VISI
MISI
4. Menjalin kerjasama dalam lingkup regional, nasional, dan internasional baik lintas
program maupun lintas sektoral untuk mendukung peningkatan kualitas tridarma
pendidikan.
5. Membentuk dan membina perilaku yang beretika dan akhlak yang mulia berdasarkan
nilai-nilai profesi kesehatan.
Visi
Menghasilkan Sarjana Kebidanan Yang Profesional dan Unggul Dalam Bidang Entrepreneurship
Kebidanan Di Tingkat Nasional Tahun 2027
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas karunia- Nya sehingga modul “Profesionalisme
dalam Kebidanan” ini bisa diususun dan terbitkan sebagai buku panduan bagi mahasiswa. Modul ini
merupakan acuan bagi mahasiswa di dalam pelaksanaan perkuliahan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan modul ini, sehingga mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga modul ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................................... i
VISI DAN MISI STIKES PANCA BHAKTI..................................................................................... ii
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN STIKES PANCA
BHAKTI................................................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... v
TATA TERTIB PRAKTIKUM.......................................................................................................... vi
MATERI 1
Pendahuluan……………………………………………….…………….........................................8
Materi Pelayanan Kebidanan Komunitas…………………………….................................….........8
Daftar Pustaka.................................................................................................................... ….……15
MATERI 2
Pendahuluan……………………………………………….…............................................……...16
Materi Asuhan Kebidanan Berbasis Komunita……….…………....…….....….............................16
Daftar Pustaka…………………………………………….………………....................................36
MATERI 3
Pendahuluan……………………………………………….…………………..............................37
Materi Komunitas Dan Budaya………………….…………………....……….... ....................... 37
Daftar Pustaka……………………………….…………………....…………...............................48
MATERI 4
Pendahuluan……………………………………………….……………......................................49
Materi Program Terkait Kesehatan Ibu Anak dan Kesehatan Repoduksi......................................49
Daftar Pustaka…………………………………………….………………...................................65
MATERI 5
Pendahuluan……………………………………………….………..............................................66
Materi AsuhaPelayanan Kebidanan Komunitasn ........……………......…….....….......................66
Daftar Pustaka…………………………………………….………...............................................94
MATERI 6
Pendahuluan……………………………………………….…………………..............................95
Materi Analisis Sosial dan Analisis Situasi Di Komunita………..........………............................95
Daftar Pustaka……………………………….…………………....………….............................100
MATERI 7
Pendahuluan……………………………………………….…………………............................101
Materi Pengelolaan Masalah Komunit.........................a………..........………...........................101
Daftar Pustaka……………………………….…………………....………….................. .112
MATERI 8
Pendahuluan……………………………………………….……………..........................……..113
Materi Advokasi,Negosiasi dan Membangun Kemitraan Di Komunitas…................................113
Daftar Pustaka……………………………….…………………....…………...................137
MATERI 9
Pendahuluan……………………………………………….………………….................... .......138
Materi Pencatatan dan Pelaporan Komunitas ......................................………...........................138
Daftar Pustaka……………………………….…………………....……….......................158
MATERI 10
Pendahuluan……………………………………………….………………….............................158
Materi Pemberdayaan Pelayanan Kebidanan di Komunitas.................………............................158
Daftar Pustaka……………………………….…………………....…………....................181
MATERI 10
Pendahuluan……………………………………………….……………….................................182
Materi Evidance Based Dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas .........……….........................182
Daftar Pustaka……………………………….…………………....………........................188
MATERI 11
Pendahuluan……………………………………………….…………......................................... 188
Materi Upaya Promotif dan Preventif Terkait Asuhan Kebidanan Komunitas ……................... 188
Daftar Pustaka……………………………….…..……....………….. ..............................190
SUBSTANSI PRAKTIKUM
Panduan ini dibuat agar Anda dapat melakukan pembelajaran praktik secara mandiri dengan baik
Agar Anda dapat memperoleh hasil belajar yang optimal, perhatikanlah petunjuk berikut ini :
1. Bacalah kembali panduan pratikum yang terkait dengan pembelajaran resusitasi untuk neonatal
2. Pahami dulu format penuntun belajar tentang resusitasi untuk neonatal yang terdapat pada
halaman lampiran penuntun belajar ini
3. Praktik laboratorium dilaksanakan secara terjadwal dan berikan pedoman praktek untuk
mendapatkan penilaian
4. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, lakukan praktek ulang bersama teman Anda
5. Untuk mengetahui perkembangan capaian pelaksanaan pratikum, gunakan lembar penilaian yang
sudah di gunakan
6. Mintalah teman Anda untuk melakukan penilaian sesuai dengan tanggal pertemuan
7. Setiap selesai praktek, mintalah masukan untuk perbaikan praktikum berikutnya
8. Pada akhir kegiatan praktikum, mahasiswa wajib mengumpulkan lembar penilaian capaian
pratikum pada dosen
9. Anda dinyatakan trampil apabila telah mendapatkan penilaian : Nilai minimal kelulusan kuliah
praktikum yaitu 100.
TOPIK I
EVIDENCE BASED
Evidence based practice adalah praktik berdasarkan penelitian yang terpilih dan
terbukti bermanfaat serta merupakan penerapan yang sistematik, ilmiah dan eksplisit dari
penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan asuhan kebidanan. Hal ini
menghasilkan asuhan yang efektif. Asuhan yang tidak selalu melakukan intervensi. Kajian
ulang memunculkan asumsi bahwa sebagian besar komplikasi obstetri yang mengancam
jiwa sebenarnya bias diprediksi atau dicegah. Menurut MNH (Maternal Neonatal Health)
asuhan antenatal atau yang dikenal antenatal care merupakan prosedur rutin yang
dilakukan oleh bidan dalam membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu
hamil hingga persiapa persalinannya.
a. Diawali dengan identifikasi masalah dari pasien atau yang timbul selama proses
tatalaksana penyakit pasien
b. Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan dari masalah klinis tersebut
c. Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar bagi pertanyaan
tersebut dari literatur ilmiah
d. Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang didapatkan untuk menilai validitas
(mendekati kebenaran), pentingnya hasil penelitian itu serta kemungkinan
penerapannya pada pasien
e. Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan bukti tersebut dengan
kemampuan klinis anda dan preferensi pasien yang seharusnya mendapatkan
probabilitas pemecahan masalah pelayanan pasien yang lebih baik.
f. Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit / masalah pasien anda (sukiro.2018)
2. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan
kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi kesehatan dan kedokteran di
masa mendatang.
3. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti
dari penelitian yang bias dipertanggungjawabkan.
4. Evidence based report adalah merupakan bentuk penulisan laporan kasus yang baru
berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan pada semua
tahapan penatalaksanaan
3. Tingkatan Evidence
Menurut Yulizawati,2020 dalam buku “Evidence Based Midwifery Implementasi
Dalam Masa Kehamilan”. Ada beberapa tingkatan evidence yaitu:
a. RCT
Uji coba terkontrol acak
Memformulasi pertanyaan klinis yang dapat dijawab
Menemukan berbagai bukti
Telaah berbagai bukti
Aplikasikan berbagai bukti
Evaluasi kinerja
• Subjek dialokasikan menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Meta analysis
Systematic review
• Secara sistematis membangun pernyataan untuk membantu para tenakes dan pasien
dalam pengambilan keputuasn klinis yang tepat
• Menyimpulkan literature
TUGAS PRAKTIKUM
1. Buat 4 kelompok
2. Membuat paper tentang Evidence Based
3. Susun dalam bentuk paper singkat dan buat file presentasinya.
Daftar Pustaka
Laily Himawati, Nurul Kodiyah.2020.Pengaruh pijat oksitosin terhadap nyeri persalinan pada ibu
bersalin di rumah sakit permata bunda purwodadi grobogan. Jurnal unived.Volume 8 No.
1
Tyastuti, Siti and Wahyuningsih, Heni Puji (2016) Asuhan Kebidanan Kehamilan.Jakarta:Pusdik
SDM Kesehatan,
TOPIK 2
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN PADA BERBAGAI TATANAN
PELAYANAN KESEHATAN DAN PROMOSI KESEHATAN
Promosi Kesehatan ( Health Promotion ) adalah ilmu dan seni membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan
sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Agar
promosi kesehatan dapat berjalan secara sistematis, terarah dan terencana sesuai konsep
promosi kesehatan bahwa individu dan masyarakat bukan hanya sebagai objek/sasaran
yang pasif menunggu tetapi juga sebagai pelaku maka perlu pengelolaan program promosi
kesehatan mulai dari pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan dan
penilaian.
Dan agar promosi kesehatan berjalan secara efektif dan efesien maka pesan harus
sesuai dengan karakteristik serta kebutuhan / masalah sasaran. Sasaran utama promosi
kesehatan adalah masyarakat khususnya perilaku masyarakat. Karena terbatasnya sumber
daya, akan tidak efektif apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan langsung
dialamatkan kepada masyarakat, oleh karena itu perlu dilakukan pentahapan sasaran
promosi kesehatan.
Advokasi adalah suatu pendekatan kepada seseorang/ badan organisasi yang di duga
mempunyai pengaruh terhadap keerhasilan suatu program atau kelancaran suatu
kegiatan.
