Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………………………………………

A. Latar belakang…………………………………………………………….
B. Rumusan masalah………………………………………………………...

BAB II

PEMBAHASAN…………………………………………………………………..

A. Masuknya Yahudi ke jazirah Arab………………………………….


B. Diusirnya Bani Nadhir dari Madinah ………….…………………..
C. Hadist Nabi tentang Bani Nadhir……………………………………

BAB III

PENUTUP…………………………………………………………………………

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….
B. Daftar pustaka………………………………………………………..…...
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang

Sejak jaman dahulu, bangsa Yahudi memang dikenal sebagai ahli makar. Pembunuhan
terhadap para Nabi dan kekejian lainnya tidak lepas dari tangan-tangan mereka. Berbagai
peperangan yang muncul di jaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga lahir dari
persekongkolan jahat mereka. Salah satunya adalah Peperangan Bani Nadhir.
Sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, sudah ada tiga
kabilah besar bangsa Yahudi yang menetap di negeri tersebut. Mereka adalah Bani Qainuqa’,
Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Masing-masing kabilah ini mempunyai sekutu dari
kalangan penduduk asli Madinah yaitu Aus dan Khazraj. Bani Qainuqa’ dan Bani Nadhir
bersekutu dengan Khazraj, sedangkan Bani Quraizhah menjadi sekutu Aus.
Setiap kali terjadi peperangan di antara mereka dengan sekutu masing-masing, orang-orang
Yahudi mengancam kaum musyrikin (Aus dan Khazraj) ketika itu dengan mengatakan:
“Sudah tiba masanya kedatangan nabi kami. Dan kami akan memerangi kalian seperti
memerangi ‘Ad dan Iram.”
Ketika muncul Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan Quraisy, berimanlah
Aus dan Khazraj. Sementara orang-orang Yahudi justru kafir kepada beliau. Tentang
merekalah turunnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ِ‫ةُ هللا‬5َ‫ ِه فَلَ ْعن‬5ِ‫رُوا ب‬5َ‫وا َكف‬5ُ‫ا َع َرف‬5‫ا َءهُ ْم َم‬55‫ق لِ َما َم َعهُ ْم َوكَانُوا ِم ْن قَ ْب ُل يَ ْستَ ْفتِحُوْ نَ َعلَى الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوا فَلَ َّما َج‬ َ ‫َولَ َّما َجا َءهُ ْم ِكتَابٌ ِم ْن ِع ْن ِد هللاِ ُم‬
ٌ ‫ص ِّد‬
َ‫َعلَى ْالكَافِ ِر ْين‬
“Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada
pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk
mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, namun setelah datang kepada mereka apa
yang telah mereka ketahui, mereka ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-
orang yang ingkar itu.” (Al-Baqarah: 89)
Bani Nadhir adalah salah satu kabilah terbesar bangsa Yahudi yang bermukim di sebelah
selatan Madinah sebelum kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, mereka pun kafir kepada beliau bersama
orang-orang kafir Yahudi lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri
mengadakan ikatan perjanjian dengan seluruh golongan Yahudi yang menjadi tetangga beliau
di Madinah.

B.Rumusan masalah

a.Masuknya Yahudi ke Jazirah Arab

b.Diusirnya Bani Nadhir dari Madinah

c.Hadist-hadist tentang yahudi


a. Masuknya Yahudi ke Jazirah Arab

Yahudi, asalnya, diambil dari kata-kata “Huda” yang berarti taubat. Dari mana asal
kisahnya? Waktu nabi Musa 'alaihissalaam pergi menerima kitab Taurat di Gunung Thur
Sina (tepatnya sekarang di daerah Mesir, wilayah perbatasan Mesir dan Israel, terkenal
dengan gunung-gunung batunya yang besar). Nabi musa 'alaihissalaam waktu pergi
menerima Taurat disana selama empat puluh hari empat puluh malam (dalam alQuran
diceritakan), dia meninggalkan adiknya, nabi Harun 'alaihissalaam, untuk menjaga kaumnya.
Tapi nabi Harun 'alaihissalaam bukan figur orang yang seperti Musa (disegani oleh bani
Israil).

Diantara bani Israil ini, ada satu orang yang bernama Samiriy. Samiriy ini tokoh masyarakat,
orang kaya, salah satu kepala suku, terkenal. Dia melihat bahwasanya Musa lagi tidak ada,
dulunya dia sebelum nabi Musa 'alaihissalaam datang, dia ditokohkan. Maka dia ingin
kembalikan kejayaan dia dulu. Lalu dia buat patung sapi dari emas karena dia kaya raya lalu
dia bilang kepada bani Israil, “Musa juga menyuruh kita menyembah ini, perantara dengan
Allah”. Lalu, pengikut bani Israil mengikutinya.. Nabi Harun coba ingatkan, tapi tidak mau
diikuti. Lalu mereka sepakat mengatakan “Nanti saja, kalau seandainya Musa kembali
kepada kami, baru kami mau tanya Musa, kalau kamu (Harun) kami tidak mau ikuti”.

Empat puluh hari kemudian, nabi Musa kembali. Nabi Musa kaget melihat sudah ada patung,
ditaruh api di sekitarnya dan disembah. Nabi Musa langsung kumpulkan bani Israil “Ada apa
dengan kalian? Dari mana ini?”. Kisahnya dari Samiriy, mereka semua menunjuk Samiriy.
Ditanya Samiriy di depan bani Israil, “Kenapa kau lakukan ini?”. Samiriy menjawab, “Ya,
tiba-tiba terlintas di benak saya, saya pikir ini bagian dari wahyu kenabian”. Maka kata nabi
Musa 'alaihissalaam, “Sungguh yang kamu buat ini akan kami hancurkan, karena dia adalah
perbuatan syirik kepada Allah dan kamu akan kami hukum. Sekarang, keluarlah!”. Samiriy
disuruh pergi.

Ringkas ceritanya, setelah dijelaskan oleh nabi Musa ini perbuatan syirik, bani Israil waktu
itu merasa bersalah. Mereka bertanya, “Hai Musa, apa yang harus kami lakukan?”. Nabi
Musa mengatakan “Harus taubat kepada Allah”. Lalu, mereka (Bani Israil) mengucapkan
kalimat dalam alQur’an “Innaa hudna ilaik” (kami BERTAUBAT kepadaMu, ya Allah).
Semenjak hari itu, keluarlah istilah YAHUDI. Itu maknanya bagus sebenarnya, orang-orang
yang bertaubat. Asalnya begitu. Ini akar kata Yahudi. Siapapun yang mengaku pengikut nabi
Musa sampai hari kiamat, dan tidak mau mengimani nabi yang datang setelah Musa (Isa dan
Muhammad ‘alaihissholatu wassalam), maka dikatakan Yahudi.

Dari dua kelompok ini, Yahudi dan Nashrani, ini yang disebutkan oleh Abdullah ibn Abbas
radhiyallahu ‘anhum dalam tafsir surah Al Fatihah. Abdullah ibn Abbas mengatakan, kalimat
yang kita baca di akhir alFatihah “Ghairil Maghdubi ‘alaihim Waladh Dhoolliiiin”, bukan
orang-orang yang Engkau murkai, ya Allah, mereka adalah Yahudi. Walad Dhooolliin,
bukan orang yang sesat, ya Allah, siapa mereka? Nashrani. Apa sebabnya? Padahal tadi akar
katanya bagus, taubat dan penolong Allah, kenapa ibnu Abbas mengatakan begini?

Jawabannya adalah, karena orang-orang Yahudi itu mereka mengenal nabi Muhammad
shallallaahu 'alaihi wasallam, tau risalahnya, tapi tidak mau beriman. Alasannya apa? Cuma
satu, kebodohan, fanatisme. Mereka bilang apa? Mereka berharap, nabi terakhir nanti yang
keluar di jazirah Arab, tepatnya di kota Madinah, itu harusnya dari keturunan bani Israil,
berarti dari jalurnya Sarah, anaknya Ishaq, Ya’qub (setelah Ya’qub, datang Yusuf, Musa,
Daud, Sulaiman, Isa, namanya nabi-nabi bani Israil). Mereka berharap (dengan pikiran
mereka), nabi terakhir setelah Isa nanti, itu akan datang dari bani Israil. Ternyata nabi
Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam datang dari jalur yang kedua, sama dari Ibrahim
'alaihissalaam juga (Hajar), Ismail, dari Ismail tidak ada keturunannya nabi, sampai tibanya
nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam. Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi
wasallam adalah keturunannya Ismail. Apa fanatisme bodohnya orang Yahudi? Mereka
(Yahudi) bilang, Muhammad turunannya Ismail, Ismail ibunya Hajar, Hajar ini bekas
budaknya Sarah. Mestinya dari turunan Sarah. Kekonyolan. Makanya Allah mengatakan
dalam alQuran tentang sifat mereka “Orang-orang Yahudi itu mengenal nabi Muhammad
shallallaahu 'alaihi wasallam seperti mereka mengenal anak mereka sendiri”. Mereka tau ini
Muhammad, dan beliau adalah seorang nabi. (***Ini dibahas sebagai Muqoddimah agar
nantinya kita paham kisah Yahudi di Madinah, kenapa mereka bisa ada di Madinah. Karena
kisah yang nantinya akan disampaikan tentang Yahudi, adalah kisah bagaimana mereka
pertama kali tiba di jazirah Arab, tepatnya di kota Madinah. Jauh sebelum nabi shallallaahu
'alaihi wasallam lahir, mereka sudah ada di Madinah***).

“Walad Dhoolliiin” (orang yang sesat) yang dimaksud Nashrani, karena mereka mau
mendakwahkan agama mereka tapi mereka tidak paham. Pernah disampaikan sebuah hadits
yang shohih riwayat Imam Muslim yang berbunyi “Semua nabi-nabi sebelumku (kata nabi
Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam) di utus KHUSUS untuk kaumnya, dan aku diutus
untuk SELURUH ALAM SEMESTA”. Maksudnya apa? Lokasi dakwah Nabi sebelum nabi
shallallaahu 'alaihi wasallam itu khusus untuk kaum-kaumnya saja, termasuk nabi Isa
'alaihissalaam itu khusus untuk bani Israil.

Semua ulama hampir sepakat, dari ahli sejarah, dari Ibnu Atsir, ibnu Katsir dan banyak sekali
ahli-ahli sejarah menyebutkan dan hampir semuanya mengangkat kisah ini. Bermula dari
kisah seseorang yang bernama Rabi’ah ibn Nashr. Dia adalah salah satu raja di Yaman.
Rabiah ibn Nashr ini, pernah satu waktu, dia mimpi melihat keluarganya dikepung dan
diserang oleh kelompok orang. Zaman itu, orang mempercayai dukun dan peramal, belum
ada iman kepada Allah. Maka apa yang terjadi? Waktu bangun, Rabiah ibn Nashr tanya
kepada para dukun dan peramalnya, lalu mereka mengatakan “Makna mimpi Anda, nanti
akan ada suku Ahabisy (suku Ahabisy ini suku dari Ethopia, waktu itu memang ada kerajaan
besar di Ethopia), itu akan menyerang Yaman dan akan merebut kekuasaan dari Anda serta
akan membantai keluarga Anda”. Rabiah bin Nashr ini karena ketakutan, maka ia bertanya
“Kira-kira berapa lama kejadian itu?”, peramalnya bilang “Belum jelas. Yang jelas itu nanti
akan terjadi.”

Karena khawatir dan dia percaya dengan ramalan (***dalam Islam, tentu kita tidak boleh
percaya ramalan, tapi ini sejarah, disampaikan agar paham tentang kisahnya saja, bukan kita
diperintahkan untuk mempercayai ramalan dan orang ini bukan orang yang beriman,
awalnya***), dia mengutus keluarganya (mayoritasnya, 70-80%) untuk pindah ke wilayah
Babilonia (sekarang Irak). Mereka berkuasa di sekitar Irak. (***dan sampai hari ini
kebanyakan orang-orang di Irak itu dari keturunannya Rabiah ibn Nashr. Ini asal mula
berkembangnya masyarakat yang ada di sekitar Irak. Di antaranya yang masyhur dalam
buku-buku sejarah, ada seseorang dari keturunannya nanti yang bernama Nu’man bin
Mundzir, seorang raja yang masyhur di wilayah Irak dan itu keturunan dari Rabi’ah ibn
Nashr***).

Ringkas ceritanya, berjalanlah kerajaan Rabi’ah ibn Nashr di Yaman, keturunannya juga
berkembang di Irak. Dan seterusnya. Setelah beberapa tahun dia (Rabi’ah) meninggal,
keturunannya mulai menjadi raja, menjadi raja, menjadi raja, sampai tiba kepada salah satu
anak cucu dia yang bernama Tabban As’ad. Tabban As’ad ini yang punya hubungan dengan
Yahudi.

Tabban As'ad adalah seorang raja yang luar biasa, saking luasnya kekuasaannya dan kuatnya
kekuatan militer dan ekonominya, maka semua raja Yaman setelahnya diberikan julukan dari
namanya dia, Tabban As'ad atau biasa disebut dengan Tubba’. Dalam alQuran ada dikatakan
“Wa qoumi Tubba’” (dan kaumnya Tubba’), artinya Tubba’ ini julukan bagi raja-raja
Yaman.

Waktu itu memang banyak julukan-julukan, seperti kerajaan Romawi diberikan julukan
Kaisar (rajanya), itu bukan nama rajanya tapi julukannya, nanti setelahnya ada namanya,
Kaisar siapa.

Kemudian wilayah Faris, yang kita tau ada Kisra. Kemudian ada di Ethopia yang bernama
Najasyi. Jauh sebelumnya, di Mesir ada Fir’aun. Fir’aun itu julukan bagi raja-raja Mesir,
bukan namanya, nanti ada nama yang lain. Seperti terkadang ada Ramsis I, kemudian ada si
fulan, seperti itu kurang lebih gambarannya.

Tabban As'ad ini karena masyhurnya sampai-sampai akhirnya raja Yaman diberikan julukan
dari nama dia, Tubba’. Raja ini terkenal dengan kekuatannya dan luar biasa, punya power
yang besar dan dia suka berniaga.

Suatu hari, dia mengadakan perjalanan bisnis, Tabban As'ad ini dari Yaman, kemudian dia
melewati kota Madinah. Lalu dia membiarkan anaknya di kota Madinah (waktu itu Madinah
namanya Yatsrib, dan kita tidak boleh sekarang menyebut Yatsrib, nabi shallallaahu 'alaihi
wasallam melarang kita mengatakan Madinah Yatsrib tapi menggantinya dengan Madinah
Munawwarah atau Thooba atau Thoyyibah, itu nama kota Madinah). Akhirnya, anaknya
ditinggalkan di kota Madinah/kota Yatsrib.

Setelah itu, terjadi perselisihan antara anak Tabban As'ad dengan masyarakat Madinah,
cekcok, akhirnya terbunuhlah anaknya Tabban As'ad. Tabban As'ad ini karena dia raja di
Yaman sementara Madinah/Yatsrib adalah kota yang kecil, lalu dia mengutus pasukan untuk
mengepung Madinah, diserang karena dia ingin balas dendam kenapa anaknya dibunuh
disana.

Terjadilah peperangan antara Tabban As'ad dengan masyarakat Madinah.

Sementara terjadi peperangan, Tabban As'ad kaget dengan perilaku masyarakat Madinah
yang nantinya masyarakat Madinah ini yang menjadi kaum Anshor (sahabat-sahabat Nabi
dari Madinah disebut Anshor, terdiri dari 2 suku besar; Aus dan Khazraj, ini nanti dua suku
besar yang digabung menjadi Anshor, yang Allah mengatakan “Assaabiqunal Awwaluuna
minal Muhaajiriina wal Anshor”, orang-orang yang pertama masuk Islam dari Muhajirin di
Mekkah dan Anshor di Madinah).

Awalnya kisah-kisah orang Anshor ini (Aus dan Khazraj) berperang dengan Tabban As'ad.
Tabban As'ad ini ingin balas dendam atas kematian anaknya.

Yang paling pertama membuat Tabban As'ad kagum waktu itu adalah karomnya masyarakat
Madinah. Apa itu karom? Kemuliaannya, ringan tangan. Belum pernah ada dalam sejarah
(sampai sekarang), ada orang yang berperang pada pagi hari, kemudian pada saat istirahat di
malam hari, masyarakat Yatsrib Madinah mengirimkan makanan untuk Tabban As'ad dan
pasukannya serta membantu mengobati orang-orang yang luka. Lalu, Tabban As'ad tetap saja
“Saya tetap harus memerangi kota ini dan tidak ada yang menjelaskan kenapa masyarakat
Madinah begitu”.

Tidak lama kemudian, keluarlah dua orang pendeta Yahudi dari Madinah. Jadi, sudah ada
pendeta Yahudi di Madinah. Dua pendeta Yahudi ini ternyata dari keturunan orang-orang
Yahudi yang sudah lama datang ke kota madinah

(alasannya nanti akan dijelaskan pada saat pendeta ini bertemu dengan Tabban As'ad, kenapa
mereka ada di Madinah)

Kedua pendeta ini keluar lalu bertemu dengan Tabban As'ad, permisi, pamit, masuk ke
kemahnya lalu ditanya

“Apa tujuan Anda, wahai Raja Tabban?”.


Dia bilang “Tujuan saya ingin membumi hanguskan Madinah ini, semua saya mau bunuh,
saya mau hancurkan kota ini”.

Apa kata kedua pendeta tersebut? “Engkau tidak akan mampu dan kalaupun kau terus mau
melakukan itu, Allah akan menghancurkanmu”.Lalu Tabban As'ad bingung, “Kenapa kalian
bilang seperti itu? Apa alasannya?”.

Kedua pendeta Yahudi ini mengatakan “Karena kota ini Mahjarun Nabi, ini nanti akan
menjadi tempat hijrahnya nabi terakhir”.

Jadi alasan orang-orang Yahudi datang ke Madinah (awalnya mereka ada di Jazirah Arab),
karena mereka dapatkan dalam kitab Taurat, ada kota di Jazirah Arab, tepatnya kota
Madinah, nanti akan dihijrahi oleh nabi terakhir. Jadi mereka sudah tahu. Anehnya, setelah
nabi shallallaahu 'alaihi wasallam diutus mereka tidak beriman.

Sampai beberapa sahabat nabi dari Anshor waktu terjadi Ba’iat Aqobah (nanti akan dibahas),
waktu nabi shallallaahu 'alaihi wasallam berdakwah di Mekkah, kemudian di musim haji
ketemu dengan banyak utusan-utusan suku diantaranya suku Aus dan Khazraj dari Madinah,
lalu nabi shallallaahu 'alaihi wasallam jelaskan “Saya seorang nabi, saya utusan Allah, Allah
mengajarkan begini, tidak boleh zina, tidak boleh bohong, mentauhidkan Allah...”, lalu
orang-orang Anshor ini bilang “Sepertinya orang ini yang orang-orang Yahudi di Madinah
ceritakan kepada kita”.

Apa ceritanya orang Yahudi di Madinah? Mereka bilang “Hai Aus dan Khazraj (yang nanti
jadi kaum Anshor), nanti akan keluar nabi terakhir disini, kami orang pertama beriman
kepadanya, dan kami akan memerangi kalian kalau kalian tidak beriman, kami akan bumi
hanguskan kalian seperti kaum ‘Aad dan Iram”. (***istilah kaum ‘Aad dan Iram ini,
peperangan yang terjadi antara dua suku sampai semuanya habis, tidak tersisa satu pun,
semua terbunuh***). Maka, orang-orang Anshor (dari Madinah) mengatakan “Kalau begitu,
kita harus beriman kepada nabi ini sebelum Yahudi duluan”.

Kembali kepada kisah tadi, lalu si Tabban As'ad ini bertanya “Siapa itu Allah, siapa kalian
ini?”. Lalu orang-orang Yahudi (kedua pendeta) ini menceritakan, “Yahudi itu begini,
pengikut nabi Musa, ada kitabnya Allah (Taurat)...”, dijelaskan semuanya sampai Tabban
As'ad akhirnya masuk agama Yahudi pada saat itu. Lalu, Tabban As'ad memaafkan
masyarakat Madinah kemudian dia ingin kembali ke Yaman. Waktu ingin kembali ke
Yaman, dua pendeta Yahudi ini dibawa dengan tujuan agar dua pendeta Yahudi ini
mengajarkan agama mereka untuk masyarakat Yaman.

Pergilah keduanya, jalan, melewati Mekkah (menuju Yaman). Pada saat akan tiba di
Mekkah, mereka bertemu dengan satu suku di sekitar Mekkah bernama Huzail. Suku Huzail
ini tidak suka sama Tabban As'ad (dari Yaman), tidak suka juga dengan masyarakat Mekkah.
Maka mereka (suku Huzail) mau sebarkan fitnah, mereka bilang
“Hai Tabban, Anda kan raja dari Yaman, Anda pasti keluar dengan pasukan sebanyak ini
untuk mencari kekayaan”.

Tabban mengatakan “Iya”.

Mereka mengatakan “Mau gak kami tunjukkan kepada Anda kekayaan yang banyak sekali?
Gampang ambilnya.”

Tabban mengatakan kepada suku Huzail, “Tentu”.

Suku Huzail, karena mereka tidak suka sama Tabban dan masyarakat Mekkah (kejadian ini
sekitar kota Mekkah, belum sampai di Mekkah), maka mereka bilang “Di dalam kota ini, di
Mekkah, ada satu rumah yang diagungkan oleh masyarakatnya (mereka tidak bilang Ka’bah),
dibawahnya itu banyak harta karun terpendam, banyak emas”. Memang dulu zaman itu, dari
zaman nabi Ibrahim 'alaihissalaam setelah meninggal, karena mengagungkan Mekkah,
masyarakat Arab banyak menaruh emasnya di Ka’bah, ada bahkan pernah dibuat patung rusa
itu dari emas dan ditaruh di Ka’bah. Banyak harta.

“Ambil saja. Gampang. Hancurkan rumah itu, ambil hartanya.”

Tabban As'ad yang belum banyak belajar tentang Allah, belum paham tentang agama Allah,
lalu menyiapkan pasukannya. Kedua pendeta Yahudi mendekati Tabban “Anda mau kemana
siapkan pasukan perang? Tiba-tiba begini”. Tabban bilang “Saya ingin masuk ke kota ini
(Mekkah), disana katanya ada rumah, dibawah rumah itu banyak harta karun. Saya ingin
ambil”.

Maka apa kata dua pendeta Yahudi? “Demi Allah hai Tabban, sesungguhnya suku Huzail,
yang menyuruh kamu tadi itu, ingin menghancurkanmu. Kami tidak tau ada rumah Allah di
muka bumi kecuali ini. Kalau kau berusaha menyerangnya, maka kau akan dihancurkan.” Ini
perkataan siapa? Orang-orang Yahudi. Jadi, sampai hari ini orang Yahudi tahu Ka’bah itu
rumahnya Allah.

Maka Tabban As'ad balik bertanya, “Lalu, apa saran kalian?”

Kata dua pendeta Yahudi ini, “Saran saya, Anda mengagungkan Ka’bah itu lalu Anda tawaf
di sekitarnya”. Kata Tabban, “Bagaimana dengan kalian? Kenapa kalian tidak tawaf? Kenapa
Cuma suruh saya saja? Bagaimaan itu tawaf? dst”. Kata pendeta, “Kami ini para ulama
Yahudi, kami tidak pantas tawaf disitu kalau ada patung-patung, sementara banyak patung
disitu”. Maka Tabban pun akhirnya masuk, kemudian dia tawaf di Ka’bah.

Setelah dia tawaf di Ka’bah, Tabban As'ad mimpi meletakkan kain di fisiknya Ka’bah, itulah
yang akhirnya dikenal dengan Qiswah. Jadi awal kisahnya Qiswah ini dari Tabban As'ad.
Tabban As'ad akhirnya bangun, dia ceritakan kepada pendeta itu, lalu pendeta mengatakan
“Letakkanlah kain”. Disuruhlah buat kain yang bagus, dipakaikan di Ka’bah (seperti
sekarang, tapi modelnya tentu berbeda, zaman dulu wallahu a’lam bagaimana, yang jelas
sekarang sudah berubah/beda, karena di zaman Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam juga
itu sifatnya kain-kain biasa yang ditumpuk).

Lalu, beberapa hari kemudian Tabban As'ad pun menyuruh untuk mengganti dengan kain
yang lebih bagus dari Yaman. Setelah itu, mulailah Qiswah atau kain Ka’bah berjalan sampai
zaman Abdul Muththolib (kakek Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam) dan waktu itu Qiswah
Ka’bah ditumpuk-tumpuk. Satu kain, begitu sudah tua, usang (mungkin setahun dua tahun),
lalu ditumpuk lagi kain, ditumpuk lagi kain, sampai Ka’bah jadi berat dan hampir saja
bangunannya rubuh. Setelah itu baru disepakati oleh orang-orang Quraisy diletakkan satu
kain saja (akan dibahas di kisah Abdul Muththalib).

Yang perlu digarisbawahi, Qiswah Ka’bah itu hanya HIASAN Ka’bah. Bukan apa-apa.

Kenapa disinggung? Karena banyak jamaah haji bawa gunting menuju ke Ka’bah bukan
untuk tahallul (cukur rambut) karena perintah Allah, tapi menggunting Qiswahnya Ka’bah,
lalu dibawa pulang dijadikan jimat. Ini ajaran dari mana, kain bisa berubah jadi jimat? Sudah
dibahas, hati-hati dengan perbuatan syirik, itu semua adalah benda-benda makhluknya Allah.

Kembali ke kisah...

Pulanglah Tabban As'ad ini ke Yaman. Di Yaman, kebetulan seluruh masyarakatnya awalnya
menyembah api. Dan ada satu api besar sekali yang mereka bakar di suatu tempat, rumah
yang sangat luas dan memiliki pintu-pintu dari besi, dan mereka sembah disitu. Kalau ada
orang yang berbuat salah, diberdirikan di pintu besinya kemudian dibuka. Misalnya ada dua
orang yang lagi bertengkar, si A dan si B. Kalau dua-duanya tidak ada yang mau mengaku
salah, diberdirikan di pintu rumah itu kemudian di buka pintu itu lalu api menyambar. Siapa
yang pertama disambar oleh api, dialah orang yang salah. KEJAHILAN. Ini, mereka Cuma
buka pintu, kebetulan apinya menyerang si A dianggap si A yang salah. Ini keyakinan orang
Yaman.

Lalu apa yang terjadi? Tabban As'ad pulang dan mendakwahkan agama Yahudi ke
masyarakat Yaman. Ternyata, mayoritas masyarakat Yaman menolak, tidak mau, apalagi
mereka disuruh tinggalkan sembah api. Lalu, berdialoglah antara tokoh-tokoh agama
penyembah api dan pendeta-pendeta Yahudi ini, mereka sepakat, “Begini saja, keyakinan

masyarakat sini kan siapa yang salah bisa disambar api. Coba, pendeta ini berdiri di pintu
kemudian tokohnya penyembah api juga berdiri disitu. Siapa yang disambar api duluan,
berarti dia salah”. Raja Tabban As'ad ini sampaikan kepada pendeta “Bagaimana pendapat
kalian”, disepakati “Tidak apa-apa. Pasti Allah akan tolong kita”.

Berdirilah pendeta tersebut dua orang dan dua orang juga dari tokoh penyembah api. Waktu
dibuka, apinya tiba-tiba menyerang kedua tokoh penyembah api. Mereka lari. Waktu mereka
lari, disebutkan dalam sejarah, seluruh masyarakatnya marah. Harus kembali, tidak boleh
tidak, kita mau cari kebenaran. Waktu dikembalikan, kemudian dibuka kedua kali, api
menyambar tokoh penyembah api dan mereka hangus terbakar. Karena kejadian ini, satu
negeri Yaman masuk agama Yahudi di zaman itu. Makanya, Abdullah ibn Saba’, yang
dikenal dengan pendiri pemahaman Syi’ah, itu dari Yahudi Yaman, yang asalnya dari ini
tadi.

Inilah kurang lebih kisah bagaimana bisa agama Yahudi ada di Jazirah Arab. Asalnya mereka
ke Madinah karena alasan tempat hijrahnya nabi dan bagaimana mereka bisa masuk ke
Jazirah Arab umumnya di negeri Yaman yang waktu itu punya kekuatan besar, masuknya
adalah karena Tabban As'ad. Dan sampai sini kisah Yahudi selesai.
b. Diusirnya bani nadhir dari Madinah

Sebelum rsulullah berhijrah ke Madinah sudah ada 3 kabilah besar bangsa yahudi yang
menetap di negeri tersebut. Mereka adalah Bani Qainuqa’, Bani Nadhir dan Bani Quraizah,
masing-masing kabilah memiliki sekutu dari kalangan penduduk asli Madinah yaitu, Aus dan
Khazraj. Bani Qainuqa dan Nadhir bersekutu dengan Khazraj sedangkan Bani quraizah
bersekutu dengan Aus.

Ketika Rasulullah SAW hijrah ke madinah bersama rombongan Quraisy, berimanlah Aus
dan Khazraj sedangkan Yahudi justru tidak mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW.

Ada perbedaan pendapat beberapa ahli sejarah terkait waktu terjadinya Perang Bani Nadhir.
Menurut Az-Zuhri rahimahullah, Perang Bani Nadhir terjadi pada tahun 2H, enam bulan
setelah Perang Badar dan sebelum Perang Uhud. Ahli sejarah lainnya menyebut  perang
tersebut terjadi pada Rabi’ul Awwal 4 H, dua tahun setelah Perang Bani Qainuqa pada 2H,
berarti setelah Perang Uhud.

Sebab-sebab Terjadinya Peperangan

Bermula ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama sejumlah sahabat menemui


dan meminta kaum Yahudi Bani Nadhir agar membantu Beliau dalam urusan diyat (tebusan)
orang-orang Bani Kilab yang dibunuh oleh ‘Amr bin Umayyah Adh-Dhamari radhiyallahu
‘anhu.

Bani Nadhir pun berkata, “Kami akan bantu, wahai Abul Qasim (maksudnya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam). Duduklah di sini sampai kami selesaikan
keperluanmu!”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam duduk di dekat tembok rumah mereka bersama Abu


Bakar, Umar bin Khaththab, Ali bin Abi Thalib dan beberapa sahabat lainnya radhiyallahu
‘anhum.

Kemudian sebagian orang Yahudi memencilkan diri dari yang lain. Mereka yang
memisahkan diri ternyata mencoba melakukan intrik keji untuk membunuh Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam. Kaum Yahudi di masa lalu pun sudah ternama di dalam Al-Kitab bahwa
mereka berani membunuh para nabi dan rasul.

Salah seorang dari mereka berkata, “Siapa di antara kalian yang mau menjatuhkan batu ini ke
kepala Muhammad sampai pecah?”

Orang yang paling celaka di antara mereka bernama Amru bin Jihasy mengatakan, ”Saya.”
Mendengar rencana itu, Salam bin Misykam berusaha mencegah mereka, “Jangan kalian
lakukan! Demi Allah, pasti Allah akan memberitahukan rencana kalian ini kepadanya.
Sungguh, ini artinya melanggar perjanjian antara kita dengannya.”

Namun, peringatan Salam bin Misykan ini tidak diindahkan. Mereka tetap berencana
meneruskan niat jahatnya.

Lalu datanglah Jibril menceritakan persekongkolan busuk mereka. Rasulullah Shallallahu


‘Alaihi Wasallam pun bangkit dengan cepat dan segera kembali ke Madinah. Para sahabat
segera menyusul Rasulullah dan berkata, “Anda bangkit tanpa kami sadari?” Rasulullah pun
menceritakan rencana keji orang-orang Yahudi itu.

Setelahnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengirim utusan kepada Yahudi Bani


Nadhir untuk memerintahkan, “Keluarlah kalian dari Madinah dan jangan bertetangga
denganku di sini. Aku beri waktu sepuluh hari. Siapa yang masih kedapatan di Madinah
setelah hari itu, tentu aku tebas lehernya.”

Ancaman itu membuat Bani Nadhir mempersiapkan diri selama beberapa hari. Namun
kemudian, datanglah kepada mereka gembong munafik Abdullah bin Ubay bin Salul.

Abdullah bin Ubay mengatakan, “Janganlah kalian keluar dari rumah kalian. Karena saat ini
aku memiliki sekitar 2.000 pasukan yang siap bertahan bersama di benteng kalian ini.
Mereka siap mati membela kalian. Bahkan Bani Quraizhah serta para sekutu kalian dari
Ghathafan tentu akan membela kalian.”

Bani Nadhir Dikhianati, Bani Nadhir Diusir

Pemimpin Bani Nadhir, Huyai bin Akhthab tergiur dengan bujukan Abdullah bin Ubay. Ia
kemudian mengutus seseorang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

“Kami tidak akan keluar dari kampung (rumah-rumah) kami. Berbuatlah sesukamu,” kata
utusan itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat bertakbir, lalu mereka berangkat


menuju perkampungan Bani Nadhir. Saat itu, Ali bin Abi Thalib yang membawa bendera
Rasulullah.

Pasukan Muslimin mengepung benteng Yahudi lalu melemparinya dengan panah dan batu.
Dalam perang itu, ternyata Yahudi Bani Quraizhah meninggalkan Bani Nadhir. Bahkan
sekutu mereka, Ibnu Ubay dan Ghathafan juga mengkhianati mereka.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengepung Bani Nadhir selama enam hari.


Pasukan Muslimin menebang pohon-pohon kurma milik Yahudi dan membakarnya.
Pada akhirnya, Bani Nadhir mengutus seseorang untuk menyatakan menyerah dan memohon
kepada Rasulullah.

“Kami akan keluar dari Madinah,” kata utusan tersebut.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memperkenankan mereka keluar dari kota itu


dengan hanya membawa anak-cucu mereka serta barang-barang yang dapat diangkut seekor
unta, kecuali senjata. Dari sinilah kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan
para shahabat memperoleh harta dan senjata.

Seperlima bagian dari rampasan Perang Bani Nadhir ini tidak dibagikan, dikhususkan bagi
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para penggantinya (para khalifah) demi
kepentingan kaum muslimin. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan kepada
beliau sebagai fai’, tanpa kaum muslimin mengerahkan seekor kuda ataupun unta untuk
mendapatkannya.

Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengusir Yahudi Bani Nadhir, termasuk


pembesar mereka, Huyai bin Akhthab, ke wilayah Khaibar.

Rasulullah menguasai tanah dan rumah-rumah berikut senjata. Saat itu diperoleh sekitar 50
perisai, 50 buah topi baja, dan 340 bilah pedang.

Umar bib Khaththab radhiyallahu ‘anhu dalam sebuah hadits mengatakan, “Harta Bani


Nadhir merupakan harta fai’ yang Allah berikan kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam, tanpa kaum muslimin mengerahkan kuda dan unta untuk memperolehnya. Harta
itu milik Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara khusus. Beliau menginfakkannya
untuk keluarganya sebagai nafkah selama setahun, kemudian sisanya berupa senjata dan
tanah sebagai persiapan bekal (jihad) di jalan Allah.”
c. Hadist Nabi tentang Bani Nadhir

ِ ‫و َل هَّللا‬5 ‫ ِم َع َر ُس‬5 ‫ب أَنَّهُ َس‬


ِ ‫الزبَي ِْر أَنَّهُ َس ِم َع َجابِ َر ْبنَ َع ْب ِد هَّللا ِ يَقُو ُل أَ ْخبَ َرنِى ُع َم ُر بْنُ ْالخَطَّا‬
ُّ ‫ْج أَ ْخبَ َرنِى أَبُو‬
ٍ ‫اق أَ ْخبَ َرنَا ابْنُ ج َُري‬
ِ ‫ال َّر َّز‬
‫ب َحتَّى الَ أَ َد َع إِالَّ ُم ْسلِ ًما‬ ِ ‫ير ِة ْال َع َر‬
َ ‫صا َرى ِم ْن َج ِز‬ َ َّ‫ يَقُو ُل « ألُ ْخ ِر َج َّن ْاليَهُو َد َوالن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬-

Zuhair bin Harb meriwayatkan dari al-Dhahak bin Makhlad dari Ibnu Juraij dari jalur lain,
Muhammad bin Rafi’, dan redaksi hadis berasal darinya, dari Abdu Al-Razzaq dari Ibnu
Juraij dari Abu Zubair, Sesunggunya ia mendengar Jabir bin Abdullah berkata, ia
meriwayatkan dari Umar bin Khattab, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah Saw, bersabda
“Sungguh, aku akan mengeluarkan orang-orang Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab
sehingga aku tidak meninggalkan (di dalamnya) kecuali seorang muslim”.

Anda mungkin juga menyukai