Oleh:
dr. Agung Dirgantara - C015222013
dr. Zakaria Iman Prasojo - C015222014
dr. Aldian Irma Amaruddin - C015222015
dr. Siti Amalia Putri - C015222016
i
BAB I
PENDAHULUAN
Sel merupakan bagian terkecil dari suatu organisme. Sel bersifat dinamis,
maknanya sel mampu mampu melakukan gerak karena sel itu hidup
(melakukan aktivitas). Hal ini didukung oleh adanya membran sel yang
umunya disebut biomembran yang mana biomembran ini dapat melindungi
sel dari lingkungan luarnya. Biomembran merupakan selaput tipis, halus dan
elastis yang menyelubungi permukaan sel hidup (Yuliana, 2020: 99).
Tubuh manusia biasa disebut sebagai system elektromagnetik karena
dalam tubuh manusia terdapat sistem kelistrikan yang sangat erat
hubungannya dengan kemagnetan. Dalam tubuh manusia sebenarnya
terdapat banyak ion. Ion yang paling umum dijumpai pada sel tubuh manusia
diantarnya K+, Na+, dan Cl-. Terdapat perbedaan konsentrasi ini
menyebabkan ion-ion mampu berdifusi melewati membran sel, seperti
konsentrasi K+ yang lebih besar di bagian dalam membran sel sehingga ion
K+ akan berdifusi masuk ke dalam membrane sel. Perbedaan konsentrasi
antara K+ dengan Cl- ini menyebablan sel memiliki beda potensial.
Biomembran atau membran sel juga memiliki peranan yang sangat
penting dalam aktivitas transport berbagai molekul. Mekanisme transport
pada molekul ini terdiri dari dua yakni transport listrik aktif dan trsnport
listrik pasif. Transport aktif merupakan gerakan molekul melintasi membrane
sel ke arah gradient konsentrasi mereka yaitu bergerak dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi. Sedangkan transport pasif adalah proses yang
memungkinkan lewatnya nolekul dan ion melalui membran sel tanpa sumber
energi. Dengan menghasilkan perbedaan dalam konsentrasi ionik di seluruh
lapisan lipid, membran sel dapat menyimpan energi potensial dalam bentuk
gradient eletrokimia.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
vii
i
Gambar 1. Struktur Biomembran
ix
protein lain menempel pada bagian permukaan sebelah luar (mengarah ke ekstra
selular) atau permukaan sebelah dalam (intraselular), disebut protein peripheral.
Jenis protein lain dalam membrane adalahprotein peripheral. Protein ini tidak
berinteraksi langsung dengan bagian hidrofobik pada fosfolipid bilayer. Karena tidak
terikat kuat, untuk menguraikan protein peripheral dari membrane tidak dibutuhkan
deterjen. Protein peripheral terikat pada sisi hidrofilik dari gugus kepala pada
fosfolipid. Interaksi ini dapat dilepaskan dengan memberikan larutan garam dengan
kekuatan ionic tinggi. Ankyrin adalah contoh protein peripheral yang menempel pada
permukaan bagian dalam protein integral pada membrane eritrosit. Spektrin, struktur
sitoskeletal pada eritrosit., berikatan dengan ankyrin dan berperan penting dalam
mempertahankan bentuk bikonkaf dari eritrosit.
x
Gambar 2 Model struktur mosaic fluid dari struktur membrane
xi
Keadaan ini mengurangi fluiditas membrane. Jika membrane mengandung fosfolipid
dan kolesterol pada rasio yang sama, maka efek di atas tidak dapat dibedakan lagi.
xii
E. Pengaturan komposisi dan fungsi sel dipengaruhi oleh selektivitas membran
Jika membrane plasma relative tidak permiabel, bagaimanakah molekul-
molekul dapat masuk ke dalam sel? Bagaimanakah pengaturan permiabilitas
membrane plasma? Bagaimanakan selektifitas membrane dibentuk? Jawaban atas
peranyaan tersebut penting untuk memahami bagaimana sel mengatur dirinya dalam
lingkungan ekstraselular yang selalu berubah.
Difusi pasif dan aktif
Difusi pasif melibatkan berbagai transporter dan saluran ion yang melewatkan
banyak molekuk kecil melewati membrane. Molekul dapat secara pasif melewati
bilayer mengikuti gradien elektrokimia, melalui proses difusi sederhana ataupun
melalui difusi terfasilitasi. Pergerakan ini terjadi secara spontan untuk menuju
kesetimbangan. Transport pasif ini berlawanan dengan transport aktif dimana
dalam prosesnya membutuhkan energi karena pergerakannya melawan gradien
elektrokimia. Gambar 12 menggambarkan secara skematik mekanismenya.
Molekul yang kecil dan tidak bermuatan dapat melewati lipid bilayer melalui
difusi sederhana. Molekul yang lebih besar namun tidak bermuatan dan molekul
bermuatan berukuran kecil dapat bergerak melewati membrane dengan bantuan
protein pembawa (disebut transporter) atau melalui saluran atau pori-pori.
Transport pasif selalu berjalan searah dengan gradien elektrokimia untuk
menuju keadaan kesetimbangan, dan karenanya tidak membutuhkan energi.
xii
i
Sementara transport aktif terjadi melawan gradient elektrokimia dan karenanya
membutuhkan energi.
Berikut ini adalah beberapa istilah yang sering dikaitkan dengan transport
pasif. Difusi sederhana adalah aliran zat terlarut dari kosentrasi yang lebih
tinggi ke kosenstrasi rendah karena pergerakan termal acak. Difusi terfasilitasi
adalah transport pasif zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
yang dimediasi oleh protein transporter tertentu. Transport aktif adalah transport
zat terlarut melewati membrane dengan melawan gradien konsentrasi,
karenanya transport aaktif membutuhkan energi yang didapat dari hidrolisis
ATP. Transport aktif membutuhkan transporter khusus.
Zat terlarut berupa gas dapat masuk ke dalam sel dengan cara difusi
sederhana tanpa membutuhkan energi. Difusi sederhana melewati membrane
dapat terjadi karena adanya gradien konsentrasi, agitasi termal dan kelarutan zat
tersebut dalam membrane hidrofobik. Kelarutan zat terlarut dalam lipid bilayer
berbanding terbalik dengan jumlah ikatan hydrogen yang harus diputuskan
karena interaksi zat terlarut dengan cairan ekstraselular. Elektrolit tidak
membentuk jembatan hydrogen, namun membentuk lapisan air akibat interaksi
elektrostatik. Ukuran hidrasi ion berbanding lurus dengan kerapatan muatan ion
tersebut. Semakin besar kerapatan muatan suatu ion akan semakin besar jari-jari
hidrasi, dan semakin rendah kecepatan difusi. Contohnya adalah ion Na + yang
mempunyai kerapatan muatan lebih tinggi daripada ion K+, karenanya Na+ akan
terhidrasi lebih besar dibandingkan K+ sehingga Na+ lebih lambat berdifusi
dibandingkan ion K+.
xi
v
semakin meningkat akan meningkatkan kecepatan dan tumbukan antara
partikel zat terlarut dan membrane.
Growth hormone menignkatkan transport asam amino dalam semua sel dan
estrogen melakukan fungsi ini pada uterus. Paling tidak terdapat lima jenis
molekul pembawa yang berbeda untuk asam amino pada sel hewan. Masing-
masing spesifik untuk kelompok asam amino yang mirip sifatnya dan
skebanayak beroperasi sebagai system simport Na+.
xv
2.5. Transport membran
Secara umum, transpor membran pada sel dibedakan menjadi dua, yaitu transpor aktif
dan transpor pasif.
A. Transpor pasif
Transpor pasif terjadi jika suatu molekul bergerak bebas secara acak melalui
membran mengikuti penurunan gradien elektrokimia. Proses pada transpor pasif
terjadi permindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, tidak
membutuhkan energy dalam prosesnya dan bersifat spontan (Bintang et.al., 2020 : 48-
54). Contoh dari transpor pasif adalah:
Difusi
Difusi adalah perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Proses difusi dapat terjadi tanpa melalui membran maupun melalui
membran. Difusi merupakan proses spontan yang tidak memerlukan energi. Jika
tidak ada gaya lain, difusi akan berlangsung terus menerus hingga terjadi
kesetimbangan konsentrasi. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan
difusi yaitu suhu dan zat yang terdifusi. Semakin tinggi suhu maka energi
kinetik yang dimiliki suatu zat menjadi lebih tinggi, sehingga pergerakan molekul
zat menjadi lebih cepat. Perlu dipahami bahwa difusi perpindahan molekul zat
hanya melalui fosfolipid bilayer jadi molekul yang berdifusi adalah molekul
berukuran kecil yang tidak bermuatan serta bersifat nonpolar bahkan air pun
sangat sulit melewati fosfolipid tersebut, karena air bersifat polar, meskipun
berukuran kecil. Contoh proses difusi dalam kehidupan sehari- hari adalah ketika
membuat segelas sirup.
xv
i
Difusi Terfasilitasi
Molekul polar yg besar seperti glukosa dan asam amino tidak dapat berdifusi
melewati lapisan fosfolipid bilayer, seperti halnya juga ion-ion seperti Na+ dan
Cl-. Molekuler dan ion-ion ini hanya dapat melewati membran dengan cara
melewati terowongan yg bersifat hidrofilik yang dapat dibangun oleh suatu
protein. Difusi ini dapat berlangsung dengan dua cara yaitu, Difusi terfasilitasi
dengan saluran protein dan Difusi terfasilitasi dengan protein pembawa/transport.
xv
ii
Difusi terfasilitasi dengan protein transportasi/pembawa
Proses difusi ini melibatkan protein yang membentuk suatu saluran dan
mengikat substansi yang ditranspor protein atau juga disebut protein pembawa.
Protein pembawa biasanya mengangkut molekul polar, misalnya asam amino dan
glukosa.
Osmosis
Osmosis adalah perpindahan air dari konsentrasi air yang rendah (hipertonis)
menuju konsentrasi air yang tinggi (hipotonis) melalui membran selektif
permeabel. Masuknya air dapat menyebabkan tekanan air yang disebut tekanan
osmosis, yang pada sel tanaman disebut tekanan turgor. Terdapat tiga sifat
larutan yang dapat menentukan pergerakan air pada osmosis, yaitu hipertonik,
hipotonik, dan isotonik.
xv
iii
o Hipotonik
Kondisi hipotonis, terjadi ketika larutan yang konsentrasi zat
terlarutnya lebih rendah daripada cairan di dalam sel. Air akan memasuki
sel lebih cepat daripada keluar dari sel, sel hewan akan membengkak serta
lisis (meletus). Sedangkan sel tumbuhan akan menggembung ketika air
masuk. Akan tetapi karena terdapat dinding maka sel mengembang hanya
sampai batas tertentu. Pada batas ini sel bersifat turgid (amat kaku). Ini
merupakan kondisi yang sehat bagi sel tumbuhan karena akan
mendapatkan sokongan mekanis agar tetap keras dan terjaga.
o Hipertonik
Suatu larutan dikatakan hipertonik jika memiliki konsentrasi zat
terlarut lebih tinggi dibandingkan larutan pembandingnya. Sel hewan akan
kehilangan air, mengalami krenasi (mengerut) dan kemudian akan mati.
Namun pada sel tumbuhan, ketika sel tumbuhan mengerut, membrane
plasmanya terlepas dari dinding. Fenomena ini disebut plasmolysis.
Menyebabkan tumbuhan menjadi layu dan kemudian mati.
o Isotonik
Larutan isotonik memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama dengan
larutan pembandingnya. Ketika cairan di luar sel lebih encer dari pada di
dalam sel (hipotonis) maka air akan masuk ke dalam sel, maka ada
pergerakan air melintasi membrane plasma. Air melintasi membran
namun dengan laju yang sama dalam kedua arah. Dalam linkungan
isotonik, sel yang tidak berdinding seperti sel hewan akan stabil (normal)
namun pada sel berdinding seperti sel tumbuhan tidak ada kecenderungan
air untuk masuk, sehingga sel menjadi lembek.
B. Transport aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transport ini melawan gradien konsentrasi. Transpor
aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein (Yuliana dan Fathurohman, 2020 :
105-108). Adapun contoh dari transport aktif ini diantaranya adalah:
Pompa protein
Salah satu contoh transpor aktif ini yaitu pompa protein transport ion Na + dan
xi
x
K+ pada sel hewan. Kondisi ion Na+ di dalam sel jauh lebih kecil dibandingkan di
luar sel sedangkan ion K+ di dalam sel jauh lebih besar dibandingkan di luar sel,
kondisi seperti ini harus selalu dipertahankan oleh sel sehingga sel harus
memompa keluar ion Na+ dan memompa ke dalam ion K+.
Tahap pertama ialah Na+ pada sitoplasma berikatan dengan pompa ion protein.
Pada saat protein membuka katup ke arah intra seluler afinitasnya terhadap Na+
sangat tinggi.
Tahap kedua yaitu fosforilasi protein oleh ATP. Pengikatan Na + oleh protein
ini merangsang terjadinya fosforilasi atau penambahan gugus fosfat pada pada
protein oleh ATP. sehingga ATP melepaskan 1 gugus fosfat nya untuk berikatan
dengan protein dan ATP sendiri berubah menjadi ADP.
Tahap yang ketiga yaitu fosforilasi menyebabkan protein berubah bentuk
sedemikian rupa sehingga afinitasnya terhadap Na+ menurun yang kemudian Na+
dilepaskan ke sebelah luar.
Kemudian pada tahap yang keempat yaitu bentuk baru dari protein memiliki
afinitas tinggi terhadap K+ sehingga K+ akan berikatan dengan protein. Karena
adanya ikatan K+ dengan protein maka hal ini memicu pelepasan gugus fosfat.
Tahap kelima yaitu hilangnya gugus fosfat menyebabkan protein kembali ke
bentuk awal dan bentuk awal ini memiliki afinitas yang sangat rendah terhadap
K+ sehingga K+ akan terlepas ke dalam sitoplasma. Selanjutnya akan kembali lagi
ke tahap awal yaitu pengikatan Na+ oleh protein dengan natrium kalium dan
berulang-ulang terus menerus.
xx
Eksositosis
Eksositosis adalah peristiwa keluarnya zat-zat dari dalam sel dengan vesikel.
Zat-zat yang akan dikeluarkan dari dalam sel akan dibungkus dalam bentuk
vesikel oleh kompleks golgi. Vesikel ini akan bergerak menuju ormone sel,
menyatu dengan ormone dan membebaskan isinya ke luar sel. Contoh eksositosis
adalah amoeba yang mengeluarkan sisa- sisa pencernaan keluardarisel. Dalam
tubuh hewan, eksositosis terjadi pada sel-sel yang mensekresikan zat-zat tertentu.
Misalnya saja sel-sel ormone yang mensekresikan insulin, proses pengeluaran
insulin diawali dengan dibungkusnya insulin dalam bentuk vesikel, ditransport
menuju ormone, dan dilepas ke luar sel. Enzim dan hormon-hormon lain juga
dikeluarkan dari dalam proses melalui eksositosis.
Endositosis
Proses endositosis adalah proses di mana sel tubuh memproses makro molekul
seperti protein, molekul polar, dan zat-zat lain menggunakan membran plasma
yang hidrofobik. Proses endositosis dapat diartikan pula sebagai proses
pemasukan zat dari luar sel ke dalam sel. Proses ini terjadi pada sel eukariotik.
Endositosis adalah pemasukan zat ke dalam sel dengan cara membentuk vesikula
baru dari membran plasma. Sebagian kecil luas membran plasma yang terlahir ke
dalam membentuk kantong, Begitu kantong ini semakin dalam, kantong ini
terjepit membentuk vesikula yang berisi materi yang didapat dari luar selnya.
Adapun jenis-jenis Endositosis adalah:
xx
i
o Fagositosis
Pada dasarnya fagositosis adalah kebalikan dari eksositosis, di mana
materi ekstraselular melekat di membran dan terjadi pelekukan ke dalam
atau belahan dada. Zat yang dimasukkan ke dalam sel dengan fagositosis
adalah materi yang berukuran besar. Contoh: suatu amoeba yang
memakan bakteri dengan menggunakan kaki semu (pseudopodia). Kedua
pseudopodia nantinya akan menyatu di bagian ujung dan menyelubungi
seluruh bakteri. Pelekukan Yang semakin dalam ini nantinya akan
memisahkan diri dari membran sel dan menjadi vakuola.
o Pinositosis
Proses ini sama dengan fagositosis namun untuk molekul yang
memiliki ukuran lebih kecil. Biasanya berupa droplet atau tetesan cairan
yang di dalamnya mengandung bahan-bahan makanan. Bisa kita lihat
perbedaan antara fagositosis dan pinositosis adalah jika fagositosis partikel
padatan yang akan masuk kedalam sel, sedangkan pinositosis adalah
larutan yang masuk kedalam sel. Contoh pinositosis adalah penyerapan
nutrisi oleh embrio mamalia.
o Endositosis yang diperantrai reseptor
Endositosis yang diperantarai reseptor merupakan proses endositosis
yang menggunakan reseptor khusus untuk partikel tertentu Hampir sama
dengan pinositosis hanya saja, selektif terhadap substansi yang
xx
ii
ditranspornya. Contoh transport endositosis dengan bantuan reseptor
adalah zat LDL yaitu low density lipoprotein dengan reseptornya adalah
protein.
Dimulai dengan adanya zat protein reseptor yang melekat pada dinding
lekukan atau cekungan membran plasma. Pada bagian bawah membran
plasmayang membentuk lekukan dilapisi oleh clathrin Kemudian zat LDL
mendekat dan membran dengan protin reseptor, zat LDL dapat melekat
karena sesuai atau cocok dengan reseptornya. Kemudian lekukan
membrane plasma membesar membentuk kantung dan bergerak ke dalam
sel. Setelah menyelimuti seluruh zar LDL, kantung lepas dari ikatan
membran plasma dan bergerak menuju ke dalam sel. Kantung yang berisi
zat LDL disebut dengan vesikula terlapis clathrin.
Daftar Pustaka
Adnan, Arifah, N. A., & Irma, S. 2015. Biologi Sel. Jurusan Biologi. Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam. Makassar.
Berg JM, Tymoczko JL, Stryer L. 2012. Biochemistry. New York: WH Freeman
Lubert, Styer. (2000). Biokomia. Vol I. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
xx
iii
Tim Ganesha Operation. 2017. Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : Penerbit
Duta.
Yuliana, A dan M. Fathurohman. 2020. Teori Dasar Dan Implementasi
Perkembangan Biologi Sel Dan Moluekuler. Surabaya : CV. Jakad Media Publishing.
xx
iv