivitas pengelolaan sampah di
Kecamatan Cimahi Tengah. Saran bahwa DLH dapat melakukan sosialisasi secara
aktif kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Cimahi.
Kata kunci: Pengaruh kebijakan; partisipasi masyarakat; efektivitas pengelolaan
sampah

iii
ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of waste management policy


implementation on community participation and effectiveness of waste
management in Central Cimahi Sub-district, either directly or
indirectly.Respondents numbered 20 people, consisting of 10 janitors from the
Environment Office (DLH) Cimahi City and 10 people in Central Cimahi
Subdistrict.The data analysis technique used is Structural Equation Modeling
(SEM) with an alternative method of Partial Least Squares (PLS) using SmartPLS
3 software.The results showed that: 1) there was no significant influence on the
implementation of waste management policy on community participation in
Central Cimahi Subdistrict; 2) there is no significant influence on the
implementation of waste management policy on the effectiveness of waste
management in Central Cimahi Subdistrict; 3) there is a significant influence of
community participation on the effectiveness of waste management in Central
Cimahi Subdistrict; and 4) there is no significant influence from the
implementation of waste management policy through community participation on
the effectiveness of waste management in Central Cimahi Subdistrict.The
suggestion that DLH can actively socialize to the public about waste management
based on Local Regulation No. 16 of 2011 Concerning Waste Management in
Cimahi City.
Keyword: Policy influence; community participation; effectiveness of waste
management

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dikeluarkannya UU no. 32/2004 tentang Otonomi Daerah dan PP no. 38/2007


tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, tanggung jawab penanganan
sampah perkotaan dialihkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintahan Daerah
(Pemda), dengan harapan bahwa efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah
perkotaan akan meningkat.
Menindaklanjuti hal ini Kota Cimahi melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
melakukan sosialisasi peraturan pengelolaan sampah yang diatur dalam Peraturan
Daerah Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Cimahi.
Pada tahun 2019, Pemerintah Kota Cimahi kembali memberikan himbauan
kepada masyarakat masyarakat melalui sosialisasi yang dilakukan Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi agar masyarakat bisa hidup bersih dan
mengelola sampah sendiri.
Pola hidup bersih itu membuang sampah harus di tempat pembuangan
sementara (TPS) yang sudah disiapkan. Sedangkan pengelolaan sampah mandiri,
tidak lain dilakukan dengan memilah sampah, kemudian dijadikan kompos.
Pengelolaan sampah seperti ini diharapkan bisa mengurangi volume angkutan
sampah ke TPA.

1.2. Fokus Masalah


Namun dalam implementasinya, partisipasi dan efektivitas pengelolaan
sampah oleh masyarakat masih belum maksimal. Ini dilihat dari pemilahan untuk
sampah, masyarakat masih banyak yang melakukan pembuangan sampah tanpa
mengetahui mana sampah organik dan mana sampah yang anorganik. Untuk
pengangkutan sebagian masyarakatnya pun masih ada yang tidak mengetahui
kapan sampah yang di TPS akan diangkut oleh petugas pengangkutan sampah.

1
Masih sering ditemui juga masyarakat yang membuang atau menumpuk
sampah tidak pada tempat yang semestinya seperti di tempat-tempat yang sepi di
tepi jalan. Ironisnya tumpukan itu sering kali berada tepat dibawah papan
peringatan larangan membuang sampah ditempat tersebut. Penempatan tempat
sampah di lokasi yang terlalu terbuka bisa mengganggu masyarakat juga menjadi
salah satu permasalahan apabila tidak terangkut tepat waktu.
Pengelolaan sampah yang tidak tepat dan tidak efektif dapat menyebabkan
masalah terhadap lingkungan sekitar seperti penumpukan sampah, lingkungan
yang kotor, bau tidak sedap, banyaknya lalat serta kemungkinan terjadi
penyebaran penyakit yang pada gilirannya akan berdampak negatif terhadap
kesehatan warga masyarakat.

1.3. Rumusan Masalah


Dari uraian mengenai latar belakang masalah, peneliti merumuskan tiga
pertanyaan penelitian (research question) terkait implementasi kebijakan
pengelolaan sampah di Kecamatan Cimahi Tengah sebagai berikut:
1 Bagaimana aspek organisasi pengelola sampah di Kecamatan Cimahi Tengah?
2. Sejauhmana kebijakan tentang pengelolaan sampah di Kecamatan Cimahi
Tengah ditafsirkan?
3. Sejauhmana operasionalisasi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah di di Kecamatan Cimahi Tengah ?

1.4. Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah terkait efektifitas implementasi kebijakan
pengelolaan sampah di Kecamatan Sesayap tersebut di atas, maka dirumuskan
tiga tujuan penelitian sebagai berikut
1. Untuk mengidentifikasi aspek organisasi pengelola sampah di Kecamatan
Cimahi Tengah;
2. Untuk mengkaji penafsiran terhadap kebijakan pengelola sampah di Kecamatan
Cimahi Tengah;
3. Untuk mengkaji operasionalisasi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah di Kecamatan Cimahi Tengah.

2
1.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu
Pemerintahan, khususnya mengenai aspek-aspek kebijakan publik.
Diharapkan termuan-temuan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kebijakan publik terutama
kebijakan pengelolaan sampah.
2. Maafaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapatmemberikan sumbang saran atau pemikiran,
serta upaya-upaya yang harus ditempuh dan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
Kota Cimahi dalam memaksimalkan implementasi kebijakan pengelolaan sampah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis


Menurut Nugroho (2008:55), kebijakan publik adalah keputusan yang
dibuat oleh negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan
tujuan negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk
mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi,
untuk menuju pada masyarakat yang dicita-citakan.
William N. Dunn (1994) dalam Pasolong (2007:38-39), mengatakan
bahwa kebijakan publik adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling
berhuubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-
bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan,
energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan,
dan lain-lain.
Bernadine R. Wijaya dan Susilo Supardo (2006) dalam Pasolong
(2007:57), mengatakan bahwa implementasi adalah proses mentransformasi-kan
suatu rencana ke dalam praktik. Orang sering beranggapan bahwa implementasi
hanya merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan legislatif atau para
pengambilan keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang berpengaruh. Akan tetapi
dalam kenyataan dapat dilihat sendiri bahwa betapapun baiknya rencana yang
telah dibuat tetapi tidak ada gunanya apabila itu tidak dilaksanakan dengan baik
dan benar. Ia membutuhkan pelaksana yang benar-benar jujur, untuk
menghasilkan apa yang menjadi tujuannya, dan benar-benar memperlihatkan
rambu-rambu pemerintah yang berlaku. Sayangnya, implementasi ini sering
dipakai sebagai ajang melayani kepentingan kelompok, pribadi dan bahkan
kepentingan partai. Implementasi pada dasarnya operationalisasi dari berbagai
aktivitas guna mencapai suatu tujuan (Pasolong, 2007:57).
Menurut FAO (1989) dalam Mikkelsen (2011:58) berbagai kajian,
dokumen proyek, dan buku panduan menunjukkan tafsiran yang sangat beragam
mengenai arti kata partisipasi.
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek
tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

4
2. Partisipasi adalah ‘pemekaan’ (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi
proyekproyek pembangunan.
3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang mengandung arti bahwa
orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu.
4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat
dengan pata staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring
proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan
dampakdampak sosial.
5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam
perubahan yang ditentukannya sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan dan lingkungan mereka.
Efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan dalam
istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai
hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari
variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses
kegiatan. James L. Gibson dkk (1996), mengatakan bahwa efektivitas adalah
pencapaian sasaran bersama. Derajat pencapaian sasaran menunjukkan derajat
efektivitas. Tjokroamidjojo (1987) mengatakah bahwa efektivitas, agar
pelaksanaan administrasi lebih mencapai hasil seperti direncanakan, mencapai
sasaran tujuan yang ingin dicapai dan lebih berdaya hasil. Sedangkan Keban
(2004) mengatakan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan efektif kalau tujuan
organisasi atau nilai- nilai sebagaimana ditetapkan dalam visi tercapai. Nilai-nilai
yang telah disepakati bersama antara para stakeholder dari organisasi yang
bersangkutan (Pasolong, 2007:4).
Definisi sampah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 16
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di Kota Cimahi adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan

5
Sampah adalah kegiatan yang sistematis, meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Penanganan sampah :
1. Pemilahan : dilakukan melalui memilih sampah rumah tangga sesuai
dengan jenis sampah.
2. Pengumpulan : dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat sampah
rumah tangga ke TPS/TPST sampai TPA dengan tetap menjamin
terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah.
3. Pengangkutan : tetap terjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis
sampah.
4. Pengolahan : mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah
yang dilaksanakan di TPS/TPST dan TPA.
5. Pemprosesan akhir sampah : dilakukan dengan pengambilan sampah
dan/atau residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman.
2.2 Implementasi
Implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti
mengimplementasikan. Implementasi merupakan setiap kegiatan yang dilakukan
menurut rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Upaya untuk
memahami adanya perbedaan antara yang diharapkan dengan fakta yang telah
terjadi sehingga menimbulkan kesadaran mengenai pentingnya suatu pelaksanaan.
Implementasi menurut Lukman Ali adalah “mempraktekan, memasangkan” (Ali,
1995:1044). Implementasi merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta, baik secara individu maupun kelompok dengan
maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Berbeda
dengan pendapat di atas menurut Van Meter dan Vanhorn dalam buku The Policy
Implementation Process: A Conceptual Framework, menjelaskan bahwa:
“Implemetations is the actions undertaken by both individuals or officials or
government groups or private directed at achieving the purpose outlined in the
policy making” (Meter dan Vanhorn, 1975:447). Sedangkan implementasi
menurut Riant Nugroho pada prinsipnya adalah cara yang dilakukan agar dapat
mencapai tujuan yang dinginkan (Nugroho, 2003:158). Implementasi merupakan
prinsip dalam sebuah tindakan atau cara yang dilakukan oleh individu atau
kelompok orang untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.

6
Implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan
kebijakan. Pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih
dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau
tidak bagi masyarakat, hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak
bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat. Daniel
Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya Implementation and Public Policy
mengemukakan implementasi sebagai: “Implementation of the basic policy
decision, usually in the form of laws, but can also form the commandments or the
decision-keoutusan important executive or judicial bodies or decision. Typically,
this decision identifies the problem you want addressed, explicitly mention the
purpose or objectives to be achieved, and various ways to structure or organize the
implementation process.”(Mazmanian, 1983:61). Implementasi apabila dikaitkan
dengan kebijakan tidak hanya dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk positif
seperti undang- undang dan kemudian didiamkan dan tidak dilaksanakan atau
diimplementasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau
diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Berikut
pengertian implementasi kebijakan menurut Dwiyanto Indiahono dalam bukunya
yang berjudul Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys, adalah:
“Implementasi kebijakan adalah tahap yang penting dalam kebijakan. Tahap ini
menetukan apakah kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah benar-benar
aplikabel di lapangan dan berhasil untuk menghasilkan output dan outcomes
seperti yang telah direncanakan. Output adalah keluaran kebijakan yang
diharapkan dapat muncul sebagai keluaran langsung dari kebijakan. Output
biasanya dapat dilihat dalam waktu yang singkat pasca implementasi kebijakan.
Outcome adalah damapak dari kebijakan, yang diharapkan dapat timbul
setelah keluarnya output kebijakan. Outcomes biasanya diukur setelah keluarnya
output atau waktu yang lama pasca implemantasi kebijakan.” (Indiahono,
2009:143). Pengertian di atas menjelaskan bahwa, implementasi adalah sebuah
program atau sebuah kebijakan untuk perluasan aktifitas yang saling
menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapai
serta memerlukan

