Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN ANALISIS MANAJEMEN PEMBANGUNAN

DAERAH KOTA JAYAPURA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
ESTER MANIANI (2019061064033)
ELSA REGITA SAMBER (2019061064009)
EVELYNE A WENDA (2019061064024)
HARVEY ANDHIKA (20190610640
YEREMIA P V MERAHABIA (20190610640

JURUSAN PERENCAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
KOTA JAYAPURA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Hikmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Laporan Manjemen Pembanguna yang berjudul Analisis Manajemen
Pembangunan Daerah Kota Jayapura.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman dalam kelompok ini yang telah bekerja
sama untuk membuat laporan ini sehingga laporan ini selesai ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

 
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3

1.2 Visi dan Misi.....................................................................................................................3

1.3 Rumusan Masalah.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................4

2.1 Permasalahan yang dihadapi di Kota Jayapura.....................................................................4

2.2 Kendala dalam Percepatan Pembangunan.............................................................................4

2.3 Proses Manajemen yang dilakukan Pemda............................................................................4

2.4 Perbandingan Visi dan Misi Pemda.......................................................................................4

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................4

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................4

3.2 Saran......................................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nama Hollandia, bagi sebagian orang yang tinggal lama di Jayapura sudah tidak asing
didengar serta memiliki kisah sendiri. Namun saat ini, mungkin asing ditelinga sebagian
masyarakat Kota Jayapura. Ini bisa terjadi karena kota yang lahir pada tanggal 7 Maret 1910,
awalnya hanya berupa tempat hunian (bivak) tentara Belanda telah beberapa kali berganti nama.
Jayapura berkembang dalam proses sejarah sesuai jiwa dan kehendak zamannya. Kota ini semula
bernama ‘Numbay’ kemudian menjadi ‘Hollandia’ lalu berubah menjadi Hollandia Haven’ lalu
‘Hollandia Binnen’ kembali lagi menjadi ‘Hollandia,’ lalu menjadi ‘Kota Baru’, lalu
‘Soekarnopura’ dan akhinya ‘Jayapura’ hingga saat ini. Perubahan ini bisa dianggap wajar atau
biasa saja, akan tetapi sebenarnya membawa konsekwensi yang cukup signifikan terhadap
pemahaman citra spesifik suatu kawasan. Kondisi geografis Numbay yang berbukit-bukit dan
berteluk menggambarkan suatu kawasan yang spesifik, sehingga oleh Kapten F.J.P Sachse diberi
nama Hollandia, (hol = lengkung dan land = tanah, tempat) yang berarti tanah yang melengkung
atau berteluk, yang mirip dengan garis pantai Holland di bagian utara negeri Belanda. Kota ini
awalnya terbentuk bukanlah dibangun oleh pemerintah sipil melainkan oleh tentara Hindia
Belanda. Namun dalam perkembangannya, kini Kota Jayapura bagaikan magnet bagi banyak
orang. Apalagi kota ini memiliki beragam fungsi, yakni sebagai pusat pemerintahan,
perekonomian, perdagangan, industri, pariwisata, dan pendidikan. Citranya sebagai ibukota
provinsi yang menyandang semua kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan sarana
pendukung lainnya, menyebabkan kota ini menjadi tujuan orang. Berbagai etnis, agama, budaya,
bahasa, maupun tingkat pendidikan turut mewarnai kehidupan kota. Perkembangan ini telah
memicu pesatnya pertumbuhan penduduk, perubahan fungsi lahan, pembangunan fisik dan
infrastruktur pendukung serta perkembangan sosial ekonomi dan budaya masyarakatnya. Disisi
lain kota ini dihadapkan pada keterbatasan lahan dimana terdapat 40% tidak layak untuk dihuni
karena merupakan daerah perbukitan yang terjal dengan kemiringan lebih dari 40º, berrawa-
rawa, dan merupakan kawasan konservasi (hutan lindung).
Pembangunan struktur fisik dan penggunaan lahan di Kota Jayapura menunjukkan bahwa ada
bagian kota yang tumbuh secara alamiah tanpa mengikuti program dari rencana penataan ruang
kota yang berdampak terhadap wajah kota. Kualitas fisik ini, menimbulkan suatu image yang
cukup kuat bagi seorang pengamat terhadap citra kota Jayapura. Image yang ditangkap pengamat
bisa sangat beragam terhadap apa yang diamati pada setiap sudut kawasan kota. Sehingga
ditemukan gambaran/pemahaman tentang bagaimana kota yang dirancang dan dibangun tersebut
dapat dipahami secara mudah oleh pengamat/masyarakat pada umumnya.
Citra (image) terhadap suatu kota dapat muncul dengan sendirinya karena adanya aktivitas
khas atau budaya khusus yang menjadi ciri unik bagi daerah sehingga menjadi identitas daerah
tersebut. Namun citra kota belum tentu merupakan identitas. Dalam pengembangan suatu kota,
citra kota berperan sebagai pembentuk identitas kota, dan sebagai penambah daya tarik kota.
Citra kota dapat dibuat secara instan, sedangkan identitas membutuhkan waktu yang lama untuk
membentuknya, karena identitas kota berkaitan dengan ritme sejarah yang telah melalui proses
panjang. Namun ada juga identitas yang sengaja dibuat oleh stakeholder berdasarkan potensi-
potensi yang dimiliki daerah tersebut untuk meningkatkan ‘citra’ maupun daya saing daerah.
Seperti Kota Jayapura dikenal dengan julukan ‘Kota Beriman’. Julukan ini merupakan status
pencitraan yang hendak dibangun menjadi identitas kota. Komitmen Pemerintah mewujudkan
citra tersebut tercermin pada Visi Kota Jayapura yaitu ”Terwujudnya Kota Jayapura yang
Beriman, Bersatu, Sejahtera, Mandiri, dan Modern berbasis Kearifan Lokal” . Beriman memiliki
makna implikatif ‘masyarakat beriman’ yang mengandung makna sebagai komunitas, terdiri dari
individu-individu warga kota yang memiliki kehidupan yang utuh. Keutuhan itu dicitrakan oleh
sikap dan perilaku positif dilandasi nilai-nilai moral keagamaan yang kuat. Sikap dan perilaku
individu yang positif, merupakan modal dasar ke arah terciptanya kehidupan bersama yang
toleran dan damai di atas prinsip kemanusiaan. Sedangkan implikasi lingkungan ‘beriman’
merupakan akronim dari : bersih, rapi, indah, aman dan nyaman. Dalam perkembangannya citra
kota tidak hanya dapat dibangun, citra kota juga dapat melekat dikarenakan suatu yang menjadi
fenomena di kota tersebut. Misalnya saat ini nama Jayapura selalu dikaitkan dan menjadi
terkenal karena ‘Persipura’.5 Begitu cintanya orang Papua terhadap sepak bola, sehingga sepak
bola (Persipura) sudah menjadi ‘agama kedua’ bagi orang Papua. Bila Persipura main hari Jumat
bisa mempengaruhi orang yang sholat, kalau main hari Minggu juga bisa pengaruh ibadah
Kristen. Nelayan, petani, buruh pelabuhan akan menonton bila Persipura bertanding, itulah
sakralnya sepak bola bagi orang Papua, demikan ujar Benhur T. Mano, Walikota Jayapura.

1.2 Visi dan Misi


VISI
“Terwujudnya Kota Jayapura yang Beriman, Bersatu, Sejahtera, Mandiri, dan Modern berbasis
kearifan lokal”.

MISI
1. Meningkatkan kualitas hidup umat beragama
2. Melanjutkan Penataan kepemerintahan yang baik dengan dukungan kapasitas birokrasi
yang profesional
3. Membangun kota yang bersih, indah, aman dan nyaman
4. Peningkatan kualitas sumber daya masyarakat
5. Mengembangkan potensi ekonomi kota sebagai kota jasa dan perdagangan serta utilitas
perkotaan berwawasan lingkungan
6. Meningkatkan kualitas hukum dan demokrasi
7. Memperkuat hak-hak adat dan memperdayakan masyarakat kampung

1.3 Rumusan Masalah


1. Kondisi Potensi Daerah Kota Jayapura
2. Permasalahan yang dihadapi daerah kota jayapura dan metode analisisnya
3. Hal apa yang menjadi kendala dalam percepatan pembangunan
4. Proses manajemen yang seharusnya dilakukan oleh PEMDA
5. Perbandingan visi dan misi PEMDA dengan data yang tersedia serta permasalahan yang ada.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Potensi Daerah Kota Jayapura
Pariwisata
Menikmati panorama alam teluk Yotefa sambil   belajar sejarah masuknya Injil di
tanah Tabi
Menikmati Pantai Youtefa  yaitu di kampung Pulau Tobati dan Enggros memberikan panorama
yang cantik serta menjelajahi  Tugu Metu Debi sebagai saksi sejarah masuknya Injil ke Tanah
Tabi.
 Pantai Cibery
Pantai Cibery Destinasi Wisata Baru di Kota Jayapura. Tempat wisata alam  baru yang disebut –
sebut sebagai  salah satu spot favorit untuk berselfi ini hanya bisa dicapai melalui jalur laut
dengan menggunakan speadboat. Hamparan pantai pasir putih yang indah di pulau ini dapat
menjadi salah satu daerah tujuan wisata pantai. Cukup menyenangkan melihat anak – anak
bermain di sore hari, sembari menikmati pemandangan yang indah dan semilir angin yang
berhembus. Tak rugi rasanya berkunjung ke tempat ini, sekedar untuk melepas penat dari
aktivitas sehari – hari.  Di bawah naungan pohon – pohon pinus yang rindang, pengelola
menyediakan arena permainan, spot foto yang instagramable banget dan para – para/ tempat
duduk. Bahkan ada salah satu sudut yang disiapkan untuk kegiatan outdoor; dilengkapi dengan
deretan bangku dan panggung. Cocok untuk kegiatan pementasan/ show bagi komunitas maupun
instansi pemerintah atau swasta. Sebenarnya lokasi Tanjung Ciberi tak jauh dari Kota Jayapura
dan mudah diakses. Jika Anda ingin mengunjungi obyek wisata baru ini, letaknya tak jauh dari
Pantai Hamadi. Menyebrang dari dermaga Pantai Bebek yang berjarak sekitar 50 meter dari
jembatan merah Hamadi – Holtekam.
Dibutuhkan waktu hanya sekitar 5 menit perjalanan menggunakan speedboat ke arah Kampung
Enggros. Tanjung ini tepat berada di beranda depan Kampung Enggros.
Ekonomi
Perekonomian di Kota Jayapura mengeliat karena sarana  prasarana yang lengkap dan modern
Mengunjungi pasar tradisional  Abepura dengan oleh-oleh khas papua atau berbelanja di Pusat
Perbelanjaan modern yang bertebaran atau menginap di Hotel berbintang pilihan serta
mengunjungi destinasi unik di Distrik Abepura. Sangat menyenangkan bila berkunjung ke Kota
Jayapura khususnya Distrik Abepura.
 Pasar Tradisional
Belanja oleh-oleh khas Papua di pasar tradisional mempunyai keunikan tersendiri. Distrik
Abepura memiliki beberapa pasar tradisional yang dikelola dengan baik yaitu Pasar Yotefa 
 Pasar Modern
Pasar Modern tumbuh menjamur menampilkan sisi modern dari Kota Jayapura. Surga belanja di
tanah papua berada di jantung kota Jayapura yaitu di Distrik Abepura. Dimana setiap tahun
diadakan Jayapura Sale dengan diskon yang menarik para penggemar belanja.
 Hotel Berbintang
Pengunjung di Kota Jayapura dimanjakan pilihan menginap dari Hotel berbintang hingga hotel
melati. Distrik Abepura memiliki beberapa hotel   yaitu : Grand Abe Hotel, Grand Talent, 777
Hotel, Cendrawasih Hotel, D’Green Hotel, Kota Raja Hotel, Matos Hotel, Mutiara Hotel, Bunga
Yotefa, Gamalama, Citi Hob Hotel, Cyclop Hotel
UKM (PatrikON)
PatrikON (Pasar Terpadu UKM Distrik Online) adalah strategi memperkenalkan UKM. Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), si kecil yang memiliki kontribusi yang sangat besar. 
Karena itu Distrik  melakukan terobosan kekinian melalui pemasaran digital  e-commerce
UMKM pada PatrikON 

2.2 Permasalahan yang dihadapi di Kota Jayapura


Pengembangan Kawasan Permukiman Kota Jayapura Luas areal penggunaan lahan
permukiman di kota Jayapura ±2.469 Ha. Perkembangan permukiman merupakan pengaruh
akibat dari perkembangan kota. Berdasarkan peta persebaran kawasan permukiman eksisting
bahwa pola kawasan permukiman yang ada berbentuk pola permukiman semi mengelompok dan
pola permukiman tersebar karena sesuai dengan kondisi topografi kota yang bervariasi. Arah
pengembangan kawasan permukiman telah mengarah pada daerah dataran, perbukitan, lereng
terjal, sempadan danau, sempadan pantai, bantaran sungai, dan di atas permukaan air. Hal ini
terjadi karena kepadatan penduduk yang terus meningkat sehingga kebutuhan lahan untuk
menampung aktifitas manusia juga meningkat. Kepadatan penduduk tertinggi berada pada
Distrik Jayapura Selatan sebesar 1.660 jiwa/KM2.
Kepadatan penduduk yang tinggi terjadi pada Distrik Jayapura Selatan. Kepadatan
penduduk terendah berada pada Distrik Muara Tami. Hal ini dikarenakan kondisi fasilitas
prasarana dan sarana yang kurang memadai dan jauh dari fasilitas kota serta pusat kota. Selain
itu juga distrik ini sebagian besar memiliki kegiatan perdesaan yaitu pertanian, perkebunan dan
perikanan. Kepadatan bangunan tertinggi berada pada distrik Jayapura Utara sebesar ±386
bangunan/Ha. Hal ini terjadi karena distrik Jayapura Utara merupakan pusat kota Jayapura
aktifitas perkotaan seperti perdagangan dan jasa, perkantoran, dan hunian.Berdasarkan peta
penggunaan lahan permukiman kondisi eksisting kawasan permukiman didominasi pada
kelerengan 0-8% dan 8-15%. Penggunaan lahan permukiman yang berada pada kelerengan 0-8%
didomimasi pada Distrik Abepura dengan luas 685 Ha dan kelerengan 8-15% didominasi pada
Distrik Jayapura Utara dengan luas sebesar 306 Ha.
Berdasarkan hasil overlay penggunaan lahan permukiman telah mengarah pada
kelerengan >25% hal ini terjadi dikarenakan warga yang berdatangan dari luar dan memilih
untuk bertempat tinggal di Kota Jayapura namun kondisi lahan pada pusat kota yang sesuai
untuk membangun hunian sudah tidak memadai. Selain itu juga rendahnya kondisi social
ekonomi warga khususnya warga yang berpenghasilan rendah. Warga yang berpenghasilan
rendah mereka memilih bertempat tinggal pada daerah-daerah kondisi lahan yang curam karena
harga lahan yang lebih murah dibandingkan untuk membeli lahan yang datar dan membeli
hunian/rumah pada pengembang. Selain, sukar dalam daya beli lahan masalah utamanya yaitu
lahan yang masih menjadi hak milik suku tertentu. Sehingga, lahan yang sulit lepas karena lahan
yang merupakan milik suku besar. Aktifitas yang dilakukan pada kemiringan lereng lebih dari
>25% akan menggangu kestabilan lereng sehingga akan terjadi bencana seperti tanah longsor.
Pembangunan hunian kelerengan ini membuktikan bahwa peran pemerintah dalam mengontrol
pembangunan hunian warga yang masih kurang.
Akibat dari penambahan penduduk kota jayapura yang meningkat membuat masyarakat
melakukan pembangunan secara tak beraturan sehingga penataan kota jayapura terlihat kurang
baik. Dari adanya tata ruang kota yang tak beraturan dapat menjadi pemicu bencana contoh
kasusnya dari perumahan organda Perumahan ini terletak di RT 01/RW 04 Kelurahan Hedam
Distrik Heram. Sudah belasan keluarga mengungsi dari perumahan ini karena langganan banjir
tiap hujan. Di sini, rumah-rumah tampak kosong penuh lumpur dan sudah ditinggalkan pemilik.
Wellem, pemilik rumah kini menumpang di tempat keluarga. Anaknya menyewa dan harus
membayar tiap bulan. Rumah mereka beli pada 2005 melalui kredit BTN dan lunas pada 2016.
Pengembang perumahan ini adalah CV Purbaraya. Hingga kini, belum ada kejelasan mengenai
bantuan pemerintah untuk warga. “Memang waktu itu sempat didata, hanya sekarang tak
terdengar lagi,” ucap Wellem. Tak hanya kehilangan rumah, semua perabotan rusak karena
banjir datang tanpa diduga. Dia bingung tak punya rumah lagi. Dia berharap, pemerintah segera
mencarikan solusi terbaik bagi mereka. Ketua RT, Yan Piet Alua, mengatakan, dahulu lokasi ini
rawa dan hutan sagu. Developer pakai buat bangun perumahan. “Saya pikir ini kesalahan
pemerintah. Biasa kalau mau membangun ada namanya Amdal (analisis mengenai dampak
lingkungan-red). Tidak tahu ini Amdal bagaimana,” katanya. Saluran drinase kecil memperparah
kondisi. Belum lagi endapan sedimen dan sampah memenuhi saluran. Selain perumahan, ada
sekolah seperti PAUD dan Pendidikan Allkitab sudah ditutup. Masalah banjir di perumahan
organda dan pencemaran di Kali Acai, merupakan antara lain masalah lingkungan Kota
Jayapura. Dalam peta rawan banjir Jayapura, di kawasan padat penduduk seperti Waena,
Abepura, Kotaraja, Entrop, hingga Apo tersebar titik-titik rawan banjir. Data Pemerintah Papua,
menunjukkan Jayapura sebagai kota dengan pertumbuhan penduduk tertinggi di Papua. Data
2016, penduduk kota ini 415.998 orang, dengan rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun
1,80%, paling tinggi dari migrasi.

Gambar rumah yang tak berpenghuni akibat bencana banjir


Selain sebagai pusat pemerintahan, Kota Jayapura juga pusat bisnis dan pendidikan, hingga
menarik banyak orang datang. Kebutuhan ruang jadi tinggi baik untuk pemukiman, tempat
usaha, perkantoran maupun pertanian. Kondisi ini menyebabkan wilayah resapan air berkurng
hingga muda banjir. Belum lagi banyak perusahaan bahan galian baik kelola masyarakat maupun
perusahaan di banyak titik di Kota Jayapura. Luas galian, bikin rusak lingkungan, daerah
tangkapan hujan kurang, sedimentasi memperparah banjir di Kota Jayapura. Nofdi J. Rampi,
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Kota Kota Jayapura menyebut banyak tantangan
menata Kota Jayapura mengingat kota seluas 940 Km2 ini memiliki topografi bervariasi antara
lain dataran rendah, pantai, perbukitan sampai gunung. Ada 40% luas wilayah tak layak huni
karena daerah perbukitan terjal dengan kemiringan 40 derajat, berawa dengan statistik konservasi
(hutan lindung). Namun, katanya, pemerintah telah membuat rencana tata ruang wilayah
(RTRW) Kota Jayapura 2014-2033 melalui Perda Nomor 1/2014 yang menyesuaikan kondisi
wilayah. Namun, kata Nofdi, pelaksanaan tak mudah.
2.3 Kendala dalam Percepatan Pembangunan
2.4 Proses Manajemen yang dilakukan Pemda
2.5 Perbandingan Visi dan Misi Pemda

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai