Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai Kurikulum 2013 yang berlaku sekarang ini, memerlukan strategi baru
lebih banyak didominasi oleh peran guru (teacher centered) diperbaharui dengan
implementasinya guru harus mampu memilih dan menerapkan model, motode atau
pelaksanaan Kurikulum 2013 yang sarat dengan penguatan karakter siswa di sekolah,
dan diawasi secara berkesinambungan agar terlaksana secara efektif dan efisien.
belajar, kemudian siswa membuat laporan dan menampikan hasil laporan dalam
bentuk presentasi.
1
Guru sebagai pihak yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di
kelas menjadi faktor yang penting dalam memajukan mutu pendidikan. Tuntutan
sumber daya pendidikan yang berkualitas dan profesional, menjadi suatu keharusan
pada era global, informasi dan reformasi pendidikan. Guna mencapai tujuan dan
Widya, 2021). Seperti disampaikan Sanjaya (2013: 14) bahwa tanpa diimbangi
pelajaran yang terdapat di kurikulum, akan tetapi suatu proses mengubah tingkah
laku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses
mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan
maupun keterampilan motorik sehingga siswa dapat dan berani hidup di masyarakat
yang cepat berubah dan penuh persaingan, memotivasi siswa agar mereka dapat
memecahkan berbagai persoalan hidup dalam masyarakat yang penuh tantangan dan
rintangan membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif dan kreatif, dan lain
sebagainya.
Pada kenyataannya, selama ini masih banyak guru yang kurang memberikan
terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi, guru di MTs Al – Anshor
2
Namatimur belum memanfaatkan FGD di sekolah. Guru lebih sering melakukan
siswa sehingga kurangnya motivasi belajar siswa terhadap materi IPS Terpadu. Hal
ini ditandai dengan nilai hasil belajar siswa yang masih dibawah KKM.
diberikan yaitu dengan melakukan focus group discussion (FGD). Bungin (2012)
menyatakan bahwa focus group discussion (FGD) adalah suatu proses pengumpulan
data yang dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi dari suatu kelompok
berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. Diskusi
masalah melalui beberapa pendapat peserta diskusi dari berbagai pengalaman sosial
dan interaksi antar peserta diskusi yang diatur dan diarahkan oleh moderator. Setiap
pengalaman masing-masing peserta diskusi yang ada kaitannya dengan topik yang
dibahas. Melalui FGD inilah dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman dan
menyatakan bahwa “FGD sebagai suatu proses pengumpulan data dan informasi
kualitatif dengan cara sistematis mengenai suatu masalah yang dilakukan melalui
diskusi kelompok”. FGD mengandung tiga kata kunci yaitu diskusi, kelompok, dan
yaitu permasalahan yang sedang dihadapi, akan difokuskan dalam bentuk pertanyaan,
3
tugas, dan pendapat yang harus disampaikan oleh peserta (Elfi, 2017). Dalam
mengimplementasikan FGD untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Bagi guru
yang tingkat pengalamannya tinggi akan menjadi lebih matang dan bagi guru yang
menjelaskan bahwa informasi atau data yang diperoleh melalui FGD lebih kaya atau
pengumpulan data lainnya. Hal ini dimungkinkan karena partisipasi individu dalam
memberikan data dapat meningkat jika mereka berada dalam suatu kelompok diskusi.
suatu penelitian dengan judul: Pengaruh Fokus Group Disscusion (Fgd) Terhadap
Motivasi Tehadap Moiasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas VIII MTs Al-Anshor
Namatimur.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah adanya pengaruh FGD terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas
2. Berapa besar pengaruh FGD terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan utama dalam
penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Focus Group Disscusion (FGD) Pada
Mata Pelajaran Ips Terpadu terhadap Motivasi dan Mengukur Hasil Belajar Siswa.
