Anda di halaman 1dari 57

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI

DANAU TOBA DALAM MEWUJUDKAN WISATA


MONACO OF ASIA DI DESA PAROPO KECAMATAN
SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk


menyelesaikan Pendidikan Program Diploma IV
pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh

Gebriel Vincentsius Siregar

NPP. 28.0096

Program Studi : Pembangunan dan Pemberdayaan

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


Jatinangor, 2022
Motto
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
Kepadamu
(Matius 11:28)

Kegagalan Adalah Kegagalan


Jangan Terbuai Dengan “Kegagalan Adalah
Keberhasilan Yang Tertunda”
Karena Keberhasilan Adalah Kepercayaan, Doa, dan
Usaha

PERSEMBAHAN:

Dengan segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Karya ini kupersembahkan kepada :

Bapak saya Onglan Siregar yang selalu mendoakan demi kesuksesan dan selalu

memberikan nasehat serta bekerja keras untuk saya

Mamak saya Tersayang Hotmaulina yang dengan segenap cinta dan kasih

sayang serta pengorbanan telah membesarkan aku

serta Adek saya Gracia Frederik Siregar Dan Pricilia Elsa Rosa Siregar

yang selalu memberi dorongan dan dukungan kepada saya

dan untuk semua orang yang kukasihi dan mengasihiku

Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Bhineka Nara Eka Bakti


Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya

sehinga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir dengan judul”

“Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pantai Danau Toba Dalam Mewujudkan

Wisata Monaco of Asia di Desa Paropo Kecamatan Silahi Sabungan

Kabupaten Dairi” ini dengan baik dan tepat waktu.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan Diploma IV di Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penyelesaian Laporan Akhir ini, karena tanpa bantuannya Laporan Akhir ini akan

sulit untuk diselesaikan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Hadi Prabowo MM , selaku Rektor Institut Pemerintahan

Dalam Negeri.

2. Bapak Dr. Andi Pitono, S.Sos, M.Si , selaku Dekan Fakultas Politik

Pemerintahan;

3. Bapak....., selaku Kepala Program Studi Pembangunan dan

Pemberdayaan.

4. Bapak Dr. Muhadam Labolo M.Si, selaku dosen pembimbing I dan

Ibu Dr.I r . D y a h P o e s p i t a E M . P , selaku dosen pembimbing

II, yang telah membimbing dan memberikan arahan serta petunjuk

dalam penyusunan skripsi ini;

5. Seluruh Dosen, Pelatih dan Pengasuh yang telah memberikan

bekal pendidikan selama Penulis mengikuti pendidikan di Institut

Pemerintahan Dalam Negeri, serta segenap sivitas akademika

Institut Pemerintahan Dalam Negeri.


BAB I

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang dengan kekayaan

alam yang sangat melimpah. Selain kekayaan alam, Indonesia juga memiliki

pesona alam yang tidak kalah menakjubkan dengan negara lain dan menjadikan

Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi destinasi favorit bagi

wisatawan mancanegara. Namun, masih banyak pesona alam Indonesia yang

belum digali potensinya secara maksimal sebagai destinasi tujuan wisata.

Selain itu, saat ini pemerintah masih berfokus hanya pada pembenahan daerah

wisata yang telah popular dikalangan para wisatawan. Hal ini membuat daerah -

daerah yang memiliki potensi wisata yang sangat menjanjikan namun kurang

terkenal di kalangan masyarakat dan wisatawan kurang mendapat perhatian dari

pemerintah. Saat ini tidak hanya pembangunan infrastruktur, pembangunan

lingkungan pun harus turut dibenahi agar semakin mendukung suasana yang

menarik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Secara etimologi, Pariwisata berasal dari dua kata yaitu “pari” yang berarti

banyak/berkeliling, dan “wisata” berarti pergi. Di dalam kamus besar bahasa

Indonesia, Pariwisata adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan rekreasi;

pelancong: turisme. Sedangkan pengertian menurut para ahli Richard Sihite,

pengertian pariwisata adalah suatu bentuk kegiatan perjalanan (traveling) yang

dilakukan dalam jangka waktu pendek atau sementara waktu.

Perencanaan pengembangan suatu daerah menjadi tempat wisata akan

berpengaruh kepada kegiatan pariwisata sehingga sistem ekonomi maupun

kebudayaan akan terpengaruh oleh Pariwisata tersebut. Saat ini pembangunan

sektor pariwisata merupakan salah satu sektor vital dalam perekonomian dan

politik Nasional yang sangat perlu dikembangkan. Selain itu sektor pariwisata
juga punya pengaruh besar terhadap penerimaan kas negara pada umumnya

dan kas daerah pada khususnya. Oleh karena itu sangat diperlukan

pengembangan sektor pariwisata baik dari pengembangan objek wisata maupun

faktor-faktor pendukung pariwisata tersebut. Karena bila ditinjau aspek ekonomi

hal ini akan bermuara pada peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan

lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, serta meningkatkan

pendapatan secara nasional.

Pariwisata merupakan suatu sumber pendapatan yang sangat vital. Oleh

karena itu pengembangan kegiatan pariwisata ini memerlukan pengaturan-

pengaturan alokasi ruang sehingga dapat menjamin sustainable development

sehingga terwujud kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan prinsip

dasar dalam penataan ruang yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan

sumber daya alam dan sumber daya buatan secara optimal untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia, mewujudkan perlindungan fungsi dan mencegah

dampak negatif terhadap lingkungan, serta mewujudkan pemberdayaan

masyarakat. Secara luas pariwisata merupakan kegiatan yang mempunyai

multidimensi dalam pemingkatan kualitas pembangunan.

Pembangunan dalam sektor pariwisata ini menyangkut aspek sosial

budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994:14). 1 Hal tersebut dapat terjadi

apabila pemerintah mampu menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama

melalui pemberdayaan masyarakat di berbagai kegiatan kepariwisataan serta

melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan pariwisata, sehingga

pemanfaatan kepariwisataan seutuhnya diperuntukkan bagi masyarakat itu

sendiri. Sasaran pengembangan kepariwisataan adalah mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat setempat, dan pemerintah daerah berperan menjadi

1
Spillane, James. 1994. Pariwisata Indonesia, Siasat Ekonomi dan Rekayasa
Kebuadayaan. Kanisius. Yogyakarta.
fasilitator pengembangan pariwisata tersebut. Dengan adanya peranan

masyarakat sebagai pelaku pendukung kegiatan pariwisata, menjadikan

masyarakat memiliki peran yang sangat vital dalam usaha memajukan suatu

kawasan yang akan dijual kepada wisatawan, dimana masyarakat akan

bertanggungjawab atas pemeliharaan, kegiatan, serta manajemen dalam

kawasan pariwisata tersebut.

Dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

juga tertuang bahwa penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk

meningkatkan pendapatan nasional dalam meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat, mendorong pembangunan daerah, memperluas lapangan

kerja, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek wisata di Indonesia.

Pengembangan potensi pariwisata sangat memerlukan perencanaan yang

matang, pengembangan, pembinaan hingga tahap pemasaran dan

meningkatkan hubungan kerja dengan instansi-instansi yang berkaitan dengan

hal kepariwisataan serta meningkatan pengawasan kepada pihak swasta yang

mengelola potensi pariwisata. Kemudian dalam menarik minat para investor agar

mau menanamkan modalnya, maka Pemerintah Daerah hendaknya

mempermudah perizinan untuk mengelola objek-objek wisata.

Pada era globalisasi ini, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor

yang memiliki peranan vital dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional.

Sektor ini diharapkan selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang

sangat potensial, juga merupakan sektor yang mampu menciptakan lapangan

kerja baru dan mendorong masuknya investasi ke dalam negeri. Dalam

mengembangkan sektor pariwisata ini pemerintah harus mampu mengambil

kebijakan strategis yang mendukung kearah kemajuan sektor pariwisata ini.

Kebijakan ini dapat berupa menggali dan mengembangkan obyek-obyek wisata

potensial yang belum dilirik wisatawan sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.
Menjaga kelestarian lingkungan, pengelolaan objek wisata dengan baik

dan peran serta pemerintah berkolaborasi dengan masyarakat merupakan hal

yang penting dalam pengembagan bentuk kegiatan wisata. Sehingga dalam

pengembangan pariwisata nantinya dapat memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi pembangunan, maka dalam pengelolaannya haruslah dengan

strategi yang tepat pula. Keterlibatan masyarakat setempat dan pemerintah

menjadi sangat vital dalam upaya menjaga keberlanjutan pariwisata sehingga

berdampak pada peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat setempat dan

dengan kelestariannya dapat terjaga pula.

Danau Toba merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang berada

di Sumatera Utara dan merupakan salah satu destinasi wisata utama di

Sumatera Utara. Sebagai salah satu keajaiban dunia, danau Toba ini memiliki

potensi wisata yang sangat potensial. Danau terbesar di Asia Tenggara ini

memiliki keindahan alam yang luar biasa dan t e r d a p a t keanekaragaman

hayati, serta memiliki daya tarik wisata budaya. Danau Toba ini sendiri berada di

ketinggian antara berkisar 900 – 2.200 mdpl, dan pegunungan serta dataran

tinggi mengelilinginya yang tersebar ditujuh kabupaten.

Tujuh kabupaten yang mengelilingi danau Toba yaitu Kabupaten Toba,

Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Humbang Hasundutan,

Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Karo dan Kabupaten Dairi. Selain

kekayaan alam yang melimpah, terdapat warisan budaya yang dimiliki oleh tujuh

kabupaten yang mengelilingi danau Toba ini yang temtunya sangat menarik

untuk dibahas. Banyaknya potensi-potensi dapat digunakan untuk meningkatkan

taraf kehidupan demi kesejahteraan masyarakat melalui pariwisata ini.

Awalnya industri pariwisata di daerah sekitaran danau Toba dapat

dikatakan k u r a n g m e m i l i k i d a y a s a i n g dan kurang mendapat perhatian


wisatawan dibalik potensi wisatanya yang sangat potensial. Namun saat ini,

pemerintah mulai memberikan perhatian terhadap potensi wisata Danau Toba

ini. Danau Toba yang Go Internasional hendak diwujudkan dan terbukti dengan

menjadikan danau Toba sebagai Ikon Wisata Bertaraf Internasional berbasis

ekonomi menuju Monaco Of Asia. Hal ini diresmikan berdasarkan dengan

Perpres No.81 Tahun 2014 yaitu mendorong danau Toba sebagai Kawasan

Strategis Nasional, dan menjadikan danau Toba sebagai geopark global

network, dan danau Toba menjadi “Monaco of Asia” dengan membentuk

Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba. Selain itu pada tanggal 10 Maret 2016,

pemerintah pusat telah mengeluarkan sembilan langkah strategis dalam upaya

mendorong percepatan pembangunan pariwisata danau Toba menjadi Monaco

Of Asia.2

Badan Otoritas Pariwisata ini dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri

Koordinator bidang kemaritiman Nomor 2 Tahun 2017 selaku ketua dewan

pengarah Badan Otorita Pengelolaan Kawasan Pariwisata Danau Toba. 3 Badan

ini memiliki fungsi pokok sebagai lembaga khusus yang akan merancang proses

pembangunan Danau Toba untuk mempercepat pengembangan kawasan

sebagai daerah super prioritas wisata nasional.

Sebagai salah satu daerah yang berada di pinggiran danau Toba,

Kabupaten Dairi memiliki potensi wisata yang memanfaatkan keindahan danau

Toba salah satunya berada di Kecamatan Silahi Sabungan. Di sepanjang pantai

dikecamatan ini memiliki keindahan alam, wisata air terjun dan titik titik lokasi

kemah yang baik. Panorama dan keindahan yang disajikan danau Toba yang

terjadi akibat letusan Gunung Toba itu, akan membuat wisatawan berdecak

2
Peraturan Presiden No.81 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau
Toba Dan Sekitarnya Pasal 3
3
Peraturan Menteri Koordinator Kemaritiman Nomor 2 Tahun 2017 Tugas, Keanggotaan,
Dan Tata Kerja Kelompok Ahli Dewan Pengarah Badan Otorita Pengelola Kawasan
Pariwisata Danau Toba Pasal 4
kagum, karena sepanjang mata memandang keindahan demi keindahan

terbentang disepanjang tepian danau Toba.

Kabupaten Dairi di samping mengandalkan potensi sektor pertanian, juga

memiliki potensi pariwisata yang dapat berkontribusi bagi peningkatan

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Dairi. Objek wisata ini berada disepanjang

pantai beberapa desa, seperti desa Silalahi I, Silalahi II, Silalahi III, dan Paropo.

Hamparan pantai yang indah ini mencapai 28 km. Perairan Danau Toba di

Kecamatan Silahisabungan adalah palung danau terdalam yang ada di dunia,

dimana kedalamannya mencapai 905 meter.

Potensi pengembangan sektor pariwisata di Desa Paropo memiliki

prospek yang potensial. Beberapa lokasi wisata tersebut antara lain lokasi gajah

tidur, bukit Siattar Atas, dan Tugu Silalahi yang merupakan ikon Silalahi. Tugu ini

adalah makam seorang raja pertama di Desa Silalahi. Tugu ini memiliki puncak

yang berbentuk menyerupai api seperti yang ada di Tugu Monas. Selain itu

masih terdapat rumah adat Batak yang dipertahankan keasliannya. Dan objek

wisata yang paling menarik minat wisatawan tentunya wisata air Danau Toba.

Walaupun saat ini terdapat beberapa usaha keramba apung, namun sepanjang

pantai masih sangat bersih karena dikelola oleh masyarakat sebagai penyedia

akomodasi wisata. Selain itu, objek wisata ini juga memiliki fasilitas yang

mencukupi akan tetapi kurangnya sarana yang up to date seperti spot foto.

Kegiatan wisata yang dapat dilakukan yaitu berenang, sepeda air, dan duduk

santai.

Namun hal tersebut belum cukup menjadikan cerminan masyarakat yang

sejahtera. Hal tersebut dapat disimpulkan melalui data dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Dairi pada tahun 2020, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Kabupaten Dairi berada diangka 71,57. Pada tahun 2020 terdapat sebesar 8,04
persen penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di

bawah garis kemiskinan) di Kabupaten Dairi. Persentase ini mengalami kenaikan

jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada tahun 2019 yang

mencapai 7,70 persen.4 Di Desa Paropo pada tahun 2021 memiliki jumlah

penduduk 650 jiwa, 84 jiwa diantaranya berada digaris kemiskinan, sedangkan

jumlah turis mancanegara yang berkunjung pada tahun 2020 tidak ada sama

sekali, sangat berbeda jika dibandingkan pada tahun 2019 sebanyak 85 orang.

Sedangkan pada tahun 2020 jumlah wisatawan lokal ke desa Paropo sebanyak

65.000 jiwa sangat berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2019 sebanyak

140.000 jiwa. Hal ini menunjukkan belum terberdayakannya masyarakat Desa

Paropo dalam pengembangan wisata yang sangat potensial ini.

Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dairi telah

melakukan promosi dalam upaya meningkatkan daya tarik pariwisatanya. Dalam

promosi ini tentu sangat diperlukan kerjasama yang baik dari pemerintah dan

seluruh elemen masyarakat setempat serta seluruh organisasi yang bertanggung

jawab dalam mengembangkan sektor pariwisata dengan semua pihak yang

terlibat dan berkaitan dengan kegiatan pariwisata dalam meningkatkan kualitas

pariwisata yang akan dijadikan daya tarik bagi wisatawan domestik maupun

mancanegara. Dalam meningkatkan keberhasilan kepariwisataan, Pemerintah

Desa harus mampu melaksanakan fungsi sebagai produsen dan sebagai

koordinator beberapa objek pariwisata ini dalam hal pengembangan sektor

pariwisata di daerahnya dengan memberdayakan masyarakat desa tersebut.

Melihat keadaan sektor pariwisata di Paropo yang mempunyai objek wisata yang

potensial maka perlu adanya kegiatan promosi sektor pariwisata secara

maksimal diikuti dengan peningkatan kemampuan masyarakat yang saat ini

belum terberdayakan secara baik. Kegiatan promosi ini bertujuan untuk menarik

4
BPS Kabupaten Dairi 2021 – Statistik penduduk miskin kabupaten Dairi
minat wisatawan agar berkunjung ke objek – objek wisata yang ada, selain itu

juga tujuan promosi pariwisata ini adalah untuk memandu para wisatawan serta

calon investor dibidang pariwisata sehingga diharapkan dapat memberikan

kontribusi positif dalam pembangunan serta pengembangan sektor pariwisata ini.

Kepala Badan Pelaksana Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau

Toba (BODT), Arie Prasetyo mengatakan dalam pengembangan pariwisata

daerah membutuhkan adanya keterlibatan dari masyarakat setempat. Hal

tersebut merupakan salah satu hal vital dalam keberhasilan pariwisata dan hal

yang sama juga berlaku di Danau Toba, yakni daerah yang merupakan salah

satu daerah prioritas yang pariwisatanya sedang dikembangkan. Oleh sebab itu,

diperlukan keterlibatan masyarakat dalam menjadikan Danau Toba sebagai

daerah ramah pariwisata. Arie Prasetyo mengatakan bahwa saat ini perlu

dipersiapkan masyarakat agar mampu menyambut kedatangan wisatawan

dengan baik, semisal dengan mampu berbahasa inggris dan memiliki

kemampuan hospitality yang baik. Arie melanjutkan, bahwa setiap unsur

ditengah tengah masyarakat memiliki peranan dalam pembangunan daerah

wisata. Pemerintah saat ini sudah mengambil peranannya yakni memperbaiki

insfrastruktur dengan bekerjasama dengan berbagai pihak dalam menyediakan

akses serta membangun penginapan yang layak di sekitar Danau Toba.

Kesiapan Danau Toba ini tentunya bisa membuat wisatawan yang datang

merasa nyaman dan tingkat kunjungannya pun bertambah. 5

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Bupati Kabupaten Dairi, Dr.

Eddy Keleng Ate Berutu dalam kunjungannya ke wisata di Kecamatan

Silahisabungan memberikan arahannya kepada sejumlah warga menyampaikan

pihaknya berharap peran serta masyarakat dalam mendukung sektor pariswisata

5
Pontas.id 14-11-2018 Pengembangan Pariwisata Danau Toba Butuh Keterlibatan
Masyarakat
dan menginstruksikan instansi terkait memberikan perhatian total seperti Dinas

pariwisata, Dinas kebersihan dan lingkungan hidup, puskesmas dan dinas

perindustrian sehingga Kecamatan Silahisabungan dapat bangkit sebagai pusat

pariwisata di Kabupaten Dairi. Dalam hal ini Bupati Kabupaten Dairi, Dr. Eddy

Keleng Ate Berutu menilai kurangnya kontribusi dan kesadaran dari masyarakat

Kecamatan Silalahi itu sendiri akan potensi pariwisata di daerah tersebut dan

kemampuan manajemen dari masyarakat masih sangat rendah, sehingga perlu

di dilakukan pelatihan oleh dinas dinas terkait kepada masyarakat setempat. 6

Dan dilain kesempatan juga Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Dairi Leonardus Sihotang menjelaskan strategi keparawisataan dan

rencana serta sasaran jangka pendek dan menengah Kabupaten Dairi dalam

melaksanakan pembangunan kepariwisataan di kawasan Danau Toba

melakukan beberapa arah kebijakan diantaranya pemberdayaan masyarakat

daerah pariwisata dan pembangunan di daerah pariwisata dengan meningkatkan

kualitas dan kuantitas produksi sektor kelompok usaha kecil dan menengah di

Kecamatan Silahisabungan dalam upaya peningkatan kemandirian desa.. 7

Daerah objek wisata Desa Paropo, Kecamatan Silahi Sabungan

Kabupaten Dairi memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai objek

wisata dalam mendukung visi menjadikan danau Toba sebagai Monaco of Asia.

