Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Disusun Oleh :
Nama : Jeki Alianto
NPM : E1G021013
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok : 2 (dua)
Shift : Senin, 14.00-16.00 WIB
Dosen : 1. Dra. Devi Silsia, M.Si
2. Drs. Syafnil, M.Si
Ko-Ass : Arledi hati karo-karo/E1G020045
Objek Praktikum :UJI KELARUTAN DAN
PENGENDAPAN PROTEIN

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein merupakan polipeptida alami yang memiliki kira-kira
100sampai 1800 atau lebih residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20
jenis asam amino. Berat molekul-molekul pada protein sangat besar, ribuan
sampai jutaan, sehingga merupakan suatu makromolekul. Seperti senyawa
polimer lain, protein dapat dihidrolisisoleh asam, basa atau enzim dan
menghasilkan asam-asam amino.
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik
tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar bagian tubuh, protein
merupakan komponen terbesar setelah air. Kira-kira lebih dari 50% berat
kering tubuh terdiri dari protein. Protein adalah senyawa organik kompleks
yang terdiri dari unsur-unsur karbon (50-55%), hidrogen (± 7%), oksigen (±
13%) dan nitrogen (1-2%). Ada beberapa jenis protein lainya mengandung
unsur logam seperti besi dan tembaga.
Pada umumnya protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik
dan kimia. Sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau
modifikasi pada struktur protein tersebur disebut denturasi. Hal-hal yang
menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan, aliran listrik
dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol atau sabun. Proses denaturasi
berlangsung secara reversible dan juga ireversibel tergantung pada
penyebabnya.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui daya larut protein terhadap pelarut tertentu.
2. Mengetahui pengaruh larutan garam konsentrasi tinggi terhadap sifat
kelarutan protein.
3. Mengetahui pengaruh logam berat dan asam organik terhadap sifat
kelarutan protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan
menyusun lebih dari setengah berat kering pada semua organisme. Sebagai makro
molekul, protein merupakan senyawa organik yang mempunyai berat molekul
tinggi dan berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan dan tersusun dari C, H, O
dan N serta unsur lainnya seperti S yang membentuk asam-asam amino. Semua
protein pada semua makhluk, dibangun oleh oleh susunan dasar yang sama, yaitu
20 macam asam amino baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas
biologis sedang protein sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus.
Disamping itu protein dapat berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber
energi, penyangga racun, pengatur pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan
dari generasi ke generasi (Patong, dkk., 2012).
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik
tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan
komponen terbesar setelah air. Kira-kira dari 50% berat yang terdiri atas unsur-
unsur karbon (50-55%), hidrogen (±7%), oksigen (±13%), dan fosfor (P) dalam
jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung unsur logam
seperti tembaga dan besi (Sirajuddin, 2012).
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang
sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Di samping berat molekul
yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein
yang mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang sukar larut dalam air. Dalam
kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam
tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein
berfungsi sebagai biokatalis. Di samping itu, hemoglobin dalam butir-butir darah
merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang
berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu
protein (Poedjiadi, 2009).
Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar
antara ribuan hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C,H,O
dan N ditambah beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu
membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun
hubungan antara asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat biologis
suatu protein. (Sabiston, 1987). Protein merupakan senyawa kimia yang sangat
kompleks. Pada sel hidup, protein mempunyai dua peran utama, yaitu peran
katalitik dan mekanik. Peran katalitik ditunjukkan oleh enzim, sedangkan peran
mekanik ditunjukkan oleh protein otot (Pratiwi, 2007).
       Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan
ikatan kovalen. Proses ini bersifat khusus untuk protein dan mempengaruhi
protein yang berlainan dan sampai yang tingkat berbeda pula. Denaturasi dapat
terjadi oleh berbagai penyebab yang paling penting adalah bahan, pH, garam, dan
pengaruh permukaan. Denaturasi biasanya dibarengi oleh hilangnya aktivitas
biologi dan perubahan yang berarti pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti
kelarutan (Deman,1997).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino
yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut :
asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin,
Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua
yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin,
Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu
asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu
asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang
ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin,
metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini
tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari
luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Pearce, 2009).
Seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang
mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan
membentuk ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion
negatif. Pada titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang
sama, sehingga tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila
ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut (Poedjiadi, 2009).
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan
zat kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau
modifikasi pada struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan, aliran listrik dan
adanya bahan kimia seperti urea, alkohol, atau sabun. Proses denaturasi kadang
berlangsung secara reversible, tetapi ada pula yang irreversible, tergantung
penyebabnya. Protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktifitas
biologis dan berkurangnya kelarutannya, sehingga mudah mengendap (Sirajuddin,
2009).
BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat 3.1.2 Bahan
1. Tabung reaksi 1. Larutan NaOH 40
2. Rak tabung reaksi 2. Larutan HCl 10%
3. Pipet ukur 3. Aquades
4. Pipet tetes 4. Pipet tetes
5. Larutan (NH4)2SO4 jenuh
6. Larutan HgCl2 5%
7. Larutan HgCl2 5%
8. Larutan Pb-asetat 5%
9. Asam trikolroasetat 10%
10. Asam sulfosalisilat 5%
11. Larutan MgSO4 5%
12. Larutan NaCl5%
13. Larutan BaCl2 5%
14. Albumin telur

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1. Uji Kelarutan Protein

1. Menyediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan : aquades, HCl


10%, NaOH 40%, alkohol 96% dan kloroform sebanyak 1 ml.
2. Menambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung reaksi.
3. Dikocok dengan kuat, kemudian mengamati sifat kelarutannya.
3.2.2 Uji Pengendapan Protein Dengan Garam
1. Menyediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml albumin
telur.
2. Pada tabung 1, 2, 3, 4 dan 5 berturut-turut ditambahkan larutan NaCl 5%,
BaCl2 5%, CaCl2 5%, MgSO4 5% dan (NH4)2SO4 jenuh setetes demi setetes
sampai timbul endapan.
3. Selanjutnya menambahkan kembali larutan-larutan garam secara
berlebihan.
4. Mengocok tabung reaksi tersebut, kemudian mengamati perubahan yang
terjadi.
3.2.3 Uji Endapan Protein Dengan Logam dan Asam Organik
1. Menyediakan 3 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml albumin
telur.
2. Pada tabung 1, 2 dan 3 berturut-turut ditambahkan 10 tetes larutan
CuSO4 0,5%, HgCl25% dan Pb-asetat 5%.
3. Mengocok setiap tabung dan mengamati perubahan yang terjadi.
3.2.4 Denaturasi
1. Menuangkan 3 ml albumin telur ke dalam tabung reaksi.
2. Memanaskan sampai mendidih selama beberapa menit denga api kecil.
3. Mengamati apa yang terjadi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Uji Kelarutan Protein

Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung


Bahan
1 2 3 4 5
Albumin telur 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Aquades 1 ml
HCl 10% 1 ml
NaOH 40% 1 ml
Alkohol 96% 1 ml
Kloroform 1 ml
Kocok tabung reaksi dengan kuat
Hasil : Tidak Tidak
Larut Larut Larut
Larut/tidak larut Larut larut

4.2 Uji Pengendapan Protein dengan Garam


Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung
Bahan
1 2 3 4 5
Albumin telur 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
NaCl 5% berlebih
BaCl2 5% berlebih
CaCl2 5% berlebih
MgSO4 5% berlebih
(NH4)2SO4 jenuh berlebih
Kocok tabung reaksi dengan kuat
Tidak
Hasil : Endapan
Sedikit Banyak Sedikit ada Sedikit
Banyak/sedikit
endapan
4.3 Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung
Bahan
1 2 3 4 5

Albumin telur 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml

TCA 10% 10 tetes

Asam
10 tetes
Sulfosalisilat

CuSO4 5% 10 tetes

HgCl2 5% 10 tetes

Pb-asetat 5% 10 tetes

Kocok tabung reaksi dengan kuat


Hasil : Endapan Tidak Tidak Ada Ada Ada
Ada / Tidak ada ada ada Biru Putih susu Keruh

4.4 Denaturasi
Bahan Uji dan Perlakuan Pengamatan
Terjadi perubahan warna dari putih
Albumin telur dipanaskan
bening menjadi putih susu
BAB V
PEMBAHASAN
Pada uji kelarutan protein, kita ingin mengetahui daya kelaruan protein
terhada pelarut tertentu. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah pada
albumin telur yang dicampur dengan aquades, HCl 10%, dan Alkohol 96% dapat
larut. Sedangkan pada NaOH 40% dan Klorofom hasilnya tidak dapat larut.
Protein mempunysai sifat amfoter,yaitu dapat bereaksi dengan asammaupun basa.
Namun, semua protein tidak dapat larut dalam pelarut lemak seperti eter atau
kloroform. Sifat fisika ini menunjukkan bahwa asam amino cenderung
mempunyai struktur yang bermuatan dan mempunyai polaritas tingg, serta bukan
sekedar senyawa yang gugus –COOH dan gugus –NH2. Apabila asam amino larut
dalam air, gugus karbokilat akan menmelepaskan ion H+, sedangkan gugus amina
akan menrima ion H+. Oleh adanya kedua gugus tersebut,asam amino dalam
larutan dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif
(zwitter ion) atau ion amfoter.
Pada uji pengendapan protein dengan garam, bahwa untuk mengendapkan
protein, uji ini tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ion dalam larutan.
Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, maka semakin efektif
garam dalam mengendapkan protein. Pada uji ini, kami menggunakan sampel
albumin telur yang dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2 mL dimasing-
masing tabung reaksi dan ditambah NaCL 5%, BaCl 5%, CaCl 5%, MgSO 4 5%
dan (NH4)2SO4 jenuh pada masing-masing tabung reaksi. Pada larutan NaCl dan
CaCl2 menghasilkan sedikit endapan, BaCl2 menghasilkan banyak endapan,
sedangkan pada MgSO4 tidak menghasilkan endapan sama sekali.
Selanjutnya pada uji yang ketiga yaitu uji pengendapan protein dengan
logam dan asam organik yang bertujuan untuk melihat adanya endapanatau tidak.
Jika larutan mengalami pengendapan, maka protein mengalami denturasi
irreversible dengan adanya logam berat. Pada uji ini kami menggunakan bahan
albumin telur,TCA 10%, As. Sulfosalisilat, CuSO4 5%, HgCl 5% dan Pb-Asetat
5%. Setelah diuji berdasarkan prosedur kerja, ternyata hasilyang didapat pada
tabung 1 dan tabung 2 terdapat endapan, pada tabung 3 menghasilkan endapan
berwarna biru, tabung 4 menghasilkanendapan berwarna putih susu, dan pada
tabung 5 menghasilkan endapan jenuh.
Pada uji yang terakhir yaitu Denaturasi Protein yang bertujuan untuk
mengamati protein yang terdenaturasi dimana protein tersebut akan kehilangan
aktivitas biologisnya dan berkurangya kelarutan sehingga mudah mengendap.
Hasil pngamatan yang kami dapatkan pada uji ini adalah terjadi perubahan warna
dari putih bening menjadi putih susu. Dari hasil yang didapatkan, menurut
pendapat saya hasil itu belum bisa dijadikan acuan apakah percobaan tersebut
benar-benar mengalami denaturasi atau belum. Karena menurut Ihsanul Zikri
(2016) protein yang terdenaturasi akan kehilangan aktivitas biologis dan
berkurangnya kelarutan sehingga menyebabkan larutan mudah mengendap.
Untuk literatur Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu
senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya
tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau,
perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan
tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas
dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-
beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji
protein (albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum
tentu sama dengan pereaksi uji lainnya (Ariwulan, 2011).
BAB VI
PENUTUP
6.2 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Pada percobaan uji kelarutan protein, protein (albumin telur 2 mL) dapat
larut pada aquades 1 ml, HCl 10% 1 mL, dan alkohol 96% 1mL. Dan pada
NaOH 40% 1 mL dan Kloroform,proteintidak dapat larut. Daya larut
protein disetiap larutan berbeda-beda tergantung dengan jenis larutan dan
konsentrasi larutan itu sendiri.
2. Uji pengendapan protein dengan garam, protein (albumin telur 2 mL)
menghasilkan endapan ketika diberi garam yang berlebih (NaCl 5%, BaCl 2
5%, CaCl2 5%, MgSO4 5% dan (NH4)2SO4 jenuh). Ketika konsentrasi
garam pelarut semakin tinggi maka garam tersebut semakin efektif dalam
mengendapkan protein.
3. Beberapa protein ada yang larut dengan logam dan juga asam organik dan
ada juga yang tidak bisa larut dengan logam dan asam organik.

6.2 Saran

Sebaiknya para praktikan harus bersungguh-sungguh saat sedang


melakukan percobaan. Sehingga hasil yang didapat tidak asal-asalan.
DAFTAR PUSTAKA

Deman, M. John, 1997, Kimia Makanan. Bandung : Institut Teknologi Bandung


Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar. Makassar : Lembah Harapan Press
Pearce Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Yuliani Sri,
penerjemah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari
Anatomy and Physiology for Nurses (halaman : 200)
Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F.M.T., 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta :
Universitas Indonesia
Pratiwi, Sri Maryati, dkk.. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga.
Sirajuddin, S., 2012. Petunjuk Praktikum Biokimia. Makassar :
Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai