OLEH
KELOMPOK 5:
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia
yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka
mempertahankan hidup dalam penghidupan manusia yang mengembangkan tugas
dari sang khalik untuk beribada. Pendidikan adalah sebuah pandangan atau rangkaian
pendapat tentang pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem konsep. Pendidikan
sebagai sistem mengandung arti suatu kelompok tertentu setidaknya memiliki
hubungan khusus secara timbal balik dan memiliki informasi (Suyadi. 2013: 3).
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang
dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma
masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya, bagaimanapun
peradabaan suatu masyarakat, didalamnya terjadi suatu proses pendidikan sebagai
usaha manusia untuk melestarikan dan mengembangkan hidupnya (Anwar dkk. 2014:
27). Pendidikan adalah upaya sadar yang diarahkan untuk mencapai perbaikan di
segala aspek kehidupan manusia (Rohman, 3013: 8). Pendidikan harus dilihat di
dalam cakupan pengertian yang luas. Pedidikan juga bukan merupakan suatu proses
yang netral sehingga terbebas dari nilai-nilai dan ideologi. Djahiri menyatakan bahwa
pendidikan adalah merupakan upaya yang terorganisir, terencana dan berlangung
kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) kearah membina manusia/anaka didik
menjai insan paripurna, dewasa dan berbudaya (Hafid, 2014: 56-57).
Pelestarian nilai-nilai kearifan lokal kini menjadi isu utama pendidikan, selain
menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa juga dapat
memperkokoh jati diri mereka. Pada sisi lain salah satu hakekat pembelajaran sejarah
adalah untuk memperkuat memori peristiwa yang mengandung nilai-nilai
pembelajaran dan jati diri setiap anak bangsa (Nawili, 2015: 14).
Arus globalisasi yang semakin hari semakin kencang, mengakibatkan
pudarnya budaya masyarakat dan kebudayaan lokal, sehingga kebudayaan lokal yang
merupakan warisan leluhur terkikis oleh budaya asing dan terlupakan oleh
pewarisnya, bahkan banyak remaja yang tidak mengenali budaya daerahnya. Mereka
cenderung lebih bangga dengan karya-karya asing dan gaya hidup western
dibandingkan dengan budaya sendiri. Sejalan dengan hal tersebut maka Ningsi dan
Darnawati (2018: 2) bahwa untuk melestarikan sutu budaya lokal agar diingat selalu
maka harus dimulai dari lembaga keluarga yang merupakan lembaga pendidikan
pertama dan utama yang perlu mendapatkan perhatian. Sebab lingkungan keluarga
sebagai jembatan antara individu dan kebudayaannya, agar nilai-nilai, norma-norma,
adat-istiadat, tetap terjaga dan tetap langgeng dan dianut oleh generasi ke generasi,
melalui keluarga.
Sehingga dengan melalui etnopedagogik diharapkan dapat memperkenalkan
budaya lokal dari etnis masing-masing. Karena etnopedagogik adalah praktek
pendidikan berbasis kearifan lokal dalam berbagai ranah seperti pengobatan, seni bela
diri, lingkungan hidup, pertanian, ekonomi, pemerintah, sistem penaggalan, dan lain-
lain (Nawili, 2015: 14). Etnopedagogoi memandang pengetahuan atau kearifan lokal
sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan demi
kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal adalah koleksi fakta, konsep keperayaan,
dan presepsi masyarakat ihwal dunia akhirat, menyelesaikan masalah, dan
memalidasi informasi. Kearifan lokal adalah bagaimana pengetahuan dihasilkan,
simpan, diterapkan, dikelolah dan diwriskan. Etnopedagogi merupakan praktik
pendidikan berbasis kearifan lokal dan bersumber dari nilai-nilai kultural suatu etnis
dan menjadi standar perilaku (Salam, 2017: 18). Maka dalam sub-bab selanjutnya
akan dibahas mengenai etnopedagogi dalam etnis Muna dan Buton. Yang dimana
etnis muna dan buton adalah etnis yang ada di sulawesi tenggara yang mendiami
pulau Muna dan pulau Buton.
B. Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang sebelumnya, maka tujuan yang dapat
dirumuskan adalah untuk:
