Anda di halaman 1dari 5

asbabun nuzul surah alqur’an

Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa surat al-Anfal turun
waktu perang Badr, sedangkan surah al-Hasyr turun pada waktu Perang Bani Nadlir.

1. Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan dialah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
2. Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung
mereka pada saat pengusiran yang pertama*. kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar
dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari
(siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka
sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan
rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka
ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.
3. Dan jika tidaklah Karena Allah Telah menetapkan pengusiran terhadap mereka, benar-benar
Allah mengazab mereka di dunia. dan bagi mereka di akhirat azab neraka.
4. Yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya.
barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.
5. Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu
biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya**, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan
Karena dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.
(al-Hasyr: 1-5)

* yang dimaksud dengan ahli Kitab ialah orang-orang Yahudi Bani Nadhir, merekalah yang
mula-mula dikumpulkan untuk diusir keluar dari Madinah.
** Maksudnya: pohon kurma milik musuh, menurut kepentingan dan siasat perang dapat
ditebang atau dibiarkan tumbuh.

Diriwayatkan oleh al-Hakim, dan dishahihkannya, yang bersumber dari ‘Aisyah bahwa kira-kira
enam bulan setelah perang Badr, segolongan kaum Yahudi Bani Nadlir yang bertempat tinggal
dan berkebun kurma di wilayah kota Madinah, dikepung oleh Rasulullah saw.. Mereka diusir
keluar Madinah, dan hanya dibolehkan membawa harta kekayaan sekedarnya yang terpikul oleh
unta mereka. Merekapun tidak dibenarkan membawa senjata. Ayat ini (al-Hasyr: 1-5) turun
berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang melukiskan bahwa orang yang berkhianat akan
mendapat balasannya.

Yahudi Bani Nadlir adalah kaum yang berkhianat kepada Rasulullah saw. Pada saat Rasulullah
saw akan mengadakan pembicaraan tentang kaum Muslimin yang dibunuh kaum Yahudi, beliau
dikhianati. Mereka menyimpan batu di atas pintu masuk supaya beliau tertimpa batu tersebut
(‘Ainul Yaqin hal 71).

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dll, yang bersumber dari Ibnu ‘Umar bahwa Rasulullah saw.
pernah membakar pohon-pohon kurma Bani Nadlir dan menebang sebagiannya lagi. Ayat ini (al-
Hasyr: 5) turun sebagai keterangan bahwa tindakan Rasulullah saw. bersama para sahabatnya,
yang dilukiskan khusus terhadap Bani Nadlir itu, dibenarkan oleh Allah Swt.

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan sanad yang daif, yang bersumber dari Jabir bahwa
Rasulullah saw. pernah memberi izin menebang pohon-pohon kurma, tapi kemudian
melarangnya dengan keras. Para shahabat menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: “Ya
Rasulullah. Apakah kami ini berdosa karena telah menebang sebagian pohon kurma dan
membiarkan sebagiannya lagi ?” Ayat ini (al-Hasyr: 5) turun berkenaan dengan peristiwa
tersebut, yang membenarkan tindakan mereka.

Diriwayatkan oleh Ibny Ishaq yang bersumber dari Yazid bin Ruman. Diriwayatkan pula oleh
Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah dan Mujahid bahwa ketika Rasulullah saw. sampai ke
tempat Bani Nadlir, mereka telah bersembunyi di dalam benteng. Rasulullah saw.
memerintahkan menebang pohon kurma dan membakarnya (sehingga berasap). Bani Nadlir
berteriak-teriak memanggil Rasulullah saw : “Hai Muhammad. Engkau telah melarang membuat
kerusakan di muka bumi dan mencela orang yang membuat kerusakan, akan tetapi mengapa
engkau menebang pohon kurma dan membakarnya ?” Ayat ini (al-Hasyr: 5) turun berkenaan
dengan peristiwa tersebut, yang membenarkan Rasulullah dalam memusnahkan kaum fasik.

9. Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada
mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap
apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung
(al-Hasyr: 9)

Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Yazid al-Asham bahwa kaum Anshar
berkata: “Ya Rasulullah, bagi dualah tanah ini untuk kami (kaum Anshar) dan kaum Muhajirin.”
Nabi saw. bersabda: “Tidak. Penuhi sajalah keperluan mereka dan bagilah buah kurmanya.
Tanah ini tetap kepunyaanmu.” Mereka menjawab: “Kami ridha atas keputusan itu.” Maka
turunlah ayat ini (al-Hasyr: 9) yang menggambarkan sifat-sifat kaum Anshar yang tidak
mementingkan diri sendiri.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Abu Hurairah bahwa seorang laki-laki
menghadap Rasulullah saw dan berkata: “Ya Rasulullah. Saya lapar.” Rasulullah meminta
makanan kepada istri-istrinya, akan tetapi ternyata tidak ada makanan sama sekali. Kemudian
Rasulullah saw bersabda: “Siapa di antara kalian yang malam ini yang bersedia memberi makan
kepada tamu ini ? Mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepadanya.” Seorang Anshar
menjawab: “Saya ya Rasulullah.” Kemudian iapun pergi kepada istrinya dan berkata: “Suguhkan
makanan yang ada kepada tamu Rasulullah.” Istrinya menjawab: “Demi Allah tidak ada
makanan kecuali sedikit untuk anak-anak.” Suaminya berkata: “Bila mereka ingin makan,
tidurkan mereka dan padamkan lampunya. Biarlah kita menahan lapar malam ini.” Istrinya
melaksanakan apa yang diminta suaminya. Keesokan harinya Rasulullah saw. bersabda: “Allah
kagum dan gembira karena perbuatan suami-istri itu.” Ayat ini (al-Hasyr: 9) turun berkenaan
dengan peristiwa tersebut, yang melukiskan perbuatan orang yang memperhatikan kepentingan
orang lain.

Diriwayatkan oleh Musaddad di dalam Musnadnya dan Ibnul Mundzir, yang bersumber dari
Abul Mutawakkil an-Naji bahwa tamu Rasulullah itu bernama Tsabit bin Qais bin Syammas.
Ayat ini (al-Hasyr: 9) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.

Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari Muharib bin Ditsar yang bersumber dari Ibnu ‘Umar bahwa
salah seorang shahabat Rasulullah saw diberi kepala kambing. Dalam hatinya shahabat itu
berkata: “Mungkin orang lain lebih memerlukannya daripada aku.” Seketika itu juga kepala
kambing itu dikirimkan kepada kawannya, tapi oleh kawannya dikirimkan lagi kepada yang
lainnya (sampai tujuh rumah). Akhirnya kepala kambing itu kembali lagi kepada yang pertama.
Ayat ini (al-Hasyr: 9) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang melukiskan bahwa setiap
umat Islam selalu memperhatikan nasib sesamanya.

11. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang Berkata kepada Saudara-
saudara mereka yang kafir*** di antara ahli kitab: “Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya
kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun
untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu.” dan
Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.

***Maksudnya: Bani Nadhir.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari as-Suddi bahwa beberapa orang bani
Quraizah masuk Islam, tetapi di antara mereka terdapat orang-orang munafik. Orang-orang
munafik itu berkata kepada bani Nadlir: “Sekiranya kalian diusir, kamipun akan keluar
bersamamu.” Ayat ini (al-Hasyr: 11) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang
melukiskan sifat-sifat orang munafik yang selalu berdusta.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Surah al-Anfaal
turun berkenaan dengan Perang Badar sedangkan surah al-Hasyr turun
berkenaan dengan Bani Nadhir.” (502)

Ayat 1, yaitu firman Allah ta’ala,

“Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah;
dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (al-Hasyr: 1)

Sebab Turunnya Ayat

Imam al-Hakim meriwayatkan riwayat yang dinilainya shahih dari Aisyah yang
berkata, “Peperangan dengan Bani Nadhir, yaitu sebuah kabilah Yahudi, terjadi
pada pengujung bulan keenam setelah Perang Badar. Perkampungan dan
perkebunan kurma milik mereka berada di pinggir kota Madinah. Rasulullah
lantas mengepung permukiman mereka itu hingga mereka akhirnya bersedia
keluar dari Madinah, tetapi dengan perjanjian bahwa mereka diperkenankan
untuk membawa harta dan barang-barang mereka sejauh yang bisa diangkut
oleh unta-unta mereka, kecuali barang-barang yang berupa persenjataan.
Berkenaan dengan mereka itulah Allah menurunkan ayat, ‘Apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang
Mahaperkasa, Mahabijaksana.'”

Ayat 5, yaitu firman Allah ta’ala,

“Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir)
atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya , maka (semua
itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan
kepada orang-orang fasik.” (al-Hasyr: 5)

Sebab Turunnya Ayat

Imam Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ketika itu
Rasulullah membakar dan memotong beberapa batang kurma milik Bani
Nadhir yang terdapat di lembah Buwairah. Allah lalu menurunkan ayat ini.
(503)

Abu Ya’la meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Jabir yang berkata,
“Pada awalnya, Rasulullah mengizinkan para sahabat untuk memotong pohon-
pohon kurma tersebut, tetapi beliau kemudian melarangnya dengan keras. Para
sahabat lantas mendatangi Nabi saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah
kami berdosa terhadap apa yang telah kami potong atau kami biarkan dari
pohon-pohon tersebut?’ Allah lalu menurunkan ayat ini.”

