Anda di halaman 1dari 60

PRESISI DAN AKURASI HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI

TIMBANGAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU


KELURAHAN KASANG JAYA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI
TAHUN 2022

SKRIPSI

OLEH

EVI ROSMANI
NIM.213001070121

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
2022

ii
PRESISI DAN AKURASI HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI
TIMBANGAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU
KELURAHAN KASANG JAYA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI
TAHUN 2022

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Kebidanan

OLEH

EVI ROSMANI
NIM.213001070121

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI

Judul Tugas Akhir : Presisi Dan Akurasi Hasil Pengukuran Antropometri Berat
Badan dan Tinggi Badan Balita di Posyandu Kelurahan
Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang
Kota Jambi Tahun 2022
Nama : Evi Rosmani
NIM : 213001070121
Tanggal Sidang :

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan pada ujian

Sidang Skripsi

Jambi, 2023
Menyetujui
Pembimbing Skripsi

Diane Marlin, SST., M.Keb


NIDN. 1009059001

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Kebidanan

Diane Marlin, SST., M.Keb


NIDN. 1009059001

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Civitas akademik Universitas Adiwangsa Jambi, saya yang


bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Evi Rosmani
NIM : 213001070121
Program Studi : S1 Kebidanan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Presisi Dan Akurasi Hasil
Pengukuran Antropometri Berat Badan dan Tinggi Badan Balita di Posyandu
Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
Tahun 2022” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti Noneksklusif (Non- exclutive Royalty Free Right) ini Universitas
Adiwangsa Jambi berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skripsi
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jambi
Pada tanggal : Februari 2023
Yang menyatakan

(Evi Rosmani)

iii
ABSTRAK

Evi Rosmani, 213001070121


Presisi Dan Akurasi Hasil Pengukuran Antropometri Berat Badan dan Tinggi
Badan Balita di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022

Skripsi Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas


Adiwangsa Jambi, 2022

Dalam menilai atau menentukan status gizi anak dengan menggunakan standar
Antropometri. Kualitas data hasil penimbangan balita dapat diketahui dari presisi
dan akurasi hasil penimbanganPresisi dan akurasi dalam pengukuran antropometri
dapat dipengaruhi oleh orang yang melakukan pengukuran, instrument yang
digunakan dan informan atau responden. Penelitian ini menggunakan metode
studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini meneliti tentang presisi
dan akurasi hasil pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan balita di
Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang
Kota Jambi Tahun 2022. Penelitian dilakukan di Posyandu Kelurahan Kasang
Jaya wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi. Penelitian akan
dilaksanakan pada bulan Januari-Februari tahun 2023. Informan penelitian terdiri
dari 5 informan kader, 2 orang bidan dan lurah Tanjung pinang. Pengumpulan
data dengan melakukan observasi dan wawancara pada informan. Berdasarkan
hasil observasi pada kader dalam pengukuran berat badan dan tinggi balita didapat
bahwa sebagian besar kader memiliki kemampuan yang baik dalam mengukur
berat badan dan tinggi badan balita. terdapat 1 orang kader yang kurang tepat
dalam menangani anak yang ditimbang, terdapat 2 orang kader yang kurang
mampu dalam memasang alat pengukur berat badan balita dengan benar Juga
Posisi balita saat diukur TB. Perbandingan pengukuran berat badan anak dengan
menggunakan timbangan dacin dan digital didapat bahwa tingkat akurasi pada
saat melakukan pengukuran lebih presisi dengan menggunakan timbangan digital
dibandingkan dengan timbangan dacin. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan dalam melakukan perbaikan sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan penimbangan balita khususnya di posyandu.

Kata Kunci : Presisi, Akurasi, Antropometri

iv
ABSTRACT

Evi Rosmani, 213001070121

Precision and Accuracy of Anthropometric Measurement Results for Toddlers'


Weight and Height at Posyandu, Kasang Jaya Village, Working Area of Tanjung
Pinang Health Center, Jambi City in 2022

Thesis for Undergraduate Midwifery Study Program, Faculty of Health Sciences,


Adiwangsa University, Jambi, 2022

In assessing or determining the nutritional status of children by using


Anthropometric standards. The quality of the data from the weighing of toddlers
can be seen from the precision and accuracy of the weighing results. Precision
and accuracy in anthropometric measurements can be influenced by the person
making the measurements, the instruments used and the informants or
respondents. This study uses a case study method with a qualitative approach.
This study examines the precision and accuracy of the results of anthropometric
measurements of children's weight and height at the Posyandu, Kasang Jaya
Village, Working Area of the Tanjung Pinang Health Center, Jambi City, in 2022.
The research was conducted at the Posyandu, Kasang Jaya Village, working area
of the Tanjung Pinang Health Center, Jambi City. The research will be carried
out in January-February 2023. The research informants consisted of 5 cadre
informants, 2 midwives and the Tanjung Pinang village head. Collecting data by
observing and interviewing informants. Based on the results of observations of
cadres in measuring the weight and height of toddlers, it was found that most of
the cadres had good abilities in measuring the weight and height of toddlers.
there is 1 cadre who is inaccurate in handling children who are being weighed,
there are 2 cadres who are incapable of properly installing a toddler's weight
measuring device Also the position of toddlers when TB is measured. Comparison
of measuring children's weight using dacin and digital scales shows that the level
of accuracy when making measurements is more precise using digital scales
compared to dacin scales. The results of this study are expected to be input in
making improvements and at the same time increasing the quality of toddler
weighing services, especially at the posyandu.

Keywords : Precision, Accuracy, Anthropometry

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Evi Rosmani


Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Mudo,01 Juli 1986
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Kawin
Alamat : Jl Lirik,Blok E No 01 Rt 04 Kelurahan Kenali Asam Bawah
Kecamatan Kota Baru Jambi
No Hp : 085266357878
Email : evirosmani013@gmail.com

Riwayat Pendidikan
SD : SD N 143/IV/Tanjung Mudo Tahun 1996-1997
SMP : SMP N 01 Sungai Manau Tahun 2002-2003
SMA : SMK N Merangin Tahun 2005-2006
Perguruan Tinggi : D3 Akademi Kebidanan Merangin Tahun 2008-2009
S1 Kebidanan Adiwangsa Kota Jambi Tahun 2021-2022
Pengalaman Kerja:
Bidan PTT Tahun 2010-2016

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, dimana dengan
berkat serta rahmat dan karunia-Nya. Skripsi yang berjudul “Presisi dan akurasi
hasil pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan balita di Posyandu
Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
Tahun 2022” ini dapat diselesaikan oleh peneliti walaupun menemui kesulitan
maupun rintangan.
Penyusunan dan penulisan skripsi ini merupakan suatu rangkaian dari
proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi S1 Kebidanan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Adiwangsa Jambi. Pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Seno Aji S.Pd,M.Eng,Prac Selaku Rektor Universitas Adiwangsa
Jambi.
2. Ibu Subang Aini Nasution, SKM,.M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Adiwangsa Jambi.
3. Ibu Diane Marlin, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi S1 Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Adiwangsa Jambi dan selaku
pembimbing yang banyak memberi arahan, bimbingan serta dorongan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Dosen dan Staf Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Adiwangsa Jambi yang telah banyak memberi ilmu dan
bimbingan selama penulis mengiuti pendidikan.
5. Teristimewa untuk Suami, anak dan orangtua yang sangat kucintai yang telah
memberikan kasih sayang, do’a, semangat dan dukungan kepadaku.
6. Teman-teman seperjuangan dalam suka mauapun duka atas semua dukungan
dan kebersamaan selama ini.
7. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari akan keterbatasan
kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih ada yang belum sempurna
baik dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu, penulis selalu terbuka

vii
atas kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan Skripsi ini serta
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Jambi, Januari 2023

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI...................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI..................... iv
ABSTRAK.................................................................................................... v
ABSTRACT................................................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................. x
DAFTAR BAGAN....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah............................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................. 3
1.5. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Presisi dan Akurasi............................................................................... 5
2.2. Antropometri........................................................................................ 7
2.3. Kerangka Teori..................................................................................... 14

BAB III METODELOGI PENELITIAN


3.1. Kerangka Konsep ................................................................................ 15
3.2. Definisi Operasional............................................................................. 15
3.3. Desain Penelitian.................................................................................. 15
3.4. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 16
3.5. Informan Penelitian.............................................................................. 16
3.6. Sumber Data......................................................................................... 16
3.7. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 17
3.8. Analisis Data........................................................................................ 18
3.9. Tri Angulasi Data................................................................................. 18
3.10. Alur Penelitian.................................................................................... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1. Gambaran Umum Informan Penelitian................................................ 19
4.2. Gambaran Kemampuan Kader Terhadap Pengukuran Antropometri
Berat Badan Balita di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah
Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022................. 20

ix
4.3 Gambaran Presisi dan Akurasi Pengukuran Antropometri Berat
Badan di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022........................... 21

BAB V PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Kemampuan Kader Terhadap Pengukuran Antropometri
Berat Badan Balita di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah
Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022................. 31
5.2 Gambaran Presisi Pengukuran Antropometri Berat Badan di
Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022............................................. 32
5.3 Gambaran Akurasi Pengukuran Antropometri Berat Badan di
Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022............................................. 34

BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan........................................................................................... 36
6.2. Saran..................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori............................................................................ 14
Bagan 3.1 Kerangka Konsep........................................................................ 15

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Karakteristik Informan.............................................................. 20

Tabel 4.2 Kemampuan Kader Terhadap Pengukuran Antropometri


Berat Badan dan Tinggi Badan Balita di Posyandu Kelurahan
Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota
Jambi Tahun 2022..................................................................... 21

Tabel 4.3 Gambaran Akurasi pengukuran berat badan dengan


timbangan dacin dan digital di Posyandu Kelurahan Kasang
Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
Tahun 2022................................................................................ 26

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Lembar Persetujuan (Informed Consent)


Lampiran B Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran C Kuesioner
Lampiran D Lembar Konsul
Lampiran E Dokumentasi

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status Gizi balita merupakan salah satu indikator derajat kesehatan di
Indonesia. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Status gizi
dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah
kesehatan (Permenkes RI, 2020).
Dalam menilai atau menentukan status gizi anak dengan menggunakan
standar Antropometri. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan
membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan
dengan Standar Antropometri Anak. Klasifikasi penilaian status gizi
berdasarkan Indeks Antropometri sesuai dengan kategori status gizi pada
WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun (Kemenkes RI,
2020).
Kualitas data hasil penimbangan balita dapat diketahui dari presisi dan
akurasi hasil penimbangan. Presisi adalah suatu derajat yang memberikan
informasi sejauh mana pengukuran ulang dari variabel yang sama
memberikan nilai yang sama. Akurasi adalah suatu derajat memberikan
informasi sejauh mana pengukuran dekat dengan nilai sebenarnya. Presisi dan
akurasi dalam pengukuran antropometri dapat dipengaruhi oleh orang yang
melakukan pengukuran, instrument yang digunakan dan informan atau
responden (Gibson, 2005 dalam Gandaasri, 2017).
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pengukuran disebabkan oleh
beberapa faktor seperti kesalahan pengukuran, kesalahan alat, dan kesalahan
oleh tenaga yang mengukur. Kesalahan yang umum terjadi pada semua
pengukuran adalah instrumen yang tidak memadai, anak gelisah, kesalahan
saat membaca hasil pengukuran dan kesalahan saat mencatat atau merekam
hasil pengukuran. Solusi yang dapat diajukan untuk mengatasi kesalahan
tersebut antara lain memilih metode yang tepat terhadap sumber daya yang
2

ada, menunda pengukuran atau melibatkan orang tua dalam prosedur


pengukuran atau menggunakan prosedur sesuai dengan budaya setempat,
melaksanakan pelatihan dan penyegaran latihan terutama mengenai akurasi
dan tindakan perbaikan oleh penyelia atau atasan, dan harus segera mencatat
hasil pengukuran setelah selesai dilakukan saat itu juga dan telah diperiksa
oleh pihak atau orang kedua (Gandaasri, 2017).
Presisi adalah kemampuan mengukur subjek yang sama secara
berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum. Sedangkan akurasi adalah
kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil
yang diperoleh penyelia atau supervisor (Supariasa, 2016). Akurasi berguna
untuk mengetahui hasil pengukuran yang didapat apakah mendekati nilai
sebenarnya atau tidak. Lee dan Nieman (2007) menyebutkan bahwa akurasi
adalah derajat ketepatan, kesungguhan dan kebernilaian dari suatu hasil
pengukuran. Bisa saja suatu hasil pengukuran mempunyai presisi yang baik
tetapi tidak akurat, terutama pada saat terjadi bias (prasangka) yang
sistematik. Sebaliknya, suatu pengukuran yang akurat harus diikuti dengan
presisi yang tinggi (Soekarti, 2013).
Permasalahan ketidaktepatan dalam pengukuran dari suatu alat ukur ini
dapat diatasi dengan melakukan kalibrasi ulang pada alat tersebut. Kalibrasi
alat ukur ini bertujuan untuk memverifikasi bahwa suatu alat ukur sesuai
dengan rancangannya. Kalibrasi merupakan kegiatan yang membandingkan
suatu standar yang tertelusur dengan standar nasional atau internasional dan
bahan-bahan acuan tersersertifikasi. Manfaat kalibrasi adalah Menjaga
kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesefikasinya, sehingga tetap akurat dan presisi (Fitriya, 2017).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan
penelitian tentang “Presisi dan akurasi hasil pengukuran antropometri berat
badan balita di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022”.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana presisi dan akurasi hasil pengukuran
antropometri berat badan balita di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah
Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui presisi dan akurasi hasil pengukuran
antropometri berat badan balita di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran kemampuan kader terhadap pengukuran
antropometri berat badan di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022.
2. Untuk mengetahui gambaran presisi hasil pengukuran antropometri
berat badan dan tinggi badan balita di Posyandu Kelurahan Kasang
Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun
2022.
3. Untuk mengetahui gambaran akurasi hasil pengukuran antropometri
berat badan di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Puskesmas Tanjung Pinang
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan
dalam membuat program pelatihan dan pembinaan kader tentang
pengukuran antropometri balita dan pemantauan pertumbuhan balita.
Pihak puskesmas dapat melakukan upaya promotif berupa pengaktifan
dan peningkatan posyandu, pemberian informasi dan edukasi bagi para
kader.
4

1.4.2 Bagi institusi pendidikan


Memberikan masukkan untuk penyempurnaan dan langkah
pembinaan peran serta masyarakat di posyandu.
1.4.3 Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan
masyarakat khususnya mengenai presisi dan akurasi penimbangan
balita oleh kader di posyandu. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya
dengan penelitian yang sejenis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini meneliti tentang presisi dan akurasi hasil
pengukuran antropometri berat badan balita di Posyandu Kelurahan
Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun
2022. Penelitian dilakukan di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi. Penelitian akan
dilaksanakan pada bulan Januari-Februari tahun 2023. Informan penelitian
terdiri dari 5 informan kader, 2 orang bidan dan lurah Tanjung pinang.
Pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara pada
informan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Presisi dan Akurasi


2.1.1 Pengertian
Presisi adalah kemampuan mengukur subjek yang sama secara
berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum. Sedangkan akurasi adalah
kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil
yang diperoleh penyelia atau supervisor (Supariasa, 2016).
Apabila suatu pengukuran yang dilakukan berulang kali menghasilkan
nilai yang sama, maka pengukuran disebut mempunyai presisi yang tinggi.
Presisi disebut juga "reproduktifitas" atau "reliabilitas". Suatu pengukuran
sebaiknya dilakukan beberapa kali yang tidak bergantung satusama lain.
Presisi adalah fungsi dari kesalahan acak atau random error dalam
pengukuran, dan kebanyakan kasusnya memang merupakan variasi dalam
pengukuran yang benar-benar terjadi (Soekarti, 2013).
Akurasi berguna untuk mengetahui hasil pengukuran yang didapat
apakah mendekati nilai sebenarnya atau tidak. Lee dan Nieman (2007)
menyebutkan bahwa akurasi adalah derajat ketepatan, kesungguhan dan
kebernilaian dari suatu hasil pengukuran. Bisa saja suatu hasil pengukuran
mempunyai presisi yang baik tetapi tidak akurat, terutama pada saat terjadi
bias (prasangka) yang sistematik. Sebaliknya, suatu pengukuran yang akurat
harus diikuti dengan presisi yang tinggi (Soekarti, 2013).
2.1.2 Kesalahan Dalam Pengukuran
Berbagai penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
pengukuran. Diantara penyebab tersobut antara lain (Supariasa, 2016):
1. Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan
posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul,
dan tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisi siap
sempurna. Disamping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak
6

memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah anak


menggunakan sandal atau sepatu.
2. Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol, dacin
belum dalam keadaan seimbang dan dacin tidak berdiri tegak lurus.
3. Kesalahan pada peralatan.
Peralaian yang digunakan untuk mengukur berat badan adalan dacin
dengan ka pasitas 20 - 25 kg dan ketelitannya 0,1 kg.
Untuk mengukur panjang badan, alat pengukur panjang badan (APPB)
berkapasitas 110 cm dengan skala 0,1 cm. Tinggi badan dapat diukur
dengan Mikrotoa berkapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm.
Lingkar lengan atas dapat diukur dengan pita LILA yang berkapasitas 33
cm dengan skala 0,1 cm.
4. Kesalahan yang disebabkan olch Tenaga Pengukur
Kesalahan ini dapat terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-
hati atau belum mendapat pelatihan yang memadai. Kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada saat pengukuran sering disebut Measurement Error.
2.1.3 Mengatasi Kesalahan Pengukuran
Secara garis besar usaha untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik
dalam mengukur sebab maupun akibat serta dampak dari suatu tindakan,
dapat dikelcmpokkan sebagai berikut (Supariasa, 2016):
1. Memilih ukuran yang sesuai dengan apa yang ingin diukur. Misalnya
mengukur tinggi badan menggunakan Mikrotoa, dan tidak menggunakan
alat ukur lain yang bukan diperuntukkan untuk mengukur tinggi badan.
2. Membuat prosedur baku pengukuran yang harus ditaati oleh seluruh
pengumpul data. Petugas pengumpul data harus mengerti teknik, urutan
dan langkah-langkah dalam pengumpulan data.
3. Pelatihan Petugas. Pelatihan petugas harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya, baik ditinjau dari segi waktu maupun materi pelatihan. Materi
pelatihan sebaiknya menekankan pada ketelitian, pembacaan dan
pencatatan hasil.
7

4. Peneraan alat ukur secara berkala


Alat timbangan dan alat lainnya harus selalu ditera dalam kurun waktu
tertentu, apabila ada alat yang rusak, sebaiknya tidak digunakan lagi
5. Pengukuran silang antar pengamat
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mendapatkan presisi dan akurasi yang
baik
6. Pengawasan dan uji petik
2.1.4 Teknik Melakukan Uji Presisi dan Akurasi

Pengendalian kualias data antropometri perlu diperhatikan untuk


mendapatkan data yang baik melalui prosedur standarisasi. Tujuan dari
prosedur standarisasi adalah memberikan informasi yang cepat dan
menunjukkan kesalahan secara tepat sehingga perubahan dapat dilakukan
sebelum sumber kesalahan dapat dipastikan. Penyelia mempelajari hal-hal
apa yang perlu diperhatikan untuk menjamin presisi dan akurasi pengukuran
dan keterampilan apa yang perlu diberikan. Uji presisi dan akurasi menjadi
salah satu cara yang dilakukan untuk pengendalian kualitas data
antropometri (Supariasa, dkk., 2016).

2.2 Antropometri
2.2.1 Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthopos (tubuh) dan metros
(ukuran). Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh
manusia. Dalam bidang gizi, antropometri berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri adalah ukuran
tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh, komposisi tubuh,
tingkat umur dan tingkat gizi (Elfirayani, 2022).
8

2.2.2 Keunggulan dan Kelemahan antropometri


Pengukuran status gizi dengan pengukuran antropometri
mempunyai keunggulan :
1. Prosuder sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
yang besar.
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup
dilakukanolehtenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat
melakukan pengukuran antropometri.
3. Peralatan murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat
ditempat.
4. Metode ini tepat dan akurat
5. Dapat menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
6. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang. kurang, dan gizi
buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.
7. Metode antropometri data mengevaluasi perubahan status gizi pada
periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya
(Marfuah. 2022)
Pengukuran status gizi dengan pengukuran antropometri mempunyai
kelemahan :
1. Tidak sensitive
2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
dapat menurunkan spesifikasi dan senditivitas pengukuran antropometri.
3. Kesalahan yang terjadi pada waktu pengukuran dapat mempengaruhi
presisi. akurasi, dan validitas pengukuran antropometri. Kesalahan ini
terjadi karena kesalahan dalam pengukuran, perubahan hasil pengukuran
baik fisik maupun komposisi jaringan, kesaahan dalam analisis dan
asumsi yang keliru
2.2.3 Penimbangan dan pengukuran balita
1. Persiapan Alat
a. Kuat dan tahan lama
b. Mempunyai presisi 0.1 kg (100 gram)
9

c. Sudah dikalibrasi
d. Tidak menggunakan timbangan pegas untuk anak berumur lebih
dari 6 bulan
e. Memiliki Standar Nasional Indonesia
f. Untuk dacin, kapasitas 25 kg
g. Untuk baby scale, kapasitas maksimal 20 kg
h. Untuk timbangan digital dan tared scale, maksimal kapasitas 150
kg
i. Infantometer (papan panjang badan) untuk mengukur panjang
badan anak usia di bawah 2 tahun. Panjang maksimum 150 cm
j. Microtoise untuk mengukur tinggi badan anak usia di atas 2 tahun
dengan cara berdiri. Panjang maksimum 200 cm
2. Pemeliharaan alat:
a. Timbangan digital yang menggunakan baterai, baterai pada
timbangan digital harus dilepas apabila tidak digunakan
b. Pada saat penyimpanan tidak boleh dibebani barang lain
c. Pastikan kebersihan alat dan tidak ada beban lain di atas timbangan
apabila akan digunakan
d. Dikalibrasi secara berkala, apabila hasil tidak akurat, maka alat
tidak dapat digunakan
e. Untuk infantometer, saat akan digunakan, pastikan ujung papan
baca sudah berada pada angka nol. Bila belum, sesuaikan dengan
cara memutar tuas sampai angka menunjukkan angka nol. Bila
tidak bisa nol, maka alat tidak dapat digunakan
f. Alat ukur tinggi badan sebaiknya disimpan pada suhu ruang dan
terhindar dari udara yang lembab
g. Alat dikalibrasi secara berkala dengan menggunakan penggaris
kayu. Apabila hasilnya tidak akurat maka alat ukur tidak dapat
digunakan
3. Persiapan Dacin:
a. Gantung dacin pada tempat yang kokoh
10

b. Letakkan bandul geser pada angka nol, jika ujung kedua paku
timbang tidak dalam posisi lurus, maka timbangan perlu diganti
dengan yang baru.
c. Atur posisi angka pada batang dacin sejajar dengan mata
penimbang.
d. Pastikan bandul geser berada pada angka NOL.
e. Pasang sarung timbang pada dacin.
f. Seimbangkan dacin yang telah dibebani dengan sarung timbang
dengan memberi kantung plastik/bandul berisikan pasir/
beras/kerikil di ujung batang dacin, sampai kedua jarum di atas
tegak lurus. Diupayakan bandul penyeimbang dapat digeser/
dikurangi dan ditambah kerikil untuk menyesuaikan berat sarung
timbang.
4. Persiapan timbangan digital:
a. Pasang baterai pada timbangan digital
b. Letakkan timbangan di tempat yang datar dan cukup cahaya
c. Nyalakan timbangan, dan pastikan angka yang muncul pada layar
baca adalah 0,0
d. Lakukan kalibrasi dengan menggunakan anak timbangan minimal 5
kg
5. Persiapan Alat ukur panjang badan/ infantometer/ length board
a. Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur panjang
badan
b. Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur
c. Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat
menempelnya kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol
dengan mengatur skrup skala yang ada di bagian letak kaki balita
d. Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar
e. Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat
menempelnya kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol
f. Geser kembali papan penggeser pada tempatnya
11

6. Persiapan alat ukur tinggi badan:


a. Letakkan alat ukur tinggi badan di lantai yang datar dan menempel
pada dinding yang rata
b. Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela
baca menunjukkan angka nol
c. Paku/tempelkan ujung pita meteran pada dinding dengan
menggunakan lakban/ selotip
d. Kurang lebih jarak 50 cm dari ujung pita diberi lakban/selotip agar
tidak bergerak
e. Geser kepala microtoise ke atas
7. Pelaksanaan Penimbangan Balita dengan menggunakan dacin:
a. Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan bantuan ibu/
pengantar
b. Kader membaca berat badan balita dengan melihat angka di ujung
bandul geser.
c. Kader mengembalikan bandul ke angka nol dan meminta ibu/
pengantar mengeluarkan balita dari sarung timbang.
d. Kader mencatat hasil penimbangan dengan benar
e. Kader mengganti sarung timbang untuk setiap anak dan mengatur
letak bandul penyeimbang dengan cara menggesernya
f. Seimbangkan dacin sampai kedua jarum tegak lurus.
8. Pelaksanaan Penimbangan Balita dengan timbangan digital:
a. Jika anak berusia kurang dari 2 tahun dan belum dapat berdiri
sendiri, timbang anak dengan ibunya dengan cara:
1) Sebelum ditimbang bersama ibu/pengantar, kader membantu ibu
menggendongkan bayi dengan dialasi kain sarung bersih yang
dibawa ibu
2) Ibu melepas alas kaki, kemudian ibu berdiri diatas timbangan,
selanjutnya nyalakan timbangan hingga muncul angka 0.0 pada
layar baca.
3) Kader menyerahkan bayi kepada ibu, lalu membaca dan mencatat
12

hasil penimbangan.
b. Jika anak berumur 2 tahun dan akan berdiri di atas timbangan,
timbang berat anak sendiri. Jika anak melompat dari timbangan atau
tidak mau berdiri, gunakan prosedur penimbangan seperti di atas.
1) Nyalakan timbangan. Ketika angka 0.0 tampak pada layar baca,
timbangan siap digunakan.
2) Lepaskan sepatu, pakaian luar anak dan aksesoris lainnya.
Upayakan anak ditimbang dengan pakaian seminimal mungkin.
3) Anak berdiri tepat di tengah timbangan dan tetap berada di atas
timbangan sampai angka berat badan muncul pada layar
timbangan.
4) Baca dan catat berat badan anak.
9. Cara mengukur panjang badan anak
a. Kain sarung yang dibawa ibu digunakan sebagai alas.
b. Telentangkan anak di atas papan pengukur yang telah dialasi dengan
posisi kepala menempel pada bagian papan yang datar dan tegak lurus
(papan yang tidak dapat bergerak).
c. Pengukur utama berdiri disamping kanan anak untuk menekan dengan
lembut lutut anak dan memastikan telapak kaki anak rata dengan
papan geser, jari-jari kaki anak menunjuk ke atas. Bila sulit dilakukan,
dibenarkan hanya satu telapak kaki yang menempel tegak lurus di
papan geser.
d. Asisten pengukur berdiri di bagian kepala anak untuk memastikan
puncak kepala anak menempel pada bagian papan yang statis, posisi
kepala anak sesuai dengan garis Frankfort tegak lurus terhadap papan
pengukur.
e. Pastikan ibu berdiri di dekat anak, untuk menenangkan anak tanpa
mengganggu proses pengukuran.
f. Setelah papan geser dipastikan menempel tegak lurus dengan telapak
kaki anak, pengukur utama membaca hasil panjang badan anak dari
angka kecil ke besar dan catat pada buku bantu/register.
13

10. Cara mengukur tinggi badan anak


a. Pastikan anak telah melepas alas kaki dan aksesoris di kepala.
b. Pengukur utama memposisikan anak berdiri tegak lurus di bawah
microtoise membelakangi dinding, pandangan anak lurus ke depan.
Pastikan posisi kepala sudah benar dengan mengecek garis Frankfort.
c. Pengukur utama memastikan 5 bagian tubuh anak menempel di
dinding yaitu: bagian belakang kepala, punggung, bokong, betis dan
tumit. Pada anak obesitas minimal 2 bagian tubuh menempel di
dinding yaitu punggung dan bokong.
d. Asisten pengukur memposisikan kedua lutut dan tumit anak rapat dan
sedikit menekan perut anak agar tegak.
e. Pengukur utama menarik kepala microtoise sampai puncak kepala
anak dan membaca angka pada jendela baca sejajar dengan garis
merah.
f. Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka
kecil ke arah angka besar.
14

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Meningkatkan ketersediaan,
aksesibilitas, kualitas, dan penggunaan
informasi

Sumber data,
Penguatan system
manajemen data,
informasi kesehatan
diseminasi

Presisi dan Akurasi


Penimbangan

Systematic Eror/Kesalahan
Random Eror/Kesalahan
Sistematik
Acak

Faktor Faktor Faktor Kader:


Instrumen: Responden: -Umur
 Alat timbangan Kerja sama saat -Pendidikan
yang digunakan penimbangan -Lama menjadi kader
-Pelatihan
-Pengetahuan

Sumber: Supariasa (2016) dan Kemenkes RI (2011)


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti
menyimpulkan variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini,
antara lain kemampuan kader dan keaktifan alat dengan presisi dan akurasi
antropometri. Adapun kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada
bagan 3.1 berikut:
Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Kemampuan Pengukuran
Antropometri
Kader Berat Badan dan
Tinggi Badan

3.2 Defenisi Operasional


1. Kemampuan Kader : Kemampuan seorang kader dalam memahami
antropometri balita di posyandu khususnya mengenai penimbangan
balita dan tinggi badan balita
2. Presisi: Kemampuan mengukur subjek yang sama secara berulang-ulang
dengan kesalahan yang minimum.
3. Akurasi: kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin
dengan hasil yang diperoleh penyelia atau supervisor

3.3 Desain Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode mix metode design
dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian tersebut dimaksud
untuk memahami tentang apa yang diketahui tentang presisi dan akurasi
pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan.

15
16

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari s/d Februari Tahun
2023.

3.5 Informan Penelitian


Informan penelitian terdiri dari 5 informan kader, 2 orang bidan dan
lurah Kasang Jaya.
Kader posyandu yang dipilih yaitu kader yang bertugas sebagai
pengukur antropometri balita di posyandu. Bidan yang dipilih yaitu bidan
yang bertanggung jawab atas posyandu tersebut dan lurah yang dipilih yaitu
dari Kelurahan Kasang Jaya.

3.6 Sumber Data


Data tentang akurasi dan presisi alat yang digunakan sebelum
pengukuran antropometri. Pada penelitian ini dilihat dari 2 sisi yaitu akurasi
dan presisi. Pengukuran yang dilakukan oleh kader posyandu, bidan dan
aparatur kelurahan dan data akurasi presisi alat yang didapatkan dan
membandingkan hasil pengukuran antropometri menggunakan alat yang
layak (sudah di terapkan) dengan alat yang biasa digunakan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Sumber data yang didapatkan secara langsung dari observasi secara
individual, kelompok, kejadian, atau kegiatan. Dalam penelitian ini sumber
data primer yang dimaksud yaitu kader posyandu, bidan dan aparatur
kelurahan. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan
penelitian, peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan
menggunakan intrumen yang telah ditetapkan.
17

2. Data Sekunder
Sumber data yang didapatkan yang bersumber pada catatan-catatan,
sumber tidak langsung, sumber data yang didapat dari sumber pertama baik
individu atau perorangan dari hasil wawancara. Data ini merupakan data
yang bersumber dari aparatur kelurahan yang merupakan data berhubungan
langsung dengan peneliti. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia
dalam berbagai bentuk. Biasanya data ini lebih banyak sebagai data statistik
atau data yang sudah diolah. Data sekunder umumnya berupa data bukti,
catatan, atau data dokumenter.

3.7 Tekhnik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan dalam
melakukan penelitian untuk mendapatkan informasi dan data suatu topik.
Teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
a. Observasi
Peneliti akan mengumpulkan data dengan teknik pengumpulan data
observasi. Peneliti menggali data atau informasi dalam bentuk ilmiah atau
non ilmiah yang dapat dibagikan kepihak lain, peneliti juga menggunakan
objek penelitian melalui pengamatan dengan menggunakan panca indera
dan mendapatkan suatu kesimpulan mengenai objek yang diamati.
Menurut Sugiyono (2015), observasi adalah suatu proses penelitian dengan
mengamati suatu kondisi dari bahan-bahan pengamat.
b. Wawancara
Peneliti akan mengumpulkan data dengan teknik pengumpulan data
wawancara. Peneliti menggali informasi yang lebih mendalam untuk
memperoleh peran dan dukungan sosial kader posyandu dalam
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan. Wawanacara
dilakukan dengan kader posyandu, bidan dan aparat Kelurahan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian. Dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari
18

hasil observasi dan wawancara, dokumentasi merupakan sumber data yang


stabil, dimana menunjukkan suatu fakta yang telah berlangsung. Metode
ini dimaksudkan untuk memperoleh data melalui rekaman video.

3.8 Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif.
Teknik analisis data kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamat. Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris
yang diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata
dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-
kategori/struktur klasifikasi.

3.9 Triangulasi Data


Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan suatu yang lain, di luar itu untuk keperluan pengecekan atau
suatu pembanding terhadap data itu. Secara garis besar triangulasi ada 3 yaitu
triangulasi sumber, tehnik, dan waktu.
1. Triangulasi sumber adalah tehnik untuk menguji kredibilitas data, tehnik
ini dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari berbagai
sumber.
2. Triangulasi tehnik adalah tehnik untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek pada sumber yang sama tetapi dengan
tehnik yang berbeda.
3. Triangulasi waktu adalah tehnik untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda.

3.10 Alur Penelitian


1. Melakukan izin penelitian ke Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
2. Meminta data posyandu yang berada di wilayah Kelurahan Kasang Jaya
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
19

3. Melakukan penelitian ke Posyandu secara bergantian


4. Menjelaskan pada kader di posyandu mengenai tujuan dan maksud
penelitian
5. Melakukan observasi pada kader dalam melakukan pengukuran berat
badan dan tinggi badan bayi melalui vidio
6. Mencatat hasil pengukuran ke dalam lembar observasi
7. Melakukan wawancara pada petugas puskesmas yang bertugas di
Posyandu tersebut mengenai akurasi dan presisi antropometri oleh kader
melalui rekaman vidio
8. Melakukan wawancara dari Lurah Kasang Jaya mengenai akurasi dan
presisi pengukuran antropometri oleh kader melalui rekaman vidio
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Informan Penelitian


Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang terdiri dari 5 orang
kader, 2 orang petugas kesehatan dan 1 orang lurah. Pada tabel di bawah
ini dijabarkan karakteristik informan penelitian, sebagai berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Informan

No Informan Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Pekerjaan


Kelamin
1 Informan 1 Perempuan 38 SMA IRT Kader
2 Informan 2 Perempuan 48 SMA IRT Kader
3 Informan 3 Perempuan 57 SMP IRT Kader
4 Informan 4 Perempuan 46 SMA IRT Kader
5 Informan 5 Perempuan 45 SMA IRT Kader
6 Informan 6 Perempuan 41 DIII PNS Nakes
7 Informan 7 Perempuan 43 DIII PNS Nakes
8 Informan 8 Laki-Laki 52 S1 PNS Lurah

Berdasarkan hasil penelitian, didapat gambaran bahwa seluruh kader


berjenis kelamin perempuan, 4 orang berpendidikan SMA dan 1 orang
kader berpendidikan SMP dan seluruh kader tidak bekerja/mengurus
rumah tangga. Untuk informan petugas kesehatan seluruhnya berjenis
kelamin perempuan, berpendidikan DIII dan pekerjaan sebagai PNS.
Sedangkan Lurah Kasang Jaya berjenis kelamin laki-laki, berusia 52
tahun, berpendidikan S1 dan pekerjaan PNS.

20
21

4.2 Gambaran Kemampuan Kader Terhadap Pengukuran Antropometri


Berat Badan Balita di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah
Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022
Hasil observasi mengenai kemampuan kader dalam melakukan
pengukuran antropometri berat badan balita di Posyandu Kelurahan Kasang
Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Kemampuan Kader Terhadap Pengukuran Antropometri Berat
Badan Balita di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
Tahun 2022
No Kemampuan Informan Informan Informan Informan Informan
Kader 1 2 3 4 5
1 Menentukan Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu
kondisi
timbangan
2 Memasang Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu
timbangan
3 Mengatur Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu
posisi bandul
timbangan
4 Menangani Mampu Mampu Tidak Mampu Mampu
anak yang Mampu
ditimbang dan
yang perlu
diperhatikan
saat
menimbang
anak
5 Cara membaca Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu
hasil
penimbangan
6 Memasang Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak
alat pengukur Mampu Mampu
TB
7 Posisi balita Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak
saat diukur TB Mampu Mampu
8 Cara membaca Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu
hasil TB balita

Berdasarkan hasil observasi pada kader dalam pengukuran berat badan


balita didapat bahwa sebagian besar kader memiliki kemampuan yang baik
dalam mengukur berat badan balita. Namun masih terdapat 1 orang kader yang
22

kurang tepat dalam menangani anak yang ditimbang dan yang perlu
diperhatikan saat menimbang anak karena pada saat pengukuran anak
mengeluarkan 1 kakinya sehingga akan didapatkan hasil yang kurang
maksimal dalam mengukur berat badan balita.
Hasil wawancara mendalam pada informan kader mengenai kemampuan
kader dalam melakukan pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan
balita dalam menyebutkan syarat umum alat timbangan dan pengukur TB.
Berikut ini uraian hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai
berikut:
Informan 1:
“…menurut saya syarat umum alat timbangan dan pengukur TB itu
alatnya harus akurat dan anaknya tidak rewel…”
Informan 2:
“…syarat umum nya tempat posyandu, timbangan dan perlengkapan kita
mengukur…”
Informan 3:
“…setahu saya syarat untuk posyandu itu alatnya akurat, kondisinya
baik, sebelum ukur posisi bandul 0 sama anak balita yang kita ukur…”
Informan 4:
“…syarat umum yang harus dipersiapkan itu timbangannya bagus dan
anak yang ditimbang tenang…”
Informan 5:
“…menurut saya syarat-syaratnya timbangan, meja, alat pengukur TB
sama buku…”

Hasil wawancara mendalam pada informan kader mengenai pelatihan


yang pernah diikuti. Berikut ini uraian hasil wawancara dengan informan yang
diperoleh sebagai berikut:
Informan 1:
“…ada saya pernah ikut…”
Informan 2:
“…pernah…”
23

Informan 3:
“…saya ikut di puskesmas 1 tahun sekali selalu mengadakan…”
Informan 4:
“…saya pernah ikut di puskesmas dan kantor camat…”
Informan 5:
“…pernah saya pernah ikut…”
Hasil wawancara mendalam pada informan kader mengenai akurasi dan
presisi hasil penimbangan dan pengukuran TB. Berikut ini uraian hasil
wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut:
Informan 1:
“…balita ditimbang berkali-kali dan tinggi badan diukur berkali-kali
sampai 3 kali dan timbangan yang digunakan dengan dacin dan digital.…”
Informan 2:
“…ditimbang berkali-kali dan pakai timbangan dacin untuk tinggi badan
diukur berkali-kali yaitu 2 kali baru dapat hasil…”
Informan 3:
“…ditimbang dan anak tidak boleh bergerak saat ditimbang untuk tinggi
badan dilakukan berkali-kali dan berulang-ulang…”
Informan 4:
“…ditimbang dengan menggunakan dacin dan digital dan timbangan
sudak diakurasi. Untuk tinggi badan harus diukur berulang-ulang…”
Informan 5:
“…balita ditimbang 2 kali dan menggunakan timbangan digital, tinggi
badan harus diukur berkali-kali supaya hasinya akurat…”
Hasil wawancara mendalam pada informan bidan dalam mengawasi
kader dalam melakukan persiapan untuk menimbang dan mengukur TB balita.
Berikut ini uraian hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai
berikut:
Informan 1:
“…kami petugas kesehatan selalu mengawasi dengan melihat terlebih
dahulu alat yang digunakan masih berfungsi dengan baik atau tidak…”
Informan 2:
24

“…ya saya mengawasi kader selalu bertanya jika mengalami kendala


atau kesulitan dalam melakukan persiapan alat…
Hasil wawancara mendalam pada informan bidan dalam mengawasi
kader dalam melakukan penimbangan. Berikut ini uraian hasil wawancara
dengan informan yang diperoleh sebagai berikut:
Informan 1:
“…ya tetap kami awasi walaupun kader sudah mengerti tetap saja kami
mengawasi cara menimbang dan hasil dari penimbangan…”
Informan 2:
“…ya saya mengawasi kader, jika kader kurang jelas dalam melihat hasil
saya ikut membaca hasil nya dan saya selalu mengingatkan jika saya melihat
kader salah dalam melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan balita.
…”
Hasil wawancara mendalam pada informan bidan mengenai upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kader dalam melakukan
penimbangan dna pengukuran TB agar mendapatkan hasil akurasi dan presisi
yang baik. Berikut ini uraian hasil wawancara dengan informan yang diperoleh
sebagai berikut:
Informan 1:
“…ya, dalam 1 tahun selalu diadakan penyegaran kader, di posyandu
sebanyak 2 kali yaitu pada bulan februari dan agustus…”
Informan 2:
“…ya, selalu dilakukan pelatihan kader setiap tahunnya…”
Hasil wawancara mendalam pada informan bidan mengenai hasil presisi
dan akurasi antropometri yang dilakukan kader. Berikut ini uraian hasil
wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut:
Informan 1:
“…ya, Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala diketahui…”
Informan 2:
“…ya, saya tahu hasil akurasi dan presisi dari kader…”
25

Hasil wawancara mendalam pada informan bidan mengenai


pemeliharaan alat antropometri oleh kader. Berikut ini uraian hasil wawancara
dengan informan yang diperoleh sebagai berikut:
Informan 1:
“…tetap dipelihara setiap bulannya…”
Informan 2:
“…ya selalu diawasi dan mengingatkan kader untuk memliharan alat
timbangan dan pengukur TB balita…”
Hasil wawancara mendalam pada informan bidan mengenai kalibrasi alat
antripometri di posyandu. Berikut ini uraian hasil wawancara dengan informan
yang diperoleh sebagai berikut:
Informan 1:
“…tidak mengetahui karena itu bagian dari sarana dan prasarana di
puskesmas…”
Informan 2:
“…dari puskesmas kalibrasi tidak ada…”
Hasil wawancara mendalam pada informan lurah diperoleh sebagai
berikut:
“…kelurahan selalu memfasilitasi pelatihan kader 1 tahun sekali
tempatnya di Aula kantor lurah …”
“…pihak kelurahan memberikan bantuan timbangan balita di posyandu
yaitu timbangan digital dan timbangan dacin, hampir seluruh posyandu sudah
di distribusikan…”
“…untuk kalibrasi dilakukan di masing-masing posyandu…”
“…untuk peralatan posyandu seperti timbangan selalu diawasi oleh
pihak kelurahan bahkan saya turun ke posyandu saat pelaksanaan posyandu
di kelurahan kasang jaya…”
4.3 Gambaran Presisi pengukuran berat badan dengan timbangan dacin
dan digital di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022
Selain melakukan wawancara terhadap informan mengenai
kemampuan kader dalam melakukan akurasi dan presisi antropometri balita
26

juga dilakukan pengukuran berat badan anak dengan menggunakan


timbangan digital dan dacin, namun hasil pengukuran nantinya akan
digunakan untuk membandingkan tingkat presisi antara timbangan digital
dan manual. Pengambilan sample dilakukan sebanyak 3 kali dimana hasil
dari pemantauan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Gambaran Presisi pengukuran berat badan dengan timbangan dacin
dan digital di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022
No Sampel Umur Hasil Pengukuran
(Bulan) Dacin (kg) Digital (kg)
(Sebelum Diterakan) (Sudah Diterakan)
1 A 17 10,6 10,4 10,5 10,2 10,2 10,2
2 S 58 17,7 17,6 17,4 16,4 16,4 16,4
3 H 26 12,5 12,3 12,2 12,7 12,7 12,7
4 M 53 17,2 17,4 17,3 17,1 17,1 17,1
5 S 12 9,5 9,7 9,6 10 10 10
6 N 5 7,3 7,1 7,2 7,6 7,6 7,6
7 N 16 10 10,2 10,3 10,8 10,8 10,8
8 S 15 9,2 10 10,2 10,5 10,5 10,5
9 H 17 10,5 10,2 10,4 10,8 10,8 10,8
10 D 16 11,2 11,3 11 10,7 10,7 10,7
11 K 11 10 10,1 10,3 9,4 9,4 9,4
12 F 4 6,4 6,5 6,7 7 7 7
13 N 15 11,4 11 11,3 10,2 10,2 10,2
14 A 27 12,6 12,5 12,3 12,8 12,8 12,8
15 Y 6 7,5 7,6 7,3 7,8 7,8 7,8

Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa pengukuran


dilakukan sebanyak 3 kali, perbandingan pengukuran berat badan anak
dengan menggunakan timbangan dacin dan digital juga terlihat sangat jelas
bahwa tingkat akurasi pada saat melakukan pengukuran lebih presisi dengan
menggunakan timbangan digital dibandingkan dengan timbangan dacin.
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Kemampuan Kader Terhadap Pengukuran


Antropometri Berat Badan Balita di Posyandu Kelurahan Kasang
Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun
2022
Berdasarkan hasil observasi pada kader dalam pengukuran berat
badan dan tinggi balita didapat bahwa sebagian besar kader memiliki
kemampuan yang baik dalam mengukur berat badan balita. Namun masih
terdapat 1 orang kader yang kurang tepat dalam menangani anak yang
ditimbang dan yang perlu diperhatikan saat menimbang anak karena pada
saat pengukuran anak mengeluarkan 1 kakinya sehingga akan didapatkan
hasil yang kurang maksimal dalam mengukur berat badan balita.
Pengukuran antropometri yang dilakukan kader di posyandu
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan pada bayi dan balita
(Kemenkes RI, 2012). Kemampuan dan ketepatan kader posyandu dalam
melakukan pengukuran antropometri sangatlah penting, hal ini berkaitan
dengan interpretasi status gizi yang salah dan berakibat pula pada
kesalahan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan penanganan
program masalah gizi selanjutnya (Rusdiarti, 2019).
Indikator ukuran antropometri digunakan sebagai kriteria utama
untuk menilai kecukupan asupan gizi dan pertumbuhan bayi dan balita.
Pengukuran antropometri pada dasarnya ada dua macam, yakni
antropometri statis yang dilakukan dalam keadaan diam, dan
antropometri dinamis yang dilakukan dalam keadaan bergerak. Untuk
kepentingan klinis, yang digunakan adalah antropometri statis (FK UNS,
2018 dalam Marlin, 2021).
Hasil penelitian Nurainun (2015) didapat bahwa berdasarkan
penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Langsa Timur
dapat diketahui bahwa keterampilan kader dalam kegiatan pengukuran
31
32

BB dan TB balita lebih banyak pada kategori tidak terampil, yaitu


sebesar 59 kader (62,1%) yang menunjukkan bahwa kegiatan dengan
benar.
Wawancara mendalam yang dilakukan pada kader didapat bahwa
seluruh kader sudah melakukan pelatihan mengenai posyandu. Namun
didalam pelaksanaan pelatihan hanya dilakukan penyuluhan dan diskusi
saja dan tidak melakukan peraktek secara langsung. Menurut Nurainun
(2015) banyaknya kader yang belum mendapat latihan dalam melakukan
pengukuran BB dan TB adalah karena mereka merupakan pengganti
kader yang sudah tidak aktif lagi. Latihan dasar kader, latihan ulang
kader dan latihan penyegaran kader akan mempengaruhi keterampilan
kader dalam pengukuran BB dan TB balita di Posyandu. Bila latihan ini
tidak diadakan oleh pihak Puskesmas maka kader akan kesulitan
melaksanakan tugasnya dan lama kelamaan kader akan tidak aktif lagi.

5.2 Gambaran Presisi Pengukuran Antropometri Berat Badan di


Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari pengukuran
yang dilakukan sebanyak 3 kali, perbandingan pengukuran berat badan
anak dengan menggunakan timbangan dacin dan digital bahwa tingkat
presisi pada saat melakukan pengukuran lebih presisi dengan
menggunakan timbangan digital dibandingkan dengan timbangan dacin.
Presisi adalah kemampuan mengukur subjek yang sama secara
berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum. Sedangkan akurasi
adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin
dengan hasil yang diperoleh penyelia atau supervisor (Supariasa, 2016).
Timbangan digital bekerja dengan mengandalkan sistem mekanik
yaitu, menggunakan sensor dan mikro komputer. Sedangkan timbangan
manual biasanya mengandalkan perhitungan manual dengan bantuan
anak timbangan Timbangan digital mengusung teknologi yang lebih
modern jika dibandingkan dengan timbangan manual. Teknologi pada
33

timbangan digital tersebut memungkinkan untuk melakukan perhitungan


secara lebih akurat (Supariyanto, 2018). Penggunaan dacin untuk
menimbang balita memiliki beberapa kelemahan keakuratan
penimbangan, penggunaan persiapan dalam menggunakan timbangan,
sistem pencatatan yang dilakukan masih secara manual (Simpati 2016).
Hasil penelitian Fitria (2018) terjadi perubahan nilai berat badan
anak ketika dilakukan proses pengukuranan sebanyak 5 kali dengan
menggunakan Timbangan Digtal. Namun pada saat proses pengukuran
dilakukan dengan menggunakan Timbangan Manual tidak terjadi
perubahan yang signifikan. Batas toleransi perbandingan tingkat akurasi
antara Timbangan Digital dengan Timbangan Manual adalah sebesar
0.05 atau 5 %, dan proses pengukuran yang dilakukan masih dalam
kondisi diperbolehkan yaitu antara 0.01 – 0.03.
Walaupun pengukuran berat badan menggunakan dacin relatif
mudah digunakan, skalanya mudah dibaca dan cukup aman untuk
menimbang anak balita. Namun, penggunaan dacin kurang praktis,
karena ukuran yang relatif besar dan berat sehingga mempunyai risiko
jika terjadi kesalahan dalam pemasangan alat, sehingga sulit melihat
skala dan anak biasanya menangis dan terlalu aktif. Maka, untuk
mengatasi kesalahan pengukuran perlu dilakukan usaha seperti membuat
aturan pelaksanaan pengukuran, pelatihan petugas, peneraan alat ukur
secara berkala, pengukuran silang antarobserver dan pengawasan.
Beberapa solusi tersebut seharusnya sudah diketahui oleh semua kader
yang bertugas sehingga saat hari penimbangan dilakukan, kader sudah
mempersiapkan diri untuk meminimalkan kemungkinan kesalahan yang
terjadi dan bisa segera mengetahui apabila telah terjadi kesalahan dan
segera memperbaikinya (Supariasa, dkk., 2016).
34

5.3 Gambaran Akurasi Pengukuran Antropometri Berat Badan di


Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022
Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa 1 kader posyandu
menimbang balita dengan akurasi yang tidak baik sedangkan 4 kader
yang menimbang dengan akurasi yang baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian Gandaasri (2017) mengenai
presisi dan akurasi penimbangan balita oleh kader posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2017
didapat bahwa akurasi kader posyandu dalam menimbang balita
sebagian besar sudah baik yaitu 52,3%.
Akurasi berguna untuk mengetahui hasil pengukuran yang
didapat apakah mendekati nilai sebenarnya atau tidak. Lee dan Nieman
(2007) menyebutkan bahwa akurasi adalah derajat ketepatan,
kesungguhan dan kebernilaian dari suatu hasil pengukuran. Bisa saja
suatu hasil pengukuran mempunyai presisi yang baik tetapi tidak akurat,
terutama pada saat terjadi bias (prasangka) yang sistematik. Sebaliknya,
suatu pengukuran yang akurat harus diikuti dengan presisi yang tinggi
(Soekarti, 2013).
Dari penelitian ini ditemukan bahwa akurasi baik dalam
menimbang balita banyak dimiliki kader yang berumur 35-50 tahun dan
berpendidikan SMA sedangkan kader yang masih memiliki akurasi
kurang baik berusia 57 tahun dan berpendidikan SMP. Hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan mempengaruhi pengetahuan dalam
melakukan pengukuran. Menurut Supariasa (2016), seorang pengukur
yang tidak memiliki pengetahuan cukup untuk melakukan
pengukuran antropometri sesuai prosedur dapat mengakibatkan
kesalahan pengukuran antropometri. Hal ini dapat mempengaruhi nilai
presisi dan akurasi hasil pengukuran. Maka, seorang pengukur perlu
memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat melakukan penimbangan
sesuai prosedur sehingga kesalahan pengukuran berat badan dapat
diminimalkan
35

Berdasarkan hasil penelitian Fadjri (2016) diketahui bahwa


pendidikan kader berhubungan dengan kualitas hasil penimbangan berat
badan balita. Akurasi baik juga dimiliki kader yang pernah mendapatkan
pelatihan. Dari lima kader mengatakan pernah mendapatkan pelatihan,
Pada penelitian Fadjri (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara pelatihan kader dengan kualitas hasil penimbangan berat badan
balita.
Pada saat penelitian dilakukan terjadi kondisi yang tidak terduga
seperti anak yang gelisah atau rewel terutama setelah pengukuran kedua
oleh banyak kader juga bisa menyebabkan kesalahan pengukuran berat
badan, dan anak ditimbang lupa diingatkan oleh kader untuk tidak
mengenakan pakaian tebal seperti jaket, topi dan melepas sandal atau
sepatu. Balita juga masih menggunakan pampers saat ditimbang.
Pengukuran antropometri yang tidak sesuai prosedur dapat
mengakibatkan hasil pengukuran yang tidak presisi dan tidak akurat.
Berdasarkan pengamatan, ada beberapa kader kesulitan membaca hasil
penimbangan.
Menurut Supariasa (2016), solusi yang dapat diajukan untuk
mengatasi kesalahan pengukuran antropometri sehingga menghasilkan
akurasi yang baik antara lain memilih metode yang tepat terhadap
sumber daya yang ada, menunda pengukuran atau melibatkan orang tua
dalam prosedur pengukuran atau menggunakan prosedur sesuai dengan
budaya setempat. Selain itu, memerhatikan kondisi anak yang akan
ditimbang dengan melepas pakaian atau menggunakan pakaian
seminimal mungkin, dan tunggu sampai subjek tenang atau menghapus
penyebab kecemasan perlu diperhatikan untuk mengurangi kesalahan
yang terjadi.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang presisi dan akurasi hasil


pengukuran antropometri berat badan balita di Posyandu Kelurahan Kasang
Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil observasi pada kader dalam pengukuran berat badan dan
tinggi balita didapat bahwa sebagian besar kader memiliki kemampuan
yang baik dalam mengukur berat badan balita. terdapat 1 orang kader yang
kurang tepat dalam menangani anak yang ditimbang.
2. Hasil akurasi didapat bahwa 1 kader posyandu menimbang balita dengan
presisi yang tidak baik sedangkan 4 kader yang menimbang dengan presisi
yang baik.
3. Hasil presisi pengukuran berat badan anak dengan menggunakan
timbangan dacin dan digital didapat bahwa tingkat akurasi lebih tinggi
dibandingkan pengukuran dengan timbangan dacin.

6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat disampaikan
sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Puskesmas Tanjung Pinang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
melakukan perbaikan sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan
penimbangan balita khususnya di posyandu seperti melaksanakan
pelatihan ataupun penyegaran kader secara preriodik serta melakukan uji
presisi dan akurasi secara berkala terhadap hasil penimbangan yang
dilakukan kader posyandu, dan mengevaluasi penggunaan dacin sebagai
alat penimbangan balita. Alat pengukuran antropometri dilakukan kalibrasi
ulang untuk ketepatan hasil ukur.
36
37

5.2.2 Bagi institusi pendidikan


Sebagai tambahan referensi bagi institusi pendidikan untuk
mengetahui presisi dan akurasi dalam penimbangan balita dengan
menggunakan timbangan dacin atau timbangan digital.
5.2.3 Bagi Peneliti Lain
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menyertakan variabel
instrument atau alat timbangan lain sebagai pembanding dan kerja sama
responden, dan faktor lainnya yang tidak diteliti pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta.


Elfirayani et al. 2022. Kesehatan Ibu dan Anak. Yayasan Kita Menulis. Jakarta.

Fitriya. 2017. Pentingnya Akurasi Dan Presisi Alat Ukur Dalam Rumah Tangga.
Jurnal. Universitas Muhamadiyah Riau.

Fitria. 2018. Analisis Perbandingan Tingkat Akurasi Timbangan Digital Dan


Manual Sebagai Alat Pengukur Berat Badan Anak. Jurnal Ilmu Komputer
dan Bisnis.

Gandaasri, 2017. Gambaran Presisi Dan Akurasi Penimbangan Balita Oleh


Kader Posyan Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan
Tahun 2017 (Bachelo Hidavatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, 2017).

Kemenkes. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.


Pusdatin Kemenkes RI

Marfuah. 2022. Pola Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu.AE Medika.
Jakarta.

Marlin, Diane. 2021. Rancangan Grafik Ukuran Antropometri, Ketebalan Lemak


Dan Kecukupun Gizi Berdasarkan Metode Regresi Spline Sebagai Prediktor
Kondisi Stunting Pada Balita. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi
Notoadmodjo, Soekidjo. 2018. Metode Penelitian Kesehatan. . PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Nurainun. Gambaran Keterampilan Kader Dalam Pengukuran Bb Dan Tb
Berdasarkan Karakteristik Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa
Timur Provinsi Aceh Tahun 2015. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
FKM USU.
Nursalam, 2014. Konsep dan Penerapan Metodeologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Permenkes RI 2020. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2 tahun 2020
Antropometri Anak Jakarta: Mentenri Kesehatan RI.

Rusdiarti. 2019. Analisis Pengukuran Ketepatan Antropometri Tinggi Badan


Balita Pada Pelatihan Kader Posyandu Di Panduman Kecamatan Jelbuk.
Jurnal. Akademi Kebidanan Jember.
Soakerti M 2013. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta PT Gramedi
Indonesia

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Alfabeta

Sumardilah. 2013. Faktor kualitas pemantauan pertumbuhan balita oleh kader di


Posyandu di Kelurahan Kedaton Kota Bandar Lampung. Jurnal.

Supariasa. 2016. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: ECG


PETUNJUK WAWANCARA DAN OBSERVASI
PRESISI DAN AKURASI HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI
BALITA DI POSYANDU KELURAHAN KASANG JAYA WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI TAHUN 2022

I. Petunjuk Umum
1. Wawancara diawali dengan permohonan izin, membuat kesepakatan
mengenai kontrak waktu, tempat dan durasi yang diperlukan.
2. Sampaikan ucapan terimakasih karena telah bersedia meluangkan waktu
untuk diwawancarai. Hal ini penting untuk menjalin hubungan baik.
3. Memperkenalkan nama peneliti
4. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.
II. Petunjuk Wawancara dan Observasi
1. Pembukaan
a. Tampil secara baik, membangun kesetaraan, bersikap ramah, dan
menciptakan kenyamanan.
b. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan
komentar.
c. Jawaban tidak ada yang salah atau benar, karena wawancara ini untuk
penelitian bukan untuk penilaian.
d. Tunjukkan bahwa peneliti berkonsentrasi untuk menyerap semua
informasi dari informan.
e. Melakukan observasi kader dalam melakukan penimbangan dan
pengukuran tinggi badan balita yang direkam melalui video handphone
2. Penutup
a. Memberitahu bahwa wawancara/observasi telah selesai.
b. Mengucapkan terima kasih atas ketersediaannya memberikan informasi
yang dibutuhkan.
c. Menyatakan maaf bila dalam wawancara terdapat hal-hal yang tidak
menyenangkan.
d. Bila dikemudian hari ada hal-hal dirasa kurang atau ada data-data yang
perlu ditambah, mohon kemudian informan untuk diwawancarai lagi.
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Bapak/Ibu yang terhormat, kami dari Program Studi S1 Kebidanan Fakultas


Ilmu Kesehatan Universitas Adiwangsa Jambi, sedang melaksanakan penelitian
dengan judul “Presisi dan akurasi hasil pengukuran antropometri balita di
Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Pinang Kota Jambi Tahun 2022”.

Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat berpartisipasi pada kegiatan


penelitian ini. Waktu yang tersita dalam pelaksanaan penelitian berkisar antara 10-
15 menit tergantung kondisi lapangan. Kami menjamin kerahasiaan identitas,
informasi atau keterangan yang disampaikan sesuai dengan etika yang berlaku.
Informasi tersebut hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian semata-mata
dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela tanpa paksaan dan bila tidak


berkenan dapat menolak atau sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa
sanksi apapun, namun besar harapan kami Bapak/Ibu bersedia menjadi partisipan
guna ketersediaan data terkait penelitian ini. Manfaat langsung dari penelitian ini
adalah memperoleh informasi tentang presisi dan akurasi hasil pengukuran
antropometri balita.

Bila Bapak/Ibu bersedia ikut serta dalam penelitian ini, mohon untuk
menandatangani lembar persetujuan ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan
terima kasih.

Peneliti,

( )
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI INFORMAN

Penelitian ini mengenai “Presisi dan akurasi hasil pengukuran


antropometri balita di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022”. Saya yang
bertandatangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Bersedia berpartisipasi menjadi informan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti dari Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Adiwangsa Jambi. Demikianlah pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jambi, 2022
Yang Menyatakan

( )
Pedoman Wawancara dan Observasi Kader
1. Apakah kader mampu menyebutkan syarat umum alat timbangan dan alat
pengukur tinggi badan balita?
2. Apakah kader pernah mengikuti pelatihan tentang antropometri balita?
3. Bagaimana kemampuan kader dalam melakukan persiapan alat timbangan
(dacin)?
4. Bagaimana kemampuan kader dalam melakukan pengukuran berat badan
balita?
5. Bagaimana presisi kader dalam melakukan pengukuran berat badan balita?
6. Bagaimana akurasi kader dalam melakukan pengukuran berat badan balita?
7. Bagaimana kemampuan kader dalam melakukan persiapan alat ukur tinggi
badan balita?
8. Bagaimana kemampuan kader dalam melakukan pengukuran tinggi badan
balita?
9. Bagaimana presisi kader dalam melakukan pengukuran tinggi balita?
10. Bagaimana akurasi kader dalam melakukan pengukuran tinggi balita?
11. Bagaimana kemampuan kader dalam memelihara peralatan timbangan dan
pengukur tinggi badan balita?
Pedoman Wawancara Bidan
1. Apakah bidan mengawasi kader dalam melakukan persiapan timbangan dan
pengukuran tinggi badan balita?
2. Apakah bidan mengawasi kader dalam melakukan penimbangan dan
pengukuran tinggi badan balita?
3. Apa upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan kader dalam
melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan agar mendapatkan
hasil presisi dan akurasi yang baik?
4. Apakah bidan mengetahui hasil presisi dan akurasi dari hasil antropometri
yang dilakukan kader?
5. Apakah bidan mengawasi pemeliharaan peralatan timbangan dan
pengukuran tinggi badan balita oleh kader?
6. Apakah bidan mengawasi dalam kalibrasi peralatan untuk pengukuran
antropometri balita di posyandu?
Pedoman Wawancara Lurah
1. Apakah pihak kelurahan memfasilitasi pelatihan kader tentang antropometri
balita?
2. Apakah pihak kelurahan membantu dalam memberikan peralatan untuk
pengukuran antropometri balita di posyandu?
3. Apakah pihak kelurahan membantu dalam kalibrasi peralatan untuk
pengukuran antropometri balita di posyandu?
4. Apakah pihak kelurahan membantu mengawasi peralatan yang digunakan
untuk pengukuran antropometri balita di posyandu?
LEMBAR OBSERVASI

HASIL ANTROPOMETRI TIMBANGAN BERAT BADAN BALITA


DI POSYANDU KELURAHAN KASANG JAYA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI

No Sampel Hasil Pengukuran


Dacin Digital
(Sebelum Diterapkan) (Sudah Diterapkan)
1 A 10,6 10,4 10,5 10,2 10,2 10,2
2 S 17,7 17,6 17,4 16,4 16,4 16,4
3 H 12,5 12,3 12,2 12,7 12,7 12,7
4 M 17,2 17,4 17,3 17,1 17,1 17,1
5 S 9,5 9,7 9,6 10 10 10
6 N 7,3 7,1 7,2 7,6 7,6 7,6
7 N 10 10,2 10,3 10,8 10,8 10,8
8 S 9,2 10 10,2 10,5 10,5 10,5
9 H 10,5 10,2 10,4 10,8 10,8 10,8
10 D 11,2 11,3 11 10,7 10,7 10,7
11 K 10 10,1 10,3 9,4 9,4 9,4
12 F 6,4 6,5 6,7 7 7 7
13 N 11,4 11 11,3 10,2 10,2 10,2
14 A 12,6 12,5 12,3 12,8 12,8 12,8
15 Y 7,5 7,6 7,3 7,8 7,8 7,8

Jambi, 2022
Kepala Puskesmas Tanjung Pinang

( )

DOKUMENTASI
Keterangan: Wawancara pada

PENIMBANGAN DENGAN DACIN


PENIMBANGAN DENGAN DIGITAL

PENGUKURAN TINGGI BADAN


HALAMAN KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI S1 KEBIDANAN

Nama : Evi Rosmani


NIM : 213001070121
Dosen Pembimbing : Diane Marlin, SST., M.Keb
Judul Tugas Akhir : Presisi dan Akurasi Hasil Pengukuran Antropometri Balita
di Posyandu Kelurahan Kasang Jaya Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2022

NO HARI/TANGGAL MATERI BIMBINGAN TTD

4
5

10

Diketahui
Ka.Prodi S1 Kebidanan

Diane Marlin, SST., M.Keb

Anda mungkin juga menyukai