Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KALIMAT DAN POLA-POLA DASAR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia


Dosen pengampu :
Ajeng Fajarwati Sumarna S.I.kom, M.A

Disusun oleh :

Fina Arfianni 1860304221032


Natasya Sinta Adila 1860304221067
Nevys Aulia Safitri 1860304221057

KPI 2D
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS
USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI
RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur atas kehadiran Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Kalimat Dan Pola-Pola Kalimat Dasar” ini dapat tersusun
hingga selesai. Sholawat serta salam semoga tetap ter curahkan kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW. yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju
jalan yang terang benderang yakni Agama Islam. Makalah ini diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang dibimbing Ibu Ajeng Fajarwati Sumarna S.I.kom.
Kami ucapkan terima kasih kepada Pihak yang telah membantu kami menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
2. Bapak Dr. Akhamad Rizqoni Khamami, Lc., M.A. selaku Dekan Fakultas Adab
dan Dakwah Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
3. Ibu Lutfhi Ulfa Ni’amah, M.Kom.I. selaku Koordinator Program Studi Komunikasi
dan
Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
4. Ibu Ajeng Fajarwati Sumarna S.I.Kom, M.A selaku dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia
5. Rekan-rekan Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2D.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa banyak kekurangan, penulis
mengharapkan teguran, kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk dapat lebih
sempurnanya pembuatan makalah dalam masa mendatang. Kami berharap dengan
adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya dalam mata
kuliah Bahasa Indonesia.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tulungagung, 25 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................................
................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................................. 2
A. PENGERTIAN KALIMAT..................................................................................................2
B. DASAR KALIMAT DARI LINI TERKECIL.........................................................................2
C. UNSUR-UNSUR KALIMAT..............................................................................................3
D. POLA-POLA DASAR KALIMAT BAHASA INDONESIA...................................................5
E. PEMBAGIAN JENIS-JENIS KALIMAT.............................................................................7
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN................................................................................................................ 15
B. SARAN........................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan komunikasi
disetiap harinya. Salah satu media komunikasi yaitu bahasa. Dengan bahasa,
manusia mampu menyampaikan pesan, gagasan, informasi kepada sesama
manusia lainnya. Di dalam bahasa terdapat banyak satuan penyusunnya. Satuan
bahasa terkecil adalah kalimat. Dalam kalimat tersebut terdapat unsur-unsur kalimat
yang menyusunnya sehingga menjadi satuan kalimat yang utuh.
Ketika berbahasa seringkali kita tidak memperhatikan unsur dan pola dasar
kalimat dengan benar. Hal ini mengakibatkan kalimat yang terbentuk tidak mengikuti
ketepataan kaidah penulisan kalimat, sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Dalam
merangkai sebuah kalimat banyak hal yang perlu diperhatikan dimulai dari unsur-
unsur kalimat, pola dasar kalimat dan tanda bacanya. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan membahas mulai dari pengertia kalimat, unsur-unsur kalimat, pola-
pola kalimat, hingga pembagian jenis kalimat.

iii
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat umumnya berupa kelompok kata yang
sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek (S) dan predikat (P). Dalam wujud lisan,
kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan
diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah
terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya.
Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Sementara itu, di
dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda
pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan
intonasi akhir, sedangkan tanda baca yang lain sepadan dengan jeda.1

B. Dasar Kalimat Dari Lini Terkecil


1. Frasa
Frasa adalah kelompok kata yang terdiri atas unsur inti dan unsur
keterangan yang tidak melampaui batas fungsi sintaksis. Artinya, frasa tidak
dapat menduduki dua fungsi yang berbeda dalam kalimat sekaligus, misalnya,
satu frasa menduduki fungsi subjek dan predikat.2
Contoh : Baju baru
Sedang makan

a) Jenis-Jenis Frasa
Berdasarkan urutan komponen pembentuknya, frasa dibedakan
menjadi frasa endosentris dan frasa eksosentris. Kedua hal tersebut
diuraikan berikut ini.
(i) Frasa Endosentris
Frasa Endosentris adalah frasa yang unsur-unsurnya
mempunyai distribusi (posisi/letak) yang sama dengan unsur lainnya
di dalam frasa itu.
Contoh : a. Dua orang penjahat ditangkap polisi kemarin.