Dengan beberapa pertimbangan dan belum adanya kajian secara mendalam

tentang mewujudkan danau Toba sebagai Monaco of Asia, maka perlu dilakukan

analisis mengenai pemberdayaan masyarakat kawasan dan tingkat kesesuaian

wisata agar tetap berkelanjutan. Melalui penelitian ini akan diketahui tingkat

pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan potensi pariwisata dalam

mendukung danau Toba yang Go Internasional Desa Paropo. Maka peneliti


6
Dairi pers 23-05-2019 Di Desa Wisata Silalahi Ada Yang Tidak Berubah Dari Eddy
Berutu
7
Dairi Pers 12-11-2019 kepada BODT Dan BI Sumut Bupati Dairi Sebut Wisata Silalahi
“Back to Nature dan Anti Mainstream”
melakukan penelitian yang berjudul PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PESISIR PANTAI DANAU TOBA DALAM MEWUJUDKAN WISATA MONACO

OF ASIA DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN

DAIRI.
Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang,

maka penulis merumuskan masalah yang akan dikaji dan diarahkan

kepada pemerintah Desa Paropo yang merupakan pelaksana program

Superprioritas Pengembangan Kawasan Danau Toba, yang berada

dibawah kendali Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda Olahraga

Kabupaten Dairi. Oleh sebab itu, maka yang menjadi fokus dan

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pesisir

pantai Danau Toba dalam mewujudkan visi Sebagai Monaco

of Asia di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan

Kabupaten Dairi?

2. Bagaimana hambatan yang dihadapi dinas Pariwisata

Kebudayaan Pemuda dan Olahraga dan masyarakat

setempat dalam meningkatkan daya tarik wisata dalam

mendukung program pemerintah pusat menjadikan sebagai

Monaco of Asia di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan

Kabupaten Dairi?

3. Bagaimana upaya Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda

dan Olahraga dan masyarakat setempat dalam peningkatan

kawasan dalam menjadikan kawasan Danau Toba sebagai

Monaco of Asia di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan

Kabupaten Dairi?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud

Maksud penulisan skripsi ini adalah memperoleh dan menggambarkan

fakta, sehingga dapat mendeskripsikan pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat dalam mewujudkan wisata Danau Toba sebagai Monaco of

Asia di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi Provinsi

Sumatera Utara.

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari magang ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan

pemberdayaan masyarakat dikawasan wisata Danau Toba

di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan yang

dihadapi Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda Dan

Olahraga dan masyarakat kawasan Danau Toba dalam

peningkatan daya tarik wisata di Desa Paropo Kecamatan

Silahisabungan Kabupaten Dairi

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan upaya Dinas

Pariwisata Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga dan

masyarakat dalam peningkatan kawasan wisata dalam

menjadikan Danau Toba sebagai Monaco of Asia di Desa

Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.


1.4 Kegunaan

1.4.1 Bagi Praja

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan

pengetahuan serta berguna untuk menjadi pedoman penulis

pada saat terjun ke lapangan.

1.4.2 Bagi IPDN

Sebagai bahan kajian dan studi tentang pemberdayaan

masyarakat di kawasan Danau Toba dan tentang visi Danau

Toba sebagai Monaco of Asia sebagai tambahan literatur

guna sumbangan pikiran terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri dan

menjadi bahan bacaan untuk menjadi referensi atau bahan

penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi Lokasi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

pertimbangan dan pemikiran, sebagai masukan dan saran

kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kawasan

pariwisata di kawasan Danau Toba melalui kebijakan-

kebijakan, yang terutama untuk peningkatan daya tarik

wisata dalam mewujudkan Danau Toba sebagai Monaco of

Asia. Kegiatan magang ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan masyarakat kawasan pesisir Danau Toba untuk

mengembangkan kawasannya dengan meningkatkan

kualitas pariwisata yang akan dijadikan daya jual kepada

wisatawan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.


Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1. Penelitian Sebelumnya

Menurut Jurnal yang berjudul Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis

Ekonomi Kreatif Dalam Peningkatan Perekonomian Masyarakat Kabupaten Toba

Oleh Hengki Mangiring Parulian Simarmata, dan Nora Januarti Panjaitan

memaparkan bahwa untuk keberhasilan pembangunan dan pengembangan

kawasan pariwisata terdapat aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan dan pembangunan kawasan pariwisata terdiri atas daya tarik

wisata, aksesibilitas, prasarana dan sarana, dan masyarakat. 8

Dengan permasalahan yang ada ditengah masyarakat Kabupaten Toba,

peneliti menyimpulkan perlu adanya peningkatan sumber daya manusia. Adanya

pendidikan kepariwisataan dapat menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam

mengembangkan potensi pariwisata yang ada. Perlu dilakukan pendampingan

pendidikan kepariwisataan kepada masyarakat kabupaten Toba dan perlu

dilakukannya kerjasama yang baik antara pemerintah, pihak swasta, dan

masyarakat yang merupakan tiga pilar utama di dalam pariwisata. Dalam

kerjasama oleh tiga pilar tersebut, masyarakat yang bersinggungan langsung

dengan wisatawan, sedangkan pemerintah berfungsi pembinaan dan

pengawasan, dan pihak swasta berkaitan dengaan pengembangan dan

pengelolaan kawasan pariwisata Danau Toba di Kabupaten Toba ini.

Dari hasil penelitian terhadap keempat aspek pengembangan kawasan

pariwisata tersebut peneliti menyimpulkan bahwa aspek aksesibilitas merupakan

aspek prioritas yang perlu diperhatikan karena selain kondisi saat ini yang
8
Jurnal Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi Kreatif Dalam Peningkatan
Perekonomian Masyarakat Kabupaten Toba Oleh Hengki Mangiring Parulian Simarmata,
dan Nora Januarti Panjaitan
bermasalah, aspek aksesibilitas ini memiliki hubungan yang kuat dengan aspek

lainnya. Maka diharapkan dengan memilih aspek ini sebagai prioritas untuk

ditingkatkan kondisinya akan berpengaruh terhadap peningkatan kondisi aspek

lainnya.

Dalam pengembangan kawasan pariwisata Danau Toba di Kabupaten

Toba, dalam ke empat aspek tersebut terdapat korelasi dari aspek aspek

tersebut. Aspek aksesibilitas memiliki korelasi yang lebih tinggi ke berbagai

aspek lainnya dibanding aspek dukungan sosial masyarakat, sehingga

penanganan aspek aksesibilitas dapat dijadikan prioritas karena berpengaruh

positif ke perbaikan aspek lainnya. Pemilihan prioritas tersebut diperlukan karena

keterbatasan anggaran pemerintah daerah dalam mengembangkan keempat

aspek sekaligus.

Menurut Jurnal yang berjudul Citra Destinasi sebagai Strategi Peningkatan

Jumlah Wisatawan Danau Toba "Monaco of Asia" di Kabupaten Samosir Oleh

Hengki Mangiring Parulian Simarmata Dan Roy Sahputra Saragih menyatakan

bahwa pentingnya citra destinasi Danau Toba sebagai poin penting oleh

wisatawan dalam menetapkan keputusan melakukan kunjungannya. Citra

destinasi yang baik akan meningkatkan kunjungan wisatawan pada suatu

destinasi wisata karena citra ini akan mempengaruhi keputusan berkunjung dan

minat untuk melakukan kunjungan. Dalam pembentukan citra yang baik dapat

melalui peningkatkan kualitas dan mutu, meningkatkan rasa kepercayaan

wisatawan terhadap masyarakat di daerah wisata dan dihandalkan,

meningkatkan pelayanan dan menghindari adanya kesenjangan harga dalam


9
destinasi wisata dengan ditempat lain.

9
Jurnal Citra Destinasi sebagai Strategi Peningkatan Jumlah Wisatawan Danau Toba
"Monaco of Asia" di Kabupaten Samosir Oleh Hengki Mangiring Parulian Simarmata
Dan Roy Sahputra Saragih
Dalam untuk mengukur citra destinasi adalah perilaku ramah masyarakat,

adanya rasa aman, aktivitas wisata, informasi tentang pariwisata, peta wisata,

kebersihan, fasilitas wisata, fasilitas penginapan, kegiatan seni, souvenir atau

dapat berupa simbol, logo, nama, dan slogan, yang baik dan adanya komoditas

yang ditawarkan.

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis penelitian ini dapat diambil

kesimpulan bahwa citra destinasi berpengaruh positif dan sangat berpengaruh

terhadap keputusan kunjungan wisatawan di kawasan Danau Toba Kabupaten

Samosir. Artinya citra destinasi Danau Toba sebagai objek wisata apabila

semakin tinggi dan baik maka semakin meningkatkan keputusan wisatawan

dalam menetapkan kunjungnnya. Oleh karena itu diharapkan pemerintah

Kabupaten Samosir dapat meningkatkan citra destinasi sehingga wisatawan

domestik maupun mancanegara semakin yakin dalam memutuskan dan memilih

berlibur ke Danau Toba Kabupaten Samosir.

Berdasarkan uraian diatas kaitannya dengan penelitian yang dilakukan

oleh penulis yaitu sama-sama membahas pengembangan pariwisata Danau

Toba. Sedangkan perbedaannya lokus yang dibahas oleh peneliti sebelumnya

berbeda dengan lokus yang diteliti oleh penulis. Untuk penelitian sebelumnya

belum ada yang membahas dengan lokus yang diteliti oleh penulis, Penulis

menggunakan teori-teori teknik penulisan yang berbeda dengan peneliti

sebelumnya menggunakan matode penelitian deskriptif kuantitatif sedangkan

penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.


2.2. Landasan Teoristik dan Landasan Legalistik

2.2.1.Landasan Teoristik

2.2.1.1. Pengertian Pemberdayaan

Kata Pemberdayaan berasal dari kata daya, yang bermakna

“kekuatan”, dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (KBBI

Daring) pemberdayaan adalah proses, cara, perbuatan memberdayakan.

Istilah pemberdayaan sendiri, mulai ramai digunakan dalam Bahasa

sehari-hari di Indonesia dalam proses pengentasan kemiskinan (poverty

alleviation). Pemberdayaan sangat berkaitan dengan manusia dalam

perbaikan kualitas kehidupannya. Pemberdayaan dapat disimpulkan

sebagai memberikan kekuatan kepada orang yang kurang mampu atau

powerless sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupannya sehingga

mampu secara mandiri dalam memenuhi kebutuhannya.10

World Bank (2001) dalam Mardikanto dan Poerwoko (2017:28)

mengartikan “pemberdayaan sebagai upaya untuk memberikan

kesempatan dan kemampuan kepada atau menyuarakan pendapat, ide,

atau gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan keberanian untuk

memilih (choice) sesuatu (konsep, metoda, produk, Tindakan, dll.) yang

terbaik bagi pribadi, keluarga, dan masyarakatnya”.

Pemberdayaan itu dapat dimaknai dengan berbagai macam cara

pandang oleh masyarakat sesuai dengan kepentingannya masing-masing.

Namum istilah pemberdayaan itu sendiri mempunyai aspek yang jelas dan

sangat luas yang berkaitan dengan konsep dan teori para pakar dan ahli

10
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta
dibidangnya. Oleh karena luasnya konsep pemberdayaan ini, perlu

dilakukan analisis dan pemahaman yang konkrit tentang pemberdayaan

tersebut sehingga bisa dijadikan sebagai tolak ukur sesuai dengan

indikatornya. Sehingga pemahaman akan pemberdayaan ini adalah

pemahaman yang berlanjut dan merupakan pemahaman yang jelas dan

tidak ambigu.

Defenisi pemberdayaan menurut para ahli:

1. Menurut Simon dan Hikmat (2006) dalam Mujaffar (2020:84),

mengemukakan bahwa pemberdayaan sebagai proses pemberian

kekuatan daya dalam bentuk Pendidikan yang bertujuan

membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan warga belajar

terhadap perkembangan sosial, ekonomi, politik sehingga pada

akhirnya ia memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat 11

2. Menurut Kindervatter dalam Mujaffar (2020:84) menyatakan bahwa

“Pemberdayaan sebagai proses pemberian kekuatan daya dalam

bentuk Pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran,

pengertian dan kepekaan warga belajar terhadap perkembangan

sosial, ekonomi, politik sehingga pada akhirnya ia memiliki

kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya

dalam masyarakat”. 12

3. Menurut Rapport dalam Mardikanto dan Poerwoko (2017:29)

“Pemberdayaan adalah suatu cara agar rakyat, komunitas, dan

organisasi diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas


11
Mujjafar, Ahmad. 2020. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan. Nusa
Tenggara Barat : Forum Pemuda Aswaja.
12
Mujjafar, Ahmad. 2020. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan. Nusa
Tenggara Barat : Forum Pemuda Aswaja.
kehidupannya”.13

Menelaah pedapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

objek pemberdayaan adalah manusia atau masyarakat. Dalam hal ini

pemberdayaan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan peningkatan

keterampilan manusia sehingga bisa menguasai lingkungannya. Menurut

Sumodiningrat dalam Mardikanto dan Poerwoko (2017:29) pemberdayaan

berpusat kepada manusia dan kemanusian. Selanjutnya menambahkan

pendapat tersebut, Hendrawati (2018:11) menyatakan bahwa pemberdayan itu

ditujukan tidak hanya untuk manusia tetapi juga untuk kelompok untuk

meningkatkan eksistensinya, dalam rangka memberikan sumbangan dan

menambah wawasannya.

Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

`Bernard Crick dalam Mujaffar (2020:86) memberikan defenisi

“Pemberdayaan masyarakat sebagai usaha untuk menjadikan masyarakat

semakin berdaya untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan

keputusan atau kebijakan publik”.14 Selanjutnya Subejo dan Narimo dalam

Mardikanto dan Poerwoko (2017:32) mennyatakan bahwa “Pemberdayaan

masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi

masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola

sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking

sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian

13
Mujjafar, Ahmad. 2020. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan. Nusa
Tenggara Barat : Forum Pemuda Aswaja.
14
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.
secara ekonomi,ekologi, dan sosial”. Menurut Mardikanto dan Poerwoko

(2017:30) “Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam

kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap

kemiskinan dan keterbelakangan”.15

Senanda dengan Sumaryadi, Sumodiningrat dalam Mardikanto

dan Poerwoko (2017:33) menyatakan bahwa:

Pemberdayaan merupakan upaya pemberian kesempatan dan


atau memfasilitasi kelompok miskin agar mereka memiliki
aksesibilitas terhadap sumberdaya, yag berupa: modal, teknologi,
informasi, jaminan pemasaran, dll. agar mereka mampu
mamajukan dan mengembangkan usahanya, sehingga
memperoleh perbaikan pendapatan serta perluasan kesempatan
kerja demi perbaikan kehidupan dan kesejahteraannya. 16

Pemberdayaan merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses

pemberdayaan pasti memiliki tujuan yang harus dicapai. Menurut

Hendrawati “Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan,

baik karena kondisi internal (persepsi mereka sendiri), maupun karena

kondisi eksternal (ditindas oleh struktur sosial yang tidak berlaku adil)”.

Menurut Mujaffar (2020:88) menyatakan bahwa:

Tujuan umum terhadap pemberdayaan masyarakat adalah untuk

mensejahterakan masyarakat, maka dalam upaya peningkatan taraf hidup

masyarakat, pola pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan

seperti dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

merencanakan dan melaksanakan program- program yang telah mereka

15
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta
16
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.
tentukan.17

Tujuan Pemberdayaan

Menurut Mardikanto dan Poerwoko (2017:111-112) tujuan

pemberdayaan adalah sebagai berikut:

1) Perbaikan Pendidikan (better education) dalam arti


pemberdayaan itu harus dirancang untuk bentuk pendidikan
yang lebih baik. Perbaikan pendidikan yang dilakukan melalui
pemberdayaan tidak terbatas pada: perbaikan materi,
perbaikan metode, perbaikan terkait tempat dan waktu, serta
hubungan antara fasilitator dan penerima manfaat; tetapi yang
lebih penting adalah peningkatan pendidikan yang dapat
menumbuhkan semangat belajar seumur hidup;
2) Perbaikan aksesibilitas (better accessibility) Dengan tumbuh
dan berkembangnya semangat belajar sepanjang hayat
diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitasnya, terutama
terkait aksesibilitas dengan sumber informasi / inovasi, sumber
pembiayaan, penyedia produk dan peralatan, lembaga
pemasaran;
3) Perbaikan Tindakan (better action) Berbekal pendidikan yang
lebih baik dan aksesibilitas yang lebih baik dengan variasi
sumber daya yang lebih baik, diharapkan tindakan yang lebih
baik akan terjadi;
4) Perbaikan kelembagaan (better institution) Dengan
penyempurnaan kegiatan / tindakan yang dilakukan,
diharapkan dapat dilakukan perbaikan kelembagaan, termasuk
pengembangan jaringan kemitraan usaha;
5) Perbaikan usaha (better business) Peningkatan pendidikan
(semangat belajar), peningkatan aksesibilitas, kegiatan, dan
peningkatan kelembagaan diharapkan dapat meningkatkan
usaha yang dijalankan;
6) Perbaikan pendapatan (better income) Dengan pembenahan
usaha yang dilakukan diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan yang diterimanya, termasuk pendapatan keluarga
dan masyarakat;
7) Perbaikan lingkungan (better environment) Peningkatan
pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik
dan sosial), karena kerusakan lingkungan seringkali
disebabkan oleh kemiskinan atau keterbatasan pendapatan;
8) Perbaikan kehidupan (better living) Peningkatan tingkat
pendapatan dan kondisi lingkungan diharapkan dapat
meningkatkan kondisi kehidupan setiap keluarga dan
masyarakat;
9) Perbaikan masyarakat (better community) Kondisi kehidupan
17
Mujjafar, Ahmad. 2020. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan. Nusa
Tenggara Barat : Forum Pemuda Aswaja.
yang lebih baik yang didukung oleh lingkungan (fisik dan
sosial) yang lebih baik diharapkan dapat mewujudkan
kehidupan masyarakat yang lebih baik.18

Prinsip-Prinsip Pemberdayaan

Menurut beberapa ahli dalam Maryani dan Nainggolan (2019:11)

terdapat empat prinsip pemberdayaan masyarakat, yaitu : 1) prinsip

kesetaraan, 2) prinsip partisipasi, 3) prinsip keswadayaan dan kemandirian

4) prinsip berkelanjutan. Selanjutnya menurut Dahama dan Bhatnagar

(1980) dalam Mardikanto dan Poerwoko (2017:106-108) prinsip-prinsip

pemberdayaan mencakup: 1) minat dan kebutuhan, 2) oraganisasi

masyarakat bawah 3) keragaman budaya, 4) perubahan budaya, 5)

kerjasama dan partisipasi, 6) Demokrasi dalam penerapan ilmu, 7) belajar

sambal bekerja, 8) penggunaan metoda yang sesuai, 9) kepemimpinan,

10) spesialis yang terlatih, 11) segenap keluarga, 12) kepuasan.19

Selanjutnya dari sumber yang sama prinsip-prinsip pemberdayaan

masyarakat menurut Soedijanto dalam Mardikanto dan Poerwoko

(2017:108-109) yaitu: 1) kesukarelaan, 2) otonom, 3) keswadayaan, 4)

partisipatif, 5) egaliter, 6) demokrasi, 7) keterbukaan, 8) kebersamaan, 9)

akuntabilitas, 10) desentralisasi.20

Upaya Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Mardikanto dan Poerwoko (2017:247) terdapat upaya-

upaya program pemberdayaan masyarakat yaitu antara lain.

1. Optimasi pemanfaatan sumberdaya untuk kegiatan


18
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.
19
Maryani, Dedeh dan Ruth Roselin E. Nainggolan. 2019 . Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta : Deepublish Publisher.
20
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.
produksi, dengan selalu memperhatikan konservasi
sumberdaya alam dan pengelolaan limbah yang
ditimbulkannya;
2. Efesien sistem produksi, yang tidak hanya
mempertimbangkan efisiensi teknis saja, tetapi juga
efisiensi ekonomisnya;
3. Efisiensi sistem pemasaran produksi;
4. Pengelolaan usaha, termasuk pengelolaan ekonomi rumah
tangga;
5. Pengembangan sumberdaya keluarga (terutama pemuda
dan perempuan);
6. Pengembangan kelembagaan ekonomi dan kelembagaan
sosial;
7. Pembinaan kepemimpinan, baik kepemimpinan dalam
keluarga, kepemimpinan di lingkungan pekerjaan, maupun
kepemimpinan dalam kelembagaan ekonomi dan
kelembagaan sosial.21

Ruang Lingkup Pemberdayaan

Lingkup kegiatan pemberdayan dalam Mardikanto dan Poerwoko

(2017:114-117) terdiri dari:

1. Bina Manusia

Bina Manusia, merupakan upaya yang pertama dan utama

yang harus diperhatikan dalam setiap upaya pemberdayaan

masyarakat. Hal ini, dilandasi oleh pemahaman bahwa tujuan

pembangunan adalah untuk perbaikan mutu hidup atau

kesejahteraan manusia. Disamping itu, dalam ilmu

manajemen, manusia menempati unsur yang paling unik.

Sebab, selain sebagai salah satu sumberdaya juga sekaligus

sebagai pelaku atau pengelola manajemen itu

sendiri.Termasuk dalam upaya

Bina Manusia, adalah semua kegiatan yang termasuk dalam

dalam upaya penguatan/pengembangan kapasitas yaitu:

21
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.
a. Pengembangan kapasitas individu, yang meliputi

kapasitas kepribadian, kapasitas di dunia kerja, dan

pengembangan keprofesionalan

b. Pengembangan kapasitas entitas/kelembagaan, yang

meliputi:

1) Kejelasan visi, misi, dan budaya organisasi;

2) Kejelasan struktur organisasi, kompetensi, dan

strategi organisasi;

3) Proses organisasi atau pengelolaan organisasi;

4) Pengembangan jumlah dan mutu sumberdaya;

5) Interaksi antar individu di dalam organisasi;

6) Interaksi dengan entitas organisasi dengan

pemangku kepentingan (stakeholders) yang lain.

c. Pengembangan kapasitas sistem (jejaring) yang meliputi:

1) Pengembangan interaksi antar entitas (organisasi)

dalam sistem yang sama;

2) Pengembangan interaksi dengan entitas /

organisasi diluar sistem

2. Bina Usaha

Bina usaha menjadi supaya suatu upaya penting dalam setiap

pemberdayaan, sebab, Bina Manusia yang tanpa memberikan

dampak atau manfaat bagi perbaikan kesejahteraan (ekonomi

dan atau ekonomi) tidak akan laku, dan bahkan menambah

kekecewaan. Sebaliknya, hanya Bina Manusia yang mampu

(dalam waktu dekat/cepat) memberikan dampak atau manfaat

bagi perbaikan kesejahteraan (ekonomi dan atau ekonomi)

yang akan laku atau memperoleh dukungan dalam bentuk


partisipasi masyarakat.

3. Bina Lingkungan

Sejak dikembangkan mazhab pembangunan berkelanjutan

(sustainable development), isu lingkungan menjadi sangat

penting. Hal ini terlihat pada kewajiban dilakukannya AMDAL

(analisis manfaat dan dampak lingkungan) dalam setiap

kegiatan investasi, ISO 1400 tentang keamanan lingkungan,

sertifikat ekolebel. Hal ini dinilai penting, karena pelestarian

lingkungan (fisik) akan sangat menentukan berkelanjutan

kegiatan investasi maupun operasi (utamanya yang terkait

dengan tersedianya bahan-baku)

4. Bina Kelembagaan

Kata kelembangaan sering dikaitkan dengan dua pengertian,

yaitu “social institution” atau pranata-sosial dan “social

organization” atau organisasi sosial. Apapun itu, pada

prinsipnya, suatu bentuk relasi-sosial dapat disebut sebagai

sebuah kelembagaan apabila memiliki empat komponen, yaitu

adanya:

a. Komponen person, dimana orang-orang yang terlibat di

dalam satu kelembagaan dapat diidentifikasi dengan

jelas;

b. Komponen kepentingan, dimana orang-orang tersebut

pasti sedang diikat oleh satu kepentingan atau tujuan,

sehingga di antara mereka terpaksa harus saling

berinteraksi;

c. Komponen aturan, dimana setiap kelembagaan

mengembangkan seperangkat kesepakatan yang


dipegang secara Bersama-sama, sehingga seseorang

dapat menduga apa perilaku orang lain dalam lembaga

tersebut;

d. Komponen struktur, dimana setiap orang memiliki posisi

dan peran, yang harus dijalankan secara benar. Orang

tidak bisa merubah-rubah posisinya dengan kemauan

sendiri.22

Berdasarkan ruang lingkup diatas penulis menjadikan teori

tersebut sebagai dimensi pada operasional fokus konsep dengan indikator-

indikator yang terlebih dahulu dianalisis oleh penulis. Bina manusia

dengan indikator keterampilan dalam mengelola kawasan wisata. Bina

usaha dengan indikator tingkat jumlah wisatawan, pembuatan cinderamata

khas dan promosi kawasan pariwisata. Bina lingkungan dengan indikator

tingkat perubahan lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang ada

disekitar lokasi wisata. Bina kelembagaan dengan indikator jumlah

lembaga dan keaktifan lembaga yang berhubungan secara langsung

dengan pariwisata di Desa Paropo.

2.2.1.2.Pengertian Pariwisata

Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa

sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari

berarti berulang-ulang, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

wisata berarti perjalanan atau bepergian, jadi pariwisata berarti

perjalanan yang dilakukan secara berputar-putar, berulang-ulang


22
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.
atau berkali-kali.

Menurut World Tourism Organization (WTO) dan

International Union of Office Travel Organization (IUOTO), yang

dimaksud dengan wisatawan adalah setiap pengunjung yang

tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam)

bulan di tempat yang dikunjunginya dengan maksud kunjungan

antara lain:

1. Berlibur

2. Rekreasi

3. Olah raga

4. Binis
5. Mengunjungi teman dan keluarga

6. Menghadiri pertemuan

7. Konferensi

8. Kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar, atau


kegiatan keagamaan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

Tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan

pemerintah daerah. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan

pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah suatu

perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang

diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan


untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi,

tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna

bertamasya dan rekreasi untuk memenuhi keinginan yang

beraneka ragam.23 Menurut Soekadijo dalam Purnamawati (2001:

50) pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang

berhubungan dengan wisatawan. 24 Berdasarkan pengertian ini

dapat dinyatakan bahwa adanya wisatawan yang berkunjung

membuat aktivitas pemerintah daerah, swasta dan anggota

masyarakat di daerah tujuan wisata menjadi bertambah.

Pemerintah melalui jalur birokrasinya mengatur kedatangan dan

kepulangan wisatawan. Swasta berperan dalam menyediakan

tempat penginapan (hotel), hiburan (diskotik dan karaoke), dan

tempat makan minum (restoran). Sementara itu masyarakat

setempat berperan sebagai penunjuk jalan (guide) dan

menyediakan barang- barang cenderamata.

Defenisi pariwisata menurut para ahli:

1. Robbert dalam Purnamawati (2001:51) adalah aktivitas

yang dilakukan oleh orang-orang yang melakukan

perjalanan, tetapi bukan untuk mencari nafkah maupun

menetap. Institut of Tourism in Britain (sekarang Tourism

Society in Britain) di tahun 1976 mendefinisikan pariwisata

sebagai kepergian orang-orang untuk sementara dalam

jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat

tinggal dan tempat bekerja sehari-hari, serta kegiatan-

kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
23

24
Purnamawati, Ati. 2001. Minat Wisatawan Terhadap Obyek dan Daya Tarik Wisata
Kota
Di Kota Bandung. Semarang. Undip.
tersebut. Ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud,

termasuk kunjungan sehari atau darmawisata.

2. Suwantoro (2004:3) menyatakan bahwa pada hakikatnya

berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara

dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat

tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai

kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial,

kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun

kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu,

menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Istilah

pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan

wisata , yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal

sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena

suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang

menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang

dapat dilakukan oleh seorang atau lebih dengan tujuan

antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi

hasrat ingin mengetahui sesuatu.

Jenis Pariwisata

Menurut Pendit (1987:36), di samping bentuk pariwisata

perlu pula diketahui jenis pariwisata agar dapat menyusun statistik

dan data-data penelitian dan peninjauan yang lebih akurat. Jenis

pariwasata dapat dibagi dalam beberapa kategori berikut ini:

1. Wisata Budaya, dimaksudkan dengan perjalanan yang

dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan


hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau

peninjauan tempat untuk mempelajari keadaan masyarakat

setempat, cara hidup, budaya, karya seni dan adat istiadatnya.

2. Wisata Kesehatan, dimaksudkan dengan perjalanan seorang

wisatawan dengan tujuan untuk menukar kedaan dan

lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi

kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani

dengan mengunjungi tempat peristirahatan atau tempat yang

mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempaat yang

menyediakan fasilitas kesehatan lainnya.

3. Wisata Olahraga, dimaksudkan dengan perjalanan seorang

wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan olahraga

atau memang sengaja mengambil bagian aktif dalam pesta

olahraga di suatu tempat misalnya cabang olahraga di dalam

air maupun di atas pegunungan.

4. Wisata Komersial, dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk

mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat

komersial, seperti pameran industri, pameram dagang dan

sebagainya.

5. Wisata Industri, hal ini dilakukan di negara-negara yang telah

maju perindustriannya dimana masyarakat berkesempatan

mengadakan kunjungan ke daerah komplek industri berbagai

jenis barang yang dihasilkan di negara itu.

6. Wisata Politik, jenis ini meliputi perjalanan yang dilakukan

untuk mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik

seperti adanya kongres ataupun konvensi politik.

7. Wisata Konvensi, wisata konvensi dekat dengan wisata politik.


Berbagai negara membangun dan menyediakan fasilitas

bangunan dengan ruangan- ruangan tempat bersidang bagi

para peserta konferensi, konvensi, pertemuan dan lainnya.

8. Wisata Sosial, yang dimaksudkan dengan jenis wisata ini

adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah

untuk memberi kesempaatan kepada golongan masyarakat

ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan (misalnya untuk

kaum buruh).

9. Wisata Pertanian, seperti halnya wisata industri, wisata

pertanian adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan

ke proyek pertanian, perkebunan, dan sebagainya.

10. Wisata Maritim atau Bahari, jenis wisata ini banyak dikaitkan

dengan kegiatan olahraga di air, danau, bengawan, pantai,

atau teluk untuk kegiatan memancing, berlayar, menyelam.

11. Wisata Cagar Alam, jenis wisata ini biasanya banyak

diselenggarakan agen atau biro perjalanan yang

mengkhususkan usaha-usaha untuk mengatur perjalanan ke

daerah cagar alam, taman lindung, dan sebagainya.

12. Wisata Buru, jenis wisata ini banyak dilakukan di negara yang

memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang

dibenarkan oleh pemerintah atau digalakkan oleh berbagai

agen atau biro perjalanan.

13. Wisata Pilgrim, jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan

agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau

kelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan

dengan mengunjungi tempat-tempat suci, ke makam-makam

orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau


gunung yang dianggap keramat.

14. Wisata Bulan Madu, ini adalah suatu penyelenggaraan

perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati, pengantin baru

yang sedang berbulan madu dan disediakan fasilitas khusus.25

Objek dan Daya Tarik Wisata

Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 10 tahun 2009

tentang kepariwisataan Pasal 1 mengatakan bahwa :

“Daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan

alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran

atau tujuan kunjungan wisatawan”.

Unsur yang terkandung dalam pengertian di atas dapat disimpulkan,


yaitu:

1. Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan, keindahan.

2. Daya tarik dapat berupa alam, budaya, atau hasil karya

manusia yang berseni tinggi dan layak untuk dijadikan suatu

produk.

3. Yang menjadi sasaran utama adalah wisatawan.

Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang

Kepariwisataan yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi :

“Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam

serta flora dan fauna, seperti: pemandangan alam, panorama

indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-

binatang langka26.Karya manusia yang berwujud museum,


25
Pendit, Nyoman S.1986.Ilmu Pariwisata.Jakarta: PT. Pradnya Paramita
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata

agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman

rekreasi, dan tempat hiburan.Sasaran wisata minat khusus,

seperti: berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan,

tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah,

tempat-tempat ziarah, dan lain-lain”.

Pasal 1 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dijelaskan pula pengertian

kepariwisataan adalah : “Keseluruhan kegiatan yang terkait

dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin

yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara

serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,

sesama wisatawan, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah, dan

pengusaha”.

Pengertian di atas, dengan demikian dapat dijelaskan pada

Pasal 4 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, bertujuan untuk :

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c. Menghapus kemiskinan;

d. Mengatasi pengangguran;

e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

f. Memajukan kebudayaan;

g. Mengangkat citra bangsa;

h. Memupuk rasa cinta tanah air;

i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan


j. Mempererat persahabatan antar bangsa.

Potensi Pariwisata

Potensi Pariwisata adalah kemampuan, kesanggupan,

kekuatan, dan daya untuk mengembangkan segala sesuatu yang

berhubungan dengan perjalanan, pelancongan, atau kegiatan

pariwisata lainnya dalam hal ini pengembangan produk objek dan

daya tarik wisata. Kepariwisataan mengandung potensi untuk

dikembangkan menjadi atraksi wisata. Maka untuk menemukan

potensi kepariwisataan di suatu daerah, orang harus berpedoman

kepada apa yang dicari oleh wisatawan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

disebutkan bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis,

terencana, terpadu, berkelanjutan, bertanggung jawab dengan

tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya

yang hidup dalam masyarakat, kelestrarian dan mutu lingkungan

hidup, serta kepentingan nasional. Potensi kepariwisataan

merupakan suatu hal yang mempunyai kekuatan dan nilai tambah

tersendiri untuk dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata. 27

Daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun secara

profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.

Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa

berdasarkan kriteria tertentu. Umumnya daya tarik suatu objek

wisata berdasarkan pada:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang,


27
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

4. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para

wisatawan yang hadir.

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan

alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan

sebagainya.

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena

memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-

upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek

buah karya manusia pada masa lampau.

Kesimpulan faktor-faktor potensi pariwisata menurut para ahli diatas yang

berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh penulis ialah:

1. Pemerintah pusat telah menetapkan Danau Toba sebagai destinasi

super prioritas nasional.

2. Pemerintah pusat ingin menjadikan Danau Toba mampu menarik

perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara.

3. Sebagai salah satu daerah di pinggiran Danau Toba, Desa Paropo

memiliki potensi wisata yang sangat baik dan dapat dimanfaatkan demi

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2.2.2.Landasan Legalistik

2.2.2.1.Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2014

Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba Dan Sekitarnya.


Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2014 Tentang

Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba Dan Sekitarnya menetapkan Danau

Toba sebagai kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan

daya dukung lingkungan Danau toba dan sekitarnya.

2.2.2.2.Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kamaritiman Nomor 2 Tahun

2017 Tentang Tugas, Keanggotaan, Dan Tata kerja Kelompok Ahli Dewan

Pengarah Badan Otorita Pengelolaan Pariwisata Kawasan Danau Toba

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kamaritiman Nomor 2 Tahun 2017

Tentang Tugas, Keanggotaan, Dan Tata kerja Kelompok Ahli Dewan Pengarah

Badan Otorita Pengelolaan Pariwisata Kawasan Danau Toba menetapkan

struktur keanggotaan Badan Otorita pengelolaan Pariwisata Danau Toba yang

terdiri dari dewan pengarah dan kelompok ahli bertujuan untuk mengkaji dan

menganalisis kebijakan yang diambil dalam fungsi pengelolaan kawasan Danau

Toba.

2.2.2.3. Peraturan Menteri Pariwisata REPUBLIK INDONESIA Nomor 13

TAHUN 2016 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pelaksana Otorita

Danau Toba

Peraturan Menteri Pariwisata REPUBLIK INDONESIA Nomor 13 TAHUN

2016 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pelaksana Otorita Danau Toba

menetapkan bahwa Badan Pelaksana Otorita Danau Toba yang selanjutnya

disebut Badan Pelaksana, merupakan satuan kerja dibawah Kementerian

Pariwisata. Badan Pelaksana ini dipimpin oleh Direktur Utama. Badan Pelaksana

mempunyai tugas:
a. melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan,

pengembangan, pembangunan, dan pengendalian di Kawasan Pariwisata

Danau Toba; dan

b. melakukan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan,

dan pengendalian di zona otorita Pariwisata Danau Toba.

2.2.2.4. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 28 Tahun 2018 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 88 Tahun 2017 Tentang Badan

Pengelolaan Geopark Kaldera Toba Provinsi Sumatera Utara

Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 28 Tahun 2018 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 88 Tahun 2017 Tentang Badan

Pengelolaan Geopark Kaldera Toba Provinsi Sumatera Utara menetapkan

Dewan Penasehat merupakan badan pemerintah yang dipimpin oleh Gubernur

Sumatera Utara, dibantu oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara dan Bupati 7

(tujuh) Kabupaten di Kawasan Geopark Kaldera Toba. Dewan Pengarah

merupakan unsur pemerintah yang terdiri dari Sekretaris Daerah, Asisten, Staf

Ahli yang berada di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara bertugas untuk

melaksanakan pengelolaan Geopark Kaldera Toba sesuai tugas dan bidang

masing masing.

2.3.Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran adalah kerangka dasar dalam mengembangkan

konsep dan teori dari permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti. Dikatakan

kerangka pemikiran juga ialah teori dari 2 (dua) variabel yang akan dikaitkan
menjadi rancangan atau rencana dalam merancang proses penelitan yang akan

dikaji peneliti. Kerangka pemikiran penjelasan sementara terhadap gejala dari

objek permasalahan yang akan diteliti.

Penetapan Danau Toba sebagai destinasi super prioritas nasional dalam

mewujudkan Danau Toba sebagai Monaco of Asia adalah langkah yang

ditetapkan pemerintah dalam pengembangan Danau Toba sebagai destinasi

pariwisata nasional. Oleh sebab itu pembangunan daerah sekitar Danau Toba

terus dikembangkan dan tentunya butuh peran serta masyarakat dalam

menyukseskan visi ini agar destinasi pariwisata di Danau Toba dapat

berkembang pesat dan berkelas internasional. Hal ini tentunya akan membawa

dampak positif bagi pemasukann negara dan peningkatan pendapatan

masyarakat sekitar dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Agar lebih mudah dipahami dan dimengerti penulis membuat kerangka

pemikiran yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2014 Tentang


Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba Dan Sekitarnya.
2. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kamaritiman Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Tugas, Keanggotaan, Dan Tata kerja Kelompok Ahli Dewan Pengarah
Badan Otorita Pengelolaan Pariwisata Kawasan Danau Toba
3. Peraturan Menteri Pariwisata REPUBLIK INDONESIA Nomor 13 TAHUN 2016
Faktornya

Kurangnya
Faktornya
kemampuan
manajemen dari Permasalahan
Kurang
masyarakat dalam memadainya
Pariwisata Pesisir Danau Toba di Desa Paropo masih belum
mengelola dan dikelola secara optimal mengingat potensi yang didimiliki. fasilitas wisata
meningkatkan yang ada di
daya tarik Desa Paropo
pariwisata

Pemerintah melakukan pengembangan destinasi wisata kawasan


Danau Toba dan memberdayakan masyarakat dengan pelatihan
keterampilan dan kemampuan manajemen pariwisata yang baik
serta melakukan kegiatan promosi tentang destinasi pariwisata di
Danau Kawasan Danau Toba

Terwujudnya pariwisata kawasan Danau Toba sebagai Monaco


of Asia, dan terwujudnya pemberdayaan masyarakat di Desa
Paropo

Sumber : Diolah penulis 2021

2.4.Hipotesis

Hipotesis (anggapan dasar) merupakan jawaban sementara terhadap

masalah yang masih bersifat praduga karena harus dibuktikan kebenarannya.


Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara yang

akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan peneliti.

Menurut teori apabila masyarakat dapat Hipotesis (anggapan dasar)

merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga

karena harus dibuktikan kebenarannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan

kebenaran yang sifatnya sementara yang akan diuji kebenarannya dengan data

yang dikumpulkan peneliti.

Menurut teori apabila pembangunan oleh pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dengan kerjasama yang baik dengan masyarakat setempat

akan dapat mewujudkan peningkatan kualitas pariwisata di kawasan danau

Toba. Serta perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat dengan baik melalui

pelatihan sehingga memiliki kemampuan manajemen dan mengelola daya tarik

wisata dengan baik. Menurut beberapa faktor lambat perkembangan pariwisata

Danau Toba dikarenakan pengelolaan fasilitas wisata yang kurang baik dan

kurangnya kemampuan masyarakat dalam meningkatkan daya tarik pariwisata.

Jadi, apabila pemberdayaan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan baik

dengan pelatihan kemampuan dan seminar oleh pemerintah serta pembangunan

fasilitas wisata yang memadai yang dilakukan pemerintah seharusnya

perwujudan kawasan pariwisata Danau Toba sebagai pariwisata kelas

internasional dalam mewujudkan visi sebagai Monaco of Asia dapat terwujud.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian merupakan hal yang sangat esensial sebelum

seorang peneliti lebih jauh melaksanakan sebuah penelitian. Manfaat dari

adanya pendekatan penelitian adalah ketika menjawab atau menentukan

rumusan masalah, peneliti bisa terbantu/mempermudah. Pendekatan

penelitian harus selaras dengan keperluan dalam menentukan dan menjawab

pertanyaan penelitian. Dalam penelitian sosial, pendekatan penelitian

mencakup dua jenis, yaitu metode kualitatif, kuantitatif. Menurut Hamid

Darmadi (2014:153) pendekatan penelitian merupakan metode atau cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. 

Menurut Deirdre D. Johnston dan Scott W. Vanderstoep Pendekatan data

dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni pendekatan kuantitatif dan kualitatif:

1. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang menciptakan

gambaran kejadian yang diteliti secara deskriptif dan naratif.

Sementara

2. Pendekatan kuantitatif merupakan pengukuran secara numerik

berdasarkan kejadian yang sedang diteliti.

Sugiyono (2017:7) menjelaskan bahwa :

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, Teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih


menekankan makna dari pada generalisasi.28

Selanjutnya Simangunsong (2016:190) menyatakan bahwa

“Penelitian kualitatif dapat dipandang juga sebagai penelitian partisipatif

yang desain penelitiannya memiliki sifat fleksibel atau dimungkinkan

untuk diubah guna menyesuaikan dari rencana yang telah dibuat,

dengan gejala yang ada pada tempat penelitian yang sebenarnya”.

Penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan melekat erat dengan kehidupan

sosial. Penelitian kualitatif sangat cocok untuk meneliti fenomena sosial

yang terjadi di masyarakat, karena bentuknya yang fleksibel yang dapat

menyesuaikan ruang dan waktu.29

Dalam pendekatan penelitian, disini peneliti menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif dalam penelitian ini.

3.2 Operasionalisasi Variabel atau Operasionalisasi Konsep

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan sebelumnya maka

peneliti menarik operasional konsep untuk yang telah dikemukakan

sebagai berikut.

Gambar 3.1

Operasional Konsep

KONSEP DIMENSI INDIKATOR ITEM PERTANYAAN


1 2 3 4
1.Kemampuan 1. Bagaimana
masyarakat dalam kemampuan
mengelola lokasi masyarakat dalam
wisata. mengelola lokasi
wisata di Desa
Paropo?

28
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
29
Simangunsong, Fernandes. 2017. Metode Penelitian Pemerintahan.
Bandung : Alfabeta.
2.Kemampuan 1. Bagaimana
masyarakat dalam kemampuan
meningkatkan daya masyarakat dalam
tarik wisata. meningkatkan daya
tarik wisata di Desa
Paropo?
3.Kemampuan 1. Apakah masyarakat
masyarakat dalam telah membuat
membuat cinderamata cinderamata khas dari
Pemberdayaan Bina Manusia khas. Desa Paropo?
4.Kemampuan 1. Apakah masyarakat
masyarakat dalam telah melakukan
menyambut pelayanan yang baik
wisatawan terhadap turis
domestik maupun domestik yang
mancanegara. berwisata di Desa
Paropo?
2.Apakah masyarakat
telah menguasai
bahsa asing dalam
menyambut wisatawan
mancanegara ke Desa
Paropo?
1.Tingginya kunjungan dari 1. Apakah jumlah
wisatawan yang wisatawan yang
berkunjung. berkunjung ke Desa
Paropo mengalami
peningkatan dalam kurun
2 tahun terakhir?
2.Pemanfaatan media 1. Bagaimana
sosial dalam promosi pemanfaatan media sosial
pariwisata. dalam promosi hasil
pariwisata di Desa
Bina Usaha Paropo?
3.Produksi cinderamata 1. Apakah produksi
khas. cinderamata khas dari
Desa Paropo telah
mampu meningkatkan
pandapatan masyarakat?
4. Pemasaran cinderamata 1. Apakah masyarakat
khas. menggunakan sosial
media dalam pemasaran
cinderamata khas?
5.Peningkatan pendapatan 1. Bagaimana pendapatan
masyarakat. masyarakat dalam kurun
waktu 2 tahun terakhir?
1 2 3 4
1.Lingkungan Fisik 1. Apakah pengolahan
sampah di lokasi
wisata di Desa telah
baik?
2. Bagaimana cara
meningkatkan
Bina
kesadaran
Lingkungan masyarakat dalam
meningkatkan
kesadaran menjaga
lingkungan?
2. Lingkungan Sosial 1.Bagaimana keadaan
kehidupan sosial
masyarakat di Desa
Paropo?
1. Kelompok Usaha 1.Bagaimana
keaktifan kelompok
usaha di Desa
Paropo?
2.Apakah kelompok
usaha di Desa
Paropo telah
Bina memanfaatkan
Kelembagaan kemajuan teknologi
bidang sosial media ?
2. Pendukung Pariwisata 1.Apakah ada kelompok
pendukung dalam
meningkatkan
pariwisata di Desa
Paropo?

Sumber: Mardikanto dan Poerwoko, 2017

3.4 Sumber Data

Yang dimaksud sumber data ialah asal mula data dapat didaptkan, biasanya

dengan interkasi antara orang perorangan, lingkungan, ataupun dokumen-dokumen

yang terkait. Menurut Suharsimi Arikunto (2013:172) menyatakan bahwa sumber data

yang dimaksud dalam penelitian ialah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari 3 (tiga) sumber yaitu person,

place, and paper. Sesuai dengan ketiga macam sumber yang diambil penelitian

Arikunto (2010:172) menjelaskan bahwa

1. Person (orang) ,Sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban Iisan
meIaIui wawancara atau jawaban tertuIis meIaIui angket.
2. PIace (tempat) ,Sumber data yang menyajikan tampiIan data berupa keadaan
diam dan bergerak meIaIu metode observasi.
3. Paper (kertas), Sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka,
gambar, atau simboI-simboI yang cocok untuk penggunanaan metode
dokumentasi.

Berdasarkan uraian diatas dan berdasarkan indikator yang sudah peneliti

Jelaskan di operasional konsep disini peneliti menggunakan 2 macam jenis

sumber data yaitu Person dan Paper. Peneliti mengambil jenis person dimana

peniliti akan mengambil data dengan orang yang terkait dengan apa yang akan

diteliti. Sedangkan paper dimana peneliti mengambil dokumen tingkat kunjungan

wisatawan yang sudah dijelaskan di operasional konsep yang telah ditulis

peneliti . Mengapa peneliti tidak menggunakan place karena untuk meneliti

penelitian ini tidak menggunakan observasi untuk pengambilan data yang

diperlukan.

Peneliti juga menggunakan Purposive Sampling dan Snowball Sampling,

Purposive sampling menurut Silalahi (2012:272) menyatakan bahwa “ pemilihan

siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang

dibutuhkan”. Selanjutnya untuk menentukan jumlah informan yang ingin peneliti

wawancarai menggunakan snowball sampling. Menurut Sugiono (2001)

Snowball Sampling Adalah teknik penetuan sampel yang awal mula jumlahnya
kecil, kemudian sampe ini disuruh memilih teman-temanya untuk dijadikan

sampe. Dan bergitu seterusnya, sehingga jumlah sampel amkin lama makin

banyak. lbaratkan sebuah bola salju yang menggelinding, makin lama maka

semakin besar.

Peneliti menggunakan Purposive Sampling dan Snowball Sampling

karena dalam penelitian ini peneliti memilih informan yang tepat untuk

pengambilan data, selain itu peneliti ingin mengambil data sebanyak-banyaknya

dan beraneka ragam pertanyaan. Maka alasan peneliti mengambil Purposive

Sampling dan Snowball Sampling peneliti akan memilih informan yang tepat dan

bermacam-macam pertanyaan seperti.

1. Kepala Dinas Pemberayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten Dairi

2. Kepala Sub Bagian Perencanaan, Program, Pelaporan, Dan Keuangan Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten Dairi

3. Camat Kecamatan Silahisabungan

4. Masyarakat Desa Paropo

3.4 Instrumen Penelitian

Yang dimaksud instrumen penelitian ialah alat-alat yang diperlukan atau

dipergunakan untuk mengumpulkan data. Berarti, dengan menggunakan alat-alat

tersebut data dapat dikumpulkan. Menurut Arikunto (2006: 126) menyatakan bahwa

instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan
data agat pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah untuk

diolah.30

Salah satu ciri instrumen penelitian kualitatif adalah yang menjadi instrumen

utama itu sendiri adalah manusia atau peneliti itu sendiri dengan cara mengamati,

bertanya, mendengar, meminta dan mengambil data penelitian. Sesuai dengan uraian

diatas dapat terkait dengan menurut Brane (2005:11) menyatakan bahwa “dalam tradisi

kualitatif, peneliti harus menggunakan diri mereka itu sendiri sebagai instrumen” Tujuan

peneliti sebagai instrumen untuk mendapatkan data yang konkrit dan valid.

Untuk instrumen selain manusia seperti angket, pedoman wawancara, pedoman

observasi, dan sebagainya dapat digunakan, tetapi fungsinya hanya terbatas sebagai

pendukung tugas peneliti. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti

adalah wajib atau mutlak, karena peneliti harus berinteraksi langsung dengan

lingkungan baik manusia dan non manusia yang terkait dalam penelitian.

Sesuai dengan uraian diatas peneliti langsung turun kelapangan untuk mencari

data yang konkret dan valid. Peneliti juga menggunakan instrumen bantuan seperti

pedoman wawancara guna untuk bahan wawancara yang akan ditanyakan langsung

dengan informan dan peneliti juga menggunakan instrumen bantuan untuk mengambil

dokumentasi sebagai data jumlah wisatawan dan pendapatan masyarakat yang akan

peneliti ambil dilapangan langsung.

30
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data terdiri dari 3 yaitu observasi, dokumentasi,

wawancara.

1. Observasi

Observasi sering juga disebut sebagai pengamatan, Observasi digunakan

untuk mencari atau menelusuri suati hal dari sebuah fenomena. Observasi

biasanya dilakukan dengan meninjau, mengawasi dan meneliti suatu objek

hingga mendapat data yang sifatnya valid. Nazir (2009:175) bahwa mengatakan

“pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan

langsung dengan cara pengambilan data dengan menggunakan mata, tanpa ada

alat pertolongan serta aat standard lain untuk keperluan tersebut” Kemudian

Sugiyono (2011:145) menjelaskan bahwa “ teknik pengumpulan data dengan

observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses

kerja, gejala-gejala alam dan bila infroman yang diamati tidak terlalu besar”. Jadi

menurut uraian para ahli yang menjelaskan observasi dapat disimpulkan ialah

pengumpulan data dengan langsung turun kelapangan untuk mengamati secara

langsung.31

Berdasarkan dari segi proses pelaksanaan, Sugiyono

(2016:197) mengklasifikasikan observasi menjadi dua, yaitu :

31
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
a) Observasi berperan serta, penulis terlibat dengan kegiatan sehari-
hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian.
b) Observasi non partisipan, penulis tidak terlibat langsung dan hanya
sebagai pengamat independen

Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan observasi dalam

pengambilan data.32

2. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara

melakukan tanya jawab berdasarkan garis besar permaslahan yang sedang

diteliti. Selain itu wawancara merupakan pengumpulan data dengan

berkomunikasi antara pewawancara dengan infroman. Informan yaitu orang yang

mempunyai keahlian dalam menjawab pertanyaan dan memberikan informasi

dari permasalahan yang akan ditanyakan oleh pewawancara.

Menurut Nurdin dan Hartati (2019:178) “Wawancara adalah suatu cara

pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi verbal untuk

memperoleh informasi langsung dari sumber-sumbernya”. 33 Selanjutnya,

menurut Simangunsong (2016:2015) “Wawancara ialah proses komunikasi

atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara

peneliti dengan informan atau subjek penelitian”. 34

Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2017:233-234)

32
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
33
Nurdin, Ismail dan Sri Hartati. 2019. Metodelogi Penelitian Sosial.Surabaya: Media Sahabat
Cendekia.
34
Simangunsong, Fernandes. 2017. Metode Penelitian Pemerintahan.Bandung : Alfabeta.
menjelaskan tentang beberapa macam wawancara, yaitu:

a. Wawancara terstruktur (Structured Interview), digunakan sebagai


teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh.
b. Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview), jenis ini
sudah termasuk kedalam kategori in-dept interview, dimana dalam
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur.
c. Wawancara tak berstruktur (unstructured interview), wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya.

Melalui wawancara data yang didapatkan jelas dengan menanyakan

langsung kepada narasumber yang mempunyai keahlian dalam menjawab

permasalahannya secara detail. Menggunakan metode wawancara juga akan

memperoleh data yang benar sesuai dengan fenomena atau gejala-gejala yang

langsung terjadi di lapangan karena menggunakan metode tanya jawab

langsung antara penanya (pewawancara) dengan penjawab (narasumber).

Secara umum Rustanto (2015:58) mengemukakan pedoman wawancara yang

terbagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu :

a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara


yang bebas, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
dibuat dan hanya memuat secara umum yang akan ditanyakan.
b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Wawancara
dilakukan berupa pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternative jawabannyapun telah disiapkan.

Berdasarkan uraian diatas penliti disini menggunakan wawancara dalam

teknik pengumpulan data. wawancara berguna untuk memberikan data secara


lisan yang langsung akan peneliti tanyakan untuk pengambilan data yang

konkret dan valid untuk menyelesaikan penelitian ini. 35

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2013:231) teknik dokumentasi adalah “data-data

mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, agenda dan sebagainya”. Jadi, dokumentasi merupakan

pengambilan dan mencari data langsung dengan seperti pengambilan data

berupa peraturan yang berlaku, foto-foto, catatan-catatan, dokumen-dokumen,

dan data-data tertulis lainnya yang terkait dengan penelitian yang sedang dikaji

oleh peneliti.36

Berdasarkan uaraian daitas peneliti menggunakan dokumentasi untuk

sebagai pengambilan data yang valid dan konkret dalam menyelesaikan

penelitian yang dikaji oleh peneliti sesuai dengan indikator yang peneliti buat.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses analisis yang meliputi kegiatan pengelompokan data

berdasarkan karakteristiknya dengan tujuan untuk mencari dan menemukan informasi

yang diberguna untuk dapat dijadikan dasar untuk solusi dari suatu permasalahan.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiono (2013:246-252) Terdapat aktivitas

dalam menganalisis data sebagai berikut:

35
Rustanto, Bambang. (2015). Penelitian kualitatif pekerjaan sosial. Bandung: Rosda Karya
36
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang tepat di dapat dalam suatu penelitian biasanya sangat banyak, maka
perlu dicatat secara rinci dan teliti. Semakin lama waktu penelitian
dilapangan, maka data yang akan diperoleh akan semakin banyak, kompleks
dan rumit. Sehingga perlu segera dilakukan analisi dara dengan cara reduksi
data. Mereduksi sama halnya dengan meringkas, mengambil hal-hal penting,
menekankan pada hal-hal yang penting dan perlu saja untuk mendapatkan
tema dan polanya. Kemudian data yang telah direduksi akan terdapat
gambaran yang lebih rinci, membantu peneliti dalam melakukan
pengumpulan. Dalam proses reduksi data dapat dibantu menggunakan
perlatan elektronik seperti computer atau laptop dengan memberikan kode
pada aspek-aspek tertentu
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah proses reduksi data langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah
mendispkal data. Dalam metode penelitian kulitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk penjelasan singkat, table, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dengan penyajian data , maka dapat memudahkan
peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Verification (Conclusion Drawing)
Analisi data yang terakhir ialah menarik kesimpulan atau verifikasi dalam rangka
pengumpulan data yan diperoleh melalui penelitian dapat diuraikan secara
singkat. Maka akan dianalisis mengenai data tersebut sehingga muncul
kesimpulan. Kesimpulan yang dikemukakan diawal pada dasarnya belu
sebagai kesimpulan yang valid, tetapi kesimpulan tersebut akan menjadi valid
jika bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahapan pengumpulan data
berikutnya. Jika didukung oleh bukti-bukti yang sesuai dan konsisten data
peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
diambil merupakan kesimpulan yang akurat dan kredibel. 37

Berdasarkan penjelasan diatas disini penulis mengambil teknik analisis data

dengan mengambil ketiganya yaitu dengang menggunakan reduksi data, penyajian

data, dan selanjutnya verification. Reduksi data digunakan penulis untuk meringkas

data yang sudah diperoleh berikutnya, dilanjutkan dengan penyajian data untuk lebih

lebih memudahkan penelitian, selanjutnya verification untuk mecari kesimpulan dari

penelitian.

3.6 Jadwal dan Lokasi Penelitian

37
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
3.6.1 Jadwal Penelitian

3.6.2 Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan data sesuai dengan kenyataan di lapangan dan

mendapatkan data sebanyak-banyaknya dengan jelas, peneliti mengambil lokasi untuk

penelitian di Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten Dairi Dan

masyarakat Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan.

Catatan. Banyak sekali plagiat dalam draft proposal ini

dengan penelitian2 sebelumnya berkaitan dengan pariwisata.

Anda mungkin juga menyukai