Anda di halaman 1dari 3

Anatomi dan Fisiologi Ternak 1

Prof. Dr. Ir. H. Takdir Saili, M.Si.


2020-2 (Feb-Juli 2021)
FISIOLOGI SEL

Fisiologi sel adalah suatu bidang yang sangat luas, mencakup semua fungsi
sel secara menyeluruh. Mencakup pula perubahan-perubahan fisika dan kimia yang
terjadi pada fungsi-fungsi normal. Termasuk dalam fisiologi sel adalah terapan
hukum-hukum fisika dan kimia mengenai sel-sel hidup. Dalam penemuannya, ahli
fisiologi sel harus mengartikan identifikasi struktur dengan bermacam-macam teknik,
termasuk pemakaian mikroskop electron, mikroskop fase kontras, mikroskop cahaya,
penguraian dengan sinar X, histokimia, penggunaan isotop dan lain-lainnya.

CIRI-CIRI KEHIDUPAN

Batasan yang tegas tentang hidup sangat sukar diberikan meskipun demikian
diketahui bahwa sel merupakan satuan fungsional pada semua hewan yang hidup.
Satuan mendasar tersebut membentuk semua jaringan, organ dan system,
kemudian membentuk tubuh hewan seluruhnya. Oleh karena itu, ciri-ciri sel sama
seperti ciri kehidupan. Ciri-ciri tersebut meliputi tumbuh, reproduksi, absorpsi,
metabolisme, ekskresi, sekresi, iritabilitas, konduktivitas dan kontroktilitas. Kedua
hal yang terakhir (konduktivitas dan kontroktilitas) bukan merupakan ciri semua sel.
Hal tersebut merupakan karakteristik utama sel neuron (saraf) dan sel muskulus
(otot). Tumbuh merupakan kenaikan ukuran biasanya karena adanya penambahan
jumlah protoplasma. Kenaikan ukuran sel atau organ di luar batas normal disebut
hypertrophy, sedangkan penurunan ukuran di bawah normal disebut athrophy.
Kegagalan perkembangan jaringan atau organ disebut aplasi dan perkembangan
yang tidak sempurna atau kurang sempurna pada jaringan atau organ disebut
hypoplasia.
Reproduksi sel/organisme merupakan kemampuan untuk menghasilkan sel-
sel atau organisme-organisme yang mirip dengan aslinya. Kenaikan ukuran suatu
struktur karena adanya kenaikan jumlah sel disebut hyperplasia. Absorpsi
menunjukkan proses pengambilan bahan-bahan terlarut untuk dimasukkan ke dalam
substansi sel. Proses tersebut dapat berupa proses pasif yang tergantung pada
kekuatan difusi dan osmosa atau berupa proses aktif yang membutuhkan energi dari
ATP, atau mungkin terjadi karena kekuatan elektrokimia dan afinitas yang
membutuhkan energi pula. Ketiga proses tersebut dapat terjadi pada waktu yang
sama, pada membrane yang sama pula.
Cara yang lain untuk mengambil bahan-bahan ekstraseluler pada sel adalah
phagositosis dan pinositosis. Bila pengambilan bahan dengan aktivitas amoeboid,
maka proses tersebut dinamakan phagositosis dan sel yang mempunyai
Anatomi dan Fisiologi Ternak 2
Prof. Dr. Ir. H. Takdir Saili, M.Si.
2020-2 (Feb-Juli 2021)
kemampuan seperti itu disebut phagosit. Sel akan bergerak ke arah bahan dan
kemudian mengelilingi dan akhirnya bahan tersebut ditelan. Kemampuan tersebut
menjadi ciri beberapa sel darah putih, mampu menelan bahan yang relative besar,
sisa-sisa jaringan, degenerasi sel darah merah atau bakteri.
Pinositosis merupakan proses pengambilan bahan cair dan molekul
berukuran besar untuk melewati membrane plasma dengan transport aktif, terutama
protein-protein kecil. Bahan-bahan tersebut pertama kali ditarik ke membrane
plasma sehingga terjadi kontak fisik antara keduanya. Adanya perubahan tegangan
permukaan pada membrane, maka terjadi invaginasi ke dalam sel sehingga bahan
serta cairan ekstraseluler ikut terbawa. Invaginasi sel kemudian membentuk kantong
yang dibatasi mmbran atau bangunan seperti tetesan yang disebut vesicle
pinositosis dan kemudian membrane plasma akan menutupi invaginasi tersebut.
Vesikel sekarang terdapat di dalam sitoplasma, berisi partikel ekstraseluler dan
cairan, akhirnya dibebaskan ke dalam sitoplasma setelah membrane pembatasnya
dicerna oleh lisosom (bangunan berisi enzim di dalam sitoplasma). Pinositosis dapat
diamati pada sejumlah sel mamalia, terutama pada sel yang dilengkapi dengan
mikrofili, seperti pada sel epitel yang melapisi traktus intestinalis dan tubulus renalis
prosimalis. Metabolisme (respirasi internal) menunjukkan proses pemanfaatan bahan
makanan oleh sel, pada dasarnya oksidasi komponen karbon menjadi karbon
dioksida dan air, serta melepaskan energi. Oksidasi tidak hanya menambahkan
oksigen saja tetapi juga menunjukkan adanya pengambilan hydrogen atau
pengambilan electron. Metabolisme merupakan keseluruhan reaksi biokimia di
dalam masing-masing sel dan sekaligus di dalam tubuh hewan. Reaksi yang
menghasilkan pembangunan dan pemeliharaan tubuh melalui pembentukkan energi
disebut anabolisme dan reaksi yang membebaskan energi melalui pemecahan suatu
bahan disebut katabolisme.
Ekskresi dan sekresi pada tingkat seluler menunjukkan proses pelepasan
suatu bahan dari sel. Bila yang dikeluarkan merupakan sisa-sisa produksi,
prosesnya disebut ekskresi; bila yang dilepaskan bahan-bahan yang bermanfaat
maka prosesnya disebut sekresi. Keduanya, baik ekskresi aktif dan pasif maupun
sekresi selalu terjadi di dalam proses fisiologi. Untuk mendukung efisiensi fungsi,
maka semua bagian protoplasma harus berhubungan erat dengan membrane
plasma, sehingga untuk absorpsi bahan makanan, ekskresi sisa-sisa dan sekresi
hasil sintesis dapat lebih efisien. Pembatasan tersebut cenderung membatasi
ukuran optimum sel.
Sekresi hasil sintesis oleh sel-sel ke dalam cairan ekstraseluler terjadi
dengan proses eksositosis, emiositosis atau kebalikan dari pinositosis yang
Anatomi dan Fisiologi Ternak 3
Prof. Dr. Ir. H. Takdir Saili, M.Si.
2020-2 (Feb-Juli 2021)
mekanismenya merupakan lawan dari proses pinositosis. Vesikel yang dibatasi oleh
membrane dan yang berisi bahan-bahan sekretoris serta dibentuk oleh apparatus
golgi berjalan dari sitoplasma ke membrane plasma. Kemudian melekat pada
membrane, menyebabkan membrane pada titik perlekatan menjadi hancur, sehingga
isi vesicle tersebut keluar menuju ruang cairan ekstraseluler. Mekanisme
pengeluaran isi vesikel seperti ini juga terjadi pada ekskresi sisa-sisa hasil
metabolisme dari sel.
Iritabilitas (juga disebut eksitabilitas) menunjukkan kemampuan bereaksi
terhadap suatu rangsangan. Reaksi terhadap rangsangan ini sangat diperlukan bagi
protoplasma dan terdapat dua sifat yaitu konduktivitas dan kontraktilitas.
Konduktvitas merupakan sifat penghantar impuls dari satu titik pada sel ke
titik yang lainnya. Sel neuron dan sel muskulus merupakan sel dengan spesialisasi
untuk fungsi-fungsi konduktivitas dan iritabilitas.
Kontraktilitas merupakan sifat yang mampu memendek ke satu arah. Sel
muskulus mempunyai spesialisasi untuk kontradiksi, meskipun demikian sel-sel lain
dan organel suatu sel juga mengandung protein yang kontraktil dan menghasilkan
gerak yang terbatas (seperti pada silia).

Anda mungkin juga menyukai