Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Islam dan Jagat Raya Diniya, M.Pd

Lantai Samudera

Teori Tektonik Lempeng

Disusun Oleh

Putri Nur Mau Lisa

(12011124477)

JURUSAN TADRIS IPA 6B

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala
limpahan Rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dan bermanfaat untuk kita semua.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari
makalah ini.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 03 Maret 2023

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alam jagad raya yang diciptakan Allah subhanahu wataala, Tuhan
Yang Maha Kuasa bersama segala isinya termasuk manusia yang merupakan
sebuah karunia tiada tara. Dunia atau bumi yang diciptakan oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa didesain dengan sangat sempurna yang diperuntukkan kepada semua
makhluknya, khususnya 3 (tiga) makhluk ciptaannya yang memiliki kelompok
besar, yakni (1) manusia, (2) hewan, dan (3) tumbuhan. Dari ketiga makhluk
ciptaannya Allah subhanahu wataala, manusialah yang diberi kehendak untuk
mengelola bumi dengan segala isinya, karena manusia mendapatkan
keistimewaan dari Tuhan dengan dibekali: (a) akal pikiran, (b) perasaan, dan (c)
keinginan. Manusia sebagai makhluk hidup yang diciptakan melebihi makhluk
lainnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengelola isi alam ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lantai samudera?
2. Apa saja teori tektonik lempeng?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dari lantai samudera
2. Mengetahui berbagai macam teori tektonik lempeng

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Lantai Samudera
Penelitian terus dilakukan oleh para ilmuwan untuk mengetahui kondisi dari lantai
dasar samudera. Pada tahun 1947, seismologist Amerika menemukan bahwa lapisan sedimen
di dasar samudera terlalu tipis jika dibandingkan dengan umurnya. Para ilmuwan percaya
bahwa samudera telah ada lebih dari 4 milyar tahun yang lalu, untuk itu seharusnya lapisan
sedimen yang dibentuk akan relatif lebih tebal dari sekarang. Jawaban dari permasalahan
tersebutlah yang mendukung teori tektonik lempeng. Kemudian pada tahun 1950-an
eksplorasi di dasar laut terus dilakukan dan ditemukan adanya rangkaian pegunungan api di
sekitar daerah mid-oceanic ridge. 
Teori lain mengatakan bahwa bumi yang semula berupa awan panas, mencair dan
bertemperatur tinggi, kemudian berangsur-angsur mendingin membentuk bumi purba yang
berupa daratan dan terjadilah benua. Pada saat bumi mendingin, banyak unsur yang berupa
gas terutama H2 dan CH4. H2 terlepas dalam bentuk gas, keluar berbentuk lapisan awan tebal
melapisi bumi purba, demikian selanjutnya terjadi penguraian karena terkena sinar matahari
langsung, sehingga terjadilah lapisan udara atau atmosfer yang sekarang ini.
Bersamaan dengan terbentuknya atmosfer, terjadi pula proses pendinginan udara dan
hujan yang sekaligus akan mempercepat pendinginan bumi. Siklus yang berlangsung
bermilyaran-milyaran tahun akan membentuk kumpulan air di lekukan-lekukan permukaan
bumi. Lautan purba yang pada mulanya diduga hanya 10% dari lautan yang ada pada saat
sekarang ini.
Kondensasi yang dialami bumi akibat dari siklus massa udara panas-dingin dan siklus
hujan-penguapan menyebabkan jumlah air yang menutupnya makin luas, hingga sekarang ini
kira-kira 75% atau 11.375 juta km3 air di permukaan bumi dan disebut lautan atau samudera.
Gejala suhu bumi semakin meningkat pada akhir abad ke-20 sehingga menyebabkan
mencairnya es di kutub dan salju di puncah-puncak pegunungan yang berakibat semakin
meluasnya permukaan laut.
Semula manusia mengira bahwa dasar lautan rata seperti dataran di atas benua luas.
Pengukuran dalamnya laut oleh manusia sebelum ditemukan kapal selam, hanya dengan batu
yang diikat tali oleh juru batu, dan kemudian diukur dengan alat penduga gema dengan
4
gelombang bunyi. Baru menjelang Perang Dunia II dengan alat-alat elektronik canggih, kapal
selam dapat memetakan dasar laut. Dan setelah Perang Dunia II dan dengan semakin
lengkapnya saran, maka semakin banyaknya manusia tertarik akan keadaan dasar laut yang
memiliki pesona alam dan memberikan harapan terhadap kepentingan kehidupan manusia.
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan
ayat Al Qur’an sebagaimana yang terdapat dalam Surah Ar-Rahmân ayat 19-20, yang artinya:
"Dia Membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu (19); Antara
keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing [1443] (20)." (Al Qur'an,
55:19-20)
Mendaki puncak gunung tertinggi di permukaan Bumi sama menantangnya dengan
menyelami palung terdalam di lautan. Berbeda dengan daratan di mana setiap undulasi dan
bentukan alam dapat dilihat dengan mata secara langsung. Di lautan perlu peralatan khusus
seperti kapal selam untuk bisa mengamati dasar laut, karena penglihatan manusia dibatasi
oleh air laut. Sama seperti gunung api yang terus beraktivitas, lantai samudra juga
beraktivitas seiring dengan kehidupan di Bumi.

Ilustrasi Mekanisme Sea Floor Spreading (Doubek, n.d)

5
Aktivitas lantai samudra ini berkaitan erat dengan batas antar lempeng yang disebut
sea floor spreading. Sea floor spreading terjadi sebagai akibat arus konveksi di dalam mantel
Bumi dan berkembang secara simetris menyebabkan antar lempeng samudra saling menjauh
(Anggraeni, 2018).

Di dalam sea floor spreading akan terbentuk zona lemah di mana magma dari dalam
mantel akan naik ke kerak Bumi menuju ke permukaan lalu membentuk lapisan kerak
samudra yang baru, zona ini disebut Mid Ocean Ridge (MOR) (Anggraeni, 2018). Salah satu
contoh zona MOR di muka Bumi ini yaitu Mid-Atlantic Ridge dan East Pacific Rise
(Earthguide, 2008).

Morfologi Lantai Dasar Samudra


Bentukan dasar samudra juga cukup kompleks seperti morfologi permukaan yang
terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi dan perbukitan. Morfologi dasar laut dapat
dibedakan menjadi landas kontinental yaitu wilayah laut dangkal yang berbatasan dengan
daratan, lereng benua dengan kedalaman lebih dari 200 meter, pengangkatan benua, dataran
abisal, ngarai bawah laut dan the deeps yaitu tempat palung laut (Pradana dan Sutedjo, 2018).

Selain morfologi, bentukan dasar laut atau disebut juga relief dasar samudra menurut Pradana
dan Sutedjo (2018) dapat dibedakan menjadi:

1. Palung Laut Seperti di permukaan ada jurang yang terjal, di dasar laut juga ada palung
laut yang merupakan titik terdalam dasar laut. Palung laut terdalam yang ada di Bumi
ini adalah palung laut Mariana.
2. Basin Basin atau disebut juga lubuk laut hampir sama dengan palung laut, hanya saja
memiliki area yang lebih luas dan dasar yang lebih landau.

3. Celah Memanjang (Rift Valley) Rift valley merupakan bentukan di dasar laut yang
mirip seperti parit dengan dasar yang lebar dan memanjang.

4. Pegunungan Bawah Laut Sama seperti pembentukan pegunungan di permukaan


Bumi, magma juga dapat membentuk relief pegunungan di bawah permukaan air laut.

5. Gunung api Bawah Laut Akibat adanya MOR di mana magma dapat keluar melalui
kerak Bumi, jika terjadi di laut maka akan terbentuk gunungapi bawah laut

6
B. Teori Tektonik Lempeng
Teori ini dimulai dari teori hanyutan benua (continental drift theory) atau teori
pengapungan benua yang dikemukakan oleh Wegener, 1912. Teori pengapungan benua
adalah embrio (cikal bakal) teori tektonik lempeng (plate tectonic theory). Sejak 200
juta tahun lalu kontinen Pangaea mulai pecah dan menyebar secara perlahan
membentuk beberapa kontinen atau benua sperti sekarang yaitu Eurasia, Afrika,
Amerika, Australia dan Antartika.

Menurut teori tektonik lempeng, Bumi terdiri dari 7 (tujuh) lempeng tektonik
utama: Eurasia, Australia, Pasifik, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan dan
Antartika) yang mempunyai ketebalan sekitar 100 km yang disebut litosfer (litosfer
adalah kerak Bumi dan bagian atas mantel). Litosfer berbentuk materi padat yang kaku
dan mengapung di atas astenosfer yang lebih plastis (pekat) yang materinya dapat
mengalir oleh pengaruh beda tekanan. Litosfer dapat bergerak dengan kecepatan
sampai belasan cm pertahun, sesuai dengan kecepatan dan arah gerak astenosfer
dibawahhnya. Bagian atas litosfer disebut kerak bumi yaitu kerak oseanik dan kerak
benua yang lebih tebal daripada kerak oseanik.

7
Lempeng tektonik menutupi seluruh permukaan Bumi, tetapi karena ada arus
konveksi (aliran panas) dalam mantel, maka lempeng akan pecah menjadi beberapa
bagian, disebut lempeng kerak Bumi. Jadi lempeng kerak Bumi terdiri dari lempeng
oseanik, lempeng kontinen atau gabungan keduanya, misalnya lempeng Pasifik
(Lempeng oseanik) dan lempeng Amerika Selatan (gabungan lempeng oseanik dan
kontinen)
Tabel Lempeng Oseanik dan Kontinen

a. Arus Konveksi Mantel


Akibat aliran panas dalam mantel, maka lempeng permukaan bumi pecahmenjadi
beberapa lempeng, seperti pada tabel. Konveksi mantel merupakan mekanisme komplek yang
terdiri dari beberapa model yaitu model satu lapis, dua lapis, dan model konveksi campuran.
Disini akan dijelaskan model sederhana satu lapis seperti pada gambar 8.5. Berdasarkan

8
model konveksi sederhana diperkirakan bahwa sistem konveksi ini melibatkan seluruh bagian
mantel Bumi dengan menganggap berkelakuan seperti fluida. Ini berarti konveksi dalam
fluida disebabkan adanya beda densitas secara lateral (Widiyantor, 2007).
Pada model konveksi satu lapis, konveksi terjadi pada seluruh lapisan mantel. Mantel
dianggap terdiri dari material homogen yang memungkinkan terjadi transfer panas dan
materi. Sel konveksi dibatasi oleh lapisan dingin di bagian atas litosfer dan lapisan panas di
bagian bawah pada inti Bumi. Hal ini diperkuat dengan adanya penunjaman lempeng sampai
batas mantel dengaan inti 2.900 km dari permukaan Bumi.

b. Tepi Lempeng Tektonik


Ada tiga jenis tepi (batas) lempeng yaitu tepi konstruktif atau jenis divergen,
tepi destruktif atau jenis konvergen, dan tepi konservatif atau jenis transform (sesar
mendatar). Divergen menyebabkan terbentuknya punggung (ridge) tengah samudera,
konvergen menyebabkan terjadinya subduksi, dan transform (sesar mendatar)
merupakan pergeseran dua lempeng tektonik, lihat gambar 8.6.

9
1. Tepi Konstruktif
Jenis divergen menyebabkan gerak lempeng saling menjauh, sehingga terjadi
penipisan dan peregangan kerak Bumi yang pada akhirnya terjadi pengeluaran material
baru dari mantel yang membentuk jalur magmatik atau gunung api. Dalam proses
pembentangan sepanjang punggung tengah samudera terbentuk kerak baru yang
bergerak menjauhi sumbu punggung. Jadi, punggung tengah lautan merupakan jalur
dimana sepanjang jalur ini dua lempeng saling menjauh, tetapi tidak saling berpisah
karena dibelakang kedua lempeng terbentuk kerak lempeng baru secara kontinu.
Aktivitas seismik pada tepi lempeng konstruktif adalah rendah dan gempanya bersifat
dangkal karena litosfernya tipis dan lemah sehingga gaya tegangan yang terbentuk tidak
cukup untuk membangkitkan gempa besar. Pada tepi lempeng konstruktif terdapat pula
aktivitas vulkanik bawah laut sepanjang punggung.
Karena dua lempeng menjauh maka terdapat kekosongan yang segera diisi oleh materi
baru dari bawahnya, naik dan membeku membentuk deretan pegunungan secara simetris ke
arah kiri dan kanan. Biasanya gerakan saling menjauh ini terjadi di bawah laut sehingga
membentuk punggung tengah lautan (mid oceanic ridge), lihat gambar 8.7. Zona divergensi
disebut zona konstruktif karena terbentuk lantai baru dasar samudera. Pada tepi (batas)
lempeng ini juga terdapat gesekan serta akumulasi energi sebagai sumber gempa tektonik.

Berpisahnya benua Afrika dan Amerika Selatan dengan terbentuknya Samudera


Atlantik diantara kedua kontinen tersebut merupakan contoh zona divergen, dan contoh yang
lain adalah samudera Hindia dan Pasifik Timur. Pergerakan lempeng saling menjauh
menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi yang akhirnya terjadi pengeluaran
material baru dari mantel yang membentuk jalur magmatik atau gunung api.

10
2. Tepi Destruktif
Pada zona (tepi) destruktif atau jenis konvergen dua lempeng saling bertemu dan
bertumbukan. Salah satu lempeng menunjam dibawah lempeng lain. Zona ini disebut
zona penunjaman (subduction) atau destruktif karena pada zona ini terjadi penghancuran atau
tenggelamnya sebagian lempeng. Pada zona konvergensi terjadi gesekan dua lempeng yang
menyebabkan akumulasi energi yang pada saatnya terjadi gempa. Pada bagian lempeng yang
menunjang ke astenosfer, di beberapa tempat terjadi pelelehan dan material lelehan ini dapat
muncul sampai ke permukaan kemudian membeku membentuk gunungapi.
Di titik pertemuan lempeng pada zona subduksi terbentuk palung laut dalam
(trench) yang dapat dijadikan indikasi adanya penunjaman lempeng seperti pada gambar 8.8.
Contoh penunjaman lempeng Nazca ke bawah lempeng Amerika Selatan membentuk
pegunungan Andes.

Kemungkinan lain jika dua lempeng saling bertemu adalah tumbukan tanpa disertai
penyusupan kerak Bumi, lihat gambar 8.9. Misalnya tumbukan antara India dan Asia yang
menghasilkan pegunungan Himalaya atau tumbukan antara lempeng dengan busur kepulauan
seperti busur Banda dan Australia.

11
Pada tepi destruktif atau zona konvergensi, satu lempeng menunjam di bawah
tepi (batas) lempeng yang lain biasanya lempeng samedera yang menunjam di bawah tepi
lempeng benua (karena lebih tebal dan mempunyai gaya angkat lebih besar).
Palung lautan terbentuk karena penunjaman lempeng lautan di bawah tepi lempeng benua dan
masuk ke dalam mantel Bumi. Penunjaman lempeng dapat menimbulkan barisan pegunungan
dan busur pulau. Barisan pegunungan muncul jika benua bergerak menindih lempeng lautan
yang stasioner terhadap mantel. Busur pulau terbentuk jika benua stasioner terhadap mantel
dan dasar lautan bergerak dibawahnya, lihat gambar 8.10.

3. Tepi konservatif atau jenis transform (sesar mendatar)


Tepi (batas) konservatif adalah batas dimana lempeng tidak mengalami penambahan
maupun penguranan luas permukaan. Kedua lempeng hanya bergerak satu terhadap yang lain
pada perbatasannya. Gesekan antara kedua lempeng dapat begitu besar, sehingga
menimbulkan gaya tegangan sangat besar dan menyebabkan gempa besar. Kegiatan tektonik
ini tidak disertai dengan aktivitas vulkanik, lihat gambar 8.11.

12
Pergeseran dua lempeng tektonik, baik yang berlawanan arah maupun yang searah
dengan beda kecepatan mengakibatkan sesar mendatar dan berbentuk memanjang disebut
juga sesar geser. Pergeseran yang diikuti akumulasi energi pada zona ini dapat menyebabkan
gempa tektonik.
Contoh dari zona sesar mendatar atau sesar transform adalah sesar San Andreas yang
terjadi akibat bergesernya lempeng Pasifik terhadap lempeng Amerika Utara. Tegangan
sangat besar yang terkumpul pada patahan (sesar) San Andreas secara periodik dilepaskan
sebagai gempa besar. Aktivitas ini tidak selalu terjadi di sepanjang patahan, misalnya pada
gempa San Francisco 1906 kegiatannya hanya terjadi di sepanjang ujung utara sesar San
Andreas. Pergerakan sepanjang sesar San Andreas rata- rata 6,5 cm tiap tahun.

13
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Terdapat beberapa jenis tepi batas lempeng tektonik
2. Pada tahun 1947, seismologist Amerika menemukan bahwa lapisan sedimen di dasar
samudera terlalu tipis jika dibandingkan dengan umurnya
3. Bumi terdiri dari 7 (tujuh) lempeng tektonik utama: Eurasia, Australia, Pasifik,
Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan dan Antartika)
4. Selain morfologi, bentukan dasar laut atau disebut juga relief dasar samudra

B. Saran
Pemakalah menyadari atas kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kiranya pembaca
dapat memberikan saran dan kritik agar makalah ini dapat lebih baik kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Aly dan Eny Rahma. 2006. MKDU Ilmu Alamiah Dasar. Cet. 3. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anggraeni, A., (2018), Tektonik Lempeng: Introduction to Plate Tectonics Theory.


Yogyakarta: Program Studi Geofisika Fakultas MIPA UGM

Doubek, J., (n.d.), National Geographic: Sea Floor Spreading.

Earthguide, (n.d.), Earthguide at Scripps Institution of Oceanography: Sea Floor Spreading.

Hendro Darmodjo dan Yeni Kaligis. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Ed. Rev. Cet.10. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Pradana, S., Sutedjo, A., (2018), Pendalaman Materi Ilmu Geografi Modul 19 Perairan Laut.

PMF IAS, (2016), Major and Minor Ocean Relief Features.

15

Anda mungkin juga menyukai