Anda di halaman 1dari 15

BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1 Lokasi Perancangan Dan Kriteria Pemilihan Tapak


3.1.1 Lokasi Perancangan

Gambar Peta administasi Kabupaten Timor Teengah Selatan


Sumber: Ttskab.go.id

Secara geografis Kabupaten Timor Tengah Selatan terletak pada 124’4◦ -


124,49◦ Bujur Timur dan 9’24◦ - 10’00◦ Lintang Selatan, serta berada pada
ketinggian 0-500 m diatas permukaan laut. Luas wilayah sekitar 3.955,36 km². Batas
wilayah kabupaten Timor Tengah Selatan:

• Utara berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan


• Selatan berbatasan dengan Laut Timor
• Timur berbatasan dengan Kabupaten TTU dan kabupaten Malaka
• Barat berbatasan dengan Kabupaten Kupang

Wilayah administarsi Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri atas 32


kecamatan yang terdiri dari 266 dan 12 kelurahan.
Tabel Luas Wilayah Kab. TTS Tahun 2015

No. Kecamatan Luas (Km2)

1. Molo Utara 208,22

2. Fatumnasi 198,65

3. Tabu 98,89

4. Nunbena 134,49

5. Mollo Selatan 147,18

6. Polen 250,29

7. Mollo Barat 165,14

8. Mollo Tengah 99,69

9. Kota SoE 28,08

10. Amanuban Barat 114,30

11. Batu Putih 102,32

12. Kuatnana 141,22

13. Amanuban Selatan 326,01

14. Noebeba 186,02

15. Kuanfatu 136,52

16. Kualin 195,84

17. Amanuban Tengah 87,71

18. Kolbanu 108,70

19. Oenino 154,96

20. Amanuban Timur 149,26

21. Fautmolo 46,34


22. Fatukopa 65,59

23. Kie 162,78

24. Kot’Olin 58,94

25. Amanatun Selatan 82,64

26. Boking 94,58

27. Nunkolo 69,09

28. Noebana 49,63

29. Santian 48,17

30. Amanatun Utara 105,84

31. Toianas 103,95

32. Kokbaun 34,32

Timor Tengah Selatan 3,955,36

Sumber: BPS Kabupaten Timor Tengah Selatan

Keadaan Topografi kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki sejumlah


daratan dengan tipe yang berlainan. Daratan pantai Selatan pulau Timor di Kab. TTS
di dominasi oleh daratan aluvial yang datar sampai kemiringan landai. Pada bagian
lain pulau daalam wilayah kabupaten TTS didominasi pegunungan. Sedangkan
tingkat kelerengan wilyah kabupaten TTS berkisar antara:

a. Kelerengan 0-8 % 1.737 km2 sebaran lokasi sebagian Kecamatan Kualin, Amanuban
Selatan (Panite), sebagian kecamatan Kolbani, sebagian kecamatan Kuatnana,
sebagian wilayah kecamatan Oenino, sebagian kecamatan Kota Soe, sebagian
kecamatan Polen, sebagian kecamatan Amanuban Timur (Oeekam) dan sebagian
kecamatan Mollo Utara.

b. Tingkat kelerengan antara 08-15% seluas 1.1146 km2 lokasinya menyebar dan
hampir ada di setiap kecamatan

c. Kemiringan antara 15-25% seluas 826.99 km2 lokasinya menyebar hampir ada di
setiap kecamatan.

d. Kemiringan antara 25-40% seluas 244.82 km2 lokasinya menyebar di setiap


kecamatan.

e. Dan tingkat kemiringan lereng 40% ke atas seluas 39.91 km2 lokasinya yang seluaas
Kecamatan Fatumnasi, kecamatan Oenlasi, dan sebagian di kecamatan Nunkolo.

Wilayah Kab. TTS memiliki ketinggian dari 0meter dari permukaan laut (garis
pantai) hinngga 1.477 mdpl (puncak gunung mutis). Sedangkan hasil dari proses
tektonik lempeng dan mempunyai deformasi relief yang ekstrem. Berdasarkan pada
peta Landsystem (RePPProT skala 1: 250.00 (1988) lembar Kupang, Kefamenanu
dan Aatmbua, system lahan yang terdapat di dalam wilayah kab. TTS sebanyak 29
(dua puluh sembilan) buah denga total areal seluas 3.955,36 km2.

Gambar Peta Rencana Struktur Ruang Kab. TTS

Sumber: Sippa, 2012

3.1.2 Kriteria Pemilihan Tapak


berikut adalah beberapa kriteria umum yang dapat menjadi pertimbangan dalam
pemilihan tapak untuk pusat gizi:
• Aksesibilitas: Pusat gizi harus mudah dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan
layanan gizi, terutama oleh mereka yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau atau
terpinggirkan. Lokasi yang terletak di pusat kota atau di jalan utama akan memudahkan
akses bagi masyarakat.
• Ketersediaan fasilitas: Pusat gizi harus memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung
penyelenggaraan program gizi. Fasilitas ini meliputi ruang konsultasi, dapur, ruang makan,
gudang, dan toilet.
• Ketersediaan air bersih dan sanitasi: Air bersih dan sanitasi yang baik sangat penting untuk
menjaga kesehatan dan kebersihan masyarakat serta memenuhi kebutuhan dasar program
gizi. Oleh karena itu, tapak yang dipilih harus memiliki akses yang cukup terhadap sumber
air bersih dan sanitasi yang memadai.
• Ketersediaan sumber daya manusia: Pusat gizi membutuhkan staf yang terlatih dan
terampil untuk menyelenggarakan program gizi. Oleh karena itu, tapak yang dipilih harus
memiliki ketersediaan sumber daya manusia yang memadai dan berkompeten.
• Ketersediaan dukungan masyarakat: Pusat gizi akan lebih efektif jika didukung oleh
masyarakat setempat. Oleh karena itu, tapak yang dipilih harus memperhatikan faktor
sosial dan budaya masyarakat setempat.
• Keamanan dan ketersediaan transportasi: Tapak yang dipilih harus aman dan terjamin
keamanannya agar staf dan masyarakat dapat beroperasi dengan aman. Ketersediaan
transportasi yang baik juga penting agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses pusat
gizi.
• Ketersediaan dana: Pusat gizi memerlukan biaya untuk operasional dan keberlangsungan
program. Oleh karena itu, tapak yang dipilih harus memperhatikan ketersediaan dana
untuk membiayai program gizi.

3.2 Proses Perancangan

Proses perancangan adalah mengidentifikasi pengkajian proses perancangan


sebagai suatu penyelidikan untuk metode-metode yang akan memberikan perbaikan
mutu rancangan. Proses perancangan meliuti identifikasi masalah, pengumpulan dan
komplikasi data, analisis dan sintesis, konsep dasar, konsep perancnagan, pra
rancangan dan rancangan.

3.2.1 Identifikasi Masalah

Pada tahapan ini dilakukan identifikasi mengenai masalah yang ada melalui
pengamatan secara langsung dilapangan amapun dari studi literatur. Pada tahap ini
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Belum tersedianya fasilitas kesehatan khusus stunting di Kabupaten TTS

2. Tingginya kasus kematian ibu dan anak, kasus Wasting (Balita Kurus), Underweight
(Balita Gizi Kurang) dan Stunting.
3.1.2 Pengumpulan dan Komplikasi Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang di dapat secara langsung di lokasi


perancangan dengan cara survey lapangan, wawancara dan
pengamatan tempat guna mendapatkan kondisi tapak dan lainnya.
Data yang didapat dari data primer untuk mengetahui keadaan
wilayah sekitar tapak, keadaan lingkungan, sumber air dan juga
lainnya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber yang tidak
langsung memberikan data pada pengumpul data. Data yang diambil
merupakan data yang berkaitan dengan teori mengenai pusat gizi,
standar peraturan maupun studi kasus yang berhubungan dengan
Pusat Gizi Stunting dan Arsitektur Modern.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Survey

Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan peninjauan langsung


ke lapangan untuk mengamati kondisi eksisting lokasi perancangan
guna mendapatkan data yang jelas dan mengetahui keadaan wilyah
sekitar tapak.

