Anda di halaman 1dari 11

Financial Management 1

FINANCIAL MANAGEMENT

Dosen: HAM

Silabus Mata Kuliah:

1. Pengantar Manajemen Keuangan


2. Penyajian laporan Keuangan
3. Penyusutan dan Pajak
4. Manajemen Modal Kerja
5. Manajemen Kas
6. Manajemen Piutang
7. Manajemen Persediaan
8. Risiko dan Tingkat Keuntungan
9. Analisis Kinerja Keuangan (Rasio Keuangan)
10. Perencanaan Keuangan
11. Pasar Modal
12. Nilai Waktu Uang (Time Value Of Money)
13. Cost Of Capital (Biaya Modal)
14. Teori Struktur Modal
15. Penganggaran Modal (Capital Budgeting)
16. Restrukturisasi Perusahaan
17. Topik-Topik yang Terintegrasi Dalam Manajemen Keuangan
(Didiskusikan)
Financial Management 2

BAB 6
MANAJEMEN PIUTANG
1. Pengertian Piutang
Piutang adalah aktiva yang menunjukan jumlah tagihnan yang dimiliki perusahaan
sebagai hasil dari penjualan barang dagangan/jasa.
Pada umumnya perusahaan menjual hasil produksinya secara kredit, kemudian
melahirkan piutang dagang; penagihan piutang melahirkan kas. Hubungan antara piutang
dengan kas adalah sebagai berikut:

Kas Persediaan Barang Jadi Piutang Kas

2. Tujuan perusahaan menginvestasikan


dananya dalam piutang
a.Untuk meningkatkan penjualan
b. Untuk meningkatkan laba perusahaan.
c.Untuk menghadapi persaingan

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar


kecilnya piutang :
a. Volume penjualan kredit yakni jumlahnya
b. Syarat pembayaran/jangka waktu bagi penjualan kredit
c. Ketentuan tentang batas volume penjualan kredit dalam arti batas maksimum
volume penjualan (plafon kredit)
d. Kebiasaan membayar para pelanggan kredit/menunda pembayaran
e. Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan apakah bersifat aktif atau pasif
Biaya atas piutang :
1. Biaya pembelanjaan piutang/biaya sumber dana, bisa melalui laba ditahan dana
pemilik perusahaan dan hutang dari kreditur
2. Biaya administrasi
3. Biaya pengumpulan piutang
4. Biaya penghapusan piutang/biaya kerugian piutang tidak tertagih

4. Manajemen Piutang
1. Perencanaan jumlah dan pengumpulan piutang : disusun berdasarkan anggaran
penjualan, melihat syarat pembayaran/ kebiasaan para pelanggan dalam membayar.
Financial Management 3

2. Jumlah rencana piutang akan berpengaruh dari sejumlah resiko piutang berupa
piutang tidak tertagih
3. Pengendalian Piutang (controlling): Tahap-tahapnya: menyaring langganan,
menentukan risiko kredit, penentuan potongan-potongan, ketentuan dalam
menghadapi penunggak
4. Penggunaan Rasio-rasio, dilakukan melalui perbandingan tingkat perputaran
piutang dan rata-rata waktu pengumpulan piutang dari perusahan tertentu dengan
perusahan lain yang sejenis. Bila ada perbedaan yang menyolok, maka akan diteliti
lagi.

5. Perputaran Piutang.
Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses
komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran piutang makin baik
kondisi keuangan perusahaan. Perputaran piutang (receivable turnover) dapat disajikan
dengan perhitungan: penjualan bersih secara kredit dibagi rata-rata piutang. Kemudian
360 hari dibagi perputaran piutang menghasilkan hari rata-rata pengumpulan piutang
(average collection period of accounts receivable). Pernyataan itu dapat disajikan dalam
bentuk rumus sebagai berikut:
Penjualan Bersih
Tingkat Perputaran piutang = = .…. X
Rata-Rata Piutang

360 hari
Hari Rata-Rata Pengumpulan Piutang = = …… hari
Perputaran Piutang

Misalnya PT ABC memiliki informasi mengenai penjualan tahun 2010 sebesar Rp 200
dan tahun 2011 sebesar Rp 180; piutang awal tahun 2011 Rp 40 dan akhir tahun Rp 60,
sedangkan piutang awal tahun 2011 Rp 50 dan akhir tahun Rp 30. Perputaran piutang dan
rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dalam tabel 6.1.
Tabel 6.1.
Perputaran Piutang dan Rata-Rata Pengumpulan Piutang
Tahun Tahun
Keterangan
2010 2011
Penjualan Bersih Rp 200 Rp 180
Piutang Awal Tahun Rp 40 Rp 50
Piutang Akhir Tahun Rp 60 Rp 30
Rata-rata Piutang (Average Receivable)
(Rp 40 + Rp 60) / 2 Rp 50 Rp 40
(Rp 50 + Rp 30) / 2
Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
(Rp 200 / Rp 50) 4 kali 6 kali
Financial Management 4

(Rp 180 / Rp 40)


Rata-rata Pengumpulan Piutang
(Average Collection Period)
(Rp 200 / 4) 50 hari 30 hari
(Rp 180 / 6)

Hari Rata-rata pengumpulan piutang adalah sangat penting, makin lama makin buruk
bagi kas perusahaan, dan sebaliknya. Perputaran piutang yang tinggi sangat baik bagi
perusahaan, karena investasi dalam piutang rendah dan sebaliknya.
Cara lain untuk menentukan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang
dapat disajikan dengan ilustrasi berikut ini. PT ABC memiliki nilai penjualan per
tahun Rp 180, seluruhnya dijual kredit 30 hari, dengan ketentuan, jika pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 sejak tanggal penjualan, diberikan potongan tunai 2 %,
model ini lazim disebut 2/10, net 30. Dari jumlah tersebut, 60 % dibayar dalam
waktu 10 hari, dan sisanya dalam waktu 30 hari. Berdasarkan informasi tersebut
dapat dihitung:
1) Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Oustanding atau DSO) atau Periode
Penagihan Rata-rata (Average Collection Period atau ACP) adalah: 0,60(10) +
0,40(30) = 18 hari.
2) Penjualan Harian Rata-rata (Average Daily Sales atau ADS), dengan asumsi satu
tahun 360 hari kerja: (Rp 180 / 360) = Rp 0,50
3) Piutang PT ABC sepanjang tahun setiap saat sebesar: (Jangka Waktu Penagihan
X Penjualan Harian Rata-rata) = (18 hari X Rp 0,50) = Rp 9.
4) Perputaran Piutang = (Penjualan / Piutang) = (Rp 180 / Rp 9) = 20X
5) Periode Penagihan Rata-rata = (360 hari / Perputaran Piutang) = (360 hari / 20) =
18 hari.
6) Periode Penagihan Rata-rata atau Jangka Waktu Penagihan dapat dihitung dengan
rumus:

Piutang Usaha Rp 9
= = 18 hari
(Penjualan / 360 hari) (Rp 180 / 360 hari)
Piutang Usaha Rp 9
= = 18 hari
(Penjualan / 360 hari) (Rp 180 / 360 hari)

Manajer keuangan harus mengetahui penjualan per hari secara kredit dan jumlah rata-
rata piutang sepanjang tahun di setiap saat. Dengan mengetahui kedua unsur tersebut,
ia dapat mengatur arus kas masuk dari tagihan piutang.
6. Pengendalian Piutang
Financial Management 5

Perputaran piutang harus dikendalikan dengan menyusun tabel umur piutang (aging
schedule of receivables), di mana dalam tabel tersebut dapat diketahui jumlah piutang
yang segera dapat ditagih dan yang lambat ditagih, dan dapat diketahui pengutang atau
debitur yang baik dan yang buruk.
Mengelola arus kas masuk dan keluar adalah salah satu tugas pokok bagian keuangan
karena semua transaksi bisnis bermuara ke dalam kas. Manajer keuangan pada umumnya
mengharapkan penjualan dapat dilakukan dengan tunai, atau kredit dengan waktu yang
sesingkat-singkatnya, agar supaya arus kas masuk cepat. Untuk mengelola keuangan
perusahaan yang baik, manajer keuangan harus menyusun anggaran pengumpulan
piutang yang akan digunakan untuk mengendalikan piutang. Makin panjang umur
piutangnya, makin buruk kondisi perusahaan karena makin lama piutang tersebut menjadi
uang tunai (kas).
Contoh skedul umur piutang dapat disajikan dalam tabel 6.2, yang terdiri PT ABC dan
PT ABK. Syarat kredit kedua perusahaan tersebut adalah 2/10/net 30.

Tabel 6.2
Skedul Umur Piutang (Agimg Schedule of Receivable)
PT ABC PT ABK
Umur Piutang Nilai % Dari Total Nilai % Dari Total
Piutang Nilai Piutang Piutang Nilai Piutang
0-10 640 80% 400 50%
11-30 160 20% 160 20%
31-45 0 120 15%
46-60 0 80 10%
di atas 60 0 40 5%
Total 800 100% 800 100%

PT ABC lebih baik daripada PT ABK, karena semua pelanggan membayar tepat
waktu 80% pada hari ke 10, dan sisanya 20% membayar pada hari ke 30. Sedangkan
PT ABK pelanggannya tidak tepat membayar sesuai dengan perjanjian kredit, 30%
yaitu (15% + 10% + 5%) pelanggannya membayar lewat 30 hari dari jatuh tempo.
Perusahaan yang baik seyogianya mengikuti manajemen piutang PT ABC seperti
ilustrasi di atas.
Manajer keuangan harus kontrol ketat jangka waktu penagihan dan skedul umur
piutang. Kedua unsur itu harus dihubungkan dengan syarat kredit dan kedua unsur itu
untuk mengetahui efektifitas bagian penagihan menjalankan tugasnya. Jika jangka
Financial Management 6

waktu penagihan makin panjang dan rasio umur piutang yang melewati jatuh tempo
makin besar, maka harus diadakan peninjauan kembali kebijakan penjualan kredit.
7. Anggaran Pengumpulan Piutang
Piutang merupakan aktiva lancar yang kurang liquid, karena itu perusahaan lebih
menginginkan aliran uang tunai (cash flow) dari pada jumlah piutang yang besar, karena
kas dapat segera dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dalam penjualan kredit, saat
penjualan barang tidak bersamaan waktunya dengan penerimaan kas, karena itu atas
penjualan kredit tersebut perlu dibuat perencanaan kapan piutang tersebut bias diterima
menjadi kas.
Kegiatan perencanaan penerimaan piutang menjadi uang tunai tersebut disebut
Anggaran Pengumpulan Piutang (Receivables Collections Budget). Anggaran ini dapat
disusun berdasarkan anggaran penjualan kredit dengan memperhatikan kebiasaan
pembayaran pelanggan dalam melunasi piutang.
Pada umumnya perusahaan besar mempunyai banyak pelanggan dengan kredit.
Kondisi yang demikian mempengaruhi arus kas perusahaan. Misal, PT ABC mempunyai
penjualan bulan Januari Rp 100, Februari Rp 200, dan Maret Rp 300. Syarat pembayaran
ditetapkan 3/20/net 30. 70% pelanggan membayar 20 hari setelah bulan penjualan, 20%
pelanggan membayar 10 hari terakhir bulan kesatu sesudah bulan penjualan, dan 10%
pelanggan membayar bulan kedua setelah bulan penjualan. Berdasarkan informasi
tersebut aggaran pengumpulan piutang dapat disajikan pada tabel 6.3. Rincian
perhitungan piutang bulan Februari, Maret, April,adalah sebagai berikut:
Bulan Februari:
o Pengumpulan piutang bulan Februari 70% X Rp 100 = Rp 70 dikurangi
potongan tunai 3% X Rp 70 = Rp 2,10 = Rp 67,90.
o 20% terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 100 = Rp 20.
o Jadi dalam bulan Februari, piutang terkumpul = Rp 67,90 + Rp 20 = Rp 87,90
Bulan Maret:
o Piutang atas penjualan bulan Januari 10% X Rp 100 = Rp 10
o Piutang atas penjualan bulan Februari 70% X Rp 200 = Rp 140, dikurangi 3%
X Rp 140 = Rp 4,20 = Rp 135,80
o Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 200 = Rp 40
Financial Management 7

o Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 10 + Rp 135,80 + Rp 40 =


Rp 185,80
Bulan April:
o Piutang atas penjualan bulan Februari 10% X Rp 200 = Rp 20
o Piutang atas penjualan bulan Februari 70% X Rp 300 = Rp 210, dikurangi 3%
X Rp 210 = Rp 6,30 = Rp 203,70
o Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 300 = Rp 60
o Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 20 + Rp 203,70 + Rp 60 =
Rp 283,70
Contoh lain:
PT Kita merencanakan membuat anggaran pengumpulan piutang untuk 6 bulan pertama
tahun 2015 sebagai berikut:
Januari Rp 100.000.000 April Rp 120.000.000
Pebuari Rp 110.000.000 Mei Rp 105.000.000
Maret Rp 115.000.000 Juni Rp 125.000.000
Syarat pembayaran 5/10 – n/60. Penjualan dianggap awal bulan, dan penjualan bulan
November dan Desember 2014 masing-masing Rp 90.000.000 dan Rp 95.000.000.-
Menurut pengalaman, pembayaran piutang tersebut adalah sbb:
a. 30% dibayar dengan memanfaatkan masa diskon
b. 10% dibayar pada bulan penjualan tanpa memanfaatkan masa diskon
c. 50% dibayar satu bulan setelah bulan penjualan
d. 10% dibayar dua bulan setelah bulan penjualan.
Buatlah Anggaran pengumpulan Piutang
Terlebih dahulu harus dihitung besarnya penerimaan kas dari piutang. Misalnya: Berapa
yang diterima bulan Januari, Pebuari dan Maret.
Pada penjualan Januari, akan diterima sebesar 30% dengan diskon (a); dan 10% (b).
Yang diterima bulan Pebuari 50% (c); dan yang diterima Maret 10% (d).
Maka perhitungannya sbb:
Diterima januari:
30 % x Rp 100.000.000 = Rp 30.000.000
Diskon 5% x 30.000.000 = Rp 1.500.000 -
= Rp 28.500.000
10% x Rp 100.000.000 = Rp 10.000.000+
Diterima Januari = Rp 38.500.000
Diterima Pebruari:
50% x Rp 100.000.000 = Rp 50.000.000
Diterima Maret:
10% x 100.000.000 = Rp 10.000.000
Financial Management 8

Aggaran Pengumpulan Piutang (Jan-Jun) 2015 (Dalam Jutaan RP


Bulan Piutang Diterima Bulan
Januari Pebuari Maret April Mei Juni
Nov 90.000 9.000 - - - - -
Des 95.000 47.500 9.500 - - - -
Jan 100.000 38.500 50.000 10.000 - - -
Pebru 110.000 - 42.350 55.000 11.000 - -
Maret 115.000 - - 44.275 57.500 11.500 -
April 120.000 46.200 60.000 12.000
Mei 105.000 40.425 52.500
Juni 125.000 48.125
Jumlah 95.000 101.850 109.275 114.700 111.925 112.625

8. Kebijakan Kredit (Credit Policy)


Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh banyak faktor antara lain kualitas produk,
harga yang kompetitif, distribusi yang cepat, promosi, pelayanan purna jual, kebijakan
kredit, dan lain-lain. Berikut ini disajikan contoh kasus:
Kasus PT Lesmana: kebijkan lama: potongan tunai 3% untuk pembayaran sampai
dengan 7 hari (3/7).Rata-rata Pengumpulan piutang 30 hari, pembeli yang memanfaatkan
potongan tunai 15%, piutang tak tertagih (bad debt) 2% dari penjualan kredit (credit
sales). Penjualan selama satu tahun 1.500 @ Rp 5, VC Rp 2,3, biaya modal
diperhitungkan 22% per tahun.
Kebijakan baru: perjanjian kredit penjualan (term of sales) adalah 4/15, potongan
tunai 4% bagi yang melakukan pembayaran sampai dengan 15 hari. Rata-rata
pengumpulan piutang 40 hari. Yang memanfaatkan potongan tunai bertambah menjadi
25% dan penjualan meningkat 20%, tambahan tenaga penjual 3 orang dengan gaji per
bulan Rp1,7 per bulan per orang, piutang tak tertagih (bad debt) 3%. Apakah perusahaan
mempertahankan kebijakan lama atau baru? Solusi kasus PT Lesmana tersebut dapat
disajikan dalam tabel 6.4.
Keterangan tabel 6.4:
o *Marjin kontribusi = [1 – (2,3 / 5)] = 54%
o Perhitungan Laba (rugi) atas kebijakan baru:
o Tambahan marjin kontribusi = (Rp 4.860 – Rp 4.050) = Rp 810,00
o Tambahan biaya modal = (Rp 75,9 – Rp 53,7625) = (Rp 22,14)
o Tambahan piutang tak tertagih = (Rp 202,5 – Rp 127,5) = (Rp 75,00)
o Tambahan potongan tunai = (Rp 90 – Rp 33,75) = (Rp 56,25)
o Gaji tenaga penjual = (Rp 61,20)
o Tambahan Laba = Rp 595,41
Kesimpulan:
Kebijakan baru adalah layak dijalankan karena ada tambahan laba sebesar Rp 595,41.