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh FGD terhadap motivasi dan hasil
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru ekonomi agar terampil
termotivasi dalam belajar, dan hal tersebut akan berdampak pada tercapainya
tujuan pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
5
E. Defenisi Penelitian
1. Focus Group Disscusion (FGD) adalah suatu proses pengumpulan data yang
berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. Diskusi
sosial dan interaksi antar peserta diskusi yang diatur dan diarahkan oleh
dengan topik yang dibahas. Melalui FGD inilah dapat mengetahui sejau hmana
tingkat pemahaman dan penguasaan peserta diskusi terhadap materi yang dibahas
(Bugin, 2012).
untuk melakukan sesuatu dan motivasi juga sebagai daya penggerak yang
3. Hasil Belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
Definisi awal tentang FGD menurut Kitzinger dan Barbour (1999) adalah
individu yang berfokus pada aktivitas bersama diantara para individu yang terlibat
partisipan yang terlibat dalam kelompok diskusi tersebut antara lain saling berbicara
dengan lainnya tentang pengalaman atau pendapat diantara mereka terhadap suatu
diskusi tersebut. Hal senada tentang metode FGD, Hollander (2004), Duggleby
(2005), dan Lehoux et al. (2006) mendefinisikan metode FGD sebagai suatu metode
individu yang dalam interaksi tersebut, sesama individu saling mempengaruhi satu
dengan lainnya. Lebih rinci, Hollander (2004) menjelaskan bahwa interaksi sosial
data/informasi jika memiliki kesamaan dalam hal, antara lain memiliki kesamaan
7
karakteristik individu secara umum, kesamaan status sosial, kesamaan isu/
Bugin (2012) menyatakan bahwa focus group discussion (FGD) adalah suatu
proses pengumpulan data yang dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi
dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan
pengalaman sosial dan interaksi antar peserta diskusi yang diatur dan diarahkan oleh
dengan topik yang dibahas. Melalui FGD inilah dapat mengetahui sejauhmana
tingkat pemahaman dan penguasaan peserta diskusi terhadap materi yang dibahas.
Bisjoe (2018) menyatakan bahwa metode FGD dapat memberikan data yang
lebih mendalam, informati, dan bernilai, kemudian dari segi kepraktisan model ini
hemat biaya, dan dapat mengumpulkan data lebih banyak dengan waktu yang
singkat. Penelitian yang dilakukan oleh Aswat (2019:20) juga menyatakan bahwa
“metode FGD dapat meningkatkan mengalami peningkatan kegiatan guru yang baik
hingga berada pada kategori yang sangat baik”. Widiyati (2019) dalam penelitiannya
juga menyatakan bahwa penerapan FGD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
8
menjadi rendah”. FGD merupakan metode pemecahan masalah dengan menciptakan
proses pengumpulan data dan informasi kualitatif dengan cara sistematis mengenai
suatu masalah yang dilakukan melalui diskusi kelompok”. FGD mengandung tiga
kata kunci yaitu diskusi, kelompok, dan terfokus/terarah (Siregar, 2019). Saat diskusi,
materi yang akan didiskusikan yaitu permasalahan yang sedang dihadapi, akan
difokuskan dalam bentuk pertanyaan, tugas, dan pendapat yang harus disampaikan
oleh peserta (Elfi, 2017). Dalam kegiatan diskusi tersebut para guru bisa membagi
mencapai hasil belajar yang optimal. Bagi guru yang tingkat pengalamannya tinggi
akan menjadi lebih matang dan bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah akan
keunggulan penggunaan FGD lainnya yaitu memberikan data yang lebih banyak dan
memberikan nilai tambah. Keunggulan lainnya yaitu guru dapat menukar pendapat,
memberi saran, tanggapan dan berbagai reaksi sosial dengan teman seprofesi sebagai
untuk memfasilitasi diskusi agar interaksi yang terjadi diantara partisipan terfokus
9
metode FGD yaitu menggunakan wawancara semi struktur kepada suatu kelompok
individu dengan seorang moderator yang memimpin diskusi dengan tatanan informal
dan bertujuan mengumpulkan data atau informasi tentang topik isu tertentu. Metode
FGD memiliki karakteristik jumlah individu yang cukup bervariasi untuk satu
kelompok diskusi. Satu kelompok diskusi dapat terdiri dari 4 sampai 8 individu
(Kitzinger, 1996; Twin, 1998) atau 6 sampai 10 individu (Howard, Hubelbank &
Moore,1999).
Peserta dalam FGD biasanya terdiri dari 6-8 orang dan paling banyak 12
dan tanggung jawabnya untuk turut serta mencapai hasil yang diharapkan. FGD
biasanya dilakukan selama 45-60 menit, namun ada yang lebih lama yaitu mencapai
b. Tahapan FGD
ataupun rekan dalam diskusi, moderator sebagai pemimpin jalannya intervensi dan
Dalam tahap ini anggota kelompok dan fasilitaror akan membangun rapport
2. Transisi
Dalam tahap ini peserta akan mereview terkait permasalahan yang sudah
antar partisipan untuk memperoleh kedalaman dan kekayaan data yang lebih padat
yang tidak diperoleh dari hasil wawancara mendalam. Hal ini dimungkinkan karena
partisipasi individu dalam memberikan data dapat meningkat jika mereka berada
dalam suatu kelompok diskusi. Namun, metode ini tidak terlepas dari berbagai
metode FGD masih seringkali menjadi bahan perdebatan para ahli penelitian dan
11
konsensus untuk menyepakati metode FGD sebagai metodologi yang ideal dalam
berdasarkan segi kepraktisan dan biaya merupakan metode pengumpulan data yang
hemat biaya/tidak mahal, fleksibel, praktis, elaborasif serta dapat mengumpulkan data
yang lebih banyak dari responden dalam waktu yang singkat (Streubert & Carpenter,
2003). Selain itu, metode FGD memfasilitasi kebebasan berpendapat para individu
penelitian mereka. Dari segi validitas, metode FGD merupakan metode yang
memiliki tingkat high face validity dan secara umum berorientasi pada prosedur
penelitian (Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006). Metode FGD juga memiliki
beberapa kelemahan sebagai alat pengumpulan data. Dari segi analisis, data yang
diperoleh melalui FGD memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk dianalisis dan
banyak membutuhkan waktu. Selain itu, kelompok diskusi yang bervariasi dapat
menambah kesulitan ketika dilakukan analisis dari data yang sudah terkumpul.
Pengaruh seorang moderator atau pewawancara juga sangat menentukan hasil akhir
pengumpulan data (Leung et al., 2005). Selanjutnya, dari segi pelaksanaan, metode
optimal dari para peserta diskusi (Lambert & Loiselle, 2008). Keterbatasan lainnya
dari penggunaan metode FGD dapat terjadi pada umumnya karena peneliti seringkali
kurang dapat mengontrol jalannya diskusi dengan tepat. Aktivitas para individu
dalam bertanya dan mengemukakan pendapat cukup bervariasi, terutama jika terdapat
12
individu yang mendominasi diskusi kelompok tersebut sehingga dapat
peran peneliti sebagai fasilitator yang terlatih dan terandalkan dalam kelompok untuk
mencegah terjadinya hal tersebut di atas (Steubert & Carpenter, 2003). Selain itu,
kekayaan data dan menjadikan data yang dihasilkan menjadi lebih bernilai dan lebih
Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri untuk melakukan suatu hal
agar tercapainya tujuan yang diinginkan. Motivasi menjadi peran yang sangat penting
diri, tumbuhnya rasa ingin tahu dan aktif dalam pembelajaran, sehingga dengan
adanya motivasi maka peserta didik dapat terdorong untuk belajar lebih serius.
Menurut Sugeng (2016) motivasi belajar merupakan kondisi psikologis yang akan
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dan motivasi juga sebagai daya
suatu pendorong yang dapat mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk
aktivitas nyata dan dorongan untuk berusaha melakukan perubahan terhadap tingkah
laku untuk menjadi yang lebih baik. Pendapat lain Brophy (dalam Koca, 2016)
13
menyatakan bahwa motivasi belajar adalah kompetensi diperoleh melalui pemodelan,
komunikasi harapan dan instruksi langsung atau sosialisasi oleh orang lain yang
merupakan energi berupa dorongan dalam diri seseorang yang dapat mengubah
tingkah laku seseorang menjadi lebih baik sehingga adanya dorongan untuk
melakukan kegiatan atau aktivitas nyata. Dalam kegiatan belajar motivasi sangat
diperlukan oleh peserta didik, sebab peserta didik yang tidak memiliki motivasi
dalam belajar tentu tidak akan melakukan aktivitas belajar Masni (2017).
