Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Puji dan syukur selaku penulis panjatkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Yang memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melaksanakan tugas mata kuliah
Hukum Peraturan Pariwisata. Makalah ini menjelaskan tentang hak dan
perlindungan hukum bagi mereka yang terlibat dalam usaha di bidang Industri
Pariwisata. Mata kuliah Hukum dan Peraturan Pariwisata ini diampu Bapak
Gilang Pratama Putra, M.Pd. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada beliau yang telah membimbing saya dalam penyusunan makalah ini.
Penulis mengetahui bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
jadi mohon dimaafkan jika terdapat kesalahan tata bahasa. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan makalah ini di
masa yang akan datang. Semoga makalah yang disusun ini dapat memberikan
dampak positif bagi para pembaca. Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sertifikasi Usaha Pariwasata Dan Sertifikasi Pekerja Pariwisata..............2
B. Urgensi Sertifikasi Usaha Pariwisata Dan Sertifikasi Pekerja Pariwisata.2
C. PERMENPAR...........................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
A. Tourism Export Dan Tourism Import........................................................4
B. Contoh Tourism Export Dan Tourism Import...........................................5
BAB IV MATERI HPP
A. Prinsip Dan Pengaturan Pariwisata Nasional Dan Internasional...............7
B. Pluralisme Lokal Dalam Kebijakan Kepariwisataan.................................10
C. Hukum Bisnis Kepariwisataan Dan Dasar Hukum Bisnis Pariwisata.......15
D. Prinsip Dan Pengaturan Pariwisata Internasional......................................18
E. Prinsip Dan Pengaturan Pariwisata Nasional............................................19
F. Usaha Jasa Pariwisata Dan Pengelolaanya Di Indonesia..........................26
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………..27
B. Saran………………………………………………………………………27
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….28
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bisnis pariwisata tidak terlepas dari dua peran penting yaitu hubungan antara
pengusaha pariwisata dengan wisatawan. Undang-undang Nomor 14 Tahun
1999 tentang dasar hukum kepariwisataan bertujuan untuk menjadi kerangka
hukum untuk melindungi hak dan kewajiban mereka yang terlibat dalam
kepariwisataan. Pihak-pihak yang terkait dengan bisnis pariwisata harus lebih
memperhatikan perlindungan hukum bagi para pemangku kepentingan di
Industri Pariwisata.
1
BAB 2
2.1 Apa Itu Sertifikasi Usaha Pariwisata dan Sertifikasi Pekerja Pariwisata
A. Sertifikasi Usaha Pariwisata
Adalah proses pemberian sertifikat kepada suatu usaha di bidang pariwisata, untuk
mendukung peningkatan mutu produk atau jasa yang dihasilkan.1
Sertifikasi Usaha Pariwisata memberikan pengakuan independ bahwa sistem
manajemen dari suatu usaha pariwisata :
a. Sesuai dengan standar yang ditentukan
b. Mampu mencapai kebijakan dan sasaran yang ditetapkan secara konsisten; dan
c. Implementasi secara efektif dan efisien.
2
B. Urgensi Sertifikasi Pekerja Pariwisata
Meningkatkan SDM pekerja pariwisata, dan juga agar para pekerja pariwisata
memiliki standar kemampuan yang sesuai dengan kompetensinya masing-masing,
sehingga dapat memberikan pelayanan untuk tamu dengan baik dan benar.
2.3 PERMENPAR
3
BAB 3
4
perjalanan ke negara tujuan atau negara tuan rumah dan mengonsumsi barang dan
jasa dari negara tersebut. Sementara itu impor pariwisata (tourism import) memiliki
arti yang berkebalikan dengan ekspor pariwisata. Maksudnya, impor pariwisata
berarti warga domestik tuan rumah yang bepergian ke negara tujuan yang tentunya
mereka juga akan mengkonsumsi barang dan jasa dari negara tersebut. Pernyataan
tersebut didukung oleh teori dalam buku Tourism: Principles and practice oleh
Fletcher, J., Fyall, A., Gilbert, D., & Wanhill, S. (2017), yang menyatakan bahwa
pengeluaran wisatawan internasional dapat diinterpretasikan sebagai ekspor yang
tidak terlihat dari negara lain.
5
atas, kelompok kami sangat setuju bahwa pariwisata harus mencakup impor dan
ekspor. Selanjutnya, impor dan ekspor harus dijaga dalam keadaan seimbang.
BAB 4
6
Lalu mulai disusun undang-undang baru mengenai kepariwisataan yakni
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 yang selanjutnya disingkat menjadi UUK Baru
yang menetapkan tujuan kepariwisataan dalam Pasal 4 secara lebih luas yaitu :
c. Menghapus kemiskinan.
d. Mengatasi pengangguran.
f. Memajukan kebudayaan.
7
4.2 Praktik Penyelenggaraan Kebijakan Kepariwisataan di Kota Surakarta, Kota
Batu, dan Provinsi Bali.
Dalam mengembangkan suatu potensi pariwisata, setiap daerah memiliki upaya
dan kebijakan yang harus dilakukan demi terwujudnya tujuan bersama khususnya
dibidang pariwisata yang meliputi beberapa aspek seperti aspek ekonomi
perdagangan, aspek kebudayaan, aspek lingkungan hidup, dan aspek hukum.
Kebijakan pariwisata dibuat sebagai usaha memberikan kepastian pada wisatawan
dan masyarakat terkait dengan pengembangan pariwisata, sehingga dapat
memaksimalkan manfaat pariwisata kepada pemangku kepentingan dan
meminimalkan efek negatif, biaya, dan dampak lainnya yang terkait.
2. Kota Batu memiliki potensi alam yang menjadi daya tarik utama sehingga menjadi
tujuan untuk tempat beristirahat. Kota Batu pun semakin mengukuhkan branding
sebagai Kota Wisata dengan menjadikan wisata buatan sebagai wisata unggulan.
Selecta, Jatim Park I, Secret Zoo, dan Batu Night Spectaculer merupakan objek
wisata buatan yang ditetapkan sebagai wisata unggulan dalam RIPPDA Kota
Batu.
8
terfokus di Badung Selatan (Kuta, Nusa Dua, dan sekitarnya) yang sudah menjadi
trade mark pariwisata Bali.
9
sesuai dengan perkembangan zaman pada waktu itu serta adanya tumpang tindih
kewenangan antara lembaga satu dengan lembaga yang lainnya.
Dari setiap wilayah lokal, nasional dan global pastinya memiliki peraturannya
sendiri. Setiap daerahnya terutama negara lain memiliki dasar hukum yang berbeda.
Maka dari itu, peraturan di setiap wilayahnya akan memiliki bentuk dan perbedaan dari
setiap peraturan yang diterapkannya.
10
sangat memadai, memperluas berbagai bentuk fasilitas memberikan yang terbaik, dan
sentra-sentra pasar, serta lainnya.
11
4.10 Konsep dan Ruang Lingkup Hukum Kepariwisataan
Pemerintah dan pemerintah daerah, dunia usaha pariwisata, dan masyarakat
berkewajiban untuk dapat menjamin agar berwisata sebagai hak setiap orang dapat
ditegakkan sehingga mendukung tercapainya peningkatan harkat dan martabat manusia,
peningkatan kesejahteraan, serta persahabatan antarbangsa dalam rangka mewujudkan
perdamaian dunia.
1. Manfaat
2. Kekeluargaan
3. Adil dan merata
4. Keseimbangan
5. Kemandirian
6. Kelestarian
7. Partisipatif
8. Berkelanjutan
9. Demokratis
10. Kesetaraan, dan
11. Kesatuan.
12
Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan
intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan
pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Pasal 4
1. Kepariwisataan bertujuan untuk
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
4. Menghapus kemiskinan
5. Mengatasi pengangguran
6. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
7. Memajukan kebudayaan
8. Mengangkat citra bangsa
9. Memupuk rasa cinta tanah air
10. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
11. Mempererat persahabatan antarbangsa.
13
8. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam
bidang pariwisata; dan
9. Memperkukuh keutuhan negara kesatuan republik indonesia.
Common Law (Anglo Saxon) adalah sistem hukum yang berasal dari Inggris
dan berkembang di negaranegara jajahannya. Sistem hukum Common Law
mendasarkan pada putusan pengadilan sebagai sumber hukumnya.
14
c. Kepastian mengenai hal-hal yang dapat dan tidak dapat dilakukan:
menjadi pedoman yang pasti sekaligus memberi perlindungan bagi
penyelenggara keperiwisataan.
d. Keadilan dalam hubungannya dengan hukum kepariwisataan,
penekanannya lebih pada hasil-hasil yang diperoleh harus dapat
dinikmati oleh masyarakat dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya dan seluas-luasnya bagi kehidupan bangsa dan Negara.
15
5. Mampu membangun kapasitas bisnis setiap pelaku bisnis, termasuk
melindingi kepentingankepentingan mereka secara adil, nasional maupun
internasional.
6. Mampu membangun kapasitas hukum untuk mendukung dari peran dan
fungsinya, baik sebagai agent of economis development maupun sebagai
agent of cultural development, secara profesional penegasan bidang
masing-masing, keterhubungan diantara keduanya, serta umpan balik
kepariwisataan terhadap kebudayaan secara positif.
7. Mampu menjamin keberlanjutan lingkungan hidup.
D. Konsep Hukum Bisnis Pariwisata
16
2. Pelindung dari berbagai jenis usaha, khususnya pada Usaha Kecil
Menengah (UKM).
3. Membantu perbaikan pada suatu sistem keuangan dan juga sistem
perbankan yang ada di Indonesia.
4. Pemberi suatu perlindungan bagi para pelaku ekonomi dan juga para
pelaku bisnis pariwisata.
5. Perwujudan dari sebuah bisnis yang aman dan juga adil untuk seluruh para
pelaku usaha pariwisata.
Merupakan sebuah dasar utama dalam suatu pembentukan hukum bisnis, sumber
hukum bisnis ini juga harus mempunyai beberapa syarat yakni:
17
1. Asas untuk kebebasan kontrak yang dimana pada para pelaku bisnis bisa
membuat serta menentukan isi dari suatu perjanjian yang telah disepakati.
2. Asas kontrak perjanjian antara para pihak-pihak yang berperan pada
masingmasing pihak tunduk terhadap suatu aturan yang sudah disetujui.
Pedoman filosofis GATs adalah bahwa semakin mudah dunia usaha bersaing
dalam melakukan bisnis, semakin banyak transaksi perdagangan dapat dilakukan hingga
ekonomi dapat semakin bertumbuh.
18
GATs memiliki 2 pilar utama perlakuan nasional (national treatment) dan akses
pasa (market access)
Dalam UUK baru seluruh aspek yang ada dalam paragraph awal dalam UUK lama
juga tercakup kembali. Namun, ada sesuatu yang baru dalam paragraph awal UU baru
tersebut yaitu pada paragraph (b) yang isinya: “Bahwa kebebasan melakukan perjalanan
dan memanfaatkan waktu luang dalam wujud berwisata merupakan bagian dari hak
asasi manusia.”
Ini tidak ada dalam UUK yang lama. Hal ini rupanya mengadopsi pasal 13
Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan Umum tentang Hak-hak Asasi
Manusia) Tahun 1949 yang menyebutkan sebagai berikut:
1. Everyone has the right to freedom of movement and residence within the
borders of each state.
2. Everyone has the right to leave any country, including his own, and to return
to his country
19
Hal lain yang juga dianggap sangat baik pada UUK baru ada pada paraghraph (c)
yaitu dengan dimasukkannya unsur penting yang kini juga tengah menjadi isu dunia
pada umumnya. Hal tersebut terkait kepariwisataan yang merupakan bagian
pembangunan nasional yang harus dilakukan secara bertanggung jawab dan
berkelanjutan.
Dua istilah penting berkelanjutan dan bertanggung jawab belum ada pada
pengaturan yang lama. Perdagangan pariwisata di Indonesia baru diproklamirkan ketika
Hotel Indonesia diresmikan yaitu baru pada tahun 1962. Namun, sebenarnya kegiatan
pariwisata telah dilaksanakan jauh sebelum itu, yaitu Pada zaman kolonialisme Belanda.
Kegiatan terkait pariwisata kemudian seolah sempat menghilang saat terjadi perang
dunia II dan semasa awal pemerintahan presiden Soekarno. Perjanjian WTO merupakan
perjanjian internasional yang diratifikasi oleh Indonesia sebagai salah satu negara
anggota WTO pada tahun 1994. Perjanjian internasional merupakan salah satu sumber
hukum internasional yang sempurna karena dibuat oleh negara-negara dan dibuat secara
tertulis sehingga memberikan kepastian hukum. Perjanjian internasional diartikan
sebagai suatu persetujuan antara subjeksubjek hukum internasional yang menimbulkan
kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam hukum internasional. Persetujuan tersebut
dapat berbentuk bilateral maupun multilateral. (diadopsi dari konsep Schwarzenberger)
Prof. Dr. J.G. Starke “Hukum Internasional adalah sekumpulan hukum yang
sebagian besar terdiri atas asas-asas dan peraturan tingkah laku yang mengikat negara-
negara. sehingga ditaati dalam hubungan negara-negara, dan karna itu di taati dalam
hubungan negara negara.”
Bila prinsip fundamental dari hukum internasional dilanggar oleh suatu negara
(salah secara internasional), negara/pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi
atas kerugian yang dialaminya.
1. Kedaulatan
2. Pengakuan
3. Pemufakatan
20
4. Iktikad baik
5. Hak membela diri
6. Tanggung jawab internasional
7. Kebebasan di laut lepas
21
AFAS adalah perjanjian diantara negara-negara ASEAN yang menyepakati berbagai
aspek perdagangan jasa antara lain: areas of cooperation, liberalisation, negotiation of
specific commitments, mutual recognition, denial of benefits, modification of schedules
of specific commitments dan settlement of disputes. Kesepakatan ini ditandatangani
oleh para kepala negara ASEAN pada 15 desember 1995.
22
Untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi sektor publik dan swasta
untuk terlibat lebih dalam pengembangan pariwisata, perjalanan intraASEAN,
dan investasi dalam layanan dan fasilitas pariwisata
WTO pada tahun 2001, transaksi perdagangan jasa telah memberikan kontribusi
sebanyak 60% dari total Gross Domestic Product (GDP) dunia, dan hal tersebut
merupakan salah satu bukti nyata bahwa perdagangan jasa internasional berkembang
sangat pesat.
23
international demand for tourism by destroying relevant assets, reducing
incomes, or increasing uncertainty on the political and environmental safety at
destinations.
Natural disasters can destroy tourist accommodation and travel-related
infrastructure and can also adversely influence consumer perceptions. For
example, tourist visits to the Caribbean fall after hurricanes in the region, due
to perceptions by potential tourists that the event has destroyed the entire
region.
-(WTTC, 2018)
Adam Smith, salah satu tokoh dalam era Classical Economics, menjelaskan
mengenai transaksi jasa secara internasional yang dapat digolongkan dalam
empat bentuk, yakni:
Konsumen berpindah ke negara tempat produsen jasa (misalnya turis dan studi
mahasiswa di luar negeri)
Perusahaan sebagai produsen jasa berpindah ke negara tempat konsumen
(penanaman modal asing dalam bentuk bank, restoran, perusahaan konsultan
hukum)
Individu-individu sebagai produsen jasa berpindah ke negara tempat konsumen
(tenaga kerja sementara di luar negeri, termasuk tenaga dokter, pengacara
arsitek)
Hubungan antarnegara (cross border) antara konsumen dan produsen jasa
dilakukan melalui jaringan pos dan telekomunikasi.
24
kesehatan, pariwisata, rekreasi kebudayaan dan olahraga, transportasi dan
jasa lainnya.
Klasifikasi Central Product Classification yang meliputi jasa konstruksi, jasa
distribusi makanan, transportasi, keuangan, penyewaan, real estat, jasa bisnis
dan produksi serta jasa pelayanan indivodu, komunitas dan sosial.
A. USAHA JASA PARIWISARA MENURUT WTO-GATS
WTO membedakan 4 sektor sektor yang termasuk dalam usaha jasa pariwisata dan
perjalanan, yaitu:
CPC 641-643
Hotels and restaurants (including catering)
CPC 7471
Travel agencies and tour operators services
CPC 7472
Tourist guides services
Other.
25
C. Jenis Pelayanan dan Jasa dalam TTRS
1. Hotels and motels without restaurants;
2. Hotels and motels with restaurants;
3. Hotels and refuges;
4. Camping sites, including caravan sites;
5. Health-oriented accomodation;
6. Other provisions of lodging;
7. Bars and other drinking places;
8. Full-service restaurants;
9. Fast-food restaurants and cafetarias;
10. Institutional food services, caterers;
11. Food kiosks, vendors, refreshment stands;
12. Night-clubs and dinner theatres;
13. Travel agents;
14. Tour operators, packagers and wholesales;
15. Ticket offices;
16. Guides.
26
Memajukan pertumbuhan ekonomi khususnya pariwisata di negara
berkembang
Menghindari terjadinya praktik-praktik yang menjurus pada kecurangan-
kecurangan usaha dan persaingan
Mendukung kondisi persaingan yang profesional dengan memastikan
komitmen-komitmen yang konsisten
Mengimplementasikan perkembangan pariwisata yang berkelanjutan dan
mempertahankan warisan budaya dan kelanjutan usaha pariwisata.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
27
juga dibutuhkan untuk memberikan pengakuan pada kompetensi yang dimiliki oleh
tenaga kerja dan meningkatkan kualitas serta daya saing tenaga kerja. .Tourism export
adalah turis dari mancanegara melakukan pariwisata dan menggunakan produk serta
pelayanan yang ada di dalam negeri. Contohnya adalah ketika ada wisatawan dari luar
negeri yang sedang berwisata di Indonesia, selama turis tersebut datang ke Indonesia
sampai ia pulang kembali ke negara asalnya, mereka akan membutuhkan makanan,
transportasi dan akomodasi selama berwisata di Indonesia. Contohnya Ketika seorang
dari negara Indonesia melakukan perjalanan ke luar negeri, selama di luar negeri ia
merupakan turis impor.
5.2 Saran
Daftar Pustaka
28
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2012/52TAHUN2012PP.HTM
Fletcher, J., Fyall, A., Gilbert, D., & Wanhill, S. (2017). Tourism: Principles and
practice. Pearson UK.
PhDessay.com. (2017). Is Tourism Considered an Import or an Export?. [Daring].
Tersedia di : https://phdessay.com/is-tourism-considered-an-import-or-an-export/
[Diakses pada: 19 May. 2022]
29