PERUBAHAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT KOTA KUPANG SEBAGAI
DAMPAK PANDEMI COVID
RESPON PENANGANAN COVID
Pasca sebaran covid-19 melanda indonesia sejak beberapa bulan terakhir (januari-april 2020) menjadikan perubahan yang luar biasa pada bangunan suprastruktur di masyarakat,mulai dari sendi kehidupan ekonomi, social, budaya, kesehatan, hukum,politik, dan keagamaan. Sehinggga untuk menghadapi situasi tersebut, dalam rangka upaya untuk mencegah dan melawan sebaran covid-19,pemerintah indonesia dan Negara-hegara dunia menerapkan protocol kesehatan yang dikeluarkan oleh WHO. Sebagaimana kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia adalah menerapkan strategi psyhical distancing (jaga jarak), soaial distancing(jauhi kerumunan orang), stay at home(berdiam diri dirumah), cuci tangan, pengunaan masker, dan Pembatasan Sisial Berskala Besar (PSBB) atau lockdown, strategi ini dilakukan untuk memutuskan rantai penyebaran covid terhadap masyarakat.
DAMPAK COVID TERHADAP PERUBAHAN BUDAYA MASYARAKAT KOTA
KUPANG Corona banyak membawa dampak terhadap social yang luar biasa. Dimana tata social mayarakat dengan budaya yang luar biasa, sudah di obrak abrik oleh corona ini. Khususnya pada kebudayaan, masyarakat kota Kupang yang merupakan salah satu kota di indonesia, yang sudah dilanda oleh pandemic COVID. Masyarakat kota kupang biasanya dikenal dengan budaya cium hidung atau cipika-cipiki, yang merupakan budaya yang sudah dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat jika bertemu dengan keluarga atau dengan orang yang mereka kenal, tetapi semenjak pandemic covid melanda, budaya tersebut tidak diterapkan lagi, jika bertemu dengan keluarga, atau kenalan, mereka juga hanya saling senyum, atau melambaikan tangan. Hal ini dilakukan sesuai strategi yang digunakan oleh pemerintah yaitu psyhical distancing (jaga jarak), agar tidak terjadi penularan. Pengaruh COVID juga membawa dampak terhadap Budaya hidup sehat yang mulai diterapkan oleh masyarakat, yang dimana selalu mengabaikan budaya tersebut, kini mulai dilaksanakan oleh setiap lapisan masyarakat. Budaya mencuci tangan yang sering dianggap sepele, kini mulai dilaksanaka, hal ini bisa kita lihat di setiap rumah-rumah atau tempat- tempat yang biasa didatangi oleh masyarakat, mulai disiapkan tempat-tempat mencuci tangan atau disiapkan disinfektan, untuk mencegah penularan virus yang terdapat di tangan, sehingga tidak terkontaminasi dengan barang-barang yang menjadi tempat penularan COVID 19. Ada lagi kebiasaan masyarakat berkumpul, arisan, undangan, kegiatan-kegiatan kemasyarakata lain, atau pesta kini tidak lagi terlaksanakan karena kebijakan pemerintah untuk tidak terlibat dalam kerumunan atau soaial distancing (jauhi kerumunan orang), hal ini dilakukan agar COVID tidak tertular antar masyarakat. Sehingga banyak masyarakat yang hanya berdiam diri dirumah masing-masing. Semua kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat berbasis Online mulai dari study at home (belajar di rumah), work at home ( bekerja di rumah) dan pray at home (beribadah dirumah) hal ini mempermuda masyarakat untuk melaksanakan semua kegiatan dari rumah dengan berbasis online. Tetapi bisa menyusahkan masyarakat yang kurang paham mengenai hal tersebut.