Anda di halaman 1dari 24

BIOMEMBRAN

Oleh:
dr. Agung Dirgantara - C015222013
dr. Zakaria Iman Prasojo - C015222014
dr. Aldian Irma Amaruddin - C015222015
dr. Siti Amalia Putri - C015222016

Departemen Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
Makassar
2023

i
BAB I

PENDAHULUAN

Sel merupakan bagian terkecil dari suatu organisme. Sel bersifat dinamis,
maknanya sel mampu mampu melakukan gerak karena sel itu hidup
(melakukan aktivitas). Hal ini didukung oleh adanya membran sel yang
umunya disebut biomembran yang mana biomembran ini dapat melindungi
sel dari lingkungan luarnya. Biomembran merupakan selaput tipis, halus dan
elastis yang menyelubungi permukaan sel hidup (Yuliana, 2020: 99).
Tubuh manusia biasa disebut sebagai system elektromagnetik karena
dalam tubuh manusia terdapat sistem kelistrikan yang sangat erat
hubungannya dengan kemagnetan. Dalam tubuh manusia sebenarnya
terdapat banyak ion. Ion yang paling umum dijumpai pada sel tubuh manusia
diantarnya K+, Na+, dan Cl-. Terdapat perbedaan konsentrasi ini
menyebabkan ion-ion mampu berdifusi melewati membran sel, seperti
konsentrasi K+ yang lebih besar di bagian dalam membran sel sehingga ion
K+ akan berdifusi masuk ke dalam membrane sel. Perbedaan konsentrasi
antara K+ dengan Cl- ini menyebablan sel memiliki beda potensial.
Biomembran atau membran sel juga memiliki peranan yang sangat
penting dalam aktivitas transport berbagai molekul. Mekanisme transport
pada molekul ini terdiri dari dua yakni transport listrik aktif dan trsnport
listrik pasif. Transport aktif merupakan gerakan molekul melintasi membrane
sel ke arah gradient konsentrasi mereka yaitu bergerak dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi. Sedangkan transport pasif adalah proses yang
memungkinkan lewatnya nolekul dan ion melalui membran sel tanpa sumber
energi. Dengan menghasilkan perbedaan dalam konsentrasi ionik di seluruh
lapisan lipid, membran sel dapat menyimpan energi potensial dalam bentuk
gradient eletrokimia.

ii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Membran sel


Membran sel atau membran plasma adalah sebuah struktur selaput tipis yang
menyelubungi sebuah sel. Selaput tersebut akan membatasi keberadaan sebuah sel. Selain itu,
akan memelihara perbedaan pokok antara isi sel dan lingkungannya. Akan tetapi, membran
sel itu tidak sekadar sebuah penyekat pasif saja. Melainkan sebuah filter yang mempunyai
kemampuan untuk memilih. Memilih bahan-bahan yang melintas dengan tetap memelihara
perbedaan kadar ion dari luar dan dari dalam sel. Bahan-bahan yang dibutuhkan oleh sel bisa
masuk. Sedangkan bahan-bahan yang termasuk limbah sel dapat keluar melintasi sel.

2.2. Fungsi Membran Sel


Membran sel memiliki peran penting pada makhluk hidup, berikut ini adalah fungsi-
fungsi dari membran sel:
1. Melindungi sel
Membran sel memiliki fungsi untuk melindungi sel. Fungsi ini merupakan fungsi
paling utama dari membran sel. Membran sel akan melindungi keutuhan bagian dalam
pada sel. Caranya adalah dengan membiarkan zat tertentu masuk ke dalam sel
tersebut. Di samping itu, zat-zat lain akan ditahan supaya tidak keluar. Dalam hal ini,
membran sel akan menjadi sebuah penghalang. Selain itu, membran sel akan menjaga
unsur-unsur sel yang akan masuk. Serta zat-zat lain yang tidak diinginkan keluar.
2. Menyelubungi sel
Fungsi selanjutnya dari membran sel adalah untuk menyelubungi sel. Membran sel
adalah selaput berkelanjutan dan tidak putus. Membran sel akan memberikan batas
sekaligus menyelubungi suatu ruangan yang disebut kopertemen. Seluruh isi sel akan
diselubungi oleh membran sel.
3. Interaksi antar sel
Membran sel bertanggung jawab terhadap interaksi antara satu sel dengan sel lainnya.
Hal ini terjadi pada organisme yang memiliki banyak sel. Alat-alat pada tubuh,
umumnya terdiri atas berbagai macam sel yang beragam. Sel-sel tersebut harus
bekerja sama sehingga dapat menjalankan fungsinya secara keseluruhan. Membran sel
memperilakan sel untuk saling mengenal. Setelah itu, akan saling bertukar informasi
dan substraksi. Hal tersebut terjadi dengan tidak memandang apakah sel sudah dipakai
iii
pada tempat-tempat tertentu, seperti dari sebuah jaringan.
4. Mengatur pertumbuhan sel
Fungsi selanjutnya dari membran sel adalah sebagai pengatur pertumbuhan sel.
Pengaturan ini dilakukan melalui keseimbangan antara endositosis dan eksositosis. Di
dalam endositosis, lipid dan protein akan dikeluarkan dari membran sel. Hal ini terjadi
ketika zat diinternalisasi. Sementara pada eksositosis, vesikel yang memiliki
kandungan protein dan lipid akan menyatu. Hal itu terjadi dengan membran sel yang
meningkatkan ukuran selnya.
5. Transfer Informasi
Membran sel juga memiliki peran dalam mentransfer informasi antara sel satu dengan
sel lainnya. Di dalam membrane, terdapat sebuah reseptor. Reseptor adalah sesuatu
yang mampu melakukan kombinasi dengan molekul tertentu dengan bentuk sesuai.
Seperti yang selalu berkombinasi dengan sebuah subtract yang sesuai.
6. Sebagai perantara zat
Zat terlarut yang ingin keluar akan diperantarai oleh membran sel. Hal inilah yang
membuat membran sel memiliki fungsi sebagai perantara. Kemampuan dari membran
plasma meluluskan substansi tertentu supaya dapat masuk ke dalam sel, atau keluar
dari sel. Akan tetapi, akan membatasi pergerakan substansi tertentu yang disebut
permeabilitas selektif. Sebuah membran dikatakan permeabel terhadap sebuah
substansi tersebut.
7. Pembawa reseptor
Fungsi selanjutnya dari membran sel adalah sebagai pembawa reseptor. Membran
plasma akan membawa reseptor, yang termasuk tempat pelekatan untuk zat-zat
tertentu yang telah berinteraksi dengan sel. Setiap reseptor disusun untuk mengikat
zat-zat tertentu. Contohnya seperti reseptor permukaan membran yang membuat suatu
perubahan pada bagian dalam. Seperti enzim yang terdapat pada jalur metabolisme.
Jalur metabolisme ini memiliki peran penting untuk menyediakan energi bagi sel dan
membuat zat khusus bagi sel. Selain itu, dapat juga memecah limbah seluler atau
racun yang harus dibuang.
8. Transportasi lintas membran sel
Salah satu bagian penting yang berkelanjutan dari kehidupan sel adalah membuang
limbah serta mengambil nutrisi. Hal-hal tersebut harus membran sel. Substansi-
substansi tertentu misalnya, harus bergerak masuk ke dalam sel. Hal itu dilakukan
untuk menyokong sel tersebut agar bisa tetap hidup. Akan tetapi, situasi sebaliknya
iv
dapat terjadi. Zat-zat buangan yang sudah dihasilkan dari metabolisme sel harus
dikeluarkan dari sel tersebut. Tujuannya supaya dapat dibuang keluar tubuh.
pergerakan substansi dapat dilakukan dengan cara aktif atau cara pasif.
9. Penyediaan Enzim
Di dalam membran terdapat sistem enzim, sistem enzim tersebut dinamakan
adenilsiklase. Adenilsiklase berada pada hampir seluruh jaringan mamalia, kecuali
pada sel darah merah. Aktivasi terhadap adenilsiklase akan menimbulkan perubahan
ATP menjadi adenosin monosofastat siklik atau cAMP yang ada di dalam sel.
Meningkatnya jumlah cAMP di dalam sel selanjutnya akan memberikan pengaruh
pada respons fisiologik dari sel. Contohnya seperti sistem enzim yang menjadi aktif.
Selain itu, akan terjadi pula perubahan permeabilitas membran terhadap substansi-
substansi tertentu. Hal lain yang akan terjadi yaitu sintesa atau sekresi hormone. Serta
terjadinya sintesis protein.
10. Memberi Sinyal
Di dalam hal komunikasi sel dan persinyalan, membran sel juga memiliki peran
penting. Membran memiliki kandungan dari beberapa protein yang tertanam.
Sehingga dapat mengikat molekul yang ditemukan dari luar sel. Serta menyampaikan
pesan ke dalam sel-sel. Saat sebuah molekul mengikat reseptor yang dijadikan target
pada membran, ia akan memulai jalur transduksi sinyal. Hal itu terjadi di dalam sel
yang mentransmisikan sinyal pada molekul yang sesuai. Sebagai sebuah hasil dari
jalur pensinyalan yang seringkali mengalami kompleks ini, sel juga dapat membuat
tindakan. Tindakan-tindakan tersebut ditentukan oleh molekul persinyalan.
Contohnya seperti menghentikan atau membuat produksi beberapa protein tertentu.
11. Tempat berlangsung reaksi kimia
Fungsi selanjutnya dari membran sel adalah sebagai tempat berlangsungnya reaksi
kimia. Reaksi kimia tersebut terjadi di dalam sel. Terdapat banyak reaksi kimia yang
tubuh butuhkan. Hal tersebut dikarenakan beberapa reaksi kimia di antaranya terjadi
di dalam bagian membran sel.
12. Mencegah bakteri dan virus
Membran sel memiliki tugas untuk menjaga komponen-komponen sel supaya tetap
terisolasi dari lingkungan luar. Komponen intraseluler dari lingkungan ekstraseluler
yang sudah terpisah dari fungsi membran sel sudah membuat berbagai ancaman.
Ancaman-ancaman tersebut dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Akan tetapi,
hal itu akan dikendalikan secara penuh oleh tubuh. Contohnya seperti virus yang
v
berasal dari luar. Atau bakteri jahat yang menyerang tubuh. Virus atau bakteri tersebut
dapat menimbulkan penyakit. Namun serangan itu dapat segera dicegah oleh
membran sel. Itulah beberapa informasi mengenai membran sel yang memiliki peran
serta fungsi penting di dalam tubuh.

2.3. Komponen Penyusun Mebran


Model Fluid Mozaic dari struktur membran sangat didukung oleh bukti-bukti visual yang
didapatkan sewaktu membran diteliti menggunakan mikroskop elektron. Abalisis kimiawi
juga menyingkapkan bahwa membran sel tersusun atas lipid, protein, dan karbohidrat.
Tiga membran yang utama adalah fosfolipid, glikolipid, dan kolesterol. Sedangkan
protein penyusun membran adalah protein intrinsik (integral) dan protein porifer (ekstrinsik).
Karbohidrat penyusun membran adalah glikoprotein. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut
tentang komponen penyusun membran tersebut.
1) Lipid membran
a) Fosfolipid
Fosfolipid merupakan ester asam lemak dengan gliserol yang mengandung asam
fosfat dan nitrogen. Fosfolipid utama yang ditemukan adalah fosfogliserida, yang
mengandung dua molekul asam lemak yang berkaitan ester dengan gugus hidroksil
pada gliserol. Gugus hidroksi yang ketiga pada gliserol membentuk ikatan ester
dengan asam fosfat. Fosfogliserida yang umum dijumpai adalah fosfatidil kolin,
fosfatidil serin, fosfatidil etanolamin, fosfatidil inositol, dan difosfatidil gliserol.
Rantai asam lemak dalam fosfolipid biasanya mengandung atom karbon dalam jumlah
genap, khas antara 14 dan 24 yang paling umum adalah asam lemak-14 dan karbon-
16. Asam lemak dapat jenuh atau tidak jenuh.
b) Glikolipid
Glikolipid sesuai namanya, merupakan lipid yang mengandung gula. Dalam sel
hewan, glokolipid, seperti juga sfingomielin, diturunkan dari sfingosin. Gugus amino
pada kerangka karbon sfingosin terisolasi oleh asam lemak seperti pada kerangka
karbon sfingomielin. Perbedaan antara glikolipid dan sfingomielin terdapat pada jenis
fragmen yang berikatan pada gugus hidroksi primer di kerangka karbon sfingosin.
Pada glikolipid, satu atau lebih gula berikatan pada gugus ini. Glikolipid yang paling
sederhana adalah serebrosida, hanya ada satu residu gula, glukosa dan galaktosa.
Glikolipid yang lebih majemuk, misalnya gangliosida, mengandung rantai bercabang
terdiri atas sebanyak tujuh residu gula.
vi
c) Kolesterol
Lipid lain yang penting dalam beberapa membran adalah kolesterol. Kolesterol dan
senyawa turunan esternya, dengan asam lemaknya yang berantai panjang merupakan
komponen penting dari membran sel sebelah luar.
2) Protein membran
a) Protein Integral (Protein Intrinsik)
Protein integral adalah protein yang merentangi lapisan lipid dwilapis. Protein
membran intrinsik dan integral mengandung daerah hidrofilik dan hidrofobik. Bagian
hidrofilik protein berinteraksi dengan ujung polar molekul lipid pada masing-masing
permukaan selebaran bimolekuler.
b) Protein Porifer (Protein ekstrinsik)
Protein membran porifer atau ekstrinsik umumnya terikat longgar pada membran
protein yang kaya akan asam amino dengan rantai samping hidrofilik yang
menyebabkan interaksi dengan lingkungan air dan dengan permukaan polar lipid
dwilapis.
3) Karbohidrat membran
Bagian ini merupakan protein yang mengandung karbohidrat yang terikat secara
kovalen, yang merupakan monosakarida tunggal atau oligosakarida yang relatif pendek.
Kebanyakan protein yang disekresi menuju ke bagian luar sel relatif adalah glikoprotein,
seperti kebanyakan protein dalam plasma darah. Salah satu protein membran sel yang
paling banyak diketahui adalah glikofirin (dalam sel darah merah), yang mengandung
hampir 50% karbohidrat dalam bentuk rantai polisakarida yang panjang yang terikat
secara kovalen pada salah satu ujung rantai polipeptida. Rantai polisakarida memanjang
dari permukaan luar membran sel sedangkan rantai polipeptida terbenam di dalam sel.
Lipida polar bersifat ampifatik yang terdiri dari senyawa-senyawa yang mempunyai
gugus hidrofobik (tidak menyukai air) dan hidrofilik (menyukai air). Di dalam sistem
cair, lipida polar secara spontan terdispersi, membentuk misel yaitu suatu susunan
globuler yang terbentuk oleh gugus -gugus kepala polar yang dikelilingi air dan rantai-
rantai hidrokarbon bergerombol berhadap-hadapan, dengan ekor hidrokarbon lipida yang
tersembunyi dari lingkungan cair dan kepala hidrofilik yang bermuatan listrik terbuka
pada permukaan, bersinggungan dengan medium cair.
Lipida cair membentuk suatu lapisan dengan ketebalan satu molekul yaitu lapisan
tunggal. Pada sistem tersebut, ekor hidrokarbon terbuka ke udara, jadi terhindar dari air,
dan kepala hidrofilik memanjang ke fase cair yang bersifat polar. Lipida polar juga segera
vii
dan dengan spontan membentuk lapisan ganda yang sangat tipis, yang memisahkan dua
kompartemen cair. Pada struktur ini ekor hidrokarbon molekul lipida memanjang ke
bagian dalam yang berkesinambungan, dan kepala hidrofilik menghadap ke luar,
memanjang ke fase cair. Tebal lapisan ganda fosfolipid kira-kira 6−7 nm.