Hasil Yang di dapatkan dari data survey adalah:

a) Batasan dan kondisi sekitar tapak

b) Jenis vegetasi yang terdapat pada sitte

c) Kondisi kontur tapak

d) Sumber air dan pengaliran air pada tapak


e) Studi kelayakan tapak

b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menggali lebih dalam dari data yang
diperoleh dari observasi. Wawancara dilakukan dengan informan
yang mengetahui keseluruhan mengenai pengelolaan Pusat Gizi
yang dikelola oleh Dinah Kesehatan Timor Tengah Selatan serta
para informan diluar kedinasan. Dari hasil wawancara dengan para
informan tersebut, maka dapat diperoleh data yang dibutuhkan
sebagai bahan dasar dalam perancangan Pusat Gizi di TTS.
3.1.3 Analisis dan Sintesis

1. Analisis Perancangan

Tahap analisis ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam


menentukan perletaakan bangunan dalam tapak. Dimensi dan ukuran
bangunan akan didapat dari perhitungan analisis pola perilaku dan modul
gerak dari perilaku-perilakunya. Dengan demikian akan didapat besaran
dari pelingkup bangunan maupun sistem strukturnya serta dapat ditentukan
pemakaian bahan material konstruksi dan hasil akhir/finishing bangunan.

a. Analisis Non-Fisik

a) Jenis Kegiatan

Untuk mengetahui apa saja kagiatan yang terjadi dalam fungsi.


Dari komplikasi data yang dimiliki peneliti, dilakukan
pengelompokan kegiatan utam, kegiatan penunjang maupun
kegiatan pelengkap. Dan diuraikan secara detail. Data yang
digunakan adalah data sekunder dari hasil studi literatur dan studi
banding

b) Pelaku kegiatan

Dari setiap kegiatan yang telah ditetapkan dapat terjadi karena


ada sejumlah pelaku-pelaku didalamnya. Dari studi literatur dan
studi banding yang dilakukan, dapat ditentukan jumlah data dan
status jabatan pelaku dari setiap kegiatan. Data yang digunakan
adalah data sekunder dari hasil studi literatur dan studi banding.

c) Sifat Kegiatan

Pada tahapan ini, keadaan dan kondisi pelaku-pelaku kegiatan


dalam suatu fungsi dapat membedakan urutan sifat kegiatan. Peran
yang dilakukan oleh pelaku-pelaku tersebut akan memperlihatkan
posisi dan letak kegiatannya dalam bangunan. Data yang digunakan
adalah data sekunder dari hasil studi literatur dan studi banding.

d) Syarat Kegiatan

Pelaku dan pengguna sebuah fungsi di dalam melakukan


kegiatannya memerlukan suasana dan kondisi tertentu. Kegiatan ini
dapat dilakukan apabila memenuhi syarat fungsi dan kegiatan yang
ditetapkan, sehingga segla kegiatan dapat dilakukan pengguna
dengan rasa aman dan nyaman.

e) Standar Kegiatan

Setiap gerak manusia memerlukan ruang yang disesuakan


dengan postur tubuh dari pengguna dan pemakai fungsi oleh karena
penerapan dalam fungsiharus diperhatikan.

b. Analisis Fisik

a) Analisis Tapak
1. Analisis Dimensi
Analisis dimensi termasuk didalam istilah advice planning
merupakan berkas surat-surat tanah yang sudah harus dilengkapi
dengan rencana kota yang akan datang. Rencana tersebut berupa
batas-batas pagar tapak, luas tapak, jenis dan lebar jalan,
pemilik tanah dan garis sempadan bangunan, hal-hal inilah yang
perlu diketahui pertama dari analisis tapak.
2. Analisis Zonasi
Analisis zonasi yang dilakukan untuk mengetahui
pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan
fungsi dan karakteristik atau diarahkan bagi pengembangan
fungsi-fungsi lain dan analisis zonasi dilakukan sebagai panduan
teknis dalam pemanfaatan lahan. Dalam analisis zonasi yang
perlu di ketahui sebelum penentuannya adalah aktivitas dan
fasilitas dalam kawasan.

3. Analisis Klimatologi
Pada tahap ini dilakukan pengakajian terhadap keadaan
iklim setempat pada lokasi dan tapak. Tahap ini meliputi hal-hal
yang berkaitan dengan keadaan cuaca dan perubahan udara,
karena iklim sangat berpengaruh pada pengolahan fisik dan
konstruksi bangunan. Hal-hal yang harus diperhatikan yakni
dimensi ketebalan bangunan, arah hadap bangunan, as dan
poros, orientasi bangunan serta material pelingkup bangunan.

4. Analisis Topografi
Tahap ini merupakan penjabaran dan uraian mengenai
kondisi tanah dari tapak sebagai lokasi bangunan. Tahap ini
akan berpengaruh pada pemilihan jenis pondasi yang akan
digunakan dan pengelolaan elemen lansekap dalam
perancangan.

5. Analisis Pencapaian
Tahap ini diperlukan untuk mengetahui dan menguraikan
arah terbesar pemakai serta pengguna bangunan datang ke
tapak. Hasil analisis pencapaian akan menentukan as, sumbu
bangunan, letak gerbangdan titik tangkap ke arah bangunan.

6. Analisis Sirkulasi
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran lebih
tentang hal-hal yang berkaitan dengan pergerakan dan sirkulasi
oleh pengguna bangunan. Tahap ini sebagai kelanjutan dari
analisis pencapaian yang telah menenntukan arah terbesar
pemakai datang dengan bermacam- macam cara dan sarana.
Tahap ini akan mendapatkan jenis jalan, trotoar atau pedestrian,
halte bus, traffic light dan zebra cross.

7. Analisis Vegetasi
Analisis ini adalah kajian menyangkut keberadaan tanaman
dan tumbuhan yang berada dalam tapak. Tanaman yang ada
dapat dijadikan potensi pelengkap eksisting serta potensi untuk
mengendalikan kelembapan dan temperature tapak. Dengan
dipertahankannya tanaman yang ada maka perancangan
bangunan harus mempertimbangkan dan mengikuti keberadaan
posisi, dan perletakan dari tanaman bersangkutan.

8. Analisis Bentuk
Analisis ini berkaitan dengan bentuk yang akan dipakai,
analisis bentuk diperoleh dari konsep Arsitektur desain yang
diginakan.

9. Analisis Arah Pandang

Analisis ini membahas mengenai arah pandang pengguna


bangunan, baik dari arah dalam maupun luar bangunan. Analisis
ini dipetimbangkan oleh hasil analisis dimensi, potensi,
pencapaian dan sirkulasi.

10. Analisis Utilitas Kota


Analisis ini bertujuan untuk mendukung terciptanya
kemudahan, kenyamanan, keselamatan pengguna bangunan.
Utilitas kota merupakan semua fasilitas penunjang berupa
jaringan listrik, air bersih, telepon dangas.