7
jaringan pelaksanaan, birokrasi yang efektif. Seperti halnya kebijaksanaan yang
terlihat bagus di atas kertas namun lebih sulit merumuskannya dalam kata-kata
dan selogan-selogan. Implementasi kebijakan lebih sulit lagi untuk
melaksanakannya dalam bentuk yang memuaskan semua orang.
2.2.1 Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah
kebijakan dapat mencapai tujuannya. Implementasi kebijakan menunjuk aktivitas
menjalankan kebijakan dalam ranah senyatanya, baik yang dilakukan oleh orang
pemerintah maupun para pihak yang telah ditentukan dalam kebijakan. Pengertian
tentang implementasi dan kebijakan menurut George C. Edwards III dalam buku
implementation public policy menguraikan sebagai berikut: “Implementation of
the policy is the policy making stage of policy formations as part of a legislative
act, issude an executiveorder, handover, down judical decisions, or the issuance of
rules and the consequences of the policy for the people who influence”.(Edwards
III, 1980:01).
Pengertian implementasi kebijakan di atas, sering dianggap hanya
merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislatif atau para
pengambil keputusan, seolah-olah tahap ini kurang berpengaruh. Akan tetapi
dalam kenyataannya, tahap implementasi menjadi begitu penting karena suatu
kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik
dan benar. Dengan kata lain implementasi merupakan tahap dimana suatu
kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan kebijakan itu
sendiri. Dengan demikian pengertian tersebut menunjukan empat variable yang
berperan penting dalam mencapai keberhasilan implementasi yaitu : 1.
Comunication 2. Resources 3. Dispositions 4. Bureaucratic structure (Edwards III,
1980:1011).
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam prosesproses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah,
yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam
tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan
konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya, jenis
sampah di Kota Cimahi terdapat 2 jenis yaitu sampah organik dan sampah non
organik.
8
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan
yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau
yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah
rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah
organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan
minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di
alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan
tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan
dalam waktu yang sangat lama Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga,
misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Implementasi
kebijakan tentang pengelolaan sampah di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Cimahi merujuk pada Perda No.16 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah.
Kebijakan seringkali disamakan dengan istilah kebijaksanaan, jika
diuraikan terdapat perbedaan antara kebijakan dengan kebijaksanaan. Pengertian
kebijaksanaan lebih ditekankan kepada pertimbangan dan kearifan seseorang yang
berkaitan dengan dengan aturan-aturan yang ada. Sedangkan kebijakan mencakup
seluruh bagian aturan-aturan yang ada termasuk konteks politik, karena pada
dasarnya proses pembuatan kebijakan sesungguhnya merupakan suatu proses
politik.
Menurut M. Irafan Islamy berpendapat bahwa: “Kebijaksanaan
memerlukan pertimbanganpertimbangan yang lebih jauh lagi (lebih menekankan
kepada kearifan seseorang), sedangkan kebijakan mencakup aturan-aturan yang
ada di dalamnya sehingga policy lebih tepat diartikan sebagai kebijakan,
sedangkan kebijaksanaan merupakan pengertian dari kata “wisdom”. (Islamy,
1997: 5).
Sementara itu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat baik,
dapat mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan
dengan baik oleh pelaksana tersebut. Maka konsekuensikonsekuensi yang akan
terjadi harus dapat diterima dan diulang kembali guna mencapai keberhasilan.
Menurut pendapat George C. Edwards III dalam bukunya Implementing Public
Policy bahwa Comunication (komunikasi) terdiri dari transmision (penyampaian
informasi), clarity (kejelasan), dan consistency (konsistensi). Resouces (Sumber
daya) terdiri
9
dari staff (aparatur), information (informasi), Authotity (wewenang), dan
Facilities (fasilitas). Dispositions (sikap pelaksana) terdiri dari Effects Of
Disposition (tingkat kepatuhan pelaksana) dan Incentives (insentif). Bureaucratic
Structure (Struktur birokrasi) terdiri dari Standard Operating Procedures (SOP),
dan Fragmentation (Fragmentasi). (Edwards III, 1980:1112).
Menurut Edward III, komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam
dimensi antara lain: dimensi transformasi atau penyampaian informasi kebijakan
publik, kejelasan, dan konsistensi. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara
pihakpihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka terjadinya
kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.
Transmisi penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan
suatu implementasi yang baik pula dalam suatu penyelesaian masalah, begitu pula
dengan pengelolaan sampah di Kota Cimahi yang menjadi suatu bagian dari tugas
yang perlu untuk dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Cimahi seringkali terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi yaitu adanya
salah pengertian (miskomunikasi) yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi
yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang diharapkan tidak
sesuai dengan di lapangan. Kejelasan komunikasi merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi sebagai pelaksana
kebijakan (street-level-bureaucrats) dalam mengelola sampah di Kota Cimahi,
Kejelsan komunikasi harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak
ambigu/mendua.
Konsistensi perintah yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Cimahi dalam pengelolaan sampah perlu konsisten dan jelas
untuk ditetapkan atau dijalankan oleh para aparaturnya maupun para petugas
dilapangan. Bilamana perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat
menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan dan secara langsung akan
menyebabkan tidak maksimalnya pengelolaan samapah. Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Cimahi dalam melaksanakan Perda No.16 Tahun 2011 terkait
pengelolaan sampah di Kota Cimahi seharusnya memiliki sumber daya yang
memadai, sumber daya tersebut meliputi aparatur, sarana maupun prasarana
seperti, truk sampah, tempat pembuangan sementara, tempat pembuangan akhir,
dan bak motor sampah. Disposisi merupakan sikap dari aparatur Dinas
Kebersihan dan
10
Pertamanan Kota Cimahi, dalam mengelola sampah di Kota Cimahi, sikap
aparatur disini perlu di perhatikan karena mempunyai hubungan yang sangat
penting terhadap implementasi kebijakan pengelolaan sampah di Kota Cimahi
sesuai dengan Peraturan Daerah No.16 Tahun 2011. Struktur birokrasi di Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi dalam pengelolaan sampah merupakan
pembagian kerja bagi para aparatur di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Cimahi kedalam subsub bidang yang sebelumnya telah ditentukan dengan
kemampuan dari para aparatur itu sendiri, yang bertujuan agar pengelolaan
samapah dapat berjalan secara maksimal. Berdasarkan teori dan pemaparan di atas
maka peneliti membuat Definisi operasional sebagai berikut yaitu:
1. Implementasi adalah tindakantindakan yang dilakukan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan dalam pengelolaan sampah di Kota Cimahi
sesuai dengan peraturan daerah Pasal 14 No.16 Tahun 2011,
2. Kebijakan adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi sebagai lembaga
pemerintah yang mengurusi masalah kebersihan dalam pengelolaan
sampah di Kota Cimahi.
3. Implementasi kebijakan adalah rangkaian tindakan-tindakan yang nyata
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dan dilakukan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi, yang meliputi :
a. Communication atau komunikasi adalah proses penyampaian pesan, ide dan
gagasan dari satu pihak kepada pihak lain yang dilakukan dalam implementasi
kebijakan tentang pengelolaan sampah di Kota Cimahi. Communication
(komunikasi) terdiri dari:
1. Transmission (penyampaian informasi) adalah penyampaian informasi
yang disampaikan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi
dalam implementasi pengelolaan sampah di Kota Cimahi.
2. Clarity (kejelasan) adalah suatu kejelasan perencenaan pengelolaan
sampah yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Cimahi dan dalam pelaksanaannya tidak menyimpang serta harus jelas dan
konsisten.