2.4. Struktur Membrane


A. Membrane merupakan struktur yang dinamis
Membrane dan komponennya adalah struktur yang dinamis. Lipid dan protein
mengalami pergantian posisi. Jenis lipid yang berbeda dapat mengalami pergantian
posisi dengan kecepatan tertentu. Pergantian posisi lipid dan protein juga terjadi pada
berbagai membrane dari organel sel. Kecepatan pergantian posisi pada membrane
plasma lebih cepat dibandingkan kecepatan pada membrane organel. Membrane
merupakan bagian sel yang dapat mengalami pergantian molekul dengan kecepatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian lain dalam sel.
Bukti lain dari sifat dinamis membrane adalah terjadinya difusi lateral antara
protein dan lipid pada bidang datar membrane. Perlu disebutkan bahwa pergerakan
transversal lipid di sepanjang membrane terjadi sangat lambat.

B. Membrane memiliki struktur yang asimetrik


Protein pada membrane mempunyai posisi yang unik sehingga membrane
mempunyai permukaan yang berbeda baik pada permukaan membrane bagian dalam
ataupun permukaan bagian luar. Struktur yang asimetris juga ditambah dengan
karbohidrat yang terikat pada protein membrane pada permukaan bagian luar. Hal lain
yang menambah ketidaksimetrisan membrane adalah adanya beberapa jenis protein
yang berada khusus pada membrane tertentu, misalnya membrane mitokondria yang
memiliki protein khusus yang berperan dalam transfer electron.
Terdapat juga asimetri bagian dalam dan luar pada posisi transversal
membran. Fosfolipid yang mengandung kolin (fosfatidil kolin dan sphingomyelin)
berada terutama pada lapisan bagian luar, semntara aminofosfolipid (fosfatidil serin
dan fosfatidiletanolamin) memilih lokasi di lapisan bagian dalam permukaan
membrane. Untuk mempertahankan kondisi asimetri ini, mobilitas transversal harus
dibatasi. Model membrane sintetik memperlihatkan flip flop yang sangat lambat.
Waktu paruh bentuk asimteri dapat bertahan selama beberapa minggu.

vii
i
Gambar 1. Struktur Biomembran

C. Membrane mengandung protein integral dan perferal


Protein yang terdapat pada membran dapat diklasifikasikan sebagai protein
integral dan peripheral. Kebanyakan protein membrane merupakan protein integral,
yang berarti protein tersebut berinteraksi kuat dengan fosfolipid. Untuk menguraikan
protein dari lipid bilayer dibutuhkan deterjen. Posisi protein integral berada
memanjang sepanjang lipid bilayer. Protein integral umumnya adalah protein globular
dan karenanya bersifat amfifatik. Gugus-gugus hidrofilik berada di masing-masing
ujung membran, sedangkan bagian hidrofobik berada memanjang sepanjang bilayer.
Elusidasi struktur protein integral memperlihatkan bahwa beberapa jenis protein
tersusun secara berulang, contohnya molekul transporter (pengangkut), saluran ion,
dan berbagai reseptor. Sementara ada protein yang hanya muncul sekali. Protein
integral terdistribusi secara asimetris sepanjang lipid bilayer.
Membrane terdiri dari lipid bilayer dimana di antaranya terselip protein
integral yang tertanam dalam lipid bilayer. Beberapa protein memanjang sepanjang
penampang membrane sehingga disebut protein transmembrane. Sementara beberapa

ix
protein lain menempel pada bagian permukaan sebelah luar (mengarah ke ekstra
selular) atau permukaan sebelah dalam (intraselular), disebut protein peripheral.
Jenis protein lain dalam membrane adalahprotein peripheral. Protein ini tidak
berinteraksi langsung dengan bagian hidrofobik pada fosfolipid bilayer. Karena tidak
terikat kuat, untuk menguraikan protein peripheral dari membrane tidak dibutuhkan
deterjen. Protein peripheral terikat pada sisi hidrofilik dari gugus kepala pada
fosfolipid. Interaksi ini dapat dilepaskan dengan memberikan larutan garam dengan
kekuatan ionic tinggi. Ankyrin adalah contoh protein peripheral yang menempel pada
permukaan bagian dalam protein integral pada membrane eritrosit. Spektrin, struktur
sitoskeletal pada eritrosit., berikatan dengan ankyrin dan berperan penting dalam
mempertahankan bentuk bikonkaf dari eritrosit.

D. Model fluid mosaic


Model mosaic fluid pertama kali diusulkan pada tahun 1972 oleh Singer dan
Nicolson. Model ini dianalogikan seperti gunung-gunung es (protein integral) yang
mengapung pada lautan molekul fosfolipid. Bukti yang mendukung model ini adalah
terdeteksinya beberapa protein integral (terdeteksi melalui pe-labelan fluoresens) yang
mengalami redistribusi secara cepat dan acak dalam membrane plasma. Studi
biofisika menunjukkan bahwa protein integral terletak memanjang sepanjang
membrane dan merupakan protein globular. Beberapa bukti juga memperlihatkan
bahwa fosfolipid pada permukaan membrane mengalami redistribusi secara cepat,
dimana terjadi difusi fosfolipid pada permukaan membrane. Difusi ini disebut sebagai
difusi lateral dan dapat terjadi sangat cepat. Satu molekul fosfolipid dapat bergerak
beberapa mikrometer per detik.

x
Gambar 2 Model struktur mosaic fluid dari struktur membrane

Perubahan fase pada membrane berkaitan dengan sifat fluiditas membrane


dan bergantung pada komposisi lipid pada membrane. Dalam lipid bilayer, rantai
hidrofobik pada asam lemak dapat tersusun sangat rapat sehingga menghasilkan
struktur yang kaku. Jika temperature naik, rantai hidrofobik dari asam-asam lemak
mengalami perubahan bentuk (transisi) dari bentuk yang teratur menjadi lebih acak,
sehingga menyerupai bentuk fluid. Temperatur dimana keadaan ini terjadi disebut
temperatur transisi (Tm). Jika lipid bilayer dari membrane mengandung rantai asam
lemak jenuh dan Panjang, maka dapat berinteraksi lebih kuat satu sama lain sehingga
temperature transisinya lebih tinggi. Sebaliknya, rantai asam lemak tidak jenuh yang
berada pada konformasi -cis cenderung meningkatkan fluiditas karena konformasi
cis mengurangi kerapatan susunan antar rantai asam lemak. Fosfolipid dari
membrane sel biasanya mengandung satu atau lebih asam lemak dengan ikatan tidak
jenuh.

Kolesterol mempengaruhi fluiditas membrane. Pada temperature di bawah


temperature transisi, kolesterol mengganggu interaksi antar rantai asam lemak,
sehingga meningkatkan fluiditas membrane. Namun pada temperature di atas
temperature transisi, kolesterol bersifat lebih kaku dibandingkan dengan asam-asam
lemak dan tidak dapat bergerak sebebas rantai asam lemak dalam membrane.

xi
Keadaan ini mengurangi fluiditas membrane. Jika membrane mengandung fosfolipid
dan kolesterol pada rasio yang sama, maka efek di atas tidak dapat dibedakan lagi.

Fluiditas membrane mempengaruhi fungsi membrane. Jika fluiditas


meningkat, sifat permiabilitas membrane meningkat, yaitu terhadap air dan molekul
hidrofilik kecil. Pergerakan lateral dari protein integral meningkat seiring dengan
meningkatnya fluiditas membrane. Jika suatu protein integral memiliki sisi aktif
hanya pada sisi hidrofilik dari protein tersebut, perubahan fluiditas lipid
kemungkinan tidak banyak merubah aktivitas protein tersebut. Namun demikian jika
protein yang terlibat adalah protein transport yang menjadi saluran pergerakan
berbagai komponen, perubahan fluiditas fase lipid dapat secara signifikan mengubah
kecepatan transport. Reseptor insulin adalah contoh yang mempelihatkan bagaimana
perubahan fluiditas membrane mempengaruhi fungsi . terpengaruh oleh perubahan
fluiditas membrane. Jika konsentrasi asam lemak tidak jenuh bertambah, fluiditas
membrane akan meningkat. Keadaan ini akan membuat reseptor mengikat lebih
bnayak insulin. Pada temperature tubuh normal (37 oC), lipid bilayer berada pada
keadaan fluid.

Gambar 3. Hubungan kolesterol dan fluiditas membran

xii
E. Pengaturan komposisi dan fungsi sel dipengaruhi oleh selektivitas membran
Jika membrane plasma relative tidak permiabel, bagaimanakah molekul-
molekul dapat masuk ke dalam sel? Bagaimanakah pengaturan permiabilitas
membrane plasma? Bagaimanakan selektifitas membrane dibentuk? Jawaban atas
peranyaan tersebut penting untuk memahami bagaimana sel mengatur dirinya dalam
lingkungan ekstraselular yang selalu berubah.
 Difusi pasif dan aktif
Difusi pasif melibatkan berbagai transporter dan saluran ion yang melewatkan
banyak molekuk kecil melewati membrane. Molekul dapat secara pasif melewati
bilayer mengikuti gradien elektrokimia, melalui proses difusi sederhana ataupun
melalui difusi terfasilitasi. Pergerakan ini terjadi secara spontan untuk menuju
kesetimbangan. Transport pasif ini berlawanan dengan transport aktif dimana
dalam prosesnya membutuhkan energi karena pergerakannya melawan gradien
elektrokimia. Gambar 12 menggambarkan secara skematik mekanismenya.

Gambar 4 transport pasif dan transport aktif

Molekul yang kecil dan tidak bermuatan dapat melewati lipid bilayer melalui
difusi sederhana. Molekul yang lebih besar namun tidak bermuatan dan molekul
bermuatan berukuran kecil dapat bergerak melewati membrane dengan bantuan
protein pembawa (disebut transporter) atau melalui saluran atau pori-pori.
Transport pasif selalu berjalan searah dengan gradien elektrokimia untuk
menuju keadaan kesetimbangan, dan karenanya tidak membutuhkan energi.

