RSNI Evaluasi Dan Rehabilitasi Seismik Bangunan Eksisting: Bab 7. Metode Analisis & Kriteria Penerimaan

24/08/2022
RSNI Evaluasi dan Rehabilitasi Seismik Bangunan Eksisting

Ir. Davy Sukamta, IP-U
Davy Sukamta & Partners
Consulting Engineers
Bagian I
Bab 7. METODE
ANALISIS & KRITERIA
PENERIMAAN
Short-course HAKI 2022
Short-Course HAKI 2022
PROSES EVALUASI DAN REHABILITASI SEISMIK BANGUNAN GEDUNG EKSISTING
PROSES EVALUASI SEISMIK

- Pemilihan tujuan kinerja
- Level seismisitas
Key Terms
- Informasi terbangun: Pengumpulan data, uji material,
Structural Performance Levels:
Faktor kepastian Data S-1: Immediate Occupancy
- Proses evaluasi S-2: Damage Control
- Laporan S-3: Life Safety
S-4: Reduced Safety
S-5: Collapse Prevention
PROSES REHABILITASI SEISMIK
Nonstructural Performance Levels:
- Prosedur analisis N-A: Operational
- Strategi rehabilitasi seismik N-B: Position Retention
- Tindakan rehabilitasi seismik N-C: Life Safety
- Verifikasi desain N-D: Not Considered
- Dokumen konstruksi
- Jaminan kualitas
BAB 2 TUJUAN KINERJA DAN BAHAYA SEISMIK

Tabel 2-1 BPOE: Tujuan Kinerja Dasar untuk Bangunan Gedung Eksisting (TKDBGE/BPOE)
Tujuan Kinerja Dasar untuk
Bangunan Gedung Eksisting
(TKDBGE/BPOE) adalah tujuan
kinerja khusus yang bervariasi
berdasarkan Kategori Risiko seperti
ditunjukkan dalam Tabel 2-1.
Target Level Kinerja Bangunan Gedung
Basic Performance Objective for
Existing Buildings (BPOE)
Traditionally, existing buildings
have been evaluated or retrofit to
lower seismic demands than those
used for the design of new
buildings. One approach has been
to require retrofits to be designed
to 75% of the base shear for new
buildings.
3
24/08/2022
Mengapa kita harus menggunakan dua tingkat bahaya seismik?
Bila menggunakan Evaluasi

Tier 3, pemeriksaan tingkat
kinerja struktural harus
dilakukan pada dua tingkat
bahaya seismik: Bahaya
Seismik BSE-1E dan BSE-2E.
Bila menggunakan evaluasi
Tier 1 dan 2, hanya BSE-2E
Ref: Garret Hagen Degenkolb yang ditinjau.
Basic Performance Objective for Existing Buildings
Tingkat Kinerja Gedung

Performance objectives may be selected as basic, enhanced, or limited.
6
24/08/2022
2.4.1.7 GENERAL RESPONSE SPECTRUM

2.4.3 Spektrum Respons Horisontal Umum sesuai SNI1726:2019 ps.11.2 dengan modifikasi faktor ß1 sbb:
B1 = 4/[5,6- ln(100β)
Sa = S xs [( B5 -2) TT + 0,4]
Percepatan respon spektra, Sa
1 s β is the effective viscous damping ratio.

Sa = Sxs /B1
Sxs/B1
Sa = Sx1 /B1T
Sx1/B1 Sa = T1Sx1 /(B1T2)
0,4 Sxs
BSE-1E
T0 Ts 1,0 TL BSE-2E
Periode, T
Spektrum Respons Horisontal Umum

Penyaringan Tier 1 Ringkasan prosedur analisis dengan referensi pasal

terkait dalam RSNI, untuk setiap taraf evaluasi
Bila ditemukan defisiensi pada evaluasi tier-1, lanjut ke tier-2
Evaluasi berdasar defisiensi Tier 2 dan retrofit
Bila tier-2 tidak sah atau ditemukan defisiensi, lanjut ke tier-3
Evaluasi sistematik Tier 3 dan retrofit – Linier
Bila evaluasi linier tier-3 tidak sah, lakukan evaluasi nonlinier tier-3
Evaluasi sistematik Tier 3 dan retrofit – Nonlinier
6.2 PERSYARATAN KOLEKSI DATA

Lingkup koleksi data harus konsisten dengan tingkat Faktor Pengetahuan (Knowledge Factor).
Hirarki keandalan informasi adalah sebagai berikut, diurutkan dari terendah ke tertinggi:
- Nilai bawaan tipikal dari konstruksi spesifik pada era konstruksi untuk wilayah dan tipe konstruksi. Bab material,
Bab 9 hingga 12 memberikan nilai tipikal;
- Nilai yang dispesifikasikan dalam dokumen desain yang tersedia, yang dapat mencakup gambar atau spesifikasi;
- Nilai yang diberikan dalam dokumen terbangun dan laporan pengujian terkini untuk material tertentu yang
digunakan; dan
- Nilai yang ditentukan oleh pengujian merusak dan tidak merusak yang telah dikerjakan sebagai bagian proyek
saat ini.
Prosedur Analisis Linear Faktor Pengetahuan Nonlinear
C6.2 The extent of testing or use of knowledge factor is permitted to be waived if it is determined that at the time of construction
there were adequate testing or inspection processes in place to justify the properties specified in the design drawings.
9
24/08/2022
Pasal 7 Prosedur Analisis dan Kriteria Penerimaan

- Membahas persyaratan analisis, model matematis, pemilihan prosedur analitis,
persyaratan analisis dan kriteria penerimaan termasuk perilaku dan kapasitas komponen.
- Pasal ini berkaitan dengan pasal 2, Tujuan Kinerja.
- Untuk prosedur nonlinier, seluruh komponen struktur harus dimodelkan.
- Karakteristik kekakuan dan kekuatan komponen ada di pasal 8-12, pasal 14 dan 15. Tiap
pasal membahas satu material tertentu.
- Gaya dan deformasi komponen hasil analisis dibandingkan terhadap

nilai ijin pada pasal 8-12, pasal 14 dan 15.
- Evaluasi dan metode rehabilitasi komponen non-struktur ada di pasal 13.

10
Pasal 7 Prosedur Analisis dan Kriteria Penerimaan
Metode Analisis yang Diijinkan
Tier 2 > Prosedur Berbasis Defisiensi LSP, LDP
Tier 3 > Prosedur Sistematik LSP, LDP, NSP, NDP
- Pemilihan prosedur analisis

- Penentuan gaya dan deformasi
- Elemen primer dan sekunder
- Elemen Aksi Terkontrol Gaya
- Elemen Aksi Terkontrol Deformasi
- Momen guling
- Kekuatan dinding out-of-plane
- Penjangkaran
11
Sub-bab 7.2 Persyaratan Umum Analisis
• 7.2.1 Analysis Procedure

• 7.2.2 Component Gravity Loads and Load Combinations
• 7.2.3 Mathematical Modeling
• 7.2.4 Configuration
• 7.2.5 Multi Directional Seismic Effect
7.2.5.1 Concurrent Seismic Effect
7.2.5.2 Vertical Seismic Effect
• 7.2.6 P-delta effect
• 7.2.7 Soil-Structure Interaction
• 7.2.8 Overturning
• 7.2.9 Diaphragms, Chords, Collectors, Ties
• 7.2.10 Continuity: Semua komponen struktur harus terikat untuk membentuk load path
yang lengkap untuk mentransfer gaya inersia
• 7.2.11 Structural Walls and Their Anchorage
• 7.2.12 Structures Sharing Common Elements
• 7.2.13 Building Separation
• 7.2.14 Verification of Analysis Assumptions
12
24/08/2022
Sub-bab 7.2 Persyaratan Umum Analisis

7.2.1 Prosedur Analisis: LSP, LDP, NSP, NDP (RSNI: PSL, PLD, PSN, PDN)
7.2.2 Component Gravity Loads and Load Combinations
Prosedur Linier QG = 1.1 (QD + QL + QS) (7.1)
QG = 0.9 QD (7.2)
Prosedur Nonlinier QG = (QD + QL + QS) (7.3)
QG = Action caused by gravity loads

QD = Action caused by dead loads;
QL = Action caused by live load, equal to 25% of the unreduced live load
obtained in accordance with ASCE 7 but not less than the actual live load; and
QS = Action caused by effective snow load.
7.2.3 Mathematical Modelling

Menyangkut asumsi dasar, torsi, komponen primer dan sekunder,
asumsi kekakuan dan kekuatan, modeling fundasi, serta redaman.
13
7.3.1.1 Prosedur Linier atau Nonlinier?

Prosedur Linier diijinkan untuk gedung yang tidak memiliki salah satu irregularitas seperti
disebutkan pada 7.3.1.1. Bila gedung mempunyai satu atau lebih irregularitas yang didefinisikan
dalam sub-bab 7.3.1.1.3 or 7.3.1.1.4, prosedur linier tidak boleh digunakan kecuali earthquake
demands memenuhi persyaratan demand–capacity ratio (DCR) pada 7.3.1.1. NSP dapat
digunakan pada hampir semua gedung tetapi harus dilakukan bersamaan dengan LDP bila
partisipasi massa pada ragam pertama rendah.
The results of the linear procedures can be very inaccurate when applied to
buildings with highly irregular structural systems unless the building is capable of
responding to the selected Seismic Hazard Level in a nearly elastic manner. The
procedures of Section 7.3.1.1 are intended to evaluate whether the building is
capable of nearly elastic response.
The magnitude and distribution of inelastic demands are indicated by DCRs. These
DCRs are not used to determine the acceptability of component behavior. The
adequacy of structural components must be evaluated using the procedures contained
in this chapter along with the acceptance criteria provided in Chapters 8 through 12.
14
7.3.1.1 Metode untuk Menentukan Batasan Penggunaan Prosedur Linier

Metode dalam sub-bab ini harus digunakan untuk memastikan keberlakuan dari
prosedur analisis linier berdasarkan empat konfigurasi ketidakberaturan pada subbab
7.3.1.1.1 sampai 7.3.1.1.4.
Penentuan ketidakberaturan harus didasarkan pada konfigurasi struktur awal atau
yang direhabilitasi. Besaran dan distribusi kebutuhan-kebutuhan inelastis untuk elemen
dan komponen primer eksisting dan tambahan harus didefinisikan dengan rasio perlu-
kapasitas (DCR) dan dihitung sesuai dengan persamaan (7-16):
dimana
QUD = Force caused by gravity loads and earthquake forces calculated in accordance
with Section 7.5.2; and
QCE = Expected strength of the component or element, calculated as specified in
Chapters 8 through 13.
15
24/08/2022
Prosedur Linier atau Nonlinier? Sub-bab 7.3.1.1

Cek DCR pada empat kondisi ketidakberaturan ini untuk setiap aksi
7.3.1.1.1 In-Plane Discontinuity Irregularity

Empat konfigurasi 7.3.1.1.2 Out-of-Plane Discontinuity Irregularity
ketidakberaturan 7.3.1.1.3 Weak Story Irregularity
7.3.1.1.4 Torsional Strength Irregularity
7.3.1.1.1 Ketidakberaturan Diskontinuitas Sebidang 7.3.1.1.2 Ketidakberaturan Diskontinuitas Keluar Bidang
Simbol Keterangan
Dinding geser pada
Bukaan tingkat-tingkat atas
Pergeseran tegak lurus

Bay tanpa tahanan bidang dinding geser pada
gaya lateral tingkat satu
If a component DCR exceeds the lesser of 3.0 and the m-factor for the component action, and any irregularity
described in Section 7.3.1.1.3 or Section 7.3.1.1.4 is present, then linear procedures are not applicable and
shall not be used.
16
7.3.1.1.1 In-Plane Discontinuity Irregularity

Empat konfigurasi 7.3.1.1.2 Out-of-Plane Discontinuity Irregularity
ketidakberaturan 7.3.1.1.3 Weak Story Irregularity
7.3.1.1.4 Torsional Strength Irregularity
7.3.1.1.3 Weak Story Irregularity dianggap ada pada satu arah gedung sembarang jika rasio geser rata-rata
pada elemen-elemen pada salah satu tingkat terhadap tingkat berikutnya dalam arah yang sama melampaui
125%. DCR rata-rata satu tingkat dihitung dengan rumus (7-17)
DCR = Average DCR for elements in the story;

DCRi = Critical action DCR for element i of the story;
(7-17) Vi = Total calculated lateral shear force in an element I caused by earthquake response,
assuming that the structure remains elastic; and
n = Total number of elements in the story.
7.3.1.1.4 Torsional Strength Irregularity. A torsional strength irregularity shall be considered

to exist in any story if the diaphragm above the story under consideration is not flexible and,
for a given direction, the ratio of the critical element DCR for primary elements on one side of
the center of resistance of a story to the critical element DCR on the other side of the center of
resistance of the story exceeds 1.5
17
Kerjakan psuedo-lateral force, Fx, pada tiap tingkat untuk mendapatkan demand aksi gempa, Qe.
C7.3.1.1 The magnitude and distribution of inelastic demands are indicated by demand–capacity
ratios (DCRs). These DCRs are not used to determine the acceptability of component behavior. The
adequacy of structural components must be evaluated using the procedures contained in this chapter
along with the acceptance criteria provided in Chapters 8 through 12. DCRs are used only to
determine a structure’s potential for inelastic response and irregularity.
If a component DCR exceeds the lesser of 3.0 and the m-factor for the component action and any
irregularity described in Section 7.3.1.1.3 or Section 7.3.1.1.4 is present, then linear procedures are
not applicable and shall not be used.
The pseudo seismic force V = C1 C2 Cm Sa W is the sum of lateral inertial forces applied to the
building to produce displacements approximately equal to those the actual structure is
expected to undergo during design earthquake loading. The pseudo seismic force, includes
C1 and C2 factors to modify design displacement to represent those expected for a
“yielding” structure. Ref: FEMA 274 Section C3.3.1.3.
18
24/08/2022
Tipe gedung, tinggi gedung,

7.3 PEMILIHAN PROSEDUR ANALISIS konfigurasi struktur, dan
tingkat evaluasi
Batasan penggunaan linier (7.3.1.1)
7.3.1 Linear Procedures 7.3.2 Nonlinear Procedures
7.4.2 LDP LSP 7.3.2.1 NSP 7.3.2.2 NDP

Diijinkan untuk
semua kondisi
Kondisi NSP yang diijinkan (7.3.2.1)
Batasan penggunaan LSP (7.3.1.2)
1. Periode fundamental bangunan, T ≥ 3,5 TS. 1. Rasio kekuatan μstrength, (7-31) < μmax
2. Rasio dimensi horizontal pada suatu tingkat terhadap dimensi pada yang dihitung sesuai (7-32).
tingkat yang berdekatan melampaui 1,4 (tidak termasuk penthouse). 2. Efek ragam getar tinggi tidak signifikan
3. Bangunan memiliki ketidakberaturan kekakuan torsi pada suatu
tingkat.
4. Bangunan memiliki ketidakberaturan kekakuan vertikal.
5. Bangunan memiliki system penahan gaya seismik nonortogonal.
19
RESUME PEMILIHAN PROSEDUR ANALISIS Ref: LADBS DOCUMENT NO.: P/BC 2020-148
NP
NP
NP NP
NP
NP NP
NP
1. NSP is permitted only if higher modes effects are not significant as defined per Sect. 7.3.2.1 (2). If higher modes are significant, the NSP shall be
permitted if an LDP analysis is also performed to supplement the NSP in accordance with Sect. 7.3.2.1 (2).
2. µstrength calculated in accordance with EQ. (7-31).
3. µmax calculated in accordance with EQ. (7-32).
4. Demand-capacity ratios (DCRs) are the magnitude and distribution of elastic demands for existing and added primary elements and components.
5. Seismic Peer Review Panel shall be required, refer to Information Bulletin P/BC 2020-147 for additional information.
20
ASCE 41-17
7.4 PROSEDUR ANALISIS
Evaluasi linear > rasio D/C (force based) dengan faktor-m)

Apply the psuedo-lateral
7.4.2.2.3 RSA
7.4.1 LSP force, Fx, to each story to get
the earthquake action
7.4.2 LDP 7.4.2.2.4 LRHA
demand, Qe.
7.4.3 NSP 7.4.4 NDP NLTHA
Evaluasi nonlinear > deformasi elemen vs tingkat penerimaan (displacement based)
Acceptance criteria
7.5.
Short-Course HAKI 2022 Deformation-Controlled Force-Controlled
21
24/08/2022
7.4 ANALYSIS PROCEDURES

7.4.1 Linear Static Procedure (LSP)
7.4.1.3 Determination of Forces and Deformations for LSP

Forces and deformations in elements and components shall be calculated for the pseudo seismic force of Section
7.4.1.3.1, using component stiffnesses calculated in accordance with Chapters 8 through 12
V = C 1 C2 Cm Sa W (7.21)
7.4.2.3 Determination of Forces and Deformations for LDP
All forces and deformations calculated using either the response spectrum or the response history method shall be
multiplied by the product of the modification factors C1 and C2 defined in Section 7.4.1.3 and further modified to consider
the effects of torsion in accordance with Section 7.2.3.2.
7.4.3 Nonlinear Static Procedure (NSP)

7.4.3.3 Determination of Forces, Displacements, and Deformations for NSP
7.4.3.3.1 General Requirements for NSP. For buildings with rigid diaphragms at each floor
level, the target displacement, δt C1 and C2 factors modify
T2e design displacement to
δt = C0 C1 C2 Sa g (7-28) represent those expected
4π2
for a “yielding” structure.
Ref: FEMA 274 Section C3.3.1.3
22
PERHITUNGAN GAYA DAN DEFORMASI
7.4.1.3 LSP 7.4.2.3 LDP 7.4.3.3 NSP 7.4.4.3 NDP

Gaya Lateral Pseudo
T2e
V = C1 C2 Cm Sa W (7.21) δ t = C 0 C1 C 2 S a g
4π2
- Efek torsi
Sa = Sxs [( B5 -2) TT + 0,4]
- 150% target displacement
Percepatan respon spektra, Sa
1 s
Sxs/B1
Sa = Sxs /B1 - Efek torsi
Sa = Sx1 /B1T
2
Sx1/B1 Sa = T1 Sx1 /(B1 T )
0,4 Sxs
T0 Ts 1,0 TL
11 pasang gerak tanah
Periode, T
a) DIRECT INTEGRATION
7.4.2.2.3 RSA >90% mass participation b) MODAL RESPONSE HISTORY
7.4.2.2.4 LRHA 11 pasang gerak tanah
- Faktor modifikasi C1 dan C2 sesuai sub-bab 7.4.1.3

- Efek torsi sesuai dengan Subbab 7.2.3.2.
23
ASCE 41-17
7.4.1 LSP LINEAR STATIC PROCEDURE
Pseudo lateral force V = C1 C2 Cm Sa W (7.21)
Acceptance criteria
Faktor Amplifikasi
Untuk C1 C2 lihat tabel 7-3 7.5.2
(torsi) ps 7.2.3.2
μstrength =DCRmax /1.5 x Cm ≥ 1.0
Penentuan periode:
Subbab 7.4.1.2
24
24/08/2022
Pseudo lateral force V = C1 C2 Cm Sa W (7.21) Penentuan gaya dan deformasi dalam LSP
Cm = Effective mass factor to account for higher modal mass participation effects obtained
from Table 7-4. Cm shall be taken as 1.0 if the fundamental period, T, is greater than 1.0 s;
Sa = Response spectrum acceleration, at the fundamental period and damping ratio of the
building in the direction under consideration. The value of Sa shall be obtained from the
procedure specified in Section 2.4; and
W = Effective seismic weight of the building, including the total dead load and applicable
portions of other gravity loads listed below:
Ref: FEMA 357 (2000h), Appendix E
25
Force-based Design
Elastic response
Inelastic respons
Figure C3-8 Basis for the Linear Static Procedure
LSP mewakili bangunan dengan kekakuan elastis-linier yang menyerupai kekakuan beban lateral efektif
untuk pembebanan di bawah titik leleh efektif bangunan. Untuk mencapai perpindahan maksimum dengan
menggunakan model linier-elastis, model harus dibebani oleh beban lateral semu V. Beban lateral semu
ini dapat beberapa kali lebih besar dari kapasitas geser dasar bangunan, dan gaya komponen internal
yang diakibatkan dapat juga beberapa kali lebih besar dari kapasitas gaya komponen. Prosedur
penerimaan sudah memperhitungkan aspek ini, mengijjinkan tingkat tegangan berlebih komponen, hal
mana bergantung pada kapasitas deformasi nonlinier yang diperkirakan dari masing-masing komponen.
26
If μstrength > μmax use NDP. The quantity

LINEAR DYNAMIC PROCEDURE 7.4.2 LDP μstrength is the ratio of the required elastic
strength to the yield strength of the structure.
Karakterisasi Gerak Tanah

1. Spektrum Respons peta gempa Analisis dinamik menggunakan RSA harus
2. Spektrum Respons dari SSRA
7.4.2.2.3 RSA
menghitung respons modal puncak untuk
3. Riwayat percepatan gerak tanah 7.4.2.2.4 LRHA ragam getar > 90% partisipasi massa bangunan
7.4.2.3.1 Modification of Demands for LDP

Semua gaya dan deformasi harus dikali faktor C1, C2
dan mengikutkan juga faktor amplifikasi Ax (7.2.3.2)
Untuk C1 C2 > lihat tabel 7-3

μstrength =DCRmax /1.5 x Cm ≥ 1.0
Acceptance criteria
7.5.2
27
24/08/2022
Seismic Demands from NLRHA versus Design Demand from RSA
28
7.4.3 Prosedur Statik Nonlinier (PSN)

7.4.3 NSP
7.4.3.1 Basis Prosedur
Jika PSN dipilih untuk analisis seismik bangunan, sebuah model matematis yang secara langsung
memasukkan karakteristik beban-deformasi nonlinier dari masing-masing komponen bangunan harus
diterapkan beban lateral yang meningkat secara monotonik yang mewakili gaya inersia dalam suatu gempa
sampai perpindahan target dilampaui. Pemodelan matematis dan prosedur analisis harus memenuhi
persyaratan 7.4.3.2. Perpindahan target harus dihitung dengan prosedur dalam 7.4.3.3.
Pemilihan nodal kontrol, pemilihan pola gaya seismik, penentuan periode fundamental, dan penerapan
prosedur analisis harus memenuhi persyaratan dalam subbab ini. Hubungan antara gaya geser dasar dan
perpindahan lateral dari nodal kontrol harus ditetapkan untuk perpindahan nodal kontrol yang berkisar antara
0 hingga 150% perpindahan target, δt. Komponen beban gravitasi harus disertakan dalam model matematis
untuk kombinasi dengan gaya seismik sesuai yang ditentukan dalam Subbab 7.2.2. Gaya seismik harus
diterapkan ke arah positif dan negatif, dan efek seismik maksimum harus digunakan dalam analisis.
Model analisis harus didiskretisasi untuk mewakili respons gaya-deformasi di sepanjang setiap komponen
untuk mengidentifikasikan lokasi aksi inelastis. Komponen primer dan sekunder dari elemen penahan gaya
seismik harus disertakan dalam model.
This standard, aimed at the assessment of existing buildings, puts forward a basic pushover procedure.
The buildings are “pushed” with a first-mode lateral load pattern until a target displacement is obtained.
29
7.4.3 NSP Nonlinear Static Procedure MODELING
Pemilihan nodal kontrol, pemilihan pola gaya Geser dasar

seismik, penentuan periode fundamental, dan
penerapan prosedur analisis harus memenuhi α1Ke positive post-yield slope
persyaratan dalam subbab ini. Vd
Vy αP-ΔKe
effective yield strength
7.4.3.2.1 0,6 Vy
Analisis harus αeKe
mencapai 150%
α2Ke
target displacement negative post-yield slope
Ke
Control node Effective lateral stiffness
displacement = C.o.M
Δy Δd Perpindahan
The target displacement represents a mean displacement
value for the selected Seismic Hazard Level Idealized Force–Displacement Curve for NSP
1. The building has plan irregularities as defined in Section 7.3.1.1; or

7.2.5 Multidirectional 2. The building has one or more primary columns that form a part of
Seismic Effect > 3D Model two or more intersecting frame or braced frame elements.
30
24/08/2022
7.4.3 NSP Perpindahan Target / Target Displacement
7.4.3.3.2 Perpindahan target δt pada setiap tingkat lantai harus dihitung sesuai dengan persamaan (7-28)
dan sesuai ketentuan dalam Subbab 7.4.3.3.1
2
T2e η Faktor Amplifikasi
δt = C0 C1 C2 Sa g (7-28) Ax = ≤ 3,0
4π2 Faktor amplifikasi harus disertakan 1,2 (torsi) ps 7.2.3.2
C0 = Modification factor to relate spectral displacement of an equivalent single-degree-of-freedom (SDOF) system to

the roof displacement of the building multi-degree-of-freedom (MDOF) system. See Table 7-5.
C1 = Modification factor to relate expected maximum inelastic displacements to displacements calculated for linear
elastic response calculated per Eq. 7-29
C2 = Modification factor to represent the effect of pinched hysteresis shape, cyclic stiffness degradation, and strength
deterioration on the maximum displacement response calculated per Eq. 7-30.
Ref: Section C3.3.3.3 of FEMA 274 (1997b) and FEMA 440 (2005)
The target displacement represents the expected displacement of the roof level at the Seismic
Hazard Level under consideration. Building components are then evaluated at that displacement
to determine whether they have sufficient capacity to accommodate the displacement.
31
7.4.3 NSP Target Displacement
μstrength -1
C1 = 1+ (7-29)
aTe2
2
1 μstrength - 1
C2 =1+ (7-30)
800 Te
Sa
μstrength = . Cm (7-31)
V y ⁄W
The C0 coefficient accounts for the difference

between the roof displacement of a multiple-
degree-of-freedom (MDOF) building and the
displacement of the equivalent single-degree-
of-freedom (SDOF) system. Cm shall be taken as 1.0 if the fundamental period, T > 1.0
32
The strength ratio μstrength shall be calculated in accordance with Eq. (7-31):
Sa
μstrength = . Cm (7-31)
Vy ⁄W
Sa = Response spectrum acceleration at the effective fundamental period and damping ratio of the building in the
direction under consideration
Vy = Yield strength of the building in the direction under consideration calculated using results of the NSP for the
idealized nonlinear force–displacement curve developed for the building in accordance with Section 7.4.3.2.4
W = Effective seismic weight, as calculated in Section 7.4.1.3.1
Cm = Effective mass factor from Table 7-4. Alternatively, Cm, taken as the effective modal mass participation factor
calculated for the fundamental mode using an eigenvalue analysis, shall be permitted.
Cm =1.0 if T> 1.0 s
33
24/08/2022
7.4.3 NSP
RSA
Flowchart for
critical steps of NSP
“Higher mode effects shall be

considered significant if the shear
7.4.3.3.2 Target Displacement for NSP in any story resulting from the
modal analysis considering modes
required to obtain 90% mass
participation exceeds 130% of the
corresponding story shear
considering only the first mode
response.”
34
7.4.4 NDP NONLINEAR DYNAMIC PROCEDURE
Model matematis yang langsung menggabungkan karakteristik beban-deformasi nonlinier dari komponen individual
bangunan harus dikenakan guncangan gempa yang diwakili oleh 11 pasang riwayat percepatan gerakan tanah.
Persyaratan pemodelan dan analisis yang ditentukan dalam Subbab 7.4.3.2 untuk NSP berlaku juga untuk NDP,
terkecuali pertimbangan nodal kontrol dan perpindahan target.
The following criteria provide guidance on time step
selection:
1. The analysis time step should not be greater than
1. Direct Integration the step at which the ground motion acceleration
histories are digitized;
2. Modal Response History (Ritz vector method) 2. The analysis time step should not be less than or
equal to T/100; T90; and 0.01 s where T =
- Jumlah ragam getar mencakup >90% partisipasi
Fundamental period of the building in the
massa
direction under consideration (judged by largest
- time step harus cukup dekat untuk memastikan
mass contribution) and T90 = Period of the
konvergensi solusi matematik yang akurat
highest mode in the same direction as T to
- Jumlah vector cukup agar dapat menangkap
achieve 90% modal mass participation.
dengan akurat respons dinamik pada elemen-
3. Use of a 50% smaller time step results in a
elemen nonlinier
difference in response of less than 10%.
Calculated response can be highly sensitive to characteristics of individual ground motions.

35
7.4.4 NDP NONLINEAR DYNAMIC PROCEDURE
ASCE/SEI 41 Generic Backbone Curve NSP menggunakan TARGET DISPLACEMENT

NDP menggunakan GM dan NLRHA
ASCE 41-17 mensyaratkan 11 pasang GM
IO
LS CP
NOTE: 1.MP dipilih secara konservatif

2.MP untuk elemen berbeda mempunyai tingkat konservatisme berbeda
36
24/08/2022
The nonlinear dynamic procedure within ASCE 41 is a key component of the standard, and its provisions
are frequently used to fill gaps in ASCE 7 for new design using NLRHA. It is common to have a NLRHA
shows significant variation in building performance based on the ground motions records. The goal of
the updates was to provide provisions targeted to the 10% probability of collapse in the MCER objective
of ASCE 7-16.
The only major difference between ASCE 41-17 and ASCE 7-16 is the upper-bound period in the range
used for scaling and matching need only be 1.5 times the largest first-mode period in the principal
horizontal direction or 1 second, as opposed to 2 times the largest first-mode period.
Ref: Earthquake Spectra Vol. 32, No. 2 (Haselton et. al., 2017a&b, Jarret et. al, 2017, and Zimmerman et. al., 2017).
In addition to the anchor testing and column provisions, other technical concrete changes improved the
evaluation of structural walls and elements with net axial tension, also lead to more consistency between linear
and nonlinear procedures. Test data and fiber analysis of walls demonstrate more flexibility for structural walls
than the previously employed effective stiffness modifier of 0.5. The increased flexibility in wall buildings could
be critical when increased deformation demands on the non-ductile concrete gravity-force-resisting elements
could lead to collapse. The stiffness modifier was thus reduced to 0.35 for walls, and commentary was added for
an alternate “constant yield curvature” approach. The proposed alternate approach results in far more parity
with nonlinear fiber analysis and also captures the effects of wall reinforcing and axial demands.
37
PERBANDINGAN GMSM SNI 1726:2019 terhadap ASCE 41-17
ASCE 41-17 Revision

One major change in ASCE
41-17 is an increase in the
minimum number of
ground motion suites from
3 to 11. The associated
acceptance criteria are
simplified, and ASCE 41-13
Table 7-1 has been
eliminated.
38
7.5.1 Persyaratan Umum

7.5 KRITERIA PENERIMAAN 7.5.2 Prosedur Linier
7.5.3 Prosedur Nonlinier
7.4.1 LSP
Linier Acceptance criteria
7.5.2
7.4.2 LDP
7.4.3 NSP
Nonlinier Acceptance criteria
7.5.3
7.4.4 NDP
Sebelum memilih kriteria penerimaan komponen, setiap komponen harus diklasifikasi sebagai primer atau sekunder
sesuai Subbab 7.5.1.1, dan setiap aksi harus diklasifikasi sebagai terkontrol deformasi (daktail) atau terkontrol gaya
(non-daktail) sesuai Subbab 7.5.1.2
39
24/08/2022
7.5.1.1 Komponen Primer vs. Komponen Sekunder

Key Terms
Elements of a building that provide gravity or seismic load resistance as part of a
Primary Component:
continuous load path to the foundation, including beams, columns, slabs, braces,
An element that is required to
walls, wall piers, coupling beams, and connections may be designated as primary
resist the seismic forces and
or secondary.
accommodate seismic
deformations in order for the
Primary elements are traditional lateral force-resisting elements, such as shear
structure to achieve the selected
walls, braced frames, and moment frames, and must be included in the analysis
Performance Level.
model. Primary elements can be existing elements or new elements that are part
Secondary Component:
of a seismic retrofit and are expected to sustain inelastic deformation.
An element that accommodates
seismic deformations but is not
Secondary elements are typically existing elements that unintentionally participate
required to resist the seismic
in the seismic response and typically provide unreliable resistance to earthquake
forces it may attract in order for
loads. Secondary elements are usually either gravity load-carrying elements
the structure to achieve the
(gravity beams and columns) or nonstructural elements that are not isolated from
selected Performance Level. The
the structural system, can yield provided gravity load support is not lost, can be left
total stiffness of secondary
out of main linear analytical model, must accommodate structures deformations –
components cannot exceed 25%
commonly using a separate model and must be included in a nonlinear model
of the stiffness of primary
components.
40
PRIMARY COMPONENTS SECONDARY COMPONENTS

- Main lateral force resisting system elements - Support gravity loads
- Must be included in the analysis - Do not contribute significantly to the lateral strength and/or
- Can be new or existing elements stiffness
- Expected to sustain inelastic deformations - Typically existing elements
(if possible) - Can yield provided gravity load support not lost
- Can be left out of main linear analytical model
- Must accommodate structures deformations – commonly using a
separate model
- Must be included in a nonlinear model
DEFORMATION COMPATIBILITY
- Secondary elements must be checked at maximum displacement of primary elements in linear procedures
for earthquake-induced deformations and gravity loads.
- Different, larger, m-factors for secondary elements are provided.
- Secondary elements MUST be modeled in nonlinear analysis per Section 7.2.3.3.
- Mathematical models for use with nonlinear procedures shall include the stiffness and resistance of primary
and secondary components. The strength and stiffness degradation of primary and secondary components
shall be modeled explicitly.
41
Source: Bret Lizundia
42
24/08/2022
KOMPONEN PRIMER vs KOMPONEN SEKUNDER
PRIMER: Perimeter
moment frame
SEKUNDER (PRIMER?):
Lantai dan sambungan
ke kolom mempengaruhi
perilaku lateral. Masuk
klasifikasi mana akan
tergantung dari bobot
partisipasinya dalam
menahan gaya lateral
43
Komponen Primer: Komponen Sekunder:

Elemen yang diperlukan untuk Elemen yang mampu mengakomodasi deformasi
menahan gaya seismik dan seismik tetapi tidak diperlukan untuk menahan gaya
mengakomodasi deformasi seismik yang diterima, agar struktur dapat mencapai
seismik agar struktur dapat Tingkat Kinerja yang dipilih. Kekakuan total
mencapai Tingkat Kinerja yang komponen-komponen sekunder tidak boleh lebih
dipilih dari 25% kekakuan komponen-komponen primer
44
45
24/08/2022
7.5.1.2 Aksi Terkontrol Deformasi dan Terkontrol Gaya
Semua aksi harus diklasifikasikan sebagai terkontrol deformasi atau terkontrol gaya dengan menggunakan
kurva gaya vs deformasi komponen seperti terlihat dalam gambar 7-4. Aksi terkontrol deformasi didefinisikan
dalam bab 8 – bab 12, dengan merujuk kepada kriteria penerimaan linier atau nonlinier.
Acceptance criteria for primary components that exhibit Type 1 behavior typically are within the elastic or
plastic ranges between points 0 and 2, depending on the performance level. Acceptance criteria for secondary
components that exhibit Type 1 behavior can be within any of the performance ranges. Acceptance criteria
for primary and secondary components exhibiting Type 2 behavior are within the elastic or plastic ranges,
depending on the performance level. Acceptance criteria for primary and secondary components exhibiting
Type 3 behavior are always within the elastic range.
Highly Ductile Behavior Ductile Behavior Non-Ductile Behavior

Q Q Q
2 2, 3
1 1 1, 2, 3
Qy
Deformation Controlled ?? Force-Controlled

3
a a
b b b
4 4 4
0 g d e f Δ 0 g d, e f Δ 0 g, d, e f Δ
Kurva Tipe 1 Kurva Tipe 2 Kurva Tipe 3
Short-Course HAKI 2022 Gambar 7-4 Kurva Gaya Versus Deformasi Komponen
46
DEFORMATION-CONTROLLED vs FORCE-CONTROLLED COMPONENT
Highly Ductile Behavior Ductile Behavior Non-ductile Behavior
Type 1 Curve Type 2 Curve Type 3 Curve

d≥2g e≥2g
K. Primer DC d≥2g DC e≥ 2g Semua FC

K. Sekunder Semua FC DC f ≥ 2g DC f ≥ 2g
Figure 7-4. Component Force Versus Deformation Curves

Notes:
1. Only secondary component actions permitted between points 2 and 4.
2. The force, Q, after point 3 diminishes to approximately zero.
47
DEFORMATION-CONTROLLED vs FORCE-CONTROLLED COMPONENT (7.5.1.2)

Expected strengths QCE Lower-bound strengths QCL
Expected strength QCE obtained experimentally or calculated using accepted principles of mechanics.
Lower-bound strength QCL is defined as the mean less one standard deviation of resistance expected over
the range of deformations and loading cycles.
48
24/08/2022
Braced frame connection illustrating force- and deformation-controlled actions
49

Examples of Possible Deformation-Controlled and Force-Controlled Actions
a Shear may be a deformation-controlled action in steel moment frame construction.

b Axial, shear, and moment may be deformation-controlled actions for certain steel and wood connections.
c If the diaphragm carries lateral loads from vertical-force resisting elements above the diaphragm level, then M and
V shall be considered force-controlled actions
50
Contoh-contoh Elemen Forced-Controlled
51
24/08/2022
7.5.1.3 Expected and Lower-Bound Strengths.

Qy represents the yield strength of the component. Where evaluating the behavior of deformation-
controlled actions, the expected strength QCE, shall be used. QCE is defined as the mean value of
resistance of a component at the deformation level anticipated for a population of similar
components, including consideration of the variability in material strength and strain hardening and
plastic section development. Where evaluating the behavior of force-controlled actions, a lower-
bound estimate of the component strength, QCL, shall be used QCL is defined as the mean minus one
standard deviation of the yield strengths Qy, for a population of similar components.
Q 2 Q Q
2, 3
1 1 1, 2, 3
Qy
3
a a
b b b
4 4 4
0 g d e f Δ 0 g d, e f Δ 0 g, d, e f Δ
Kurva Tipe 1 Kurva Tipe 2 Kurva Tipe 3
Gambar 7-4 Kurva Gaya Versus Deformasi Komponen

52
Bab 10 BETON
10.3.2.2 Deformation-Controlled Actions. (DCA)

Strengths used for deformation-controlled actions shall be taken as equal to expected
strengths QCE obtained experimentally or calculated using accepted principles of
mechanics. Unless specified in this standard, other procedures specified in ACI 318 to
calculate strengths shall be permitted, except that the strength reduction factor ϕ = 1.0.
Deformation capacities for acceptance of deformation-controlled actions calculated by
nonlinear procedures shall be as specified in Sections 10.4 through 10.12
10.3.2.3 Force-Controlled Actions. (FCA)

Strengths used for force-controlled actions shall be taken as lower-bound strengths QCL, obtained
experimentally or calculated using established principles of mechanics. Lower-bound strength is
defined as the mean less one standard deviation of resistance expected over the range of
deformations and loading cycles to which the concrete component is likely to be subjected.
Force-controlled actions are placed into one of three categories: Critical, Ordinary,
or Noncritical. Critical force-controlled actions are those whose failure would lead to
a collapse of multiple bays of the structure, such as the failure of a column. Ordinary
are those whose failure would lead to collapse of a single bay, such as the failure of a
beam’s connection. All other actions are noncritical.
53
7.5.1 Persyaratan Umum 7.5.1.5 KAPASITAS KOMPONEN
Prosedur Linier Prosedur Nonlinier
Kapasitas untuk aksi terkontrol deformasi harus Kapasitas komponen untuk aksi terkontrol deformasi
didefinisikan sebagai hasil perkalian dari faktor-m, harus diambil sebagai batas deformasi inelastis yang
faktor κ, dan kekuatan yang diharapkan, QCE. Kapasitas diizinkan. Kapasitas komponen untuk aksi terkontrol
untuk aksi terkontrol gaya harus didefinisikan sebagai gaya harus diambil sebagai kekuatan batas bawah, QCL.
kekuatan batas bawah, QCL (Tabel 7-6). Tabel 7-7)
54
24/08/2022
7.5.2 Prosedur Linier LSP LDP 7.5.2.1 GAYA DAN DEFORMASI

7.5.2.1.1 Aksi Terkontrol Deformasi
7.5.2.1.2 Aksi Terkontrol Gaya
7.5.2.1.1 Aksi Terkontrol Deformasi QUD
(7-34)
QUD = Aksi terkontrol deformasi yang disebabkan oleh beban gravitasi dan gaya gempa.
QG = Aksi yang disebabkan oleh beban gravitasi seperti yang didefinisikan dalam Subbab 7.2.2;
dan QE = Aksi yang disebabkan oleh respons terhadap tingkat bahaya seismik yang dihitung
7.5.2.1.2 Aksi Terkontrol Gaya QUF (7-35)
QUF =Aksi maksimum yang dapat terjadi dalam QUF =Aksi terkontrol gaya yang disebabkan oleh beban gravitasi
suatu komponen berdasarkan analisis kondisi yang dikombinasi dengan gaya gempa;
batas dengan mempertimbangkan kekuatan yang χ = Faktor untuk menyesuaikan aksi yang disebabkan oleh
diperkirakan dari komponen yang mengantarkan respons terhadap Tingkat Kinerja Struktural yang dipilih; = 1.0
gaya ke komponen yang ditinjau, atau aksi jika J diambil sebagai DCR terkecil; jika tidak, = 1.0 untuk CP; =
maksimum yang terjadi dalam komponen yang 1.3 untuk LS atau IO;
dibatasi oleh respons nonlinier bangunan. C1 = persamaan (7-29); C2 = persamaan (7-30);
J = Faktor reduksi penyaluran gaya, harus ≥ 1.0, diambil sebagai
DCR terkecil dari komponen pada alur beban yang menghantar
gaya ke komponen yang dipertanyakan
55
Faktor χ
Not adjusting the force-controlled evaluation for performance levels creates
a situation that is in conflict with the definition of Life Safety performance:
“Structural Performance Level S-3, Life Safety, is defined as the post-
earthquake damage state in which a structure has damaged components
but retains a margin against the onset of partial or total collapse. A structure
in compliance with the acceptance criteria specified in this standard for this
Structural Performance Level is expected to achieve this state.
The issue relates to the concept of providing a margin against collapse. Consider the force-displacement curve shown in
Figure 1. Here you have a force-controlled element which has a demand that is within 5% of its capacity. If the demand
had been 10% greater, the element would have failed.
The committee decided that in order to provide a margin of safety against collapse which is called for in the definition
of Life Safety, there should be some margin against failure of a force-controlled action built in to the provisions. To
accomplish this, the equation to evaluate force-controlled actions was changed to include the χ factor
The χ is 1.3 for Life Safety and high performance levels and 1.0 for the Collapse Prevention performance level. This
provide the same margin between Life Safety and Collapse Prevention
56
7.5.2.1 GAYA DAN DEFORMASI

7.5.2 Prosedur Linier 7.5.2.1.1 Aksi Terkontrol Deformasi untuk PSL atau PDL
7.5.2.1.2 Aksi Terkontrol Gaya untuk PSL atau PDL
Gaya dan deformasi komponen harus dihitung sesuai dengan prosedur analisis linier dalam Subbab 7.4.1. atau 7.4.2
7.5.2.1.1 Aksi Terkontrol Deformasi untuk PSL atau PDL
Aksi terkontrol deformasi, QUD, harus dihitung sesuai dengan persamaan (7-34)
QUD = Aksi terkontrol deformasi yang disebabkan oleh beban gravitasi dan gaya gempa
QG = Aksi yang disebabkan oleh beban gravitasi
QE = Aksi yang disebabkan oleh respons terhadap tingkat bahaya seismik yang dihitung mengikuti sub-bab 7.4.1 atau 7.4.2
7.5.2.1.2 Aksi Terkontrol Gaya untuk PSL dan PDL

QUF harus dihitung menggunakan salah satu dari metode berikut:
1. QUF harus dipertimbangkan sebagai aksi maksimum yang dapat terjadi dalam suatu komponen berdasarkan analisis kondisi batas
dengan mempertimbangkan expected strength dari komponen yang mengantarkan gaya ke komponen yang ditinjau, atau aksi
maksimum yang terjadi dalam komponen seperti yang dibatasi oleh respons nonlinier bangunan.
Secara alternatif, QUF harus dihitung sesuai dengan persamaan (7-35),
χ
QUF =Aksi terkontrol gaya yang disebabkan oleh beban gravitasi yang dikombinasi dengan gaya gempa;
χ = Faktor untuk menyesuaikan aksi yang disebabkan oleh respons terhadap Tingkat Kinerja Struktural yang dipilih;
= 1.0 jika J diambil sebagai DCR terkecil; jika tidak, = 1.0 untuk CP; = 1.3 untuk Life Safety atau IO
J = Faktor reduksi penyaluran gaya, yang lebih besar dari atau sama dengan 1.0, yang diambil sebagai DCR terkecil dari komponen
pada alur beban yang menghantar gaya ke komponen yang dipertanyakan, yang dihitung sesuai dengan persamaan (7-16).
57
24/08/2022
7.5.2.2 KRITERIA PENERIMAAN UNTUK PROSEDUR LINIER

7.5.2 Prosedur Linier 7.5.2.2.1 Aksi Terkontrol Deformasi
7.5.2.2.2 Aksi Terkontrol Gaya
7.5.2.2.1 Aksi terkontrol deformasi pada komponen primer dan sekunder harus memenuhi persamaan (7-36).
(7-36)
m = Faktor modifikasi kapasitas komponen
QCE = Kekuatan yang diharapkan dari aksi terkontrol deformasi komponen dari suatu elemen pada tingkat
deformasi yang ditinjau.
K = Faktor pengetahuan (knowledge factor)
7.5.2.2.2 Aksi terkontrol gaya dalam komponen primer dan sekunder harus memenuhi persamaan (7-37).
(7-37)
QCL = Kekuatan batas bawah dari aksi terkontrol gaya dari suatu elemen pada tingkat deformasi yang
ditinjau, ditentukan dengan mempertimbangkan semua aksi yang terjadi bersamaan pada komponen
58
7.5.3 PROSEDUR NONLINIER NSP NDP 7.5.3.1 Gaya dan deformasi komponen harus
dihitung sesuai dengan prosedur analisis nonlinier
7.5.3.2 Kriteria Penerimaan
7.5.3.2.1 Respons yang Tidak Dapat Diterima untuk NDP 7.5.3.2.2 Kriteria Penerimaan Untuk Aksi yang
1. Solusi analitis tidak konvergen, Terkontrol Deformasi
2. Kebutuhan (demand) yang diprediksi pada elemen Komponen primer dan sekunder harus memiliki kapasitas
terkontrol deformasi melampaui rentang pemodelan yang deformasi yang diharapkan yang tidak kurang dari
berlaku, kebutuhan deformasi maksimum, dihitung pada
3. Kebutuhan (demand) yang diprediksi pada aksi kritis perpindahan target. Kebutuhan (Demand) komponen
terkontrol gaya yang dimodelkan secara elastis, primer dan sekunder harus berada di dalam kriteria
sebagaimana dijelaskan dalam Subbab 7.5.3.2.3 penerimaan untuk komponen nonlinier pada Tingkat
melampaui kapasitas elemen yang diharapkan, atau Kinerja Struktural yang dipilih. Kapasitas deformasi yang
4. Kebutuhan (demand) deformasi yang diprediksi pada aksi diharapkan harus ditentukan dengan mempertimbangkan
elemen yang tidak dimodelkan secara eksplisit melampaui semua gaya dan deformasi yang terjadi secara bersamaan.
batas deformasi di mana member tersebut tidak bisa lagi
memikul beban gravitasinya.
EXCEPTION: For Life Safety or lower Performance Levels, not more than one ground motion per 11 analyses shall be
permitted to produce unacceptable response. When a ground motion produces unacceptable response, the average
response shall be computed as 120% of the median value, but not less than the mean value obtained from the suite of
analyses producing acceptable response.
59
7.5.3.2.2 Acceptance Criteria for Deformation-Controlled Actions for NSP or NDP
Komponen primer dan sekunder harus memiliki kapasitas deformasi yang diharapkan yang
> deformasi maksimum yang dihitung pada perpindahan target. Kebutuhan (Demand)
komponen primer dan sekunder harus berada di dalam kriteria penerimaan untuk
komponen nonlinier pada Tingkat Kinerja Struktural yang dipilih. Kapasitas deformasi yang
diperkirakan harus ditentukan dengan mempertimbangkan semua gaya dan deformasi
yang terjadi secara bersamaan sesuai dengan Bab 8 hingga 15.
7.5.3.2.3 Acceptance Criteria for Force-Controlled Actions for NSP or NDP
Komponen yang terkontrol gaya yang tidak secara eksplisit disertakan dalam model
matematis dengan sifat gaya-deformasi nonlinier pada Sub-bab 7.5.1.2 harus memenuhi
pers. (7-38). Kekuatan batas bawah harus ditentukan dengan mempertimbangkan semua
gaya dan deformasi yang terjadi secara bersamaan dengan prosedur yang ditentukan
dalam bab 8 sampai 12, 14, and 15.
γχ (QUF - QG ) + QG ≤ QCL (7-38)
60
24/08/2022
γχ (QUF - QG ) + QG ≤ QCL (7-38)
QUF = Demand terkontrol gaya yang ditentukan sesuai Subbab 7.4.3.3 atau 7.4.4.3 untuk 1797 NSP atau NDP;
QG = Demand beban gravitasi sesuai Subbab 7.2.2;
QCL = Kekuatan komponen batas bawah sesuai dengan Bab 8 hingga 12, 14 dan 15;
ɤ = Faktor beban yang diperoleh dari Tabel 7-8; diambil sama dengan 1.0 untuk CP atau 1.3 untuk LS dan IO
PERKECUALIAN:
1. Untuk aksi bukan gesere pada structural walls, kekuatan nominal elemen tidak perlu lebih besar dari pengaruh
gravitasi ditambah kebutuhan gaya yang ditentukan berdasarkan analisis mekanisme plastis, dimana analisis
didasarkan atas expected material properties.
2. Hasil perkalian γχ tidak perlu lebih besar dari 1.5
Jika suatu nilai γχ yang lebih rendah menghasilkan rasio perlu-kapasitas yang lebih tinggi, maka pemeriksaan juga
harus dilakukan dengan menggunakan nilai yang lebih rendah ini, namun hasil γχ tidak perlu diambil kurang dari 1.0
7.5.3.2.4 Verification of Analysis Assumptions for NSP or NDP.

In addition to the requirements in Section 7.2.14, the following verification of analysis assumptions shall be
made: Flexural plastic hinges shall not form away from component ends unless they are explicitly accounted
for in modeling and analysis.
61
BETON
Contoh tabel Faktor-m
untuk kondisi balok
beton dengan berbagai
cacat detailing
Kegagalan lentur
“C” and “NC” are abbreviations for

conforming and nonconforming transverse
reinforcement. Transverse reinforcement is
conforming if, within the flexural plastic
Kegagalan geser
hinge region, hoops are spaced at ≤ d/3, and
if, for components of moderate and high Sambungan lewatan
ductility demand, the strength provided by
the hoops (Vs) is at least 3/4 of the design
shear. Otherwise, the transverse Penyaluran tulangan
reinforcement is considered nonconforming
62
Q
Modeling Parameter BETON MP dan AC untuk balok beton dengan prosedur nonlinier
Qy
b
a
1,0 C
B
A D E c
θ atau Δ
(a) Deformasi
Q
Qy
e
d
1,0 C
B
D E c
A
Δ
h
(b) Rasio deformasi
Q
Qy e
d
g
1,0
B C Transverse reinforcement is conforming if, within the plastic hinge region, hoops are spaced at ≤ d/3, and if, for
F
D E
components of moderate and high ductility demand, the strength provided by the hoops Vs is at least ¾ of the
f c design shear. Otherwise, the transverse reinforcement is considered non-conforming.
A
Δ
h
(c) Rasio deformasi - respons trilinear
63
24/08/2022
www.davysukamta.com
Indonesia Bisa!
64

RSNI Evaluasi Dan Rehabilitasi Seismik Bangunan Eksisting: Bab 7. Metode Analisis & Kriteria Penerimaan

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

RSNI Evaluasi Dan Rehabilitasi Seismik Bangunan Eksisting: Bab 7. Metode Analisis & Kriteria Penerimaan

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

24/08/2022

RSNI Evaluasi dan Rehabilitasi Seismik Bangunan Eksisting

Short-Course HAKI 2022

PROSES EVALUASI DAN REHABILITASI SEISMIK BANGUNAN GEDUNG EKSISTING

PROSES EVALUASI SEISMIK

Short-Course HAKI 2022

BAB 2 TUJUAN KINERJA DAN BAHAYA SEISMIK

Short-Course HAKI 2022

Mengapa kita harus menggunakan dua tingkat bahaya seismik?

Bila menggunakan Evaluasi

Short-Course HAKI 2022

Basic Performance Objective for Existing Buildings

Short-Course HAKI 2022

Tingkat Kinerja Gedung

Short-Course HAKI 2022

2.4.1.7 GENERAL RESPONSE SPECTRUM

1 s β is the effective viscous damping ratio.

Sx1/B1 Sa = T1Sx1 /(B1T2)

Spektrum Respons Horisontal Umum

Penyaringan Tier 1 Ringkasan prosedur analisis dengan referensi pasal

Bila ditemukan defisiensi pada evaluasi tier-1, lanjut ke tier-2

Evaluasi berdasar defisiensi Tier 2 dan retrofit

Bila tier-2 tidak sah atau ditemukan defisiensi, lanjut ke tier-3

Evaluasi sistematik Tier 3 dan retrofit – Linier

Evaluasi sistematik Tier 3 dan retrofit – Nonlinier

Short-Course HAKI 2022

6.2 PERSYARATAN KOLEKSI DATA

Short-Course HAKI 2022

Pasal 7 Prosedur Analisis dan Kriteria Penerimaan

- Pasal ini berkaitan dengan pasal 2, Tujuan Kinerja.

- Untuk prosedur nonlinier, seluruh komponen struktur harus dimodelkan.

- Gaya dan deformasi komponen hasil analisis dibandingkan terhadap

- Evaluasi dan metode rehabilitasi komponen non-struktur ada di pasal 13.

Pasal 7 Prosedur Analisis dan Kriteria Penerimaan

Metode Analisis yang Diijinkan

Tier 2 > Prosedur Berbasis Defisiensi LSP, LDP

Tier 3 > Prosedur Sistematik LSP, LDP, NSP, NDP

- Pemilihan prosedur analisis

Short-Course HAKI 2022

Sub-bab 7.2 Persyaratan Umum Analisis

• 7.2.1 Analysis Procedure

Short-Course HAKI 2022

Sub-bab 7.2 Persyaratan Umum Analisis

Prosedur Linier QG = 1.1 (QD + QL + QS) (7.1)

Prosedur Nonlinier QG = (QD + QL + QS) (7.3)

QG = Action caused by gravity loads

7.2.3 Mathematical Modelling

7.3.1.1 Prosedur Linier atau Nonlinier?

Short-Course HAKI 2022

7.3.1.1 Prosedur Linier atau Nonlinier?

7.3.1.1 Metode untuk Menentukan Batasan Penggunaan Prosedur Linier

Short-Course HAKI 2022

Prosedur Linier atau Nonlinier? Sub-bab 7.3.1.1

7.3.1.1.1 In-Plane Discontinuity Irregularity

7.3.1.1.1 Ketidakberaturan Diskontinuitas Sebidang 7.3.1.1.2 Ketidakberaturan Diskontinuitas Keluar Bidang

Pergeseran tegak lurus

7.3.1.1.1 In-Plane Discontinuity Irregularity

DCR = Average DCR for elements in the story;

7.3.1.1.4 Torsional Strength Irregularity. A torsional strength irregularity shall be considered

Short-Course HAKI 2022

7.3.1.1 Prosedur Linier atau Nonlinier?

Short-Course HAKI 2022

Tipe gedung, tinggi gedung,