Seminar
Bidan menyampaikan masalah kesehatan menggunakan media dalam bentuk lisan, artikel, berita,
diskusi, penyampaian pendapat untuk membentuk opini public.
Mentorship dan preseptorsip bagi calon tenaga kesehatan dan bidan baru.
Menentukan diagnosis.
memberikan pandangan akibat yang akan di timbulkan atas keputusan yang ia ambil
Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.
Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien.
Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengar prioritas masalah.
Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioriras.
Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas.
b) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
keluarga berencana, mencakup:
Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur)
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
b.
Bidan bertugas; mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan
kebnjanan untuk individu, keluarga kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah
kerja dengan melibatl;can masyarakat/klien, mencakup:
c. Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
d. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat.
e. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu
dan anak serta keluarga berencana (KB) sesuai dengan rencana.
f. Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan lain
dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak-serta KB.
g. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan keseharan masyarakat khususnya
kesehatan ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada
program dan sektor terkait.
h. Menggerakkan dan mengembanglran kemampuan masyarakat serta memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
i. Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang sena kegiatankegiatan dalam kelompok profesi.
j. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanaka
Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di
wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga
kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya, mencakup:
Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi
asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.
Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau petugas
lapangan keluarga berencaca (PLKB) dan masyarakat.
Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan
lain.
Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan
bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.
1. Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta
didik
2. Menyusun rencana pelatihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.
3. Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, AVA) dan bahan untuk keperluan
pelatihan dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
4. Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan rencana yang telah
disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.
5. Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup kerjanya.
6. Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan.
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok, mencakup:
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai
berikut.
1. Fungsi Pelaksana
d. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
2. Fungsi Pengelola
d. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait
dengan pelayanan kebidanan
e. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Fungsi Pendidik
a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
TANGGUNG JAWAB BIDAN
Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kepada ibu dan anak yang
meminta pertolongan kepadanya. Ibu dan anak merupakan bagian dari
keluarga. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat kegiatannya dengan
keluarga.tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu dan anak,
tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga
TUGAS PRAKTIKUM
1. Buat 4 kelompok
A. PERAN BIDAN
Peran bidan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan
sejumlah proteksi diseluruh dunia. Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah
diakui secara reguler dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah
diakui secara yuridis,dimana ia ditempatkan dan telah mendapatkan kualifikasi serta
terdaftar,disahkan dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan.
Menurut IBI (Ikatan Bidan Indonesia) bidan adalah seorang wanita yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kebidanan yang telah diakui oleh pemerintah
dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku,dicatat (register) dan
diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktek.
Dalam melaksanakan profesinya seorang bidan memiliki peran yang spesifik yaitu :
Sebagai Pelaksana, sebagai pengelola, sebagai pendidik, sebagai peneliti/investigator.
a. Peran sebagai pelaksana
• mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa
pra nikah.
• Membuat rencana tindakan pada ibu masa persalinan dengan prioritas masalah.
• Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga,mencakup :
h) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup:
• Melaksanalkan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan
memberi pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
c) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi
serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
• Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan
keadaan kegawatdaruratan
• Menyusun rrencana asuhan kebidanan pada i6tl dalam masa persalinan dengan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
• Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko
tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan priositas.
• Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil
dengan risiko tinggi.
d) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup:
• Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
• Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta
keadaan kegawatdaruratan.
• Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
risiko tinggi dan pertolongan pertarna sesuai dengan prioritas.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bay, baru lahir dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruraran yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup:
• Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi
dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
• Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
f) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko cinggi serta pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
betsamut klien dan keluarga, mencaku:
• Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang nemerlukan tindakan kolaborasi.
• Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioricas sesuai dengan faktor risiko serta
keadaan kegawatdaruratan.
• Menyvsun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan
memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
h) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga, mencakup:
i) Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam masa
nifas yang memerlukan konsultasi serta rujukan.
j) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
keluarga, mencakup:
• Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
yang memerlukan konsulrasi serta rujukan.
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
a) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam
memberi asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan
tindak lanjut.
b) Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau
petugas lapangan keluarga berencaca (PLKB) dan masyarakat.
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.
a) Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta
didik
c) Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, AVA) dan bahan untuk keperluan
pelatihan dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
d) Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan rencana yang
telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.
FUNGSI BIDAN
Berdasarkan peran bidan sepeni yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan
adalah sebagai berikut :
4) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko
b. Fungsi Pengelola
4) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait
dengan pelayanan kebidanan.
c. Fungsi Pendidik
2) Membimbing dan melacih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan
bidangtanggung jawab bidan.
3) Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di
klinik dandi masyarakat.4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan
lainnya sesuai dengan bidangkeahliannya.
1) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
Abu, A., Kusumawati, Y., & Werdani, K. (2015). Hubungan Karakteristik Bidan dengan Mutu
Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan Standar Operasional. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas.Vol. 10, No. 1, Oktober 2015.
Anggrita, S., Mardiatul, U. I., & Ramalida, D. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.
Bogor: In Media. .
Achmad Djunawan, S. H. (2015). Hubungan Kerjasama, Motivasi, Sikap, dan Kinerja Bidan dalam
Pelayan Antenatal . Administrasi Kesehatan Indonesia , 19.
Anggiasari, E. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Desa dalam
Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Kabupaten Grobogan Tahun 2017.
Debbie Holmes, P. N. (Penyunt.). (2015). Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC.
Dewi, A. P. (2015). Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Bidan Desa pada Pelayanan
Antenatal dalam Program Jaminan Kesehatan Daerah di Kabupaten Kauas, Kalimantan
Tengah. Jurnal Sains Manajemen .
Dewi, V. N., & Sunarsih, T. (2011). Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. (S. Carolina, Penyunt.)
Daeli, W. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan Masa Kerja dengan
Pencegahan Infeksi Nosokomial. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. Vol. 5 No.3
September 2015.
Elisabeth Siwi Walyani, A. K. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Hajar Nur Aswad, E. F. (2016). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pelatihan dan Kompensasi Terhadap
Kinerja Perawat di Rumah Sakit UIT Makassar..
Kirom, B. (2015). Mengukur Kinerja Pelayanan dan Kepuasan Konsumen. Bandung: Pustaka Reka
Cipta.
Manalu, K. (2018). Hubungan Peran Kepemimpinan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf
pada Puskesmas Huta Rakyat Kecamatan Sidikalang. Diambil kembali dari Skripsi..
Marny C. Pangalila, G. D. (2016). Analisis Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Antenatal Pada
Puskesmas di Kabupaten Minahasa Utara. .
Mikrajab, M. A., & Rachmawati, T. (2015). Analisis Kebijakan Implementasi Antenatal Care
Terpadu Puskesmas di Kota Blitar. Puslitbang Humaniora dan Manajemen
Kesehatan
Nasution, N. (2018). Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Kinerja Bidan Desa Dalam
Pencapaian Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Siabu
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017. Diambil kembali dari Skripsi.
Ossie Happinasari, d. (2017). Hubungan Persepsi Kompensasi Terhadap Kinerja Bidan Desa dalam
Pelaksanaan Program Kelas Ibu Hamil di Puskesmas Kabupaten Purbalingga. Jurnal
Imiah Kebidanan .
P.Mannava, K.Durrant, Fisher, J., M.Chersich, & S.Luchters. (2015). Attitudes and Behaviours
of Maternal Health Care Provider in Interactions With Clients. Global And Health , 1-
17.
Prawirohardjo, S. (2008). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Talasaz, Z. H., Saadoldin, S. N., & Shakeri, M. T.
(2014). The Relationship between Job Satisfaction and Job Performance among
Midwives Working in Healthcare Centers of Mashhad, Iran. Journal of Midwifery &
Reproduktive Health , 157-164.
Widyawati. (2018). Kinerja Bidan dalam Memberikan Pelayanan Antenatal Care dan Faktor yang
Mempengaruhi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat , Vol. 07, No. 01.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu faktor determinan pada derajat kesehatan.
Perilaku kesehatan tersebut meliputi seluruh perilaku seseorang atau masyarakat yang
dapat memberi akibat terhadap kesehatan, kesakitan dan kematian. Perilaku sakit adalah
cara seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya dipengaruhi oleh
pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai dan segala aturan
dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya. Beberapa perilaku dan aspek
budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Health believe
Adalah tradisi- tradisi yang diberlakukan secara turun- menurun dalam. Contohnya:
dalam pemberian makanan pada bayi, di daerah Nusa Tenggara Barat ada pemberian
nasi papah atau di jawa dengan tradisi nasi pisang.
2. Life style
Adalah gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup
kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang sakit
tidak perlu ke pelayanan kesehatan akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung
atau mendatangi dukun.
a. Hamil
b. Nifas
Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah harus bisa
merawat dirinya sendiri lalu ibu diberikan juga jamu untuk peredaran darah dan untuk
laktasi. Cara ibu tidur setengah duduk agar darah kotor lekas keluar. Ibu masa nifas
tidak boleh minum banyak, ibu tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa
sawan, ibu tidak boleh makan terong karena bisa membuat bayi demam dan lain
sebagainya.
c. Perawatan bayi
1. Memberikan penyuluhan tentang pantangan makanan selama nifas dan menyusui
sebenarnya kurang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
2. Memberikan pendidikan tentang perawatan bayi baru lahir yang benar dan tepat,
meliputi pemotongan tali pusat, membersihkan/memandikan, menyusukan
(kolostrum), dan menjaga kehangatan bayi.
3. Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca bersalin,
bayi dan balita.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sang sekerta yang merupakan budayah /
bodhi yang berarti akal budi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan akal.
Budaya dapat dipisahkan sebagai kata majemuk yaitu budi dan daya berupa cipta rasa,
karsa dan karya.
a) Kebudayaan Modern
b) Kebudayaan Tradisional
Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka
kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu seperti ispa, diare dan tetanus yang
sering diderita oleh bayi dan anak yang berakhir dengan kematian. Demikian pula dengan
peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis yang
membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan.
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana
mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya
seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara
makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak
baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, merupakan salah
satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap
daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang
disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa
makanan tertentu.
:
1) Kebudayaan bagi wanita hamil :
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering menitikberatkan
perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa kehamilan,sehingga di dalam adat-
istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat yang cukup rinci untuk menyambut
kelahiran bayi.Biasanya upacara dimulai sejak usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai
pada saat kelahirannya,
1) Masyarakat Betawi :
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena
dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
2) Daerah Subang :
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena
khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan.
a) Minum rendaman air rumput fatimah akan merangsang mulas. Menurut kajian
rumput fatimah ini mengandung hormon oksitosin,ini dapat membantu
kontraksi menurut kepercayaan masyarakat jika ibu hamil minum renda air ini, bi
air ini diminum apabila ibu sudah mencapai pembukaan 3-5 cm dan
panggul sudah melebar.
Macam-macam mitos yang ada pada msyarakat mengenai ibu nifas diantaranya:
Dari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS, sanggama
memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas
yang satu ini akan menghambat proses penyembuh- an jalan lahir maupun
involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Selain karena fungsi hormonal tubuh yang bersang- kutan belum kembali aktif
bekerja. Kalau sanggama dipaksakan terjadi dalam tenggang waktu itu,
kemungkinan yang terjadi bisa macam-macam. Di antaranya infeksi atau malah
perdarahan. Sebabnya, mukosa jalan lahir setelah persalinan sangat peka akibat
banyaknya vaskularisasi/aliran darah, hingga terjadilah perlunakan mukosa jalan
lahir. Dengan berjalannya waktu, vaskularisasi ini kian berkurang dan baru akan
normal kembali 3 bulan setelah bersalin. Belum lagi libido yang mungkin memang
belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya
jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.
Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki harus lurus.
Dalam arti, kaki kanan dan kiri enggak boleh saling tumpang tindih ataupun
ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan di vagina tak melebar ke mana-mana,
juga dimaksudkan supaya aliran darah tetap lancar alias tak terhambat. Secara
medis, posisi kaki yang lurus memang lebih menguntungkan karena membuat aliran
darah jadi lancar. Sedangkan mobilisasi secara umum, pada dasarnya boleh dan
malah harus dilakukan. Makin cepat dilakukan kian menguntungkan pula.
Dengan catatan, kondisi si ibu dalam keadaan baik, semisal tak mengalami
perdarahan atau kelainan apa pun saat melahirkan. Selain patokan bahwa dalam 8
jam pertama
bisa BAK dan BAB berarti ada sesuatu yang enggak beres yang akan berpengaruh
pada kontraksi dan proses involusi (pengecilan kembali) rahim.
Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk angin. Itu sebab,
sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadar disiram dengan air dingin.
Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar darah putih bisa turun dan tak menempel di
mata. Namun agar tak bau apek dan tetap harum disarankan menggunakan ratus
pewangi. Tentu saja pantangan semacam itu untuk kondisi jaman sekarang dirasa
memberatkan. Terlebih untuk ibu-ibu yang harus sering beraktivitas di luar rumah.
Sedangkan mandi boleh-boleh saja asal dilakukan jam 5 atau 6 untuk mandi pagi dan
sebelum magrib untuk mandi malam. Penggunaan air dingin, katanya, justru lebih
baik ketimbang air hangat karena bisa melancarkan produksi ASI.
Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang, dan terung.
Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan bikin benyek organ vital
kaum Hawa. Termasuk makanan bersantan dan pedas karena pencernaannya bakal
terganggu yang bisa berpengaruh pada bayinya. Begitu juga ikan dan telur asin
serta makanan lain yang berbau amis karena dikhawatirkan bisa menyebabkan bau
Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang pepaya dan pisang yang justru
amat dianjurkan karena tergolong sumber makanan yang banyak mengandung
serat untuk memudahkan BAB. Ikan dan telur juga merupakan salah satu sumber
protein hewani yang baik dan amat dibutuhkan tubuh. Sedangkan durian memang
tak dianjurkan karena kandungan kolesterolnya tinggi, selain memicu pembentukan
gas yang bisa mengganggu pencernaan.
Kalau dipikir-pikir larangan ini, bertujuan supaya si ibu tak terlalu letih
beraktivitas. Kalau capek bisa-bisa ASI-nya berkurang. Kasihan si kecil. Karena
biasanya seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu. Belum lagi kemungkinan si bayi
rewel ditinggal ibunya terlalu lama. Sementara kalau diajak pun masih kelewat kecil.
Malah takut ada apa-apa di jalan, terutama kalau menggunakan angkutan umum.
Bepergian pun membuat si ibu jadi tak tahan menghadapi aneka godaan untuk
menyantap segala jenis makanan yang dipantang.
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu diperhatikan
oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya,
telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu:
Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem
pemerintahan desa.
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan
kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Nilai dan aturan bagi laki-laki dan perempuan di setiap masyarakat berbeda
sesuai dengan nilai sosial-budaya setempat dan seringkali berubah seiring dengan
perkembangan budaya.Di beberapa daerah contohnya, menjaga hasil bumi yang akan
dijual menjadi tugas perempuan, sementara di daerah lain itu menjadi tugas laki-laki.
Mempunyai akses ke dan kontrol yang lebih besar atas sumber daya biasanya
membuat laki-laki lebih berkuasa daripada perempuan dalam kelompok sosial manapun.
Hal ini dapat menjadi kekuasaan kekuatan fisik, pengetahuan dan keterlampilan,
kekayaan dan pendapatan, atau kekuasaan untuk mengambil keputusan karena
merekalah yang memegang otoritas. Laki-laki kerap kali memiliki kekuasaan yang lebih
besar dalam membuat keputusan atas reproduksi dan seksualitas. Kekuasaan laki-laki
dan kontrol atas sumber daya dan keputusan diinstitusionalkan melalui undang-undang
dan kebijakan negara, serta melalui aturan dan peraturan institusi sosial yang formal.
Hukum di berbagai negara di dunia memberi peluang kendali yang lebih besar kepada
laki-laki atas kekayaan dan hak dalam perkawinan, serta atas anak-anak. Selama
berabad-abad, lembaga keagamaan mengingkari hak perempuan untuk menjadi
lembaga keagamaan mengingkari hak perempuan untu menjadi pemimpin agama, dan
sekolah sering kali bersikukuh bahwa ayah si anak lah yang menjadi wali resmi, bukan
sang ibu.
Perempuan dan laki-laki mempunyai akses ke dan kontrol yang tidak setara atas
sumber daya. Ketidaksetaraan ini merugikan perempuan. Ketidaksetaraan berbasis
gender dalam hubungannya dengan akses ke dan kontrol atas sumber daya terjadi
dalam kelas sosial, ras, atau kasta. Tetapi, perempuan dan laki-laki dari raskelas sosial
tertentu dapat saja memiliki kekuasaan yang lebih besar dari laki-laki yang berasal dari
kelas sosial yang rendah.
Konsep analisis gender penting sekali di bidang kesehatan karena perbedaan berbasis
gender daalam peran dan tanggung jawab, pembagian pekerjaan, akses ked an control
atas sumber daya, dalam kekuasaan dan keputusan mempunyai konsekuensi
maskulinitas dan feminitas yang berbeda berdasarkan budaya, suku dan kelas social.
Sangat penting memilikin pemahaman yang baik tentang konsep dan mengetahui
karakteristik kelompok perempuan dan laki-laki yang berhubungan dengan proses
pembangunan.Pada status kesehatan perempuan dan laki-laki. Konsekuensi boleh jadi
meliputi: “risiko yang berbeda dan kerawanan terhadap infeksi dan kondisi kesehatan,”
mebuat banyaknya pendapat tentang kebutuhan kesehatan tindakan yang tepat, akses
yang berbeda ke layanan kesehatan, yang diakibatkan oleh penyakit dan konsekuensi
social yang berbeda dari penyakit dan kesehatan.
2.5 Ketidaksetaraan Gender
Berikut ini beberapa contoh pengaruh ketidaksetaraan gender terhadap kesehatan baik
laki-laki maupun perempuan sejak lahir hingga lanjut usia.
NO KETIDAKSETARAAN KETIDAKSETARAAN
Secara kodrati, perempuan dan laki-laki adalah dua jenis kelamin yang berbeda.
