BAB I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hasil literasi PISA 2015 baru saja dirilis 6 Desember 2016. PISA adalah
singkatan dari Programme for International Students Assessment. Program ini
digagas oleh the Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD). OECD melakukan evaluasi berupa tes dan kuisoner pada beberapa
negara yag ditujukan pada siswa-siswi yang berumur 15 tahun atau kalau di
Indonesia sekitar kelas IX atau X. PISA dilakukan tiap tiga tahun sekali dan
dimulai dari tahun 2000. Materi yang dievaluasi adalah sains, membaca, dan
matematika. Jadi tes dan survey PISA berikutnya adalah di tahun 2018 dengan
hasil tes dan surveynya akan dirilis pada akhir tahun 2019.
Bagaimana dengan performa siswa-siswi Indonesia dari hasil tes dan
survey PISA 2015? Dari hasil tes dan evaluasi PISA 2015 performa siswa-siswi
Indonesia masih tergolong rendah. Berturut-turut rata-rata skor pencapaian siswa-
siswi Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika berada di peringkat 62,
61, dan 63 dari 69 negara yang dievaluasi. Peringkat dan rata-rata skor Indonesia
tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil tes dan survey PISA terdahulu pada
tahun 2012 yang juga berada pada kelompok penguasaan materi yang rendah.
B.Permasalahan
Menggunakan pemikiran
korelasional (Using correlational
thinking)
Integrated Skills – (kemampuan yang
dilatihkan pada Inquiry Lab)
Mendefinisikan dengan tepat
masalah yang akan diteliti (Defining
precisely the problem to be
studied)
Mendefinisikan secara tepat sistem
yang akan dipelajari (Defining
precisely the system to be studied)
Merancang dan melakukan
percobaan terkontrol (Designing And
conducting controlled experiments)
3.Basic Skills(kemampuan yang 4.Integrated Skills – (kemampuan
dilatihkan pada Interactive yang dilatihkan pada Inquiry Lab)
Demonstrations) Mendefinisikan dengan tepat
Mengestimasi (Estimating) masalah yang akan diteliti (Defining
Menjelaskan (Explaining) precisely the problem to be studied)
Memprediksi (Predicting) Mendefinisikan secara tepat sistem
Menggunakan pemikiran bersyarat yang akan dipelajari (Defining
(Using conditional thinking) precisely the system to be studied)
Menggunakan pemikiran refleksi Merancang dan melakukan
(Using reflecting thinking) percobaan terkontrol(Designing and
conducting controlled experiments)
Menggunakan data, analisis grafis,
dan matematika dalam pemecahan
masalah ilmiah(Using data, graphical
analysis, and mathematics in the
solution of scientific problems)
Menafsirkan hukum yang telah
ditetapkan dengan menggunakan
logika (Interpreting established laws
using logic)
5.Culminating Skills (kemampuan 6.Advanced Skills (kemampuan
yang dilatihkan pada Real-world yang dilatihkan pada Hypothetical
Applications) Inquiry)
Menggunakan penalaran kausal untuk Berpikir kreatif untuk
membedakan co-incidence dari sebab mengembangkan hipotesis(Thinking
dan akibat (Using causal reasoning to creatively to develop hypotheses)
distinguish co-incidence from cause and Menghasilkan prediksi melalui
effect) proses deduksi(Generating
Menggunakan penalaran kausal untuk predictions through the process of
membedakan korelasi dari sebab dan deduction)
akibat (Using causal reasoning to Menghasilkan dan mengevaluasi
6
langsung memberikan jawaban atas masalah yang dibahas akan tetapi berupa
alternatif-alternatif pemecahan masalah tersebut. Dengan cara seperti itu siswa
akhirnya selalu berpikir untuk memecahkan masalah atau mencari jawaban atas
masalah yang sedang dihadapi. Pada LKS ini karena banyak masalah yang harus
dipecahkan maka belum bisa tuntas dikerjakan.
Pada pertemuan ketiga pelaksanaan kerja kelompok berjalan lebih lancar,
siswa terlihat lebih banyak bekerja dibandingkan bertanya. Ini menunjukkan apa
yang harus dikerjakan telah dimengerti. Kriteria yang digunakan dalam menilai
adalah hasil kerja kelompok dan kemampuan menjawab pertanyaan dari
kelompok lain maupun dari guru. Akhir dari kegiatan ini adalah siswa bersama
guru menyimpulkan dan menyempurnakan jawaban siswa. Kemudian Guru
mengecek penguasaan materi ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada
beberapa siswa . Tujuan dari pengajuan pertanyaan ini adalah untuk mengadakan
refleksi agar perencanaan tahap berikutnya yaitu postes berlangsung lebih baik.
Pelaksanaan unit pembelajaran kedua Gerak Lurus dengan percepatan
tetap, direncanakan tiga kali pertemuan.Pada pertemuan pertama unit kedua ini
membahas tentang gerak lurus berubah beraturan dan aplikasi gerak lurus
berubah beraturan yaitu gerak vertikal Proses diskusi kelompok berjalan
lebih lancar dibandingkan dengan kegiatan pada unit satu, namun pada saat
pembahasan materi, dikarenakan penguasaan akan gerak lurus berubah beraturan,
maupun aplikasinya pada gerak vertikal, beberapa kelompok siswa nampak belum
bisa menyelesaikan beberapa pertanyaan yang diberikan terutama tentang
menggambar dan membaca grafik. Guru sedikit memberikan bimbingan tentang
langkah-langkah menggambar grafik dari data hasil pengamatan. Melalui
bimbingan seperti itu siswa selanjutnya membuat kesimpulan tentang percobaan
yang dilakukan. Selanjutnya secara bergantian mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya. Pada pembelajaran unit 2 ini juga diperkenalkan aplikasi tracker
kepada siswa untuk memudahkan siswa dalam menggambar dan menganalisa
grafik.
Dari banyaknya masalah yang disampaikan serta lebih banyak siswa
berpartisipasi menandakan proses belajar telah berlangsung lebih baik. Walaupun
8
keterlibatan sudah lebih banyak dan soal-soal dapat diselesaikan, namun tingkat
kesulitan masalah serta pembahasan dari siswa perlu ditingkatkan. Disinilah peran
guru untuk mengarahkan sehingga siswa selalu berpikir untuk dapat membuat
kesimpulan. Pada akhir pertemuan guru menugaskan siswa untuk menambah
pengetahuan mereka tentang aplikasi dari macam-macam gerak yang telah
dipelajari dari berbagai sumber lain (buku, internet, majalah dan lain sebagainya)
untuk memperkaya apa yang sudah mereka dapatkan di sekolah.
Kemudian selama 45 menit siswa berdiskusi antar kelompok. Ada
beberapa contoh gerak vertikal yang sama yang disampaikan oleh beberapa
kelompok misalnya pemberian bantuan makanan yang dijatuhkan di daerah
bencana (gerak jatuh bebas). Guru memberikan masukan-masukan dan
selanjutnya bersama-sama membuat kesimpulan dan menyiapkan postest.
Hasil belajar fisika siswa ditunjukkan dengan nilai rata-rata dan ketuntasan
belajar. Rata-rata hasil belajar pada unit I adalah 70,94, dengan ketuntasan belajar
81,25%. Ditinjau dari kriteria keberhasilan pada unit I ini, hasil belajar fisika
termasuk kategori baik. Pada unit II hasil belajar siswa mengalami peningkatan,
yaitu dengan rata-rata 84,06 dan ketuntasan 90,62%. Hasil belajar pada unit 2 ini
termasuk kategori baik sekali.
Meski hasil belajar fisika siswa kelas X MIPA 1 meningkat dan termasuk
kategori baik dan baik sekali, bukan berarti tidak ada kendala pada saat
membelajarkan fisika dengan inkuiri. Kendala-kendala yang muncul pada unit I
adalah, sebagian besar siswa masih sulit mengkaitkan konsep satu dengan yang
lainnya. Di samping itu, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam
menggambar dan membaca grafik, menarik kesimpulan dan mengaplikasikan
konsep. Untuk mengatasi masalah ini, pada unit II dilakukan perbaikan-perbaikan
dengan lebih banyak memberikan latihan, contoh-contoh, dan tugas-tugas
pembuatan peta konsep, menarik kesimpulan, meramalkan,
bertanya/mengemukakan pendapat, membuat kesimpulan, dan mengaplikasikan
9
konsep secara intensif. Pada unit 2 siswa sudah terlatih dan sudah terpola dalam
pembelajaran fisika dengan IBL sehingga hasilnya sudah baik, namun
sesungguhnya masih bisa dioptimalkan lagi.
E.Faktor-Faktor Pendukung
F. Alternatif Pengembangan
Saat ini dari PPPPTK IPA baru ada 2 unit pembelajaran yang
dikembangkan untuk mata pelajaran fisika SMA yaitu untuk materi Kinematika
Gerak lurus dengan kecepatan tetap dan gerak lurus dengan percepatan tetap
untuk kelas X SMA. Ke depan tentu saja diharapkan akan ada lebih banyak unit
yang dikembangkan untuk semester genap maupun materi-materi lain di kelas XI
dan XII baik oleh PPPPTK IPA maupun pengembangan oleh guru-guru yang
telah mendapatkan Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri melalui Program
Pembinaan dan Pengembangan MGMP maupun melalui diseminasi.
B.Rekomendasi
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., & Bintoro, T. 2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan
Problema dalam Belajar: Pedoman Guru. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu
SLTP, Direktorat pendidikan Menengah Umum, Dirjen Dikdasmen,
Departemen Pendidikan Nasional.
https://trevmackenzie.wordpress.com/2017/06/12/do-you-have-an-inquiry-
classroom.Diakses
6 Desember 2017
12
Lampiran 2
Foto-foto Kegiatan
13
Lampiran 3