11
3. Consistency (konsistensi) adalah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi dalam mengelola
sampah secara berkesinambungan sesuai dengan peraturan yang berlaku .
b. Resources (sumber daya) adalah pelaksana serta alat bantu bagi Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi dalam mengelola sampah di Kota
Cimahi. Resources terdiri dari:
1. Staff (staf) adalah pelaku kebijakan yang memiliki kewenangan dalam
melekasanakan pengelolaan sampah di Kota Cimahi.
2. Information (informasi) adalah data yang sudah diolah menjadi suatu
bentuk lain yang berguna dalam pengelolaan sampah di Kota Cimahi.
3. Authority (kewenangan) adalah otoritas atau legitimasi bagi para
pelaksana dalam melaksanakan kebijakan secara politik dalam pengelolaan
sampah di Kota Cimahi.
4. Facilities (fasilitas) adalah sumber daya peralatan pendukung dalam
melakukan tugas operasionalnya (sarana dan prasarana) yang harus
dimiliki oleh Kota Cimahi dalam pengelolaan sampah di Kota Cimahi.
c. Disposition (sikap pelaksana) adalah sikap positif pelaksana untuk
melaksanakan kebijakan yang menjadi tujuan dalam implementasi kebijakan
tentang pengelolaan sampah di Kota Cimahi. Disposition terdiri dari:
1. Effect of disposition (tingkat kepatuhan pelaksana) adalah pelaksana
yang menimbulkan hambatanhambatan yang nyata terhadap implementasi
kebijakan tentang pengelolaan sampah di Kota Cimahi.
2. Incentives (insentif) adalah kecenderungankecenderungan yang ada
pada pelaksana melalui manipulasi insentif oleh pembuat kebijakan
melalui keuntungan-keuntungan atau biaya-biaya yang akan membuat
pelaksana melaksanakan dengan baik dalam implementasi kebijakan
tentang pengelolaan sampah di Kota Cimahi.
d. Bureaucratic structure (struktur birokrasi) adalah struktur organisasi,
pembagian wewenang dalam implementasi kebijakan tentang pengelolaan sampah
di Kota Cimahi. Bureaucratic structure terdiri dari:
1. Standard Operating Prosedures (SOP) adalah mekanisme, sistem dan

12
2. prosedur pelaksana kebijakan, pembagian tugas pokok, fungsi kewenangan,
dan tanggung jawab dalam implementasi kebijakan tentang pengelolaan
sampah di Kota Cimahi.
Fragmentation (penyebaran tanggung jawab) adalah penyebaran tanggung
jawab atas bidang kebijakan antara beberapa unit organisasi oleh pelaksana dalam
implementasi kebijakan tentang pengelolaan sampah di Kota Cimahi.
2.3 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini ada beberapa referensi yang diambil dari penelitian
yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, namun tidak semua hasil penelitian
tersebut dapat menjawab tujuan penelitian tentang Efektivitas Pengelolaan
Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Besar. Adapun penelitian
terdahulu tersebut adalah.
Penelitian yang sudah dilakukan oleh Rezky Putri Amelia Salinding, dkk
(2016), dengan judul “Efektivitas Pengelolaan Sampah Oleh Dinas Kebersihan
Dan Pertamanan Kota Manado” penelitian ini mengkaji tentang efektifitas
pengelolaan sampah di Kota Manado yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengelolaan sampah di Kota Manado ada berjalan atau sebaliknya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan
jenis studi kasus. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
kegiatan pengelolaan sampah di kota manado belum efektif yang disebabkan
minimnya kapasitas angkutan armada yang disediakan oleh Dinas Kebersiha Kota
Manado, sering terjadi keterlambatan pengangkutan dari TPS menuju TPA
menyebabkan tertumpuknya sampah di TPS hal ini mempengaruhi keindahan
kota, yang masih berserakan sampah disudutsudut kota dan pesisir pantai, sungai
yang masih menjadi pembuangan sampah dan limbah. Tempat lokasi TPA juga
belum secara maksimal dikelola dan ditata dengan baik.Selain masalah umum
yang telah ditemukan ternyata masih adanya permasalahan lain yaitu adanya
armada yang tidak layak pakai, kurangnya sarana dan prasarana berupa tempat
sampah ditepi jalan, pasar dan tempat lain yang harusnya ada tempat sampah,
kurangnya penyuluhan tentang sampah kepada masyarakat, kurangnya TPS jarak
antara TPS dengan rumah masyarakat terlalu jauh

13
sehingga masyarakat membuang sampah disungai atau di sembarangan tempat.
Untuk mengetahui efektifitas diukur dari beberapa kriteria yaitu produksi,
efesiensi,kepuasan, adaptasi dan perkembangan. 24 Berdasarkan hasil penelitian,
Pengelolaan sampah pada dinas lingkungan hidup Kabupaten Aceh Besar belum
berjalan efektif dikarenakan kurangnya anggaran, SDM, sarana dan Prasarana.
Penelitian yang sudah dilakukan oleh Ni Wayan Eni Wirnasih, dkk (2019),
yang berjudul “Efektivitas Pengelolaan Sampah Di Kota Denpasar”. Pertumbuhan
penduduk perkotaan secara tidak terkendali dan juga pertumbuhan penduduk desa
secara alami cenderung meningkat jenis dan bentuk aktifitas masyarakat dalam
berinteraksi dengan lingkungan alam. Hal ini akan mempengaruhi terhadap
peningkatan konsumsi energi dan produksi sampah yang berdampak pada
lingkungan. Dengan mengeluarkan ini pemerintah Kota Denpasar mengeluarkan
aturan UU Nomor 18 Tahun 2008 yaitu cara pengurangan dan penanganan
sampah. Pengurangan sampah dilakukan dengan 3 metode yaitu pembatasan
timbulan (reduce) penggunaan kembali (reuse) dan pendauran ulang (recyele).
Sedangkan untuk penanganan sampah dengan cara 5 metode yaitu pemilahan ,
pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pemprosesan akhir sampah. Cara
pertama pengurangan sampah yaitu sampah yang menjadi volume sampah yang
besar adalah sampah anorganik atau sampah plastic oleh sebab itu pemerintah
Kota Denpasar membuat Perwali No 36 Tahun 2018 tentang pengurangan sampah
plastik, sampah juga bernilai ekonomis, sebab sampah plastik jika dimanfaatkan
kembali menjadi kerajinan itu bisa menjadi diperjual belikan menjadi uang. Tidak
hanya sampah plastik sampah organik pun bisa dimanfaatkan untuk menjadi
pupuk kompos. Cara kedua penangan sampah dapat dilakukan di TPS diolah
terlebih dahulu sampah yang tidak bisa diolah baru di bawa ketempat TPA, ini
akan mengurangi timbunan volume terhadap penumpukan sampah.25
Berdasarkan hasil penelitian, proses pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
dinas lingkungan hidup Kabupaten Aceh Besar yaitu angkut, angkat dan buang.
Penelitian yang sudah dilakukan oleh Fendi Ismail (2019), dengan judul
“Efektivitas Badan Lingkungan Hidup Dalam Penangan Sampah Di Kota
Gorontalo” penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, dengan
populasi adalah pemerintah daerah yang berkaitan dengan pengelolaan sampah di

14
Kota Gorontalo. Diketahui bahwa pengelolaan sampah di Kota Gorontalo sudah
berjalan dengan cukup baik dari upayaupaya pemerintah yang telah dilakukan
akan tetapi masalah mengenai partisipasi masyarakat dan financial serta sarana
dan prasarana yang masih kurang. Gagasan masyarakat untuk mengubah
paradigma masyarakat untuk diubah sangat sulit yang menganggap sampah adalah
barang yang tidak bisa digunakan lagi dan dibuang dimana saja tampa memikir
dapat membuat dampak buruk yang akan timbul. Ini berdampak pada pengelolaan
sampah di Kota Gorontalo belum berjalan maksimal dikarenakan beberapa faktor
yang menjadi tunjangan yaitu fasilitas dalam pengelolaan sampah dan masalah
partisipasi masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah, sarana
dan prasarana. faktor lain budaya masyarakat terhadap pengelolaan sampah itu
sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, memiliki kesamaan dengan penelitian yang
di atas.

2.4 Efektivitas
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menanyakan seberapa jauh target
(kualitas dan kuantitas) yang telah dicapai oleh seseorang yang mana target
tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Organisasi dinyatakan efektif, apabila
tujuan anggota organisasi dan tujuan organisasi tercapai dengan baik atau di atas
target yang telah ditetapkan artinya baik pelanggan internal maupun eksternal
merasa puas. Tingkat keefektifan dan keefesienan merupakan ukuran kualitas
keberhasilan sebuah organisasi. Efektivitas adalah hubungan antara output dan
tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output,
kebijakan dan prosedur dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan
derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan
dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap
kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang
telah ditentukan.

Efektivitas merupakan perbandingan terbalik antara output dan input.


Yang menjadi tolak ukur harus ada perbandingan, misalnya perbandingan antara
hasil kerja dengan waktu atau sumber daya yang ada untuk mencapai hasil yang
telah ditetapkan. Istilah efektivitas sering digunakan dalam lingkungan organisasi
ataupun perusahaan yakni untuk menggambarkan tepat tidaknya sasaran yang
dipilih perusahaan tersebut. Efektivitas adalah suatu alat ukur yang menjadi target
dalam pencapaian suatu kinerja yang telah ditetapkan.

Efektivitas pengelolaan adalah dimana efektif merupakan pencapaian atau


pemilihan tujuan yang tepat dari beberapa alternatif lainnya. Jadi, jika suatu

15
kegiatan atau pekerjaan bisa selesai dengan pemilihan cara- cara yang sudah di
tentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. Jika dikaitkan dengan
proses pengelolaan, maka efektif bisa di artikan sebagai pemilihan terhadap
pengelolaannya dan cara mengelolanya agar menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat.

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu


organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan maka
organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif. Indikator efektivitas
menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (Output)
program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi output yang
dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka
semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.

Jadi efektivitas adalah sesuatu yang menunjukkan taraf tercapainya suatu


tujuan. Suatu usaha dapat dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuan
secara ideal. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapainya atau
tidaknya sasaran yang telah ditentukan. Hasil yang mendekati sasaran berarti
tinggi tingkat efektivitasnya, sebaliknya hasil yang jauh dari sasaran maka kurang
efektivitasnya.

2.4.1 Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah salah satu hal yang sederhana,


karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada
siapa yang menilai serta mengitesprestasikannya. Bila dipandang dari sudut
produktifitas, maka seseorang menejer produksi memberikan pemahaman bahwa
efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa.

Tingkat efektivitas juga dapat di ukur dengan membandingkan antara


rencana yang telah di tentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun
jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehinnga
menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu di
katakan tidak efektif. Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organissai
ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang di kemukakn oleh Ricard
M. Streers, yaitu:

a. Kualitas artinya kualita yang menghasilkan oleh organisasi.

b. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan.

c. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan


kemungkinan dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik

d. Efensiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap


biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut

16
e. Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua
biaya dan kewajiban dipenuhi

f. Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi

g. Stabilitas adalah pemeliharaan struktur,fungsi dan sumber daya


sepanjang waktu

h. Kecelakan yaitu frekuensi dalam hal penbaikan yang berakibat pada


kerugian waktu

i. Semangat kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian


tujuan,yang melibatkan usaha tambahan,kebersamaan tujuan dan perasaan
memiliki

j. Motivasi adalah adanya kekuatan yang muncul dari setiap individu


untuk mencapai tujuan

k. Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai


satu sam lain,artinya bekerja sama dengan baik,berkomunikasi dan
mengkoordinasikan

l. Keluwesan adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk


mengubah prosedur standar operasinya yang tujuan untuk mencegah
keterbekuan terhadaap rangsangan lingkungan.

2.4.2 Indikator Efektivitas

Sugiyono dalam Budiani menyebutkan beberapa indikator yang digunakan


untuk mengukur efektivitas adalah sebagai berikut.

1. Ketepatan sasaran, yaitu sejauh mana peserta program tepat yang sudah
ditentukan sebelumnya. Menurut Makmur ketepatan sasaran lebih
berorientasi kepada jangka pendek dan lebih bersifat operasional, penentu
sasaran yang tepat baik ditetapkan secara indvidu maupun sasaran yang
ditetapkan organisasi sesungguhnya sangat menentukan keberhasilan
aktivitas organisasi. Demikian pula sebaiknnya, jika sasaran yang
ditetapkan itu kurang tepat maka akan menghambat pelaksanaan berbagai
kegiatan itu sendiri.

2. Sosialisasi, yaitu kemampuan penyelenggaraan program dalam


melakukan sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan
program dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan
sasaran peserta program pada khususnya. Menurut Wilcox dalam
Mardikonto, memberikan informasi merupakan langkah awal yang
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan
memperlancar dalam

17
melanjutkan suatu pekerjaan, karena dengan memberikan informasi dapat
dipergunakan dan meningkatkan pengetahuan bagi orang yang menerima
informasi tersebut. Sosialisasi penanganan sampah sudah dilakukan namun
masih kurangya perhatian dari masyarakat setempat.

3. Pemantauan, yaitu kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakan


program sebagai bentuk perhatian kepada peserta program. Selanjutnya
menurut Winardi, pengawasan meliputi tindakan mengecek dan
membandingkan hasil yang dicapai dengan standar-standar yang telah
digariskan. Apabila hasil yang dicapai menyimpang dari standar yang
berlaku perlu dilakukan tindakan korektif untuk memperbaikinya.
Selanjutnya menurut Bohari pengawasan merupakan suatu bentuk
pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih kepada bawahannya.
Siagian dalam Situmorang dkk menyebutkan bahwa pengawasan
merupakan proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar supaya pekerjaan yang sedang dilakukan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.4.3 Konsep Pengelolaan Sampah


Permasalahan lingkungan saat ini ada di berbagai tempat. Permasalahan itu
menyangkut pencemaran, baik pencemaran tanah, air, udara dan suara.
Pencemaran tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia. Pencemaran tanah
misalnya, banyaknya sampah yang tertimbun di tempat sampah, apabila tidak
ditangani dengan baik akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan SK SNI Tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat padat
terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan
harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan.
Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktifitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomi. Menurut
kamus istilah lingkungan hidup, sampah mempunyai definisi sebagai bahan yang
tidak mempunyai nilai, bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa, pemakaian
bahan rusak, barang yang cacat dalam pembikinan manufaktur, materi
berkelebihan, atau bahan yang ditolak.
Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari
bahan organik atau anorganik, baik benda logam maupun benda bukan logam,
yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Bentuk fisikbendabenda
tersebut dapat berubah menurut cara pengangkutannya atau cara pengolahannya.

18
Definisi mengenai sampah, hal ini perlu diketahui terlebih dahulu sebelum
mengenal sampah lebih dekat. Menurut Azwar sampah adalah sebagian dari
sesuatu yang tidak dipakai tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang
umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Sampah dapat
diartikan sebagai barang yang yang tidak dapat digunakan lagi. Dari penjelasan di
atas dapat dikatakan sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena
sudah tidak digunakan dan dibuang. Adapaun penjelasan tersebut sampah
mengandung prinsip sebagai berikut.
a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat.
b. Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan manusia.
c. Bahan atau benda tidak dapat dugunakan lagi
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”, terbawa oleh
derasnya arus penambahan kata pungut ke dalam bahasa Indonesia, isilah inggris
tersebut lalu di Indonesia menjadi manajemen. Manajemen berasal dari kata to
manage yang artinya mengatur, pengeturan dilakukan melalui proses dan diatur
berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemn. Jadi manajemn itu merupakan
suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang di inginkan melalui aspek-aspeknya
antara lain planning, organising, actuating, dan controling.
“Marry Parker Follet (1997) mendefinisikan pengelolaan adalah seni atau
proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pecapaian tujuan. Dalam
penyelesaian akan sesuatu tersebut, terdapat tiga faktor yang terlibat, yaitu.
a. Adanya penggunaan sumber daya organisasi, baik sumber daya
manusia maupun faktor-faktor produksi lainya.
b. proses yang bertahap mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan
pengawasan.
c. Adanya seni dalam penyelesaian pekerjaan.
Pengelolaan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume
sampah atau merubah bentuk sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dengan
berbagai macam cara. Teknik pengelolaan sampah yang pada awalnya
menggunakan pendekatan kumpul, angkut,buang.

19
Proses pengelolaan adalah upaya dalam mengurangi jumlah sampah
sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir. Proses pengelolaan dapat
dilakukan dengan proses daur ulang dengan pemanfaatan kembali beberapa
komponen sampah yang bisa digunakan atau dengan proses pengomposan. Disini
dapat diartikan pengelolaan sampah yaitu mencegah timbulnya sampah secara
maksimal dan memanfaatkan kembali sampah serta menekankan dampak negatif
sekecil- kecilnya dari aktifitas pengelolaan sampah.
Prinsip yang dapat digunakan dalam penangan persoalan sampah sebagai
berikut.
a. Reduce (mengurangi) yakni upaya meminimalisisr barang atau
material yang kita gunakan.
b. Reuse (menggunakan kembali) yaitu pilihan barang yang bisa
dipakai kembali, hindari pemakaian batang yang sekali pakai.
c. Recycle (mendaur ulang) yaitu barang yang sudah tidak berguna
lagi bisa didaur ulang sehingga bermanfaat serta memiliki nilai
tambah. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini
sudah banyak industri formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang yang bermanfaat dan
mimiliki nilai ekonomis.
d. Replace (mengganti) yaitu mengganti barang-barang yang hanya
bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Selain itu
menggunakan barangbarang yang lebih ramah lingkungan,
misalnya mengganti kantong keresek dengan keranjang bila
berbelanja dan menghindari penggunaan Styrofoam karena kedua
bahan ini tidak bisa terdegradasi secara alami.
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahan
kegiatan, yaitu: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Secara
sederhana tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah
sebagai berikut: Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat
asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan
berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak
sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan
sementara. Untuk

20
melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang
mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu.
Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan
berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/
pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu
tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat
pembuangan akhir. Pada tahap pembuangan akhir/ pengolahan, sampah akan
mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian
hingga tuntas penyelesaian seluruh proses. Pengelolaan sampah, terutama di
kawasan sekolahan, dewasa ini dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang
cukup kompleks. Permasalahan tersebut meliputi tinggi laju timbulan sampah
yang tinggi, kepedulian warga sekolah teruma siswa yang masih sangat rendah
serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah (final disposal) yang
selalu menimbulkan permasalahan tersendiri.
Pelayanan Publik (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
112), Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5038) terkait
Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 BAB XIV Tentang Pengawasan Pasal 16
ayat 2 yang menjelaskan “sarana dan prasarana yang digunakan untuk melakukan
pengawasan terhadap para pelanggaran kebersihan bisa dengan memanfaatkan
sistem berbasis teknologi informasi.” Terkait dengan undang-undang yang
mengimbangi Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Sampah di Kota Cimahi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi dalam
menjalankan implementasi kebijakannya masih terhambat dalam hal fasilitas baik
dalam sarana maupun prasarana.
Terlihat dari beberapa pemaparan yang informan nyatakan dalam
wawancaranya yang memberitahu bahwa fasilitas yang ada di kota cimahi dalam
pelaksanaan implementasi kebijakan mengenai pengelolahan sampah masih
sangat kurang optimal. Hingga akhirnya proses pelaksanaan implementasi
kebijakan menjadi terhambat dan menjadikan permasalahan yang harus
diperhatikan oleh Pemerintahan Kota Cimahi khususnya Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Cimahi. Dapat disimpulkan bahwa Fasilitas-fasilitas yang ada
saat ini di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi sangatlah kurang,
dengan demikian

21
aparatur terhambat dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Kurangnya
fasilitas yang dapat mendukung kinerja para apatur dalam menjalankan tugas,
menjadi suatu permasalahan yang harus segera diatasi oleh pemeritah kota cimahi
khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi dengan demikian
proses pelaksanaan implementasi Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Cimahi terhambat yang dikarenakan oleh
kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang diberikan oleh dinas dalam
pelaksanaan implementasi kebijakan tersebut. Berdasarkan hasil observasi di
lapangan, bahwa fasilitas yang dimiliki Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Cimahi masih sangat kurang, hal tersebut disebabkan karena keterbatasan
anggaran, sehingga kendaraan operasional untuk mengangkut sampah relatif tua
dan sudah tidak layak dipergunakan masih saja beroperasi dalam penanganan
sampah di Kota Cimahi.
Dapat disimpulkan bahwa komitmen dan kepatuhan dari aparatur dalam
menjalankan tugas dapat menciptakan kelancaran dalam implementasi kebijakan
Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota
Cimahi Pelaksanaan kebijakan implementasi Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Cimahi dapat dikatakan berhasil
apabila aparatur dapat menjalankan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab
secara jujur dan baik. Keberhasilan yang efektif dan efisien dapat tercapai apabila
sikap dari para aparatur pelaksanaan kebijakan implementasi Peraturan Daerah
Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Cimahi telah sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
Dengan adanya keinginan untuk mengimplementasikan kebijakan
mengenai pengelolaan sampah yang dimiliki oleh aparatur dapat melancarakan
suatu proses dalam implementasi kebijakan tersebut. Berdasarkan hasil observasi
di lapangan, jika dilihat dari konsistensi aparatur Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Cimahi cukup baik, karena berpedoman kepada
peraturanperaturan yang ada, akan tetapi masih adanya aparatur yang menjalankan
tupoksi di luar peraturan- peraturan yang terkait masalah sampah di Kota Cimahi.
Tingkat Kepatuhan Aparatur Dalam Mengimplementasikan Pengelolaan
Sampah di Kota Cimahi Karakteristik atau sikap dalam pelaksana kebijakan
implementasi Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

22
Sampah di Kota Cimahi yang dilaksanakan oleh aparatur Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Cimahi dapat dilihat melalui komitmen, norma-norma atau
aturan dan pola-pola yang saling terhubung satu sama lainnya, yang menjadikan
terjadinya birokrasi, jika pelaksanaan ingin efektif maka para pelaksana tidak
hanya mengetahui apa yang akan dilakukannya, akan tetapi harus memiliki
kemampuan untuk dapat melaksanakan kebijakan implementasi terkait
pengelolahan sampah tersebut.
2.5 Hipotesis
Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian dibagi menjadi dua, yaitu
hipotesis berpengaruh secara langsung dan pengaruh secara tidak langsung.
Hipotesis pengaruh secara langsung:
H1 : Di duga ada pengaruh yang positif dan signifikan implementasi
kebijakan pengelolaan sampah terhadap partisipasi masyarakat di
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi
H2 : Di duga ada pengaruh yang positif dan signifikan implementasi
kebijakan pengelolaan sampah terhadap efektifitas pengelolaan sampah di
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
H3 : Di duga ada pengaruh yang positif dan signifikan partisipasi
masyarakat terhadap efektifitas pengelolaan sampah di Kecamatan Cimahi
Tengah Kota Cimahi.
Hipotesis pengaruh secara tidak langsung
H4 : Di duga ada pengaruh yang positif dan signifikan signifikan
implementasi kebijakan pengelolaan sampah melalui partisipasi
masyarakat terhadap efektifitas pengelolaan sampah di Kecamatan Cimahi
Tengah Kota Cimahi.

2.6 Operasionalisasi Variabel

Efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan dalam
istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai
hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari
variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya

23
dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan.
James L. Gibson dkk (1996), mengatakan bahwa efektivitas adalah pencapaian
sasaran bersama. Derajat pencapaian sasaran menunjukkan derajat efektivitas.
Tjokroamidjojo (1987) mengatakah bahwa efektivitas, agar pelaksanaan
administrasi lebih mencapai hasil seperti direncanakan, mencapai sasaran tujuan
yang ingin dicapai dan lebih berdaya hasil. Sedangkan Keban (2004) mengatakan
bahwa suatu organisasi dapat dikatakan efektif kalau tujuan organisasi atau nilai-
nilai sebagaimana ditetapkan dalam visi tercapai. Nilai-nilai yang telah disepakati
bersama antara para stakeholder dari organisasi yang bersangkutan (Pasolong,
2007:4).
Definisi sampah berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Cimahi, Pengelolaan Sampah adalah suatu
rangkaian kegiatan yang bersifat sistematis tentang cara pengolahan sampah mulai
dari sumber sampah sampai tempat pengelolaan akhir sampah.. Pengelolaan
Sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Penanganan sampah :
1. Pemilahan : dilakukan melalui memilih sampah rumah tangga sesuai
dengan jenis sampah.
2. Pengumpulan : dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat sampah
rumah tangga ke TPS/TPST sampai TPA dengan tetap menjamin
terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah.
3. Pengangkutan : tetap terjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis
sampah.
4. Pengolahan : mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah
yang dilaksanakan di TPS/TPST dan TPA.
5. Pemprosesan akhir sampah : dilakukan dengan pengambilan sampah
dan/atau residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman.

24
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode yang Digunakan


Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian korelasional. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei. Metode survei adalah penelitian yang diadakan pada
suatu populasi. Data yang diteliti adalah data dari sampel, yaitu sampel yang
diambil dari populasi tersebut (Sugiyono, 2002). Dalam penelitian survai,
informasi/data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.
Umumnya pengertian survai dibatasi pada pengertian survai sampel dimana
informasi dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh
populasi. (Singarimbun dan Effendi, 1988).

3.2 Definisi Konsep dan Operasional


Berdasarkan rumusan hipotesis, maka penelitian ini akan mengkaji dua
variabel pokok, masing-masing (1) satu perangkat variabel bebas (Independent
variable) yaitu implementasi kebijakan pengelolaan sampah yang diberi
simbol X; dan (2) sebuah variable tergantung/Terikat atau dependent variable
yakni kebersihan lingkungan yang diberi simbol Y.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhansubyek penelitian (Arikunto, 2014:173).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. Dalam penelitian ini menggunakan
probability sampling dimana teknik pengambilan sample yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini menggunakan simple random sampling,
karena simple (sederhana) untuk pengambilan sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi dianggap homogen. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
20 orang, dengan komposisi 10 responden tenaga kebersihan dari Dinas

25
Lingkungan Hidup (DLH) Bagian Persampahan dan 10 responden lagi
berasal dari masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Cimahi Tengah.

3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data


Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini
untuk menjaring data primer adalah daftar pertanyaan atau kuesioner serta
dibantu dengan teknik wawancara yang dipandu melalui pedoman wawancara
atau interviw-guide. Untuk memperoleh data sekunder digunakan penelitian
dokumentasi dan semua data dikumpulkan melalui teknik survei dan observasi
langsung dilokasi penelitian (Hadi, 1989). Instrumen (kuesioner) dirancang
secara berstruktur berdasarkan skala Likert dan berpola pada skala ordinal dan
interval.
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan pengumpulan
data primer dan pengumpulan data sekunder.
A. Pengumpulan Data Primer
Bentuk pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah dengan :
a) Observasi Lapangan
Observasi lapangan merupakan pengamatan terhadap kejadian yang
dilakukan dengan mengamati dan meneliti keadaan wilayah studi serta
karakteristik masyarakat dalam pengelolaan sampah. (Studi Kasus :
Kecamatan Cimahi Tengah).
b) Wawancara
Wawancara dan tanya jawab dilakukan terhadap narasumber yang dianggap
dapat mewakili kelompoknya, yaitu dengan melakukan sesi tanya jawab
mengenai proses pengelolaan sampah oleh aparat Pemerintah terkait
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. (Studi Kasus : Kecamatan
Cimahi Tengah).

c. metode purposive sampling

26
menggunakan metode purposive sampling, dengan pertimbangan pemilihan
responden yaitu: responden yang mengetahui dengan jelas dan paham
mengenai pengelolaan sampah. (Studi Kasus: Kecamatan Cimahi Tengah),
seperti:
- Dinas Lingkungan Hidup bidang Pengelolaan Sampah, Limbah
B3 dan Peningkatan Kapasitas.
- Aparat Kecamatan Cimahi Tengah Bidang Sarana dan
Prasarana Lingkungan.
d) Kuesioner
Kuesioner ditujukan kepada masyarakat yang menjadi sampel dalam
penelitian untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah. (Studi Kasus : Kecamatan Cimahi Tengah) dimana
sampel diambildengan menggunakan metode simple random sampling dan
menggunakan rumus Taro Yamane, dengan jumlah sampel sebanyak
20sampel.
e) Dokumetasi
Dokumentasi dilakukan untuk mengabadikan informasi-informasi
yangdidapatkan dalam pengumpulan data sebagai bentuk nyata atau sebagai
bukti fisik dalam penelitian, dimana dilakukan untuk mengabadikan kondisi
eksisting wilayah studi yaitu Kecamatan Cimahi Tengah (Studi Kasus :
Kecamatan Cimahi Tengah).
B. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder merupakan pengumpulan data dari data-data
dan literatur yang ada di instansi terkait, buku-buku, serta hasil studi
sebelumnya yang ada kaitannya dengan penelitian yang dibahas yang dapat
dijadikan referensi dalam melakukan penelitian mengenai partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah. (Studi Kasus : Kecamatan Cimahi
Tengah).

3.5 Teknik Analisis Data


27
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan melalui beberpa
tahap yaitu :
1. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)
Dalam mengevaluasi model pengukuran SEM-PLS dilakukan dengan bantuan
program SmartPLS. Evaluasi pengukuran pada SEM-PLS perlu dilakukan dua
pengujian, yaitu Uji validitas dan realibilitas. Pada uji validitas dapat dilakukan
dengan melihat convergent validity dan discriminant validity dari indikatornya.
Extracted (AVE) setiap konstruk diharapkan lebih besar dari 0,5.
Pengujian reliabilitas bisa dilakukan dengan melihat nilai Composite
Reliability, nilai yang diharapkan berada pada skor diatas 0,7. Hasil pengujian
secara menyeluruh bisa dilihat dari Construct Reliability and Validity dari output
SmartPLS
2. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Setelah uji validitas dan realibilitas kemudian membentuk model pengukuran,
maka selanjutnya adalah menganalisis pengaruh antar variabel laten yang disebut
model struktural (inner model). Evaluasi terhadap inner model dapat dilakukan
dengan melihat besarnya R2 (R-Square). Semakin besar nilai R2 maka semakin
besar pula pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel endogen.
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian akan diuji menggunakan uji t dengan nilai t hitung lebih
besar dari t tabel atau nilai p value lebih kecil dari 0,05. Jika nilaip value lebih
besar 0,05 maka hipotesis tidak bisa diterima karena dianggap tidak terbukti, atau
dengan kata lain hipotesis tersebut ditolak.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, Imam. 2014. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan


Partial Least Squares (PLS). Edisi 4. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hernidyasari, Yeni. 2012. Pengaruh Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah
terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat di Desa Jatiwaringin Kabupaten
Tangerang. Skripsi. Banten: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Jenawi, Billy. 2008. Pengaruh Implementasi Kebijakan terhadap Efektivitas
Pengelolaan Sampah di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung. Skripsi.
Bandung: Universitas Pasundan.
Nurhafni. 2016. Partisipasi Masyarakat terhadap Efektivitas Pengelolaan Sampah
di Kota Pekanbaru. Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan &
Mitigasi Bencana”. Pekanbaru: Universitas Riau
Ray, Raymundus I.W. 2017. Pengaruh Implementasi Kebijakan dan Kompetensi
SDM terhadap Efektivitas Pengelolaan Sampah di Kota Depok. IJPA - The
Indonesian Journal of Public Administration. Vol. 3, No. 1, Juni 2017, pp. 18-34.
Febiana, R. M. R. M. (2019). Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Bandung
Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Pengelolaan
Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten
Bandung).
Utari, Dewi. (2014). Pengaruh Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah
Terhadap Efektivitas Penanganan Sampah di Kecamatan Majalaya Kabupaten
Bandung. UIN Sunan Gunung Djati.
Sahputra, B. S., & Srihardjono, N. B. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sampah Di Tpst 3R-Desa Mulyo Agung. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik, 7(3), 6–12.
Ray, Raymundus I.W. 2017. Pengaruh Implementasi Kebijakan dan Kompetensi
SDM terhadap Efektivitas Pengelolaan Sampah di Kota Depok. IJPA - The
Indonesian Journal of Public Administration. Vol. 3, No. 1, Juni 2017, pp. 18-34.
Febryanti, I., & Suryaningsih, M. (2017). Implementasi Kebijakan Penanganan
Sampah di Kota Semarang berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor
6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Sampah di Kota Cimahi.

29
30

Anda mungkin juga menyukai