Tabel 6.3
Solusi Kasus PT Lesmana

Keterangan Kebijakan Lama Kebijakan Baru


Penjualan Rp 7.500 (1+20%)(7.500) = Rp 9.000
Piutang 85% X 7.500 = 75% X 9.000 = Rp 6.750
Rp 6.375
Financial Management 9

Tunai Rp 1.125 Rp 2.250


Perputaran (Turnover) 360/30 = 12X 360/40 = 9X
Rata-rata Piutang Rp 6.375/12 = Rp 6.750/9 = Rp 750
Rp 531,25
Investasi pada 46% X Rp 531,25 = 46% X Rp 750 = Rp 345
piutang Rp 244,375
Biaya Modal 22% X Rp 244,375 = 22% X Rp 345 = Rp 75,9
Rp 53,7625
Piutang Tak Tertagih 2% X Rp 6.375 = 3% X Rp 6.750 = Rp 202,5
(bad debt) Rp 127,5
Potongan Tunai 3% X Rp 1.125 = 4% X Rp 2.250 = Rp 90
(cash discount) Rp 33,75
Marjin Kontribusi* 54% X Rp 7.500 = 54% X Rp 9.000 =Rp 4.860
Rp 4.050
Gaji tenaga penjual 3 X 12 X Rp 1,7 = Rp 61,2

Contoh Lain:
Atas keputusan dari penjualan kredit pada perusahan “Senang” maka pada tahun 2001
timbul piutang Rp 10.000.000.- Pembayaran dengan potongan 20% dari piutang dalam
jangka waktu 10 hari yang direncanakan sebesar 50% dari total piutang. Piutang awal
sebesar Rp 400.000.- dan akhir tahun direncanakan Rp 600.000.-
Maka tingkat perputaran piutang = 80% x Rp5.000.000 + Rp 5.000.000
Rp 400.000 + Rp 600.000
= Rp 9.000.000 = 18 x
Rp. 5.000.000
Hari rata-rata pengumpulan piutang = 360 hari / 18x = 20 hari

9. Umur Piutang (Aging of Receivable)


Untuk mengetahui ketepatan kebijakan pengelolaan piutang, maka dipakai analisis umur
piutang yakni klasifikasi piutang dalam tabel yang menunjukkan jangka waktu (umur)
piutang yang belum dilunasi, baik yang belum jatuh tempo atau yang sudah jatuh tempo.
Contoh:
Daftar Umur Piutang
Saldo bulan-bulan penjualan
Rupiah 1 Januari Des Nov Okt Sept sebelm Sept.
(000) 1.200 600 300 200 40 60
%tasi 100 50 25 17 3 5
term of credit keterlambatan dari
saat ini 2/10 net 30 batas 30 hari

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa: saldo piutang 1 Januari 2001 sebsar Rp 1.200.000.-
yaitu Rp 600.000.- berasal dari penjualan bulan Desember; Rp 300.000.- berasal dari
Financial Management 10

bulan November; Rp200.000.- berasal dari bulan Oktober; Rp40.000.- berasal dari bulan
September; dan Rp 60.000.- sebelum bulan september.
Bila dikaitkan term of credit misalnya: 2/10 net 30 berarti 50% piutang belum lewat
waktu, 25% terlambat 1 bulan, 17% terlambat 2 bulan dan 3% terlambat  2 bulan ini
harus ditinjau kembali kebijakan kredit.
Pendekatan Kelas Risiko.
Kelas risiko dan kebijakan kredit
Kelas Risiko Kerugian piutang Kebijakan kredit
I 0% kredit dgn syarat lunak
II 1 – 3% kredit dgn syarat ketat
III 4 – 6% cash on delivery (tunai)
IV 7 – 9% cash before delivery (byr dimuka)
V 10% tidak diberi kredit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah Halim, Drs,MBA, Akuntandan Sarwoko,Drs; Manajemen Keuangan,


Buku 1, Edisis II, Penerbit BPFE, Yogyakarta. 1994

2. Agus Sartono, Drs.MBA; Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE


Yogyakarta, 1999.

3. Bambang Riyanto,Prof,DR; Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi


Pertama, Penerbit BPFE Yogyakarta, 1995.

4. Indriyo Gitosudarmo, Drs, M.Com and Basri,Drs.; Manajemen Keuangan, Edisi


3, Penerbit BPFE Yogyakarta, 1995.

5. Irham Fahmi; Mamajemen Keuangan Perusahaan dan Pasar Modal; Mitra


Wacana Medika; Jakarta. Edisi pertama, 2014

6. J.Fred Weston and Thomas E. Copeland, Jilid I, Penerbit Erlanggan Jakarta,1992.


Financial Management 11

7. Lukas Setia Atmaja, Drs, MSc; Manajemen Keuangan, Buku I ; Penerbit Andi
Offset Yogyakarta, 1994.

8. Sutrisno, Drs,MM; Manajemen Kuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi; Penerbit


Ekonesia Fakultas Ekonomi UI Yogyakarta, 2003.

Anda mungkin juga menyukai