11. Analisis Kebisingan


Kebisingan merupakan suara yang berisik melibihi standar
normal yang diterima oleh pendengaran manusia. Suara bising
tersebut berasal dari beberapa sumber suara, baik dari dalam
maupun dari luar bangunan. Untuk fungsi-fungsi tertentu,
pengaruh tersebut dapat mengganggu kelanjaran kegiatan-
kegiatan dalam bagunan. Namun, kemajuan teknologi yang
telah di capai oleh industri bahan bangunan dapat mengurangi
bahkan menghilangkan pengaruh kebisingan tersebut.

b) Analisis Teknologi Bangunan


1. Modul
Penggunaan modul dalam sistem struktur bangunan dilihat
dari panjang bentangan bangunan yang dirancang, dengan

mempertimbangkan efektivitas dan efiseinsi gerak maka di


gunakan ukuran modul yang disesuaikan berdasarkan dimensi
dan ukuran tertentu.

2. Rekayasa Teknik dan Konstriksi


Tahap ini membahas tentang tantangan perancangan
mengenai material bangunan mulai dari struktur utama, penutup
fasad, dan finishing-nya. Semua ini adalh produk rekayasa
teknik mebangun bangunan, dari konstruksi sederhana hingga
konstruksi modern masa kini.

3. Analisa Sistem Utilitas Bangunan


Untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam melakukan
kehidupan sehari-hari diperlukan sarana dan prasarana
penunjang kegiatan pokok. Kelancaran kegiatan-kegiatan
pengguna dibutuhkan sarana utilitas dalam bangunan,
kelengkapan utilitas akan menjadi salah satu faktor kenyamanan
dalam bangunan.
c) Analisis Kawasan dan Wilayah
Analisis ini untuk mengetahui mengenai permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan kawasan sekitar, sehingga
perlunya pemahaman tentang analisis pengembangan
pemabangunan yang berbasis peran masyarakat. Dalam analisis ini
akan menghasilkan perencanaan dan menjadi konsep dasar
perancangan tata bangunan dan lingkungan, yang di dapat daro hasil
identifikasi, menganalisis, memetakan berdasarkan konteks
lungkungandan nilai lokal dari kawasan sekitar.

2. Sintesis

a. Sintesis Non-Fisik

a) Program Ruang

Program ruang adalah sekumpulan ruang yang diperoleh dari


panduan analisis jenis kegiatan, pelaku kegiatan, sifat kegiatan dan
syarat kegiatan. Tahapan ini bertujuan untuk meninjau kebutuhan
ruang dan sirkulasi serta mendukung pendekatan perancangan yang
didapat dari menganalisiskegiatan, pelaku dan lain-lain.

b) Bentuk dan Tampilan

Tahap ini dilakukan studi luasan ruang dengan


memperhitungkan aspek- aspek dalam sebuah ruangan seperti
perabot, sirkulasi dan ruang gerak. Tujuannya untuk menghasilkan
ruangan dengan luasan yang sesuai dengan kebutuhan.

c) Urutan Ruang dan Kegiatan

Dalam tahap ini akan disimpulkan urutan ruang yang didapat


dari tahap program ruang. Urutan ruang diperlukan karena akan
mempermudah dalam meletakan ruang didalam bangunan. Dan
untuk urutan kegiatan diperlukan untuk fungsi yang memiliki
kegiatan didalamnya membutuhkan proses yangberurutan.
d) Diagram Hubungan Ruang

Diagram hubungan ruang atau bubble digram digunakan untuk


memudahkan dalam kelompok-kelompok ruang yang didasarkan
pada urutan-urutan kegiatan, sehingga gabungan kegiatan saling
berhubunganantara setiap ruang.

e) Diagram Matrix

Pengelompokan dalam diagram matrix didasarkan pada


kelompok jenis fungsi, yaitu fungsi utama, penunjang dan
pelengkap dari program ruang. Didalam diagram matrix
dicantumkan tingkat hubungan antar ruang, yaitu hubungan yang
bersifat langsung, tidak langsung, dan tidak ada hubungan yang
didapatkan dari urutan ruang. Setiap jenis hubungan tersebut
diberikan tanda-tanda yang berbeda dan spesifik, sehingga
memudahkan dalam mengevaluasi perancangan fisiknya.

b. Sintesis Fisik

a) Sintesis Tapak
Sintesis tapak adalah kesimpulan dari analisi tapak pada tahap
sebelumnya. Setiap kesimpulan didapat dari hubungan pertimbangan
analisis sehingga menciptakan konsep perancangan. Tapak yang
telah dikenal, dimengerti, dan dipahami dari penguraian dan
penjabaran pada tahap analisis

tapak perlu diambil kesimpulan yang nantinya akan diperlukan


untuk membuat konsep perancangan. Kesimpulan tapak tersebut
dapat dilakukan dengan cara membayangkan tapak dengan segala
permasalahannya yang dikaitkan dengan keberadaan bangunan
nantinya.
b) Sintesis Bangunan
Sintesis ini berhungan dengan bentukan banguna yang memiliki
ekspresi dan citra perancangan yang berkaitan dengan keberadaan
fungsi yang berhungungan dengan analisis nonfisik dan fisik serta
sabagai tahap aawal terbentuknya konsep perancangan.

c) Sintesis Teknologi
Sintesis ini dilakukan berdasarkan analisis teknologi yang telah
dilakukan yang menjabarkan mengenai kemungknan sistem struktur
yang dapat dipergunakan pada perancangan. Pada tahap ini pola
pemikiran sudah dipengaruhi oleh jenis dan dimensi ruang dan
bangunan yang telah didapatkan pada saat melakukan sintesis
nonfisik, program ruang dan bangunan.

3.1.4 Konsep Dasar

Konsep dasar merupakan sebuah gambaran umum untuk


keseluruhan rancangan atau tolak ukur yang di dapat dari gabungan
beberapa unsur-unsur ide dan pola pikir perancangan. Pada tahap ini akan
menampilkan penerapan mengenai konsep rancangan. Dalam perencanaan
ini yang menjadi dasar perancangan adalah penerapan prinsip arsitektur
modern yang mampu memberikan kenyamanan pengguna bangunan.

3.1.5 Konsep Perancangan

Konsep perancangan merupakan hasil dari penggabungan analisis


yang telah dilakukan dan menghasilkan suatu konsep perancangan yang
berisi setiap detail perancangan yang terdiri dari konsep tapak, konsep
kontur, konsep zonasi, konsep kebisisngan, konsep pencahayaan, konsep
penghawaan, konsep view, konsep pencapaian, konsep utilitas, konsep
sirkulasi, konsep hubungan ruang dan konsep bentuk.
3.1.6 Pra Perancangan

Pada tahapan ini dilakukan rancangan awal dari hasil analisis tapak.
Tujuan untuk mengetahui garis besar dari rancangan yang akan dihasilkan
(schematicdesign).

3.1.7 Rancangan

Pada tahapan ini merupakan tahapan paling terakhir dalam


penyusunan perancangan. Bagian-bagian dari tahapan perancangan yaitu:

1. Sketsa Ide

Sketsa dilakukan untuk mengembangankan ide desain pada tahap


rancangan dan sebagai cara yang effektif untuk menggambarkan ide
perancangan sebelum memulai gambar rancangan.

2. Gambar Rancangan

Dalam tahapan ini dilakukan proses mengambar rancangan sesuai


dengan konsep hasil pra rancangan. Gambar yang dihasilkan ialah
gambar 2D yaitu denah, tampak, potongan, rencana dan detail.

3. 3D Model

Tahappan 3D model dilakukan setelah selesai membuat gambar


rancangan 2D, tetapi dapat dilakukan umpan balik untuk menyesuaikan
rancangan terhadap gagasan pada tahap analisis, sintesis dan konsep.

4. Maket

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam perancangan yang


bertujuan untuk menghasilkan miniatur dari rancangan yanng dapat
menggambarkan detail dari rancangan dan maket harus dibuat sesuai
dengan gambar rancangan.

Anda mungkin juga menyukai