xii
i
Sementara transport aktif terjadi melawan gradient elektrokimia dan karenanya
membutuhkan energi.
Berikut ini adalah beberapa istilah yang sering dikaitkan dengan transport
pasif. Difusi sederhana adalah aliran zat terlarut dari kosentrasi yang lebih
tinggi ke kosenstrasi rendah karena pergerakan termal acak. Difusi terfasilitasi
adalah transport pasif zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
yang dimediasi oleh protein transporter tertentu. Transport aktif adalah transport
zat terlarut melewati membrane dengan melawan gradien konsentrasi,
karenanya transport aaktif membutuhkan energi yang didapat dari hidrolisis
ATP. Transport aktif membutuhkan transporter khusus.
Zat terlarut berupa gas dapat masuk ke dalam sel dengan cara difusi
sederhana tanpa membutuhkan energi. Difusi sederhana melewati membrane
dapat terjadi karena adanya gradien konsentrasi, agitasi termal dan kelarutan zat
tersebut dalam membrane hidrofobik. Kelarutan zat terlarut dalam lipid bilayer
berbanding terbalik dengan jumlah ikatan hydrogen yang harus diputuskan
karena interaksi zat terlarut dengan cairan ekstraselular. Elektrolit tidak
membentuk jembatan hydrogen, namun membentuk lapisan air akibat interaksi
elektrostatik. Ukuran hidrasi ion berbanding lurus dengan kerapatan muatan ion
tersebut. Semakin besar kerapatan muatan suatu ion akan semakin besar jari-jari
hidrasi, dan semakin rendah kecepatan difusi. Contohnya adalah ion Na + yang
mempunyai kerapatan muatan lebih tinggi daripada ion K+, karenanya Na+ akan
terhidrasi lebih besar dibandingkan K+ sehingga Na+ lebih lambat berdifusi
dibandingkan ion K+.

 Faktor-faktor berikut mempengaruhi difusi zat:

o Gradien konsentrasi di sepanjang membrane. Zat terlarut bergerak dari


konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.

o Potensial listrik di sepanjang membrane. Zat terlarut bergerak ke larutan


yang mengandung muatan listrik berlawanan. Bagian dalam sel biasanya
bermuatan negative.

o Koefisien permiabilitas zat terlarut terhadap membrane.

o Gradien tekanan hidrostatik di sepanjang membrane. Tekanan yang

xi
v
semakin meningkat akan meningkatkan kecepatan dan tumbukan antara
partikel zat terlarut dan membrane.

o Temperatur. Temperatur yang semakin tinggi akan meningkatkan gerakan


partikel, karenanya akan meningkatkan frekuensi tumbukan antara partikel
zat terlarut dan membrane.

Difusi terfasilitasi melibatkan transporter atau saluran ion. Transport aktif


membutuhkan transporter yang dalam menjalankan perannya membutuhkan
energi (ATP). Dalam membrane biologis terdapat berbagai jenis transporter dan
saluran ion yang menjadi jalan keluar masuk ke sel.

Kecepatan zat terlarut masuk ke dalam sel melalui difusi terfasilitasi


ditentukan oleh factor berikut:

o Jumlah molekul pembawa yang tersedia (merupakan faktor kunci).

o Afinitas zat terlarut terhadap molekul pembawa.

o Kecepatan perubahan konformasi dari molekul pembawa dalam bentuk


‘loaded’ dan ‘unloaded’.

Hormone mengatur difusi terfasilitasi dengan jalan merubah jumlah


transporter yan g tersedia. Insulin dengan bantuan jalur sinyal yang rumit
meningkatkan transport glukosa dalam lemak dan otot dengan jalan memakai
transporter dari reservoir intra selular. Insulin juga mengikatkan transport asam
amino dalam hati dan jaringan lain. Salah satu fungsi hormone glucocorticoid
adalah meningkatkan transport asam amino ke dalam hati dimana asam amino
tersebut akan berperan sebagai substrat untuk gluconeogenesis.

Growth hormone menignkatkan transport asam amino dalam semua sel dan
estrogen melakukan fungsi ini pada uterus. Paling tidak terdapat lima jenis
molekul pembawa yang berbeda untuk asam amino pada sel hewan. Masing-
masing spesifik untuk kelompok asam amino yang mirip sifatnya dan
skebanayak beroperasi sebagai system simport Na+.

xv
2.5. Transport membran
Secara umum, transpor membran pada sel dibedakan menjadi dua, yaitu transpor aktif
dan transpor pasif.
A. Transpor pasif
Transpor pasif terjadi jika suatu molekul bergerak bebas secara acak melalui
membran mengikuti penurunan gradien elektrokimia. Proses pada transpor pasif
terjadi permindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, tidak
membutuhkan energy dalam prosesnya dan bersifat spontan (Bintang et.al., 2020 : 48-
54). Contoh dari transpor pasif adalah:
 Difusi
Difusi adalah perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Proses difusi dapat terjadi tanpa melalui membran maupun melalui
membran. Difusi merupakan proses spontan yang tidak memerlukan energi. Jika
tidak ada gaya lain, difusi akan berlangsung terus menerus hingga terjadi
kesetimbangan konsentrasi. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan
difusi yaitu suhu dan zat yang terdifusi. Semakin tinggi suhu maka energi
kinetik yang dimiliki suatu zat menjadi lebih tinggi, sehingga pergerakan molekul
zat menjadi lebih cepat. Perlu dipahami bahwa difusi perpindahan molekul zat
hanya melalui fosfolipid bilayer jadi molekul yang berdifusi adalah molekul
berukuran kecil yang tidak bermuatan serta bersifat nonpolar bahkan air pun
sangat sulit melewati fosfolipid tersebut, karena air bersifat polar, meskipun
berukuran kecil. Contoh proses difusi dalam kehidupan sehari- hari adalah ketika
membuat segelas sirup.

xv
i
 Difusi Terfasilitasi
Molekul polar yg besar seperti glukosa dan asam amino tidak dapat berdifusi
melewati lapisan fosfolipid bilayer, seperti halnya juga ion-ion seperti Na+ dan
Cl-. Molekuler dan ion-ion ini hanya dapat melewati membran dengan cara
melewati terowongan yg bersifat hidrofilik yang dapat dibangun oleh suatu
protein. Difusi ini dapat berlangsung dengan dua cara yaitu, Difusi terfasilitasi
dengan saluran protein dan Difusi terfasilitasi dengan protein pembawa/transport.