1
Noortyani Rusma, Buku Ajar Sintaksis (Yogyakarta: Penebar Pustaka Media, 2017) Hal. 20
2
Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, Kalimat (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2015)
Hal. 01

1
b. Dua orang Ø ditangkap polisi semalam.
c. Ø Penjahat ditangkap polisi semalam.
Frasa dua orang penjahat pada kalimat (12a) Dua orang penjahat
ditangkap polisi semalam mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya, baik dengan unsur dua orang maupun dengan unsur penjahat
sehingga meskipun hanya disebutkan salah satu unsurnya, seperti pada
kalimat (12b) atau (12c), kalimat tetap berterima (gramatikal). Hal itu
disebabkan fungsi frasa dalam kalimat tersebut dapat digantikan oleh
salah satu atau semua unsurnya.

(ii) Frasa Eksosentris


Frasa eksosentris adalah frasa yang lingkungan distribusinya
tidak sama dengan salah satu unsurnya sehingga salah satu
unsurnya itu tidak ada yang dapat menggantikan fungsi frasa
tersebut.
Contoh : a. Lelaki itu sedang berjalan di atas bukit.
b. Lelaki itu sedang berjalan di Ø.
c. Lelaki itu sedang berjalan Ø atas bukit.
Contoh di atas memperlihatkan bahwa unsur-unsur di dalam
frasa di atas bukit pada kalimat (15a) Lelaki itu sedang berjalan di
atas bukit tidak dapat saling menggantikan fungsi frasa tersebut
sehingga kalimat (15b) dan kalimat (15c) menjadi tidak berterima.

b) Wujud frasa
(i) Frasa verbal, ialah frasa yang berintikan verba (kata kerja).
Contohnya, akan pulang, sedang membaca, sering menangis

(ii) Frasa Nomina, ialah frasa yang berintikan nomina (kata benda).
Contohnya, gedung kampus, beras dari Lamongan, batik Jawa
Timur.

(iii) Frasa Adjektiva, ialah frasa yang berintikan adjektiva (kata sifat).
Contohnya, cantik sekali, manis sekali , indah sekali.

(iv) Frasa Numeral, ialah frasa yang berintikan numeralia (kata


bilangan). Contohnya dua orang (mahasiswa), lima lembar
(kertas), delapan potong (ayam).

2
(v) Frasa preposional, ialah frasa yang berintkan preposisi (kata
depan). Contohnya ke pasar, dari depan, di atas.

2. Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan yang berpotensi
menjadi kalimat.3
Contoh : a. Karena sakit (klausa)
b. Zaka tidak hadir dalam seminar itu (klausa)
c. Karena sakit, Zaka tidak hadir dalam seminar itu. (kalimat (terdiri atas
dua klausa)).

C. Unsur-Unsur Kalimat
Untuk mengetahui apakah sebuah kalimat memenuhi syarat kaidah tatabahasa
atau tidak maka perlu diperhatikan kelengkapan unsur-unsurnya seperti subjek,
predikat, objek, pelengkap, keterangan. Untuk itu selanjutnya akan dibahas secara
rinci ciriciri fungsi S,P,O,Pel, dan K yang merupakan unsur-unsur kalimat.4

1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok,
sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan.
Ciri-ciri subjek :
a). Mempergunakan pertanyaan ‘siapa atau apa’.
Contoh : Mahasiswa sedang berpacaran.
Dengan menerapkan formula diatas maka pertanyaan ‘Siapa yang sedang
berpacaran?’ Jawabannya tentu adalah ‘Mahasiswa’. Subjek dari kalimat diatas
adalah Mahasiswa.
b). Disertai oleh kata ini, itu dan yang ( ini, itu dan yang merupakan pembatas
antara subyek dan predikat.

Contoh : Mahasiswa itu rajin sekali.


Dalam hal ini ‘Mahasiswa‘ merupakan subjek.
c). Didahului oleh kata ‘bahwa’.
Contoh : Setelah dipikir-pikir, bahwa salah satu penyebab lapar yaitu puasa.

3
Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, Kalimat (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2015)
Hal. 15
4
Tarmini Wini, dkk. Sintaksis Bahasa Indonesia (UHAMKA Press, 2019) Hal. 55

3
2. Predikat (P)
Predikat merupakan bagian kaimat yang memberi tahu perbuatan apa yang
dilakukan oleh subjek, yaitu pelaku atau tokoh di dalam suatu kalimat predikat
juga menyatakan sifat/keadaan subjek. Predikat dapat terdiri dari verba ( kata
kerja ) dan Adjektiva ( kata sifat ).
Ciri-ciri :
a) Jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana.
Contoh : Fajar terjatuh dari kasur.
Yang merupakan prediket pada kalimat diatas adalah ‘terjatuh’ karena
berdasarkan identifikasi formula pertanyaannya yaitu “Bagaimana” dan
“mengapa”.
b) Didahului dengan keterangan aspek dan modalitas, seperti : akan, sudah,
sedang, sebaiknya, seharusnya, dan lain-lain.
c) Didahului oleh kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni.
Contoh : Jumlah mahasantri ma’had UIN satu adalah berjumlah 300 orang.
d) Tidak didahului dengan kata ‘tidak atau bukan’.
e) Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau bilangan.

3. Objek (O)
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau dampak dari
perbuatan subjek. Subjek juga merupakan bagian kalimat yang melengkapi
predikat.
Ciri-ciri :
a) Langsung di belakang predikat
b) Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
c) Tidak didahului preposisi.
Contoh :
Dia menciptakan beberapa lagu daerah
O
Dia membelikan baju baru.
O

4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi
mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
Ciri-ciri :
a) Berada di belakang predikat.

4
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang
predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
contoh : Catur membelikan kakeknya balon udara.
b) Hasil jawabannya dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh : Indonesia berdasarkan Pancasila.

5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut
tentang sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat, misalnya, memberi informasi
tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa
kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh
preposisi di-, ke-, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, untuk.
Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungsi ketika, karena,
meskipun, supaya, jika, dan sehingga.

Ciri-ciri :

a) Tidak terikat posisi. Posisi keterangan cenderung lebih bebas dan tidak
terikat.
b) Berbeda dengan unsur pertama. Namun, kehadiran keterangan ada yang
bersifat wajib apabila keterangan itu merupakan bagian dari kalimat dasar.
Contoh : Cincin itu terbuat dari emas.

D. Pola-Pola Dasar Kalimat dalam Bahasa Indonesia


Kalimat yang kita gunakan sebenarnya dapat dikembalikan ke dalam
sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan kata lain, semua kalimat yang
kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan
kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang
pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku. Pola
dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: 5

1. Kalimat Dasar Berpola SP (Subjel-Predikat)


a. Kalimat Dasar Berpola SP (P = Verba)
(i) Semua peserta / datang.
S P
(ii) Mereka / tidur.
S P
5
Tarmini Wini, dkk. Sintaksis Bahasa Indonesia (UHAMKA Press, 2019) Hal.70

5
(iii) Anak-anak / terbangun.
S P

b. Kalimat Dasar Berpola SP ( P = Nomina )


(i) Susi / anak pertama
S P
(ii) Tanti / wartawan majalah gadis.
S P
(iii) Kakek saya / peneliti.
S P

c. Kalimat Dasar Berpola SP (P = Adjektiva)


(i) Gunung itu / tinggi.
S P
(ii) Dia / jujur.
S P
(iii) Gambar itu / bagus.
S P

d. Kalimat Dasar Berpola SP ( P= Numeralia)


(i) Penduduk Indonesia / 200 juta orang.
S P
(ii) Anak Pak Hari / dua orang.
S P
(iii) Hasil karyanya / banyak.
S P

2. Kalimat Dasar Berpola SPK (Subjek-Predikat-Keterangan)


(i) Presiden terpilih itu / berasal / dari Arkansas
S P K
(ii) Patung itu / terbuat / dari perungu.
S P K
(iii) Dia / tinggal / di Jakarta.
S P K

3. Kalimat Dasar Berpola SPPel (Subjek-Pelengkap-Keterangan)


(i) Pengangkatan pejabat itu / berdasarkan / hasil musyawarah.

6
S P Pel
(ii) Pamannya / berjualan / rokok.
S P Pel
(iii) Anak pertamanya / telah menjadi / pengusaha.
S P Pel

4. Kalimat Dasar Berpola SPO (Subjek-Predikat-Objek)


(i) Anak itu / membawa / buku.
S P O
(ii) Kita / akan mendirikan / gedung pertemuan.
S P O
(iii) Para guru / ingin memperbaiki / kehidupannya.
S P O

5. Kalimat Dasar Berpola SPOPel (Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap)


(i) Andi / memberi / isterinya / gelang emas.
S P O Pel
(ii) Dia / membuatkan / temannya / proposal kegiatan.
S P O Pel
(iii) Guru / membacakan / murid - murid / cerita pendek.
S P O Pel

6. Kalimat Dasar Berpola SPOK (Subjek-Predikat-Objek-Keterangan)


(i)Toni / memasukkan / tangannya / ke dalam kantong jaketnya.
S P O K

(ii) Dian / mengirimkan / uang / kepada adiknya.


S P O K
(iii) Dia / mengeluarkan / kuitansi / dari laci mejanya.
S P O K

E. Pembagian Kalimat
Kalimat memiliki beberapa jenis yang membedakannya satu sama lain.
Pembagian jenis–jenis kalimat didasarkan pada 1) pengucapan; 2) jumlah frasa atau
struktur gramatikal; 3) isi atau fungsi; 4) unsur kalimat; 5) pola subjek - predikat; dan
6) subjeknya.6
6
Sumarni Ratna, “Jenis-Jenis Kalimat dan Contohnya”,

7
1. Jenis Kalimat Berdasarkan Pengucapannya
a) Kalimat Langsung
Kalimat langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari ucapan
seseorang tanpa melalui perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang
ia utarakan. Kalimat ini ditandai dengan penggunaan tanda petik untuk
membedakan kalimat kutipan dengan kalimat penjelas.
Contoh :
Indrotul berkata, “Aku mungkin tidak akan pulang malam ini. Besok aku beri
kabar lagi.”

b) Kalimat Tidak Langsung


Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang menceritakan
kembali isi atau pokok ucapan yang pernah disampaikan seseorang tanpa
perlu mengutip keseluruhan kalimatnya.
Contoh : Rosy berkata bahwa dirinya sangat bahagia.

2. Jenis Kalimat berdasarkan Jumlah Frasanya


a) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu
klausa, yang terbentuk dari satu pola. Kalimat tunggal berdasarkan jenis
predikat yang digunakan, dibagi menjadi dua yakni kalimat nomina dan
kalimat verbal.
(i) Kalimat Nomina, merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata
benda (kata bilangan atau kata sifat) sebagi predikat.
Contoh : Tentara itu tewas di medan perang.
Adik saya ada dua orang.
(ii) Kalimat Verba, merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata
kerja sebagai predikat.
Contoh : Zakiya mengayuh sepedanya pelan.
Haqi menangis di kamarnya.
b) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih
kalimat tunggal yang saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan satu
kalimat tunggal dengan yang lain, kalimat majemuk dibedakan menjadi

https://www.academia.edu/38955708/Jenis_Jenis_Kalimat_dan_Contohnya_DosenBahasa (diakses pada, 26


Maret 2023, pukul 09.46)

8
kalimat majemuk setara, bertingkat dan campuran.
(i) Kalimat majemuk setara,
merupakan kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal, di
mana kedudukan masing-masing kalimat tersebut setara. Kalimat
majemuk setara dibagi lagi menjadi beberapa jenis, seperti berikut :
Kalimat majemuk setara penggabungan, biasanya ditandai dengan
penggunaan kata hubung (konjungsi) “dan” atau “serta”.
Contoh : Saya bertanggung jawab atas kedatangan peserta hingga ke
penginapan dan Depta akan mengambil tanggung jawab tentang
segala keperluan peserta sesampainya di sana.

Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan


kata hubung (konjungsi) “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”,
dan sebagainya.
Contoh : Kelas kami akan mengadakan bagi-bagi takjil ke Mekkah,
namun tidak ada uangnya.

Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata


hubung “atau”.
Contoh : Ervi masih bingung menentukan antara ikut menemani
ibunya kuliah di Jerman atau tetap tinggal di sini bersama ayahnya.

Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan


kata hubung “bahkan”.
Contoh : Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang
ke-17 ia sudah mendapatkan gelar sarjana pertamanya.

(ii) Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang
menggabungkan dua kalimat tunggal atau lebih di mana satu sama
lain memiliki kedudukan yang berbeda, yakni sebagai induk kalimat
dan anak kalimat. Kalimat majemuk setara dibagi lagi menjadi
beberapa jenis, seperti berikut :
Waktu: “ketika”, “sejak”, “saat ini”, dsb.
Contoh : Anak itu sudah lama hidup sendiri semenjak orang tuanya
meninggal ketika dia masih bayi.
Sebab: “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”, dsb.

9
Contoh : Zaki memuntus pergi dari rumah karena ia tidak kuat lagi
melihat kelakuan istrinya.
Akibat: “hingga”, “sehingga”, “maka”, dsb.
Contoh : Lintang memarahi adiknya hingga menangis.
Syarat: “ jika”, “asalkan”, “apabila”, dsb.
Contoh : Lina bersedia menerima lamaran Ali, apabila kedua orang
tuanya merestui hubungan mereka.
Perlawanan: “meskipun”, “walaupun”, dsb.
Contoh : Meskipun diiming – imingi uang ganti rugi yang besar, warga
Kampung Boyolangu tetap menolak dipindahkan.
Pengandaian: “andaikata”, “seandainya”, dsb.
Contoh : Seandainya Afifah menunggu lebih lama lagi, ia pasti akan
berjumpa dengan Ari di kafe itu.
Tujuan: “agar”, “supaya”, “untuk”, dsb.
Contoh: Asfi membeli es kelapa muda untuk menu buka puasa sore
nanti.
Perbandingan: “bagai”, “laksana”, “ibarat”, “seperti”, dsb.
Contoh : Senyumannya begitu manis bagaikan gula milik si Mbok
Rondo.
Pembatasan: “kecuali”, “selain”, dsb.
Contoh : Dia sangat jago di semua mata pelajaran kecuali pelajaran
olahraga.
Alat: “dengan + kata benda”
Contoh: Aqil pergi ke kantor dengan menggunakan pesawat Jet
pribadi.

(iii) Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat majemuk yang
menggabungkan kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk
setingkat. Kalimat majemuk campuran terdiri dari sekurang –
kurangnya tiga kalimat tunggal.
Contoh : Yasmin sedang memasak dan suaminya menonton TV di
ruang keluarga, ketika aku tiba di rumah mereka.

3. Jenis Kalimat Berdasarkan Isi atau Fungsinya


a) Kalimat Berita atau Pernyataan (Kalimat Deklaratif)

10
Kalimat berita atau pernyataan merupakan kalimat yang bertujuan
untuk menyampaian suatu informasi. Kalimat ini dalam penulisannya di akhiri
dengan tanda baca titik (.). Dalam pembacaannya, pada akhir kalimat
biasanya memiliki intonasi yang menurun.
Contoh : Syagif tengah berlari ke hutan.

b) Kalimat Tanya (Kalimat Introgatif)


Kalimat Tanya merupakan kalimat digunakan untuk mencari tahu
suatu informasi atau jawaban dari lawan bicara. Kalimat ini dalam
penulisannya di akhiri dengan tanda baca tanya (?).
Contoh : Bagaimana kabar kalian hari ini?

c) Kalimat Perintah
Kalimat perintah merupakan kalimat yang bertujuan untuk
memberikan perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam
penulisannya, kalimat perintah akan diakhiri dengan tanda baca seru (!).
Serta dalam pembacaannya, pada akhir kalimat biasanya digunakan intonasi
yang meninggi.
Contoh : Jangan mendekat!

d) Kalimat Seruan
Kalimat seruan digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Sama
seperti kalimat perintah, dalam pelafalannya pada akhir kalimat biasanya
ditandai dengan intonasi yang tinggi. Dalam penulisannya, kalimat seruan
juga diakhiri dengan tanda seru (!).
Contoh : Wah, indah sekali pantai ini!
4. Jenis kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat
a) Kalimat lengkap
Kalimat lengkap merupakan kalimat yang sekurang – kurangnya
terdiri atas sebuah subjek dan sebuah predikat. Kalimat majas dapat
dikategorikan sebagai kalimat lengkap.
Contoh : anak-anak bermain bola di lapangan.
S P K

b) Kalimat tidak lengkap


kalimat tidak lengkap merupakan kalimat yang tidak sempurna.
Kalimat dengan bentuk tidak sempurna kadang hanya memiliki sebuah

11
subjek saja, sebuah predikat, atau bahkan hanya terdiri atas objek dan
keterangan. Kalimat ini biasanya digunakan untuk kalimat semboyan, salam,
perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan
kekaguman.
Contoh : Hai Fina!
Rajin pangkal pandai

5. Jenis Kalimat berdasarkan Pola Subjek-Predikat


a) Kalimat Versi
Kalimat versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola
kalimat dasar pada Bahasa Indonesia (S – P) atau (S – P – O – K) atau (S –
P – K ) dan lain sebagainya.
Contoh : Qiqi membeli batik di Bali.
S P O K

b) Kalimat Inversi
Kalimat inversi merupakan kalimat yang memiki ciri khas adanya
predikat yang mendahului kata subjek. Kaliman versi biasanya digunakan
untuk menyampaikan penekanan atau ketegasan makna. Kata pertama yang
muncul merupakan kaa yang menjadi penentu makna kalimat sekaligus
menjadi kata yang menimbulkan kesan terhadap pembaca maupun
pendengarnya.
Contoh : Bawa Prita ke hadapanku
P S K

6. Jenis kalimat berdasarkan Subjeknya


a) Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat di mana unsur subjek di dalamnya
melakukan suatu tindakan (pekerjaan). Kalimat jenis ini akan menggunakan
predikat dengan awalan “me-” dan “ber-” serta predikat yang berupa kata
kerja yang tidak dapat diberikan awalan “me-”, seperti mandi, pergi, tidur, dan
lain sebagainya.
Contoh : Haqi merangkak di kegelapan agar tidak terlihat musuh.

Kalimat aktif, terbagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu :


(i) Kalimat aktif Transitif, kalimat ini dapat disisipi unsur objek di
dalamnya. Kalimat aktif ini biasanya memiliki predikat yang berawalan

12
“me-” dan dapat dirubah ke dalam bentuk pasif.
Contoh : Ayyash membuat nasi goreng. (bentuk aktif)
Nasi goreng dibuat Ayyash. (bentuk pasif)

(ii) Kalimat Aktif Intransitif, kalimat aktif ini tidak memungkinkan diikuti
oleh objek di dalamnya. Kalimat aktif ini biasanya menggunakan
predikat yang berawalan “ber-” dan tidak dapat di rubah menjadi
kalimat pasif.
Contoh : Mirza berjaga di sekitar tempat pengeboman.

(iii) Kalimat Semi Transitif, kalimat ini merupakan kalimat aktif yang tidak
dapat dirubah menjadi bentuk pasif karena kalimat ini diikuti oleh
unsur pelengkap bukan objek.
Contoh : Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden keenam
Indonesia.
S P Pel

b) Lalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau
tindakan. Kalimat pasif biasanya memiliki predikat berupa kata kerja
berawalan “di-” dan “ter-” serta diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif
dibedakan kembali menjadi dua bentuk, yakni. Kalimat pasif terbagi menjadi
2, yaitu :
(i) Kalimat pasif biasa, kalimat pasif ini merupakan kalimat hasil dari
transformasi kalimat aktif transitif. Kalimat pasif ini memiliki predikat
yang memilki imbuhan “di-”, “ter-”, “ke-an”.
Contoh: Bola ditendang Najja.
Kertas itu tertiup angin.

(ii) Kalimat Pasif Zero, kalimat pasif ini memiliki objek pelaku yang
berdekatan dengan objek penderita tanpa adanya sisipan kata lain.
Predikat pada kalimat ini menggunakan akhiran “-kan” dan tanpa
disertai awalan “di-”. Selain itu, predikatnya juga dapat berupa kata
dasar dari kata kerja.
Contoh : Akan aku tunjukan kemampuanku disini.
Akan saya sampaikan pesanmu padanya.

13
BAB 3
PENUTUP

14
A. KESIMPULAN
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat umumnya berupa kelompok kata yang
sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek (S) dan predikat (P). Dalam wujud tulisan
berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.),
tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Sementara itu, di dalamnya disertakan pula
berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Tanda
titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda
baca yang lain sepadan dengan jeda.
Dasar kalimat dari lini terkecil yaitu ada Frasa dan Klausa. Frasa adalah
kelompok kata yang terdiri atas unsur inti dan unsur keterangan yang tidak
melampaui batas fungsi sintaksis. Sedangkan Klausa adalah satuan gramatikal yang
berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat,
dan yang berpotensi menjadi kalimat.
Kalimat memiliki beberapa unsur, diantaranya yaitu Subjek (S), Predikat (P),
Objek (O), Pelengkap (Pel), dan terakhir Keterangan (Ket). Kelima unsur tersebut
disusun dalam sebuah pola dasar sehingga dapat membentuk sebuah kalimat yang
efektif. Berikut adalah pola dasar pembentuk kalimat:
a. SP (Subjek-Predikat)
(i) SP (Subjek-Predikat) Prediket berupa Verba
(ii) SP (Subjek-Predikat) Prediket berupa Nomina
(iii) SP (Subjek-Predikat) Prediket berupa Adjektiva
(iv) SP (Subjek-Predikat) Prediket berupa Numeralia
b. SPK (Subjek-Prediket-Keterangan).
c. SPPel (Subjek-Prediket-Pelengkap).
d. SPO (Subjek-Prediket-Objek).
e. SPOPel (Subjek-Prediket-Objek-Pelengkap).
f. SPOK (Subjek-Prediket-Objek-Keterangan).
Kalimat memiliki beberapa jenis yang membedakannya satu sama lain.
Pembagian jenis–jenis kalimat didasarkan pada 1) pengucapan; 2) jumlah frasa atau
struktur gramatikal; 3) isi atau fungsi; 4) unsur kalimat; 5) pola subjek - predikat; dan
6) subjeknya.

B. SARAN
Dengan adanya makalah tentang kalimat dan pola-pola dasar ini, diharapkan

15
pembaca mampu memahami lebih dalam tentang bagaimana kalimat dan pola-pola
dasar dalam bahasa Indonesia serta pembaca juga diharapkan dapat menggunakan
tata bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

16
Noortyani, Rusma. (2017). Buku Ajar Sintaksis. (Yogyakarta: Penebar Pustaka Media)

Tarmini, Wini, dkk. (2019). Sintaksis Bahasa Indonesia. (UHAMKA Press)

Sumarni, R. (2016, November 19). Jenis-Jenis Kalimat dan Contohnya. Diakses melalui
https://www.academia.edu/38955708/Jenis_Jenis_Kalimat_dan_Contohnya_DosenBahasa

17

Anda mungkin juga menyukai