1. Mendeskripsikan etnopedagogik dalam etnis muna.
2. Mendeskripsikan etnopedagogik dalam etnis buton.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka
1. Konsep Etnopedagogik
Secara etmologi kata etnopedagogik terdiri dari dua suku kata, yaitu ento (dari
kata etnik) artinya suku bangsa dan pedagogi artinya ilmu pendidikan. Pedagogi
berarti sesuatu yang bernilai pendidikan. Maka etnopedagogi berarti nilai-nilai
pendidikan yang ada pada setiap suku bangsa. Dapat pula di artikan sebagai
pendidikan berbasis nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh suatu suku bangsa. Dalam
pengertian yang umum, istilah etnopedagogi identik dengan lokal genius
(kecerdasaan lokal) atau dalam pemaknaan kekinian identik dengan istilah local
wisdom (kearfan lokal). Dengan perkataan lain bahwa etnopedagogi adalah praktek
pendidikan berbasis kearifan lokal dalam berbagai ranah seperti pengobatan, seni bela
diri, lingkungan hidup, pertanian, ekonomi, pemerintahan, sistem penanggalan, dan
lain-lain. Etnopedagogi memandang kearifan lokal sebagai sumber inovasi dan
keterampilan yang dapat diberdayakan demi kesejahteraan masyarakat. Untuk
merumuskan model pengintegrasian nilai kearifan lokal dalam pembelajaran tentunya
basisnya pada etnopegagiek itu sendiri yaitu nilai-nilai lokal mengandung nasehat dan
pembelajaran hidup bagi masyarakatnya (Hak, 2020: 284).
Menurut Rustam (2014) memandang bahwa etnopedagogik merupakan
praktik pendidikan berbasis kearifan lokal dan bersumber dari nilai-nilai kultural
suatu etnis dan menjadi standar perilaku. Dengan demikian sebetulnya konsep
etnopedagogik ini sejalan dengan arah dan hakekat keberadaan kurikulum 2013 yang
lebih menfokuskan pada penguatan karakter/moralitas peserta didik.
Menurut Nawili (2015: 14) etnopeagogik adalah praktek pendidikan berbasis
kearifan lokal dalam berbagai ranah seperti pengobatan, seni bela diri, lingkungan
hidup, pertanian, ekonomi, pemerintah, sistem penaggalan, dan lain-lain. Dengan
demikian ruangligkup etnopedagogiek ini cukup luas yaitu meliputi segala
pengatahuan leluhur suatu etnik tentang berbagai hal aspek untuk menjadi bekal dan
panduan dalam kehidupan mereka.
Etnopedagogik memandang pengetahuan atau kearifan lokal (local nowledge,
local wisdom) sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan
demi kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya, Hafid dkk (2015) menegaskan bahwa
etnopedagogi mengangkat nilai- nilai kearifan lokal sebagai bagian penting dalam
proses pendidikan, sebagai bagian dari proses pembudayaan. Selain itu, dalam
ekskalasi interaksi sosial yang semakin dinamis karena berbagai isu yang akan
menjadi pemicu munculnya konflik, juga menempatkan etnopedagogi sebagai model
pembelajaran berbasis perbedaan dalam upaya menemukan upaya penyatuan dalam
perbedaan itu sendiri.
Menurut Muzakkir (2021: 34) Pembelajaran yang mampu melibatkan
etnopedagogik akan mampu menjadi benteng dan jati diri setiap peserta didik dalam
menyelami revolusi industry, serta perkembangan teknologi yang sangat pesat dapat
menggeser kearifan lokal dalam masyarakat. Pergeseran ini terjadi karena tidak
adanya batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya asing. Kondisi ini jelas
menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia perlu menerapkan pembelajaran yang
berorientasi pada kearifan lokal.
Menurut Lingard (2010: 20) etnopedagogik adalah sebuah pendekatan dalam
pendidikan yang berbasis budaya, etnopedagogi bertujuan untuk menguji dimensi
pedagogi melalui perspektif sosiologi pedagogi sehingga etnopedagogi dapat
ditempatkan sebagai bagian dari disiplin pedagogik.
Menurut Alexander (2016) bahwa terdapat hubungan yang erat antara
pedagogik dan kehidupan sosial budaya masyarakat. Apa yang dikemukakan oleh
Alexander merepresentasikan deûnisi pedagogi secara lebih luas berdasarkan pada
aspek budaya melampaui konteks pembelajaran di dalam kelas (beyond the
classrooms).
Menurut Suratno (2010) bahwa Pemanfaatan etnopedagogik dalam
pembelajaran secara lebih strategis dapat dilakukan dengan cara pendidikan berbasis
nilai budaya bagi pengajaran dan pembelajaran dalam konteks teaching as cultural
activity dan the culture of teaching. Etnopedagogik adalah praktek pendidikan yang
berbasis kerifan lokal dalam berbagai aspek kehidupan. Lebih lanjut Etnopedagogik
memandang pengetahuan atau kearifan lokal sebagai sumber inovasi dan ketrampilan
yang dapat di kembangkan sebagai sebuah pendekatan, etnopedagogik menawarkan
sebuah rekonstruksi sosial serta budaya melalui pendidikan, khususnya dalam
kegiatan pembelajaran, dengan menekankan pada aspek-aspek budaya lokal
(Alwasilah. 2009).
A. Kesimpulan
B. Saran
Berdasarkan pegertian dan deskripsi materi tentang etnopedagogik dalam
etnis muna dan buton, semoga pembaca dapat memproleh informasi, tidak lupa
memberikan koreksi dan kritikan yang membangun terhadap kelompok 5, sehingga
kami dapat mengembangkan lebih jauh lagi tentang materi yang akan di tulis
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA