Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN

JUDUL :
PENGARUH PROJECT BASED E-LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR IPAS PESERTA DIDIK KELAS
X SMK NEGERI 1 TEMBUKU

1. Latar Belakang
1) Capaian Sains yang ditunjukkan dari hasil Programme for International Student
Assesment (PISA) 2018
1. Kemampuan baca siswa rendah
2. Skor matematika dan sains di bawah rata-rata
3. Alami tren penurunan kemampuan
4. Persentase capaian masih rendah :
https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/04/13002801/skor-pisa-terbaru-
indonesia-ini-5-pr-besar-pendidikan-pada-era-nadiem-makarim?page=all.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo

2) Rendahnya keterampilan berpikir kritis dan prestasi belajar peserta didik di


Indonesia, didukung oleh beberapa hasil penelitian
- Dewi & Azizah (2019) : Hasil capaian setiap keterampilan berpikir kritis
yaitu interpretasi 30,15%, inferensi 17,46%, analisis 25,41% dan evaluasi
19,05%
- Hasil penelitian Nurkhaliza et al. (2018) : menunjukkan bahwa peserta didik
belum dibiasakan memecahan masalah dan terbiasa diberikan tingkatan soal
yang rendah sehingga belum melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik

GRAND TEORI :

1. keterampilan berpikir kritis pada penelitian mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Ennis

dengan enam dimensi keterampilan berpikir kritis.

Dimensi Keterampilan
No Indikator
Berpikir Kritis

1 Merumuskan masalah 1. Rumusan masalah sesuai dengan narasi


masalah
2. Memformulasikan dalam bentuk
pertanyaan yang memberi arah untuk
memperoleh jawabannya
Dimensi Keterampilan
No Indikator
Berpikir Kritis

2 Memberikan argumen 1. Argumen dengan alasan yang sesuai.


2. Menunjukkan perbedaan dan persamaan.

3 Melakukan deduksi 1. Mendeduksi secara logis.


2. Melakukan interpretasi terhadap
pertanyaan
4 Melakukan induksi 1. Melakukan investigasi/ pengumpulan data
secara lengkap
2. Membuat generalisasi dari data, membuat
tabel, dan grafik
5 Melakukan evaluasi 1. Memberikan solusi/saran sesuai masalah
2. Memberikan alternatif sesuai dengan teori

6 Memutuskan dan 1. Memilih kemungkinan alternative yang ada.


melaksanakan 2. Menentukan kemungkinan solusi yang
akan dilaksanakan berdasarkan teori

2. Prestasi belajar IPAS pada penelitian mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Zainal Arifin

dimana prestasi belajar berkenaan dengan aspek kognitif dan dipengaruhi faktor model

pembelajaran yang diterapkan pada peserta didik. Prestasi belajar IPAS ranah kognitif

didasarkan pada taksonomi bloom yang direvisi dengan ranah capaian minimal sama dengan

capaian kompetensi dasar.

3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian yaitu Projek Based E-Learning mengacu

pada konsep yang dikemukakan oleh Barron.

Menurut Baron (dalam Wajdi, 2017. hlm 85) project based learning merupakan

pendekatan pembelajaran yang menekankan peserta didik kepada permasalahan nyata

dengan ransangan dalam belajar

Langkah-langkah model PjBL

Penentuan pertanyaan Penyusunan Jadwal


2. Perencanaan proyek
Mendasar

Pengawasan Kemajuan
Pengevaluasian pengalaman Pengujian Hasil
Proyek
Model project based e-learning merupakan model pembelajaran yang

memadukan antara model project based learning dengan strategi e-learning.

Model project based learning adalah model pembelajaran yang memperdalam

pengetahuan dan keterampilan dengan investigasi mendalam tentang sebuah topik

dunia nyata dalam jangka waktu tertentu, berfokus pada masalah dan

menghasilkan produk.

Kelebihan model ini adalah mampu meningkatkan motivasi belajar,

kemampuan pemecahan masalah, kolaborasi, aktivitas, komunikasi, keterampilan

peserta didik dalam mengelola sumber belajar serta membuat suasana belajar yang

menyenangkan. Sesuai dengan tuntutan pendidikan abad 21 4C

Model ini melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi

dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan

dunia nyata.

Model ini sangat sesuai dengan karakteristik ilmu IPAS.


Eksperimen adalah salah satu metode dalam penelitian untuk mengetahui hubungan sebab-akibat
suatu variabel. Metode eksperimen sendiri terbagi lagi menjadi dua macam yakni  eksperimen
sesungguhnya dan  eksperimen semu. Nah, kali ini metode penelitian eksperimen semu akan
dibahas secara lebih mendalam. 

Pengertian Eksperimen Semu

Eksperimen semu atau eksperimen quasi adalah jenis penelitian eksperimen dimana peneliti
tidak mampu mengontrol variabel yang diteliti. Pada dasarnya eksperimen kuasi merupakan
pengembangan dari penelitian true experimental dimana pengontrolan variabel luar sulit
dilakukan. 

Sama seperti penelitian eksperimen sesungguhnya, penelitian eksperimen semu juga bertujuan
untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat atau mencari tahu penyebab sebuah peristiwa. Hanya
saja, pada eksperimen ini kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak dipilih secara acak. 

Ciri-ciri Eksperimen Semu

Secara sekilas, pelaksanaan eksperimen semu serupa dengan eksperimen sesungguhnya. Namun,
jika diamati lebih lanjut, ciri-ciri dan karakteristik masing-masing eksperimen memiliki
perbedaan yang cukup terlihat. Ciri-ciri dari metode penelitian eksperimen semu diantaranya:

 Memiliki beberapa metode dalam pelaksanaan atau pengujian objek. 


 Metode-metode yang digunakan nantinya akan saling dibandingkan. 
 Pemilihan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak dilakukan secara acak. 

Jenis Penelitian Eksperimen Semu atau Quasi

Ketika akan melaksanakan penelitian eksperimen semu, peneliti bisa memilih satu dari beberapa
jenis rancangan penelitian. Masing-masing rancangan eksperimen semu memiliki kelebihan dan
kekurangannya tersendiri. Beberapa rancangan penelitian eksperimen semu adalah sebagai
berikut:

1. The Time Series Experiment

Salah satu rancangan eksperimen semu adalah time series experiment. Pada penelitian ini objek
hanya terdiri dari kelompok perlakuan saja. Selain itu objek juga dipilih secara tidak acak. 

Penelitian dimulai dengan mengobservasi objek penelitian dan memberi pretest pada objek.
Observasi ini dilakukan selama beberapa kali untuk melihat tingkat kestabilan objek penelitian. 

Ketika observasi selesai dilakukan, peneliti akan memberi perlakuan atau intervensi kepada
kelompok objek. Selanjutnya objek kembali diobservasi selama beberapa kali dengan instrumen
yang sama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan setelah diberi perlakuan. 

2. The Non-Equivalent Group Design

Pada rancangan ini objek penelitian dibagi menjadi dua yakni kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan. Pemilihan kedua kelompok ini tidak dilakukan secara acak. 

Penelitian diawali dengan pemberian pretest sebagai acuan untuk mengetahui perubahan objek.
Setelah diberi perlakuan, objek akan kembali diberi posttest untuk melihat sejauh mana
perubahan yang dihasilkan akibat intervensi atau perlakuan. 
3. The Equivalent Time Series Samples Design

Secara umum, rancangan ini memiliki kemiripan dengan time series. Hanya saja, pada rancangan
ini, intervensi atau perlakuan dilakukan lebih dari sekali. Meskipun demikian, intervensi tidak
terus menerus dilakukan. Ada beberapa periode dimana intervensi tidak dilakukan.

Bagi seorang peneliti, memahami cara kerja metode penelitian eksperimen semu adalah
kewajiban. Hal ini dilakukan agar sewaktu-waktu peneliti tidak merasa kesulitan dalam
melaksanakan metode penelitian ini. 

Anda mungkin juga menyukai