Tempat wisata yang didalamnya terdapat tengkorak manusia yang berjejer rapi di dinding.
Indonesia juga mempunyai Goa seperti itu,Dikenal karena keberadaan suku terbesar, yaitu
suku Dayak, daerah ini juga masih identik dengan pepohonan hutan rimba serta keragaman
budaya dan agama. Namun, ada hal menarik yang tak pernah bisa dipungkiri bagi sebagian
besar penduduk daerah ini. Terletak di Desa Kesungai, Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten
Pasir, Kalimantan Timur, sekitar 145 kilometer sebelah barat daya dari Kota Balikpapan
terdapat suatu goa yang dikenal dengan sebutan Goa Tengkorak. Goa ini berada di sebuah
tebing kapur tegak berwarna putih. Tingginya mencapai 50 meter.
. Pada zaman kerajaan Sadurengas pada abad 16 Masehi. Masyarakat zaman itu adalah
penganut kepercayaan Hindu Kaharingan, sebelum datangnya ekspedisi Islam dari Kesultanan
Demak. Di zaman itu orang yang meninggal dunia jenazahnya tidak dikubur, melainkan
dibungkus atau dimasukkan ke dalam setangkup kayu yang disebut lungun, atau dimasukkan
ke dalam lubang kayu yang sengaja dibuat untuk mayat. Proses pembungkusannya ini
berlangsung sekitar setahun hingga jasadnya habis dan tinggal tersisa tengkorak dan
kerangkanya. Barulah kemudian tengkorak dan tulang-belulangnya dipindahkan ke ceruk-
ceruk atau goa-goa di dinding batu melalui upacara adat. Sebagian di antaranya, yang
sekarang masih bisa ditemukan di Goa Tengkorak itu.
faktor pendukung dan penghambat pengembangan obyek wisata Goa Tengkorak antara lain:
a. Kekuatan
1. Menjadi salah satu cagar budaya yang dilindungi undang-undang Nomor 11 tahun
4. Letak obyek wisata yang strategis yaitu berada dijalur provinsi Kalimantan Timur-
Kalimantan Selatan
5. Riual “Bontang” yang diadakan rutin masyarakat sebagai jalan melestarikan kebudayan
Masyarakat Desa Kasungai. Atraksi ini menjadi wisata berbasis
b. Kelemahan
2. Belum ada regulasi yang jelas antara pemerintah dan pihak swasta sebagai
5. Kondisi jalan menuju obyek wisata banyak yang rusak karena merupakan jalur
transportasi batubara.
c. Peluang
1. Potensi seni budaya asli yang dimiliki masyarakat desa Kasungai sebagai wisata
alternatif
3. Jarak obyek wisata satu dengan obyek wisata lain cukup dekat sehingga berpotensi
5. Tren sosial media yang semakin tinggi memudahkan dalam hal promosi
d. Ancaman
1. Rawan konflik antara pemerintah dengan pihak swasta dalam kepengelolaan obyek
wisata
2. Jarak yang berdekatan dengan obyek wisata lain beresiko masyarakat lebih
ahli