Menurut Dimyati dan Mujiyono (dalam Nurmala dkk., 2014), motivasi sangat
bermanfaat bagi siswa dan guru dalam proses pembelajaran, yaitu dengan adanya
motivasi siswa akan bersemangat dan dapat belajar secara terarah, sedangkan guru
memiliki peran untuk menumbuhkan serta menjaga motivasi siswa untuk terus
sangat dipengaruhi oleh motivasi siswa dalam belajar. Lebih lanjut, hasil penelitian
dengan peningkatan hasil belajarnya. Hasil penelitian Ulfah dkk (2016) juga
menyatakan, adanya hubungan yang erat antara motivasi peserta didik dengan hasil
belajar peserta didik. Oleh karena itu, setiap guru harus dapat memahami perbedaan
14
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat
untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi dipandang
pada individu belajar (Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 ; Biggs dan
Tefler, 1987 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) Untuk peningkatan motivasi
belajar menurut Abin Syamsudin M (1996) yang dapat kita lakukan adalah
kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan, 6) Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
kegiatan.
Winkel, 2003 dalam Puspitasari, (2012) definisi atas motivasi belajar adalah
segala usaha di dalam diri sendiri yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin
15
kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberi arah pada kegiatan kegiatan belajar
sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis
yang bersifat non intelektual dan berperan dalam hal menumbuhkan semangat belajar
untuk individu.
Motivasi belajar adalah dorongan dari proses belajar dan tujuan dari belajar
masalah dalam belajar yang berakibat prestasi belajar tidak sesuai dengan ang
diharapkan. Untuk mengatasi masalah yang dialami tersebut perlu ditelusuri faktor
yang mempengaruhi hasil belajar di antaranya adalah motivasi belajar siswa, dimana
motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar, serta sangat memberikan
pengaruh besar dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar (Puspitasari,
2012).
kecenderungan siswa dalam melakukan segala kegiatan belajar yang didorong oleh
hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi belajar
merupakan peranan yang khas adalah sebagai penumbuhan gairah dalam diri setiap
yang memilki motivasi tinggi akan memiliki semangat dan banyak energi untuk
(2012).
16
Menurut Djamarah, (2002) motivasi belajar pada setiap individu dapat
berbeda, sehingga ada siswa yang sekedar ingin menghindari nilai yang jelek bahkan
untuk menghindari hukuman dari guru, dan orientasinya hanya untuk memperoleh
nilai yang tinggi, namun ada pula siswa yang benar-benar ingin mengembangkan
Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar
merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa
penggerak seseorang untuk melakukan suatu hal untuk tujuan yang dikehendaki
oleh para siswa. Bermula dari motivasi belajar seseorang memiliki semangat untuk
pembahasan tentang teori belajar Koneksionisme S-R dan teori Belajar Kognitif
(Teori Gestalt). Dalam membicarakan soal motivasi belajar, hanya akan dibahas dari
dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang
yang disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang
yang disebut “motivasi ekstrinsik” menurut W.S Winkel, 1997 dalam Sardiman
2012 yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
17
yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Motivasi intrinsik adalah
motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat dengan tujuan
belajar.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik
factors outside the learning situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai
5. Belajar demi memperoleh pujian dari guru, orang tua, dan teman
18
3. Pengertian Hasil Belajar
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang
2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
yang dipelajari.
19
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar
psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam
penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu
pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan
untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.
kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
B. Penelitian Terdahulu
20
BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR PAI SISWA SD NEGERI 05
KEPAHIANG.
Purworejo.
apakah adanya pengaruh FGD terhadap motivasi dan hasil belakar serta seberapa
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori pembelajaran dan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada
sebagai berikut:
21
Ada Pengaruh Focus Group Disscusion (FGD) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar
Ha
Siswa Pada Kelas VIII MTs Al-Anshor Namatimur.
Tidak Ada Pengaruh Focus Group Disscusion (FGD) Terhadap Motivasi dan Hasil
Ho
Belajar Siswa Pada Kelas VIII MTs Al-Anshor Namatimur.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan yang akan dicapai, maka tipe
(Sudjana, 2001: 69). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest and
posttest group experiment. Penelitian ini tidak ada variabel kontrol sehingga tidak ada
kelas kontrol. Menurut Bambang P&Lina Miftahul Jannah (2011: 161), pretest and
(posttest) tanpa ada kelompok pembanding. Hal senada juga diungkapkan oleh
Christensen (2001) sebagaimana dikutip oleh Liche 58 Seniati, dkk (2008: 118),
bahwa desain pretest-posttest disebut juga beforeafter desain. Pada desain ini, diawal
penelitian dilakukan pengukuran terhadap variabel terikat yang telah dimiliki subjek.
Rancangan one group pretest-posttest design ini terdiri atas satu kelompok
yang telah ditentukan. Di dalam rancangan ini dilakukan tes sebanyak dua kali, yaitu
sebelum diberi perlakuan disebut prates dan sesudah perlakuan disebut pascates.
23
Adapun pola penelitian metode one group pretest-posttest design menurut Sugiyono
O1 X O2
Pada desain ini tes yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan
perlakuan disebut prates. Prates diberikan pada kelas eksperimen (O1). Setelah
model talking stick (X), pada tahap akhir penulis memberikan pascates (O2).
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
24
Pada penelitian ini, peneliti memilih sampel satu kelas untuk dijadikan
sebagai kelas ekperimen. Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali
1. Populasi dalam penilitian ini adalah semua peserta didik kelas VIII MTS Al-
Anshor Namatimur.
2. Sampel dalam penilitian ini adalah peserta didik kelas VIII berjumlah 20 orang.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai
berikut : untuk hasil penilaian proses, dilakukan pengamatan pada aspek oleh guru
mata pelajaran ekonomi yang difasilitasi oleh penilitian. Skornya diperoleh sesuai
dengan skor yang diperoleh lewat LKPD yang merupakan hasil kognitif peserta didik.
didik juga dengan menggunakan objektif dalam bentuk essaynya, kegiatan ini
dilakukan setelah selesai kegiatan belajar mengajar, hasil tes peserta didik selanjutnya
diberikan skor.
25
E. Instrumen Penilaian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penilitian ini adalah
: 1) instrumen tes (pretest dan pro test), 2) Lembar pengamatan data aspek efektif dan
peserta didik selama proses pembelajaran. 3) Instrumen tes berupa tes objektif dalam
bentuk essay untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik, dan LKPD (Lembar
selanjutnya akan diubah dalam bentuk nilai. Proses perubahan skor menjadi nilai
Langkah I :
Mengubah skor yang diperoleh peserta didik ke dalam bentuk presentasi pencapaian
Untuk skor yang diperoleh peserta didik lewat hasil tes akhir, hasil olahannya dalam
bentuk persentase pencapaian disebut X1. Sedangkan hasil olahan data skor
26
ditambah dengan skor perolehan LKPD disebut X2 skor perolehan afektif dan
Interval Kualifikasi
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang/gagal
(Ratumanan,2003:106)
Langkah II :
75 ( X 2 ) +25( X 1)
NA = (Arikunto, dalam Esomar 2004:46)
100 %
Keterangan :
psikomotorx30%
NA = Nilai akhir.
76-85 B Baik
60-75 C Cukup
60 D Kurang/gagal
untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Validitas data diukur dengan rnenggunakan r hitung
dengan r table (r product moment). Jika r hitung > r tabel, dan nilai positif maka butir
atau pertanyaan atau indikator terdebut dinyatakan valid. Sedangkan Uji reliabilitas
adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel
atau konstruk. Suatu koesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.69 Pengukuran
reliabilitas dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja. Di sini pengukuran
hasil hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain atau
28