Perbedaan yang bersifat universal tersebut, sayangnya banyak disalah artikan sebagai
sebuah sekat yang membentengi ruang gerak. Dalam perkembangannya kemudian, jenis
kelamin perempuan lebih banyak menerima tekanan, hanya karena secara kodrati
perempuan dianggap lemah dan tak berdaya.
Di beberapa wilayah dengan adat istiadat dan budaya tertentu, isu gender
memang sangat membedakan aktivitas yang boleh dilakukan antara pria dan wanita.
Pada masyarakat Jawa dari strata tertentu misalnya, merokok dianggap pantas untuk
laki-laki, tapi tidak untuk perempuan.
Selain menimpa perempuan, bias gender juga bisa menimpa kaum pria. Di bidang
kesehatan, lebih banyak perempuan menerima program pelayanan dan informasi
kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan anak ketimbang
laki-laki. Hal itu bisa jadi ada kaitannya dengan stereotip gender yang melabelkan
urusan hamil, melahirkan, mengasuh anak dan kesehatan pada umumnya sebagai urusan
perempuan.
Dari beberapa contoh diatas memperlihatkan bagaimana norma dan nilai gender
serta perilaku yang berdampak negatif terhadap kesehatan. Untuk itu, tugas bidan
adalah meningkatkan kesadaran mengenai gender dalam meurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
sangat-sangat memprihatinkan.masih banyak anak-anak yag nutrisi dan gizinya belum
tercukupi,karena sebagian masyarakat masih menganggap bahwa apa yang telah di
berikan orang terdahulu mereka harus di berikan kepada anak mereka sekarang.
Pada ibu hamil juga masih banyak mitos-mitos yang di percaya untuk tidak di
lakukan,padahal itu harus di lakukan untuk kesehatan ibu dan janin yang di
kandungnya,misalnya seperti di larang makan ikan laut,padahal ikan laut itu bergizi
tinngi dan banyak mengandung protein yang bagus untuk kesehatan ibu dan janin,tapi
mitos dalam budaya mereka melarang larang untuk memakannya.pada budaya di daerah
mereka ada juga ritual untuk wanita yang sedang hamil,seperti upacara mengandung
empat bulan,tujuh bulan,dan lebih dari sembilang bulan.
Menjadi seorang bidan desa dan di tempatkan pada desa yang plosok dan masih
tinggi menjunjung adat istiadat budayan dan mempercayai mitos sangatlah susah dan
penuh perjuangan mental dan raga,karena masyarakatnya lebih mempercayai mitos dari
pada tenaga kesehatan seperti bidan,mereka masih mempercayai dukun untuk menolong
persalinan atau pun menyembuhkan penyakit yang di derita masyarakat dan
anak.padahal persalinan dengan bantuan dukun akan menakutkan sekali,karena takut
terjadinya infeksi paska persalian,misalnya penularan penyakit selama persalinan,seperti
pemotongan tali pusar dengan menggunakan gunting biasa atau belatih dari
bambu,padahal seharus naya semua alat yang di gunakan dan gunting tersebut harus di
sterilkan terlebih dahulu,tapi kalau dukun tidak melakukan hal itu.
Jadi tugas kita sebagai tenaga kesehatan bidan dalam upaya untuk
menanggulangi maslah-masalah tersebut dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak kita
harus merubah paradigma masyarakat awam tentang ke jelekan tenaga kesehatan
bidan di mata orang awam,karena bidan lebih berkompeten dalam melkukan tindakan
karena sudah mendapatkan ilmu yang banyak dan mengetahui tentang maslah dan
penanggulanganya secara baik dan benar sesuai prosedur kesehatan yang ada.dan
pemerintah juga harus berperan dalam pengadaan penunjang untuk mencapai
mengurangi kematian ibu dan bayi yang dalam program pemerintah di beri nama
sasaran milineum development goals (MDGs).sehingga menciptakan sebuah masyarakat
yang tanggap dan berperan aktif dengan maslah kesehata,terutama untuk diri mera
sendri,dan menjadikan suami siaga pada saat akan persalinan,dan tercapai lah tujuan
pemerintah tecapai tindakan untuk membuwat “ibu selamat,bayi sehat,dan suami siaga”.
TOPIK 7
A. Ilmu Kebidanan
Seorang bidan adalah seorang profesional kesehatan yang bertanggung jawab yang
bekerja dalam kemitraan dengan wanita untuk memberikan dukungan, perawatan dan saran
yang diperlukan dari titik dimana seorang wanita atau gadis menjadi aktif secara seksual,
melalui kehamilan, persalinan dan periode postnatal.
1.Paradigma Kebidanan
a) Perempuan
b) Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada waktu
melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis maupun budaya.
Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat.
c) Perilaku
d) PelayananKebidanan
B. Definisi Normal Chilbirt
1. Kehamilan
Kehamilan merupakan fase yang istimewa bagi seorang ibu. Kehamilan merupakan
proses alamiah bukan proses patologis. Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali
dengan adanya pembuahan atau konsepsi menuju masa pembentukan bayi di dalam
rahim dan diakhiri kelahiran bayi ke dunia.
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan - perubahan yang terjadi pada
wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh
karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi
1) Tanda pasti
a) Gerakan janin dapat dilihat, diraba, dan dirasakan, juga bagian – bagian janin.
c) Sering kencing
d) Konstipasi
a) Perut membesar
Tanda bahaya dalam kehamilan trimester III menurut Rismalinda 2015 antara lain
1) Solusio plasenta
2) Plasenta previa
Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sedudah usia kehamilan
7) Kejang
8) Demam tinggi
Ibu hamil menderita demam dengan suhu tubuh lebih 38°C dalam
kehamilan merupakan suatu masalah.
Kebutuhan psikologi ibu hamil trimester III menurutRomauli, 2011 antara lain:
1) Support keluarga
5) Sibling
2. Persalinan
b) Persalinan Anjuran
Kala 1
Fase latenpersalinan
Kala III
1. Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaputketuban
2. Berlangsung tidak lebih dari 30menit
C. Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau lebih dari 40 hari (Andina Vita Sutanto, 2018).
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan
Tabel Jadwal kunjungan nifas
Kunjungan
1. 6-8 jam setelah Memeriksa tanda bahaya yang harus
Perubahan fisiologi masa nifas menurut Yefi Marliandiani, 2015 antara lain:
a) Uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus maka
dimulai lah masa nifas. Rongga uterus telah kosong, maka uterus secara
keseluruhan berkontraksi kearah bawah dan dinding uterus kembali
menyatu satu sama lain, dan ukuran uterus secara bertahap kembali seperti
sebelum hamil.
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi uterus yang terus
menerus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus
menjadi relative anemi danmenyebabkan serat otot atrofi.
b) Lochea
Timbul pada hari ke 1-2 post partum, berisi darah segar bercampur
sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, sisa mekanium, sisa selaput
ketuban dan sisa darah
Timbul pada hari ke 3-7 post partum, berupa sisa darah bercampur
lender
b. Mengatasi anemia
5. Asi Eksklusif
C. STANDAR ICM
1.Prinsip- prinsip pedoman kebidanan
2. Kompetensi bidan
ICM telah menetapkan tujuh kompetensi kebidanan yang membentuk dasar MSF
dan dirangkum sebagai berikut:
(1) pengetahuan dan keterampilan dari kebidanan, neonatologi, ilmu sosial, kesehatan
masyarakat dan etika yang membentuk dasar tinggi kualitas, relevan secara budaya,
perawatan yang sesuai untuk wanita, bayi baru lahir, dan keluarga yang mengandung
anak
(2) pendidikan dan layanan kesehatan untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang
sehat, kehamilan yang direncanakan dan pengasuhan yang positif
(3) perawatan antenatal, termasuk deteksi dini dan pengobatan atau rujukan untuk
komplikasi
(4) perawatan selama persalinan
(6) merawat bayi yang baru lahir hingga usia dua bulan
(7) perawatan terkait aborsi yang sesuai dalam hukum, peraturan, dan protokol yang
berlaku.
Daftar Pustaka
Astuti,Sri., dkk. 2017. Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan. Cilacas, Jakarta: Erlangga.
Astuti, Sri., dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui. Ciracas, Jakarta: Erlangga.
Heryani, Reni. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info
Media.
Ilmiah, Widia Shofa. 2015. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rismalinda. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media.
Kurniarum, Ari., 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: TIM
Walyani,Elisabeth Siwi dan Th.Endang Purwoastuti.2016.Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir.Yogyakarta:PUSTAKABARUPRESS
Susanto, vita Andito.2018. Asuhan Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Nuha Medika
Marliandiani, Yefi,dkk. 2015.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Dan Menyusui. Bogor: Salemba
Medika
TOPIK 8
1. Definisi Komunikasi
Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat kita golongkan ada tiga pengertian
utama komunikasi, yaiu pengertian ertimologis, terminologis, dan paradigmatis.
1. Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut asal – usul kat, yaitu komunikasi
berasal dari bahasa Latin „communicatio‟ dan perkataan ini bersumber pada kata
„comminis‟ yang berarti sama makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan.
Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi
sampai dipahami oleh komunikan. Komunikasi adalah sebuah proses, sebuah kegiatan
yang beralngsung kontinu. Koseph De Vito (2015) mengemukakan komunikasi adalah
transaksi.
1. Komunikator
3. Mengkode ide atau pikiran dalam bentuk lambang verbal atau nonverbal
Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini menekankan hubungan
dengan lingkungan komunikasi. Adegan ini menjelaskan apa yang dilakuakn, simbol
apa yang digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan kata lain adegan
adalah sesuatu yang akan dikomunikasikan dengan melalui simbol apa, sesuatu itu
dapat dikomunikasikan.
1. Komunikasi Verbal
2. Komunikasi Nonverbal
a. Bahasa Kial
Bahasa kial menggunakan gerak tangan atau tubuh sebagai isyarat atau
lukisan suatu perbuatan. Gerakan tersebut mempunyai arti pesan dalam konteks
komunikasi. Misalnya ketika bidan memimpin persalinan terdengar gaduh di
luar. Lalu bidan keluar sambil menggeleng – gelengkan kepala.
b. Bahasa Gambar
c. Bahasa Sikap
a. Media lisan
b. Media tertulis
c. Media elektronik
Lingkungan atau situasi ( tenpat, waktu, cuaca, iklim keadaan alam dan
psikologis) ialah faktor- faktor yang dapat mempengaruhi proses komunikasi.
Karena itu pada waktu berkomunikasi dengan orang lain kita perlu
memperhatikan situasi. Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi empat macam,
yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan
dimensi waktu.
Lingkungan fisik yang dimaksud contohnya adalah keadaan geografi, ini dapat
menyebabkan kesulitan dalam komunikasi, hal ini bisa disebabkan karena jarak
yang jauh, dimana tidak terdapat fasilitas komunikasi seperti telepon, faksimili,
kantor pos dll. Faktor sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan
politik bisa menjadi hambatan untuk komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,
orang yang punya bahasa berbeda dan tidak saling memahami bahasa yang
digunakan maka dapat menimbulkan macetnya suatu komunikasi.
Penerima pesan adalah pihak yang menerima pesan atau menjadi sasaran
pesna yang dikirim oleh sumber. Penerima biasa disebut juga dengan khalayak,
sasaran, komunikan, atau audi- ence/receiver.
dapat mengakibatkan berbagai masalah yang seringkali menuntut perubahan,
entah pada sumber pesan atau saluran. Penerima pesan ini bisa perorangan, atau
suatu kelompok, organisasi atau negara.
Umpan balik negatif adalah umpan balik yang menunjukkan penerima pesan
tidak dapat menerima dengan baik pesan yang diterimanya. Umpan balik negatif
dapat benar atau salah. Benar jika cara penyampaiannya dilakukan dengan benar,
serta penafsiran pesan juga benar. Salah jika isi dan cara penyampaian pesan
dilakukan secara benar tetapi penafsiran penerima yang salah.
7. Komponen Komunikasi
a. Pesan
adalah informasi yang dikirim oleh pengirim pesan dan diterima oleh
penerima pesan. Pesan yang efektif adalah pesan yang jelas dan teroganisasi
serta diekspresikan oleh pengirim pesan.
b. Variabel Pesan
c. Komunikasi verbal.
Bahasa merupakan ekspresi ide atau perasaan. Kata- kata merupakan alat
atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
mengembangkan dan membangkitkan respons emosional, atau menguraikan
objek, observasi, dan ingatan.
d. Komunikasi nonverbal.
f. Keterampilan komunikasi.
g. Penempatan.
h. Media.
j. Umpan balik.
k. Penerima pesan
8. Proses Komunikasi
1. Perspektif psikologis
2. Perspektif mekanis
Ini berlangsung saat komunikator mentransfer dengan bibir atau tangan, pesan
sampai tertangkap komunikan. Ini dapat dilakukan dengan indera telinga atau
indera lainnya. Proses komunikasi ini bersifat kompleks karena bergantung situasi.
1. Persepsi
2. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi bidan
untuk menyadari nilai seseorang. Bidan perlu berusaha untuk mengetahui dan
mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat
dengan klien. Dalam hubungan profesional, bidan diharapkan tidak terpengaruh
oleh nilai pribadi.Perbedaan nilai tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut,
misalnya klien memandang abortus tidak sebagai perbuatan dosa, sementara bidan
memandang abortus sebagai tindakan dosa. Hal ini dapat menyebabkan konflik
antara bidan dengan klien.
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor budaya.
Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Seorang remaja
putri yang berasal dari daerah lain ingin membeli makanan khas di suatu daerah.
Pada saat membeli makanan tersebut, remaja ini tiba- tiba menjadi pucat
ketakutan karena penjual menanyakan padanya berapa banyak cabai merah yang
dibutuhkan untuk campuran makanan yang akan dibeli. Apa yang terjadi ? remaja
tersebut merasa dimarahi oleh penjual karena cara menanyakan cabai itu seperti
membentak, padahal penjual merasa tidak memarahi remaja tersebut. Hal ini
dikarenakan budaya dan logat bicara penjual yang memang keras dan tegas
sehingga terkesan seperti marah bagi orang dengan latar budaya yang berbeda.
4. Emosi
5. Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda. Tanned (2019)
menyebutkan bahwa wanita dan laki- laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi.
Dari usia tiga tahun, wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam group kecil,
menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan dan meminimalkan perbedaan, serta
membangun dan mendukung keintiman. Laki- laki di lain pihak, menggunakan
bahasa untuk mendapatkan kemandirian aktivitas dalam grup yang lebih besar, dan
jika ingin berteman, mereka melakukannya dengan bermain.
6. Pengetahuan
Gaya dan komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antarorang yang
berkomunikasi. Cara komunikasi seorang bidan dengan kolganya, dengan cara
komunikasi seorang bidan pada klien akan berbeda, tergantung peran. Demikian
juga antara orang tua dan anak.
8. Lingkungan
9. Citra Diri
Tugas bidan sebagai penolong persalinan tentu harus bisa menyediakan pelayanan
yang optimal sehingga ibu tidak merasa khawatir atau cemas dan melakukan persalinan
dengan baik. Inilah alasan mengapa komunikasi yang efektif bisa menjadi begitu
penting.
.
Pastikan klien memahami apa yang kita sampaikan sehingga informasi bisa
diterima dengan baik.
Kepekaan terhadap respon non verbal juga merupakan modal penting seorang
bidan untuk bisa memberikan asuhan kebidanan yang baik. Respon non verbal
biasanya ditunjukkan dalam bahasa tubuh pasien, seperti misalnya gerakan
menggeleng kepala, pandangan yang tidak fokus atau kaki yang sering bergerak-
gerak. Semuanya menunjukkan respon kurang begitu nyaman sehingga bidan bisa
menanyakan apa yang dirasakan klien terlebih dahulu.
1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa ialah komunikasi melalui media masa modern yang meliputi
surat kabar, siaran radio dan televisi. Komunikasi massa menyiarkan informasi,
gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak
menggunakan media melakukan komunikasi massa ini kebih sukar dibanding
komunikasi antar pribadi.
2. Komunikasi Interpersonal
d. Komunikasi intrapersonal
b) 17 %membaca
c) 16 %berbicara
d) 14 %menulis
a) Mendengarkan pasif(diam)
a) Menasehati
c) Tidakpeduli
d) Memerintah
e) Menakut-nakuti
f) Berkhotbah
g) Mengadili
h) Mengejek
i) Menganalisa
j) menunjukkansimpati
k) Mengalihkanperhatian
a) Merefleksi isi,merangkum
b) Merefleksikanperasaan
e. Refleksi isi
Selain itu, diperlukan respon non verbal yang sesaui. Antara lain:
b) Menganggukkankepala
c) Kontakmata
a) Berpenampilan formal (baik dari segi pakaian dan sepatu). Dalam hal ini,
pemakaian rok lebih disukai bagi tenaga kesehatan perempuan). Sepatu
yang dimaksud di sini adalah yang menutupitumit.
b) Mengenakan jasputih
d) Bersih
i. History Taking
Merupakan proses komunikasi yang terjadi pada diri seseorang. Orang tersebut
berperan sebagai komunikator maupun komunikan, orang berbicara sendiri,
berdialog sendiri dan dijawan sendiri. Terjadinya proses komunikasi ini karena
seseorang yang memberi arti terhadap suatu objek yang diamati atau tersirat dalam
pikirannya. Dalam proses pengambilan keputusan biasanya dihadapkan pada
jawaban ya atau tidak. Untuk menjawabnya perlu pemikiran yang bisa dilakukan
dengan komunikasi intrapersonal atau dengan diri sendiri.
4. Komunikasi kelompok
Secara teoritis dalam ilmu komunikasi yang membedakan kelompok kecil atau
besar bukan dari jumlahnya secara matematis tetapi berdasarkan kualitas proses
komunikasi.Adapun karakteristik yang membedakan antara kelompok kecil dan
besar adalah :
Komunikasi efektif menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp dalam bukunya An
Introduction to Interpersonal Communication mengatakan bahwa komunikai yang efektif
dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (acurancy ) yang paling tinggi derajatnya
antara komunikator dan komunikan dalam setiap situasi.
Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat
persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa. Melakukan komunikasi efektif tidak
mudah, beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang
melakukan komunikasi yang benar- benar efektif. Ada banyak hambatan yang dapat
merusak komunikasi.
Dengan mengidentifikasi unsur dalam komunikasi efektif ke dalam lima sikap ( cara
Dalam arti tidak melipat kaki atau tangan. Menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi.
c. Tetap relaks.
d. Isyarat vokal.
e. Isyarat tindakan.
Yaitu semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh.
f. Isyarat objek.
Yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang
seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
g. Ruang.
Memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang, hal ini
didasarkan pada norma- norma sosial budaya yang dimiliki.
h. Sentuhan.
Yaitu kontak fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi nonverbal
yang paling personal. Respons seseorang terhadap tindakan ini sangat
dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis
kelamin, usia dan harapan.
1) Menggunakan empati dengan berusaha menempatkan diri ditempat
penerima.
2) Mempertajam persepsi dengan membayangkan bagaimana pesan akan
diterima, dibaca, ditafsir dan ditanggapi oleh penerima.
3) Mengendalikan bentuk tanggapan dengan menggunakan kode atau
lambang yang tepat dan saluran yang sesuai.
4) Bersedia menerima umpan balik positif maupun negatif.
12) Benar- benar mengerti pesan komunikasi, jangan malu bertanya apabila
pesan belum kita tangkap atau tidak dimengerti.
13) Saat mengambil keputusan sadar akan tujuannya.
Media massa adalah institusi mediasi yang menghubungkan individu anggota engan
segala peristiwa dalam dunia kehidupan sosialnya. Keterhubungan ini disarani oleh
informasi yang merayap melalui setiap interaksi antar individu.Dengan demikian maka
sebenarnya media dan masyarakat menjadi dua entitas sosial yang hanya bisa dibedakan
tanpa bisa dipisahkan.
6. penggunaan kekuasaan menunjukkan spesialisasi dalam institusi sosial yang disebut negara
atau politik.
Dapat disimpulkan bahwa kekuasaan adalah sumber daya yang dimiliki oleh seseorang
atau sekelompok orang yang memungkinkannya mendapatkan perilaku menyesuaikan dari
pihak lan. Media beroperasi didalam masyarakat. Media bergerak mensarani penyebaran
kekuasaan yang cenderung timpang di antara individu-individu, kelompok dan kelas sosial.
Selalu ada kekuasaan dalam masyarakat.Kekuasaan beroprasi dalam interaksi antar
meliputi mengarahkan perhatian, membujuk, membangun persepsi untuk mengubah
sikap dan lain-lain yang semuanya diarahkan agar orang lain atau kelompok lain bersedia
dengan sukarela mengikuti kehendak pemilik kekuasaan. Siapa yang mengendalikan media
cenderung lebih terfasilitasi dalam perolehan kekuasaan. Dengan demikian maka hubungan
antar media masyarakat juga sangat tergantung pada sistem sosial yang hidup dalam
masyarakat bersangkutan.
Penting diketahui bahwa jika melihat kekuasaan media kita akan mendapatkan dua
persoalan besar yakni:Keefektifan media sebagai sarana untuk mencapai tujuan kekuasaan
tertentu dan pemilik kekuasaan yang membonceng media massa .Keefektifan media sebagai
sarana pencapaian tujuan akan menuntun pikiran pada adanya model komunikasi
persuasi,mobilisasi,indoktrinasi.Artinya adalah bahwa media massa dipakai sebagai sarana
pelaksanaan kekuasaan melalui sejumlah cara tertentu sehingga media berkecenderungan
terfasilitasi mendapatkan kepatuhan.
Persoalan kedua tentang kekuasaan media sebagaimana telah disebutkan adalah terkait
dengan pertanyaan siapa dan untuk tujuan apa di balik adaya media.Tak satupun media
diproduksi tanpa kandungan kepentingan dari seseorang,kelas tertentu,kelompok
kepentingan,atau masyarakat secara keseluruan.Dalamsejumlah hal,produksi media
tergantung kepada suatu kepentingan.Ketergantungan ini pada akhirnya membatasi
kemandirian yang semestinya menjadi karakter yang di pertahankan.Karena kekuasaan
adalah hal yang relasional maka sebenarnya kerisauan terhadap kemandirian media atau
ketidakleluasaan media sebagai akibat ketergantungan dalam produksinya tidaklah harus
direspons secara pesimistis.
Intinya kekuasaan media ditentukan dari cara pandang bekerjanya kekuasaan.Hal ini
dapat dilihat pada penggunaan media untuk pengirim dan untuk kepentingan
penerima.Ketegangan dalam penggunaan media antara pengirim pesan dan penerima pesan
inilah yang akan menjelaskan bekerjanyarelasi kekuasaan dalam media massa.
dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang
mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang
mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein
mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang
membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan
penciptaan dan pertukaran user-generated content”.
Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page
pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan
berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika
media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial
menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi
dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta
membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Saat teknologi internet dan
mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk
mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja
hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone.
Fungsi lebih mengacu pada kegunaan suatu hal dalam hal ini adalah kegunaan
atau manfaat dari sosial media itu sendiri:
4. Pemberitaan mengandung nilai dan norma tertentu dalam masyarakat yang baik
3.
4. PENGARUHNYA MEDIA TERHADAP MASYARAKAT
Efek media dapat pula memengaruhi seseorang dalam waktu pendek sehingga
dengan cepat memengaruhi mereka,namun juga memberi efek dalam waktu yang
lama,sehingga memberi dampak pada perubahan-perubahan dalam waktu
yang lama.Hal tersebut karena efek media massa terjadi secara disengaja,namun juga ada
efek media yang diterima masyarakat tanpa disengaja.
Pengaruh media massa pada pribadi Secara perlahan-lahan namun efektif, media
membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya
dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.
Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai
penonton atau pendengar, mereka juga menjadi “penentu”, dimana mereka menentukan
arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.Penawaran
yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau
mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang
akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain.
Dampak Positif
Kesan positif media massa terhadap masyarakat ialah masyarakat akan memperoleh
sesuatu berita dengan lebih pantas. Contohnya berita pengeboman WTC dan peperangan
di Iraq,walaupun berada di negara yang berbeda namum maklumat dan informasi dengan
pantas melalui media massa. Hal ini akan menyebabkan masyarakat bersikap lebih peka
terhadap isu-isu masyarakat.Karena apabila adanya interaksi dua hal antara sesuatu
masyarakat dengan masyarakat yang lain maka menyebabkan kita tidak melihat dari sudut
pandangan berdasarkan kaca mata kita saja.Sebaliknya kita akan membuat penilaian
mengenai masyarakat luar juga. Pertukaran idea dan pendapat ini mampu mendorong
masyarakat untuk berusaha ke arah yang lebih baik. Selain itu media amat mempengaruhi
kesan kognitif media seperti pembentukkan sikap yaitu perkara yang berlaku dalam
persekitaran yang berkaitandengan ekonomi, politik, agama, kemanan.Apabila adanya
penyertaan oleh masyarakat itu sambutan yang ditunjukkan menggalakkan maka hanya
menjustifikasikan bahawa khalayak mampu dipengaruhi oleh media massa.
Dampak Negatif
Mereka tidak begitu perduli dengan apa yang media massa sampaikan ke publik.
Dan terkadang pola pikir dari anak-anak dibawha umur tersebut sudha terlanjur “terbius”
oleh dampak media massa, sehingga nasihat-nasihat yang orangtua berikan tidak
berpengaruh apa-apa.
Dampak negatif yang lainnya adalah, media massa zaman sekarang bisa “diatur”
penyiarannya. Di era globalisasi ini banyak sekali orang yang menghalalkan segala cara.
Jadi media massa yang menjadi wadah untuk menyampaikan berita pun menjadi
tertular.Banyak sekarang beberapa Stasiun TV mempropagandakan suatu pesan untuk
mendukung tokoh tertentu.
Contoh: Iklan Partai Nasdem terdapat di Stasiun Metro TV, RCTI, Trans TV,
Trans 7. Seharusnya seorang yang bergelut dibidang pers itu bersifat netral.Mengapa
netral?Karena mereka adalah jembatan yang menghubungkan komunikator dengan
komunikan.Dengan adanya sifat berpihak tersebut membuat berita yang disampaikan
dari komunikator ke komunikan menjadi tidak murni lagi.Isi dari pemberitaan terkesan
sudah di manipulasi sehingga berita yang tersebar seakan-akan berita benar dan aktual
padahal kenyataannya berita itu palsu.
5. Profesionalisme Bidan
a. Pengertian Profesional
Dalam hal ini, pengertian profesional perlu dibedakan dari jenis pekerjaan yang
menuntut dan dapat dipenuhi melalui kebiasaan melakukan keterampilan tertentu
(magang, terlibat langsung bekerja dalam situasi di lingkungannya dan keterampilan
sebagai warisan orang tuanya atau pendahulunya). Seorang pekerja profesional perlu
dibedakan seorang teknisi. Keduanya (pekerja profesional dan teknisi) dapat saja terampil
dalam unsur kerja yang sama (misalnya, mengatasi prosedur kerja yang sama, dapat
memecahkan masalah teknis dalam kerjanya), tetapi seorang pekerja profesional dituntut
menguasai visi yang mendasari keterampilan yang menyangkut wawasan filosofi,
pertimbangan rasional dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan dan
mengembangkan mutu kerja (Joni, 1980 dalam Koesno, 2004).
Profesi dapat pula diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian dari para anggotanya. Keahlian tadi diperoleh melalui apa yang disebut
profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu (
pendidikan/ latihan prajabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi ( Inservice
training) ( Djam‟an Satori,dkk ; 2008 ; 1,5).
Mengenai ciri- ciri suatu jabatan disebut sebagai profesi, ada banyak pengertian
yang menjelaskannya. Beberapa cirri - ciri yang diberikan adalah
sebagai mana diuraikan oleh Atik Purwandari meliputi :
1. Bersifat unik
2. Ada lembaga pendidikan khusu yang menghasilkan pelakunya dengan program dan
jenjang pendidikan yang baku
3. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya
4. Ada etika dank ode etik yang mengatur perilaku etik para angotanya dalam
memperlakukan kliennya
5. Ada sistem imbalan jasa pelayanan yang adil dan baku
2. Memerlukan bidang ilmu dan ketrampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang
ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dank lien dengan penekanan terhadap layanan
yang diberikan
11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elite untuk mengetahui dan mengakui
keberhasilan anggotanya
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan
yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
13. Mempunyai kadar keprcayaan yang tinggi dari public dan kepercayaan dari setiap
angotanya
14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi ( bila dibanding dengan
jabatan lain).
Pengertian profesional menunjuk pada dua hal, yaitu orang yang menyandang
suatu profesi dan penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai
dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilah professional dikontraskan
dengan “nonprofessional” atau “amatiran”. Dalam kegiatan sehari-hari seorang
profesional melakukan pekerjaann sesuai dengan ilmu yang telah dimilikinya, jadi
tidak asal tahu saja, Selanjutnya, Walter Johnson (1956) mengartikan petugas
professional sebagai “….seseorang yang menampilkan suatu tugas khusus yang
mempunyai tingkat kesulitan lebih dari biasa dan mempersyaratkan waktu persiapan
dan pendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan, keterampilan
dan pengetahuan yang berkadar tinggi “ ( Djam‟an Satori,dkk ; 2008).
Profesional juga dapat diartikan sebagai memberi pelayanan sesuai dengan ilmu yang
dimiliki dan manusiawi secara utuh/ penuh tanpa mementingkan
kepentingan pribadi melainkan mementingkan kepentingan klien serta menghargaiklien seb
agaimana mengahargai diri sendiri. Seorang anggota profesi dalam melakukan pekerjaannya
haruslah professional. Setiap anggota profesi baik secara sendiri- sendiri atau dengan cara
bersama melalui wadah organisasi profesi dapat belajar, yaitu belajar untuk mendalami
pekerjaan yang sedang disandangnya dan belajar dari masyarakat apa yang menjadi kebutuhan
mereka saat ini dan saat yang akan datang sehingga pelayanan kepada pemakai (klien) akan
semakin meningkat.
b. Profesi Bidan
Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu dalam melahirkan bayinya sampai ibu dapat merawat
bayinya dengan baik. Bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosopi yang dianut
keilmuan, metode kerja, standar paraktik,
pelayanan dan kode etik profesi yang dimiliki. Suatu jabatan profesi yang disandang
oleh anggota profesi tentu mempunyai ciri- ciri yang mampu menunjukkan sebagai jabatan
yang professional.
Pelakunya secara nyata dituntut cakap dalam bekerja,memiliki keahlian sesuai tugas-
tugas khusu serta tuntutan jenis jabatannya (cenderung spesialis) Kecakapan atau
keahlian seorang pekerja professional bukan hasil pembiasaan atau latihan rutin yang
terkondisi, tetapiperlu memiliki wawasan keilmuan yang mantap. Jabatan professional
menuntut pendidikan.
Pekerja profesinal dituntut berwawasan luas sehingga pilihan jabatan serta kerjanya
harus disadari oleh nilai-niai tertentu sesuai jabatan profesinya. Pekerja professional
bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, bermotivasi dan berusaha berkarya
sebaik-baikny
c. Bidan Profesional
11. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sebagai
kebutuhan masyarakat
12. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan
kompetensi
Sebagai bidan professional, selain memiliki syarat-syarat jabatan professional bidan
juga dituntut memiliki tanggung jawab sebagai berikut ;
Masalah ketenagaan atau bidan merupakan masalah besar yang dihadapi para
pemimpin instansi pelayanan kesehatan apalagi jika kaitannya terhadap kebutuhan untuk
mengembangkan sumber daya manusia itu ( bidan ) terutama pada saat bertugas di desa
pada lingkungan yang memiliki kebudayaan yang sangat beragam ( Wahyuni, 1996 ; 158
) . Tantangan besar ini umumnya tidak akan bisa dijawab oleh Kepala Puskesmas yang
seringkali hanya banyak melontarkan wacana retorik, sebaliknya tidak membuktikan diri
memiliki kemampuan kerja profesional ( Gerbang, 2004 ; 47 ).
1. Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika, kode etik,
kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas.
2. Asuhan ibu hamil
7. Keluarga berencana
8. Gangguan reproduksi
Syarat Menjadi Bidan Profesional :
1. Dalam melaksanakan tugas berpegang teguh dan filosofi, etika profesi dan aspek
legal
2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang
dibuatnya
3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir
secara berkala
4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan penyakit dan
strategi pengendalian infeksi
5. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan
kebidanan
6. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan,
kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak
aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai bidan yang profesional antara laian:
Melalui berbagai jalur pendidikan, baik secara formal maupun non formal. Secara
formal, rencana pendidikan bidan Harni Kusno dalam makalah Profesionalisme Bidan
menyongsong Era Global, sebagai berikut :
1. Pelatihan - pelatihan untuk mencapai kompetensi bidan ( LSS, APN, APK, dll)
4. Peningkatan kualitas personal dan universal kebidanan sudah dimulai sejak dalam
proses pendidikan bidan, setiap calon bidan sudah diwajibkan untuk mengenal,
mengetahui, memahami tentang peran, fungsi dan tugas bidan. Setiap bidan harus
dapat mencapai kompetensi profesional, kompetensi personal dan universal,
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Sadar tentang pentingnya ilmu pengetahuan / iptek, merasa bahwa proses
belajar tidak pernah selesai, belajar sepanjang hayat/ life long learning
dalam dunia yang serba berubah dengan cepat
2) Kreatif, disertai dengan sikap bertanggungjawab dan mandiri. Bidan kreatif
yang bertanggungjawab dan mandiri akan memiliki harga diri dan
kepercayaan diri sehingga memumgkinkan untuk berprakarsa dan bersaing
secara sehat
3) Beretika dan solidaristik.
2. Job Fungsionl
1. Pelaksana
2. Pengelola
3. Pendidik
4. Peneliti
1. Konsling
RUJUKAN
Definisi Rujukan
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan pelayanan keehatan
yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas
timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat,baik secara
vertikal maupun horizontal (Yeyeh Ai Rukiyah,Lia Yulianti. 2015)
Macam-Macam Rujukan
1. Rujukan Medis
2. Rujukan Kesehatan
b. Rujukan tenaga dalam bentuk tenaga ahli untuk penyelidikan asal usul
kejangkitan serta penanggulangannya pada bencana alam.
c. Rujukan operasional berupa bantuan obat,vaksin,pangan pada ssat terjadi
Mekanisme Rujukan
KEADAAN PASIEN
JALAN TERMOREGULASI
KEADAAN PASIEN
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan dalam masyarakat untuk mengatasi sakit
ringan dan juga dibutuhkan oleh masyarakat yang sehat untuk meningkatn
kesehatan mereka. Oleh Karena jumlah kelompok ini dalam suatu populasi sangat
besar (>85%), maka pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh kelompok ini
bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health service) atau bisa juga berupa
pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Di Indonesia bentuk
pelayanan kesehatan seperi ini diantaranya adalah puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, dan balai kesehatan masyarakat (balkesmas).
Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata jenis pelayanan tersebut
tidak berdiri sendiri-sendiri, namun berada di dalam suatu system dan saling
berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan
medis tingkat primer, maka harus menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat
pelayanan kesehatan diatasnya, demikian seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari
satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan.
Fotokopi KTP
Kartu berobat
Untuk pengobatan di luar kota, peserta BPJS Kesehatan harus mengajukan surat
pengantar ke kantor BPJS di daerah asal. Surat ini digunakan agar tidak ditolak oleh
Faskes Tingkat I daerah lain. Rumah sakit rujukan BPJS umumnya akan meminta
persyaratan seperti biasanya.
Mekanisme Rujukan Online seperti Rujukan manual dalam bentuk kertas masih
berlaku saat ini. Meski demikian, rujukan online juga sudah berjalan secara bertahap di
sebagian fasilitas kesehatan.Sistem rujukan online merupakan digitalisasi proses rujukan
berjenjang. Tujuannya, kemudahan dan kepastian peserta dalam memperoleh layanan di
rumah sakit. Layanan disesuaikan dengan kompetensi, jarak dan kapasitas rumah sakit
tujuan rujukan berdasarkan kebutuhan medis pasien.Rujukan online bersifat real time dari
Faskes Tingkat I ke Faskes Tingkat Lanjutan, serta menggunakan digital documentation.
Data peserta langsung terkoneksi sehingga memudahkan analisis data calon
pasien.Selain itu, sistem rujukan online berpotensi mengubah sistem menjadi
paperless, yang akan meminimalisir kemungkinan kendala yang tidak diinginkan.
Contohnya saja pasien yang lupa membawa surat rujukan. Maka dari itu, jangan ragu
untuk mempelajari lebih lanjut mengenai rujukan BPJS, agar tidak "tersesat" dalam
kondisi daruratnantinya. (Marmi.2014.Asuhan Neonatus,Bayi,Balita, dan
AnakPrasekolah.Yogyakarta:Pustaka Pelajar)
RECORD KEEPING
Dokumentasi merupakan catatan yang dicetak atau yang ditulis atau digunakan
untuk membuktikan sesuatu (Peter Sali, Drs, MA). Sesuatu yang tertulis atau yang
tercetak dapat dipakai sebagian buku keterangan (Purwodarminto). Dokumentasi adalah
semua warkat asli atah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti pada
persoalan hukum. Sedangkan pengdokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau
merekam peristiwa dan objek maupun aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang
dianggap berharga dan penting.
Dalam Record Keeping Standard for Midwives oleh College of Midwives Of Ontario
(2013), dokumentasi kebidanan yang baik juga menunjukkan akuntabilitas seorang
bidan profesional, terutama dalam keputusannya menangani pasien dan kepatuhannya
terhadap standar praktik kebidanan. Dokumentasi kebidanan yang baik, dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyelidikan hukum ketika terjadi
gugatan atas pelayanan bidan. Selain itu, dokumentasi kebidanan bidan menjadi bukti
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, ruang lingkup
pelayanan bidan mencakup pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencana, dan
pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, dokumentasi kebidanan digunakan
untuk mencatat pelayanan bidan dalam cakupan tersebut, diantaranya pelayanan untuk
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir (BBL), balita, dan keluarga berencana.
Dokumentasi juga dapat dipahami berdasarkan kara asli dalam bahasa Inggris, yaitu
“documentation” dan “record keeping”. Kata “documentation” dalam The Collins English
Distionary (2003) adalah dokumen yang disediakan sebagai bukti sesuatu. Kata “record
keeping” adalah dokumentasi atau hal lain yang mengandung informasi. Dalam hal ini,
dokumentasi kebidanan dapat dipandang sebagai „dokumen yang mengandung informasi
terkait praktik asuhan kebidanan‟ atau „dokumen bukti praktik asuhan kebidanan‟.
Handayani dan Triwik (2017) menyebutkan, terdapat dua kegiatan kebidanan, yaitu
asuhan kebidanan pelayanan kebidanan. Asuhan kebidanan diartikan sebagai asuhan
kebidanan yang diberikan kepada individu atau satu klien saja. Pelayanan kebidanan
adalah asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan kepada sekelompok individu atau
masyarakat. Dalam hal ini, dokumentasi kebidanan mencakup asuhan kebidanan dan
pelayanan kebidanan. Dengan demikian, dokumentasi kebidanan adalah proses
pencatatan dan penyimpanan data-data bermakna dalam pelaksanaan kegiatan asuhan
kebidanan dan pelayanan kebidanan.
Dalam Record Keeping Standard For Midwives oleh College of Midwives Of Ontario
(2013), tujuan utama dokumentasi kebidanan adalah mengelola informasi yang relavan
dengan peralatan pasien untuk kepentingan pasien itu sendiri. Hal ini sesuai dengan
kode etik Bidan Indonesia yang tertuang dalam Permenkes Nomor
369/Menkes/SK/III/2007, bahwa setiap bidan dalam menjalankan tugasnya
mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut
klien. Namun, dokumentasi kebidanan juga memiliki tujuan lain yang tidak hanya
mengarah kepada pasien semata, tetapi juga untuk kepentingan bidan dan lembaga
pelayanan kesehatan terkait. Berikut ini merupakan tujuan dari dukomentasi kebidanan
dalam Record Keeping.
1. Sarana Komunikasi
3. Informasi Statistik
Wildan dan Hidayat (2008) menentukan enam syarat dokumentasi kebidanan yang
meliputi hal-hal tersebut.
No Syarat Deskripsi
1. Kesederhanan Dokumentasi menggunakan kata dan kalimat yg sederhana, muda dibaca
Objektivitas didasarkan pada pada penilaian objektif, bukan asumsi. Dengan demikian,
kesimpulan yang didapaykan terkait penangan pasien pun akan optimal.
TOPIK 11
Sejak tiga dekade terakhir ini telah dikembangkan Bioetika atau yang disebut
juga dengan Etika Biomedis Bioetika berasal dari kata Bios yang berati kehidupan dan
Ethos yangberarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan
studiinterdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan dibidang
biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masakini dan masa
mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama,ekonomi, dan hukum bahkan
politik.
Etika biomedis dalam arti ini dedifinisikan oleh International Association of Bioethi
salah adalah studi tentang isu-isu etis, sosial, hukum,dan isu-isu lain yang timbul dalam
pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmubiologi.Pengertian etika biomedis juga masih perlu
dipilah lagi dalam isu-isuetika medis tradisional yang sudah dikenal sejak ribuan tahun
dan lebihbanyak menyakut hubungan individual dalam interaksi terapeutik antaradokter
dan pasien. Kemungkinan adanya masalah etika medis,demikianlah yang dalam
B. Tujuan Etik Biomedis
Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebasmenentukan pendapat kritis
dan mendapat etisnya tanpacampur tangan dari pihak luar.
Pasien berhak menerima konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di RS
tersebut.
Pasien berhak meminta atas “privacy” dan kerahasiaan penyakityang diderita
termasuk data data medisnya.
Pasien berhak mendapat informasi
4. Kewajiban Bidan
Bidan wajib mematuhi kewajiban RS.
Kemajuan dalam bidang penelitian itu sendiri. Menurut Helsinski prinsip dasar
penelitian yang mengambil objek manusia harus memenuhi ketentuan :
Bermanfaat bagi umat manusia
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis
suatu masalah
7. Menghasilkan tindakan yang benar
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakatmaupun tata
cara di dalam organisasi profesi
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugasprofesinya yg
biasa disebut kode etik profesi.
yang lain. Kondisi seperti ini disebut Prima Facie. Konsil Kedokteran
Indonesia,dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa,praktik
kedokteran dan medis lain di Indonesia mengacu kepada kepada 4kaidah dasar moral
yang sering juga disebut kaidah dasar etik biomedis,yaitu: Beneficence, Non -
Maleficence, Justice dan Autonomi.
1. Beneficence
Mengutamakan Alturisme
Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yangbaik seperti yang
orang lain inginkan
Memberi suatu resep berkhasiat namun murah
Menghindari misrepresentasi
3. Autonomi
Dalam kaidah ini, seorang tenaga kesehatan wajib menghormati martabat dan
hak manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak
menentukan nasib sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secaralogis dan
membuat keputusan sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui,
membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Kaidah Autonomi
mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut:
4. Justice
b.Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ialakukan c.Memberikan
kesempatan yang sama terhadap pribadi dalamposisi yang sama d.Menghargai hak sehat
pasien
e.Menghargai hak hukum pasien f.menghargai hak orang lain g.menjaga kelompok rentan
h.Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dll
i.Tidak melakukan penyalahgunaan
j.Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhanpasien k.Meminta
partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya l.Kewajiban mendistribusikan
keuntungan dan kerugian secaraadil
Selain 4 kaidah dasar etik biomedis diatas, terdapat juga kaidah atauprinsip
Utama Bioetika antara lain:
Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan demikian dokter,perawat,-
,bidan, guru dan sebagainya yang merupakan bidang pekerjaan profesimempunyai kode etik.
Namun dikatakan bahwa kode etik pada zaman dimana nilai-nilai peradaban semakin
kompleks, kode etik tidak dapatlagi dipakai sebagai pegangan satu-satunya dalam
menyelesaikan masalah etik, untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan
dengan hukum. Benar atau salah pada penerapan kode etik, ketentuan/nilai moral yang berlaku
terpulang kepada profesi.
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga
paraanggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab
pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan
yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi
selaluberusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang
pengabdiannya.Selain itu kodeetik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan
meningkatkan mutuorganisasi profesi.
Gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu
Merupkana gagasan mental sebagai bagian deri teori yang membantu ilmu-ilmu
social mengonsep dalam menyamakan aspek-aspek proses social.
Menggambarkan suatu kenyataan gambaran abstrak sehingga banyak digunakan
disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktik.
B. Asuhan Kebidanan (midwifery care)
Mengakui dan mendukung keterkaitan antara fisik ,psikis dan lingkungan kultur social
Wanita punya kekuasaan yaitu berlandaskan tanggung jawab bersama untuk suatu
pengambilan keputusan,tetapi wanita punya kontrol atau keputusan akhir mengenai
keadaan dirinya dan bayinya
Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik
Mengenal secara dini adanya ketidak normalan, komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya
dengan trauma semenimal mungkin.
Mempersiapkan ibu agar semasa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima, kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara optimal.
Asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah asuhan yang diberikan Bidan pada
ibu hamil utuk mengetahui kesehatan ibu