 Difusi terfasilitasi dengan saluran protein


Substansi seperti asam amino gula dan substansi bermuatan melewati
membran plasma melalui saluran yang dibentuk oleh protein (protein kanal).
Protein yg membentuk saluran ini merupakan protein intergral.

xv
ii
 Difusi terfasilitasi dengan protein transportasi/pembawa
Proses difusi ini melibatkan protein yang membentuk suatu saluran dan
mengikat substansi yang ditranspor protein atau juga disebut protein pembawa.
Protein pembawa biasanya mengangkut molekul polar, misalnya asam amino dan
glukosa.

 Osmosis
Osmosis adalah perpindahan air dari konsentrasi air yang rendah (hipertonis)
menuju konsentrasi air yang tinggi (hipotonis) melalui membran selektif
permeabel. Masuknya air dapat menyebabkan tekanan air yang disebut tekanan
osmosis, yang pada sel tanaman disebut tekanan turgor. Terdapat tiga sifat
larutan yang dapat menentukan pergerakan air pada osmosis, yaitu hipertonik,
hipotonik, dan isotonik.

xv
iii
o Hipotonik
Kondisi hipotonis, terjadi ketika larutan yang konsentrasi zat
terlarutnya lebih rendah daripada cairan di dalam sel. Air akan memasuki
sel lebih cepat daripada keluar dari sel, sel hewan akan membengkak serta
lisis (meletus). Sedangkan sel tumbuhan akan menggembung ketika air
masuk. Akan tetapi karena terdapat dinding maka sel mengembang hanya
sampai batas tertentu. Pada batas ini sel bersifat turgid (amat kaku). Ini
merupakan kondisi yang sehat bagi sel tumbuhan karena akan
mendapatkan sokongan mekanis agar tetap keras dan terjaga.
o Hipertonik
Suatu larutan dikatakan hipertonik jika memiliki konsentrasi zat
terlarut lebih tinggi dibandingkan larutan pembandingnya. Sel hewan akan
kehilangan air, mengalami krenasi (mengerut) dan kemudian akan mati.
Namun pada sel tumbuhan, ketika sel tumbuhan mengerut, membrane
plasmanya terlepas dari dinding. Fenomena ini disebut plasmolysis.
Menyebabkan tumbuhan menjadi layu dan kemudian mati.
o Isotonik
Larutan isotonik memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama dengan
larutan pembandingnya. Ketika cairan di luar sel lebih encer dari pada di
dalam sel (hipotonis) maka air akan masuk ke dalam sel, maka ada
pergerakan air melintasi membrane plasma. Air melintasi membran
namun dengan laju yang sama dalam kedua arah. Dalam linkungan
isotonik, sel yang tidak berdinding seperti sel hewan akan stabil (normal)
namun pada sel berdinding seperti sel tumbuhan tidak ada kecenderungan
air untuk masuk, sehingga sel menjadi lembek.
B. Transport aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transport ini melawan gradien konsentrasi. Transpor
aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein (Yuliana dan Fathurohman, 2020 :
105-108). Adapun contoh dari transport aktif ini diantaranya adalah:
 Pompa protein
Salah satu contoh transpor aktif ini yaitu pompa protein transport ion Na + dan

xi
x
K+ pada sel hewan. Kondisi ion Na+ di dalam sel jauh lebih kecil dibandingkan di
luar sel sedangkan ion K+ di dalam sel jauh lebih besar dibandingkan di luar sel,
kondisi seperti ini harus selalu dipertahankan oleh sel sehingga sel harus
memompa keluar ion Na+ dan memompa ke dalam ion K+.

Tahap pertama ialah Na+ pada sitoplasma berikatan dengan pompa ion protein.
Pada saat protein membuka katup ke arah intra seluler afinitasnya terhadap Na+
sangat tinggi.
Tahap kedua yaitu fosforilasi protein oleh ATP. Pengikatan Na + oleh protein
ini merangsang terjadinya fosforilasi atau penambahan gugus fosfat pada pada
protein oleh ATP. sehingga ATP melepaskan 1 gugus fosfat nya untuk berikatan
dengan protein dan ATP sendiri berubah menjadi ADP.
Tahap yang ketiga yaitu fosforilasi menyebabkan protein berubah bentuk
sedemikian rupa sehingga afinitasnya terhadap Na+ menurun yang kemudian Na+
dilepaskan ke sebelah luar.
Kemudian pada tahap yang keempat yaitu bentuk baru dari protein memiliki
afinitas tinggi terhadap K+ sehingga K+ akan berikatan dengan protein. Karena
adanya ikatan K+ dengan protein maka hal ini memicu pelepasan gugus fosfat.
Tahap kelima yaitu hilangnya gugus fosfat menyebabkan protein kembali ke
bentuk awal dan bentuk awal ini memiliki afinitas yang sangat rendah terhadap
K+ sehingga K+ akan terlepas ke dalam sitoplasma. Selanjutnya akan kembali lagi
ke tahap awal yaitu pengikatan Na+ oleh protein dengan natrium kalium dan
berulang-ulang terus menerus.

xx
 Eksositosis
Eksositosis adalah peristiwa keluarnya zat-zat dari dalam sel dengan vesikel.
Zat-zat yang akan dikeluarkan dari dalam sel akan dibungkus dalam bentuk
vesikel oleh kompleks golgi. Vesikel ini akan bergerak menuju ormone sel,
menyatu dengan ormone dan membebaskan isinya ke luar sel. Contoh eksositosis
adalah amoeba yang mengeluarkan sisa- sisa pencernaan keluardarisel. Dalam
tubuh hewan, eksositosis terjadi pada sel-sel yang mensekresikan zat-zat tertentu.
Misalnya saja sel-sel ormone yang mensekresikan insulin, proses pengeluaran
insulin diawali dengan dibungkusnya insulin dalam bentuk vesikel, ditransport
menuju ormone, dan dilepas ke luar sel. Enzim dan hormon-hormon lain juga
dikeluarkan dari dalam proses melalui eksositosis.

 Endositosis
Proses endositosis adalah proses di mana sel tubuh memproses makro molekul
seperti protein, molekul polar, dan zat-zat lain menggunakan membran plasma
yang hidrofobik. Proses endositosis dapat diartikan pula sebagai proses
pemasukan zat dari luar sel ke dalam sel. Proses ini terjadi pada sel eukariotik.
Endositosis adalah pemasukan zat ke dalam sel dengan cara membentuk vesikula
baru dari membran plasma. Sebagian kecil luas membran plasma yang terlahir ke
dalam membentuk kantong, Begitu kantong ini semakin dalam, kantong ini
terjepit membentuk vesikula yang berisi materi yang didapat dari luar selnya.
Adapun jenis-jenis Endositosis adalah:

xx
i
o Fagositosis
Pada dasarnya fagositosis adalah kebalikan dari eksositosis, di mana
materi ekstraselular melekat di membran dan terjadi pelekukan ke dalam
atau belahan dada. Zat yang dimasukkan ke dalam sel dengan fagositosis
adalah materi yang berukuran besar. Contoh: suatu amoeba yang
memakan bakteri dengan menggunakan kaki semu (pseudopodia). Kedua
pseudopodia nantinya akan menyatu di bagian ujung dan menyelubungi
seluruh bakteri. Pelekukan Yang semakin dalam ini nantinya akan
memisahkan diri dari membran sel dan menjadi vakuola.
o Pinositosis
Proses ini sama dengan fagositosis namun untuk molekul yang
memiliki ukuran lebih kecil. Biasanya berupa droplet atau tetesan cairan
yang di dalamnya mengandung bahan-bahan makanan. Bisa kita lihat
perbedaan antara fagositosis dan pinositosis adalah jika fagositosis partikel
padatan yang akan masuk kedalam sel, sedangkan pinositosis adalah
larutan yang masuk kedalam sel. Contoh pinositosis adalah penyerapan
nutrisi oleh embrio mamalia.
o Endositosis yang diperantrai reseptor
Endositosis yang diperantarai reseptor merupakan proses endositosis
yang menggunakan reseptor khusus untuk partikel tertentu Hampir sama
dengan pinositosis hanya saja, selektif terhadap substansi yang

xx
ii
ditranspornya. Contoh transport endositosis dengan bantuan reseptor
adalah zat LDL yaitu low density lipoprotein dengan reseptornya adalah
protein.
Dimulai dengan adanya zat protein reseptor yang melekat pada dinding
lekukan atau cekungan membran plasma. Pada bagian bawah membran
plasmayang membentuk lekukan dilapisi oleh clathrin Kemudian zat LDL
mendekat dan membran dengan protin reseptor, zat LDL dapat melekat
karena sesuai atau cocok dengan reseptornya. Kemudian lekukan
membrane plasma membesar membentuk kantung dan bergerak ke dalam
sel. Setelah menyelimuti seluruh zar LDL, kantung lepas dari ikatan
membran plasma dan bergerak menuju ke dalam sel. Kantung yang berisi
zat LDL disebut dengan vesikula terlapis clathrin.
Daftar Pustaka

Adnan, Arifah, N. A., & Irma, S. 2015. Biologi Sel. Jurusan Biologi. Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam. Makassar.

Berg JM, Tymoczko JL, Stryer L. 2012. Biochemistry. New York: WH Freeman

Chatterjea M, Shinde R. 2011. Textbook of medical biochemistry. 8th ed. New


Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers

Freeman. (2004). The Science of Biology, 4th Edition, by Sinauer Associates


(www.sinauer.com) and (www.whfreeman.com).

Lubert, Styer. (2000). Biokomia. Vol I. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Bintang, M., F. rahmawati., U. M. Safira dan D. Andrianto. 2020. Biokimia Fisik.


Bogor: IPB Press.

Fried, G. H., dan G. J. Hademenos. 1999. Schaum’s Outlines. Jakarta : Erlangga.


Husma, A. 2016. Biologi Dasar Dan Kesehatan. Makassar : CV. Social Politic
Genius (SIGn).

xx
iii
Tim Ganesha Operation. 2017. Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : Penerbit
Duta.
Yuliana, A dan M. Fathurohman. 2020. Teori Dasar Dan Implementasi
Perkembangan Biologi Sel Dan Moluekuler. Surabaya : CV. Jakad Media Publishing.

xx
iv

Anda mungkin juga menyukai