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yazid bin Ruman yang berkata, “Tatkala
Rasulullah berangkat menuju perkampungan Bani Nadhir, mereka lantas
membuat benteng pertahanan. Rasulullah lalu menyuruh para sahabat untuk
memotong dan membakar pohon-pohon kurma mereka. Mereka lantas berkata,
‘Wahai Muhammad, bukankah engkau telah melarang orang lain untuk berbuat
kerusakan serta mencela pelakunya?! Akan teapi, kenapa sekarang engkau
justru memotong dan membakar pohon-pohon kurma kami?’ Tidak lama
kemudian, turunlah ayat ini.”

Ibnu Jarir meriwayatkan hal senada dari Qatadah dan Mujahid.

Ayat 9, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor)
‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka
(Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa
yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam
kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah
orang orang yang beruntung.” (al-Hasyr: 9)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Zaid ibnul-Asham bahwa suatu ketika orang-
orang Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, berikanlah sebagian dari tanah yang
kami miliki ini kepada saudara-saudara kami, kaum Muhajirin.” Rasulullah
lalu menjawab, “Tidak. Akan tetapi, kalian cukup menjamin kebutuhan makan
mereka serta memberikan setengah dari hasil panen kalian. Adapun tanahnya
maka ia tetap menjadi hak milik kalian.” Orang-orang Anshar lalu menjawab,
“Ya, kami menerimanya.” Allah lalu menurunkan ayat ini.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata, “Suatu hari,
seseorang datang kepada Rasulullah seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah,
sekarang ini saya sangat kelaparan.’ Rasulullah lalu menanyakan kepada istri-
istrinya apakah memiliki persediaan makanan, namun tidak ada apa pun pada
mereka. Rasulullah lantas berkata kepada sahabat-sahabatnya, ‘Adakah di
antara kalian yang mau menjamunya malam ini? Semoga Allah merahmati
yang menjamu tersebut.’ Seorang laki-laki dari kalangan Anshar lalu berdiri
dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya yang akan menjamunya.’

Laki-laki itu lantas pulang ke rumah dan berkata kepada istrinya, ‘Saya telah
berjanji akan menjamu seorang tamu Rasulullah. Oleh karena itu, keluarkanlah
persediaan makananmu. ‘Akan tetapi, sang istri menjawab, ‘Demi Allah, saya
tidak punya makanan apa pun kecuali sekadar yang akan diberikan kepada
anak-anak kita.’ Laki-laki itu lantas berkata, ‘Kalau begitu, jika nanti anak-anak
kita telah terlihat ingin makan malam maka berusahalah untuk menidurkan
mereka. Setelah itu, hidangkanlah makanan untuk mereka itu (kepada sang
tamu) dan padamkan lampu, ‘Adapun kita sendiri akan tidur dengan perut
kosong pada malam ini!’ Sang istri lalu menuruti instruksi suaminya itu.
Pada pagi harinya, laki-laki itu bertemu dengan Rasulullah. Beliau lantas
berkata kepada para sahabat, ‘Sesungguhnya Allah telah terkagum-kagum
atau tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh si Fulan dan si
Fulanah’. Allah lantas menurunkan ayat,  ‘…dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam
kesusahan…'”  (504)

Musaddad meriwayatkan dalam musnadnya, demikian pula Ibnul Mundzir dari


Abu Mutawakkil an-Naji bahwa seseorang dari kaum muslimin meriwayatkan
riwayat yang sama dengan riwayat di atas, tetapi dengan sedikit tambahan,
yaitu bahwa laki-laki yang menjamu tamu Rasulullah itu bernama Tsabit bin
Qais bin Syamas. Artinya, ayat ini turun berkenaan dengan dirinya.

Imam al-Wahidi meriwayatkan dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu Umar yang
berkata, “Suatu ketika, salah seorang sahabat mendapat hadiah sebuah kepala
kambing. Sahabat itu lantas berkata, ‘Sesungguhnya saudara saya, si Fulan, dan
keluarganya lebih membutuhkannya daripada saya.’ Ia pun kemudian
mengirimkan kepala kambing itu kepada temannya tersebut. Hal seperti ini
berlangsung berulang kali di mana setiap kali kepala kambing itu dihadiahkan
kepada seseorang maka setiap kali itu pula yang bersangkutan
menghadiahkannya kembali kepada temannya. Demikianlah, kepala kambing
itu berputar-putar di tujuh rumah sampai akhirnya kembali lagi ke rumah
orang yang pertama kali menghadiahkannya. Tentang sikap mereka ini,
turunlah ayat,’ ‘…dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas
diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…'”

Ayat 11, yaitu firman Allah ta’ala,

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata


kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab:
“Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu;
dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk
(menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu
kamu.” Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar
pendusta.” (al-Hasyr: 11)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Suddi yang berkata, “Beberapa orang dari
Bani Quraizhah masuk Islam. Akan tetapi, di antara mereka terdapat beberapa
orang munafik yang kemudian berkata kepada orang-orang dari Bani Nadhir,
‘Sekiranya kalian nanti diusir maka kami pun pasti akan keluar bersama
kalian.’ Berkenaan dengan merekalah turun ayat ini.'”

Anda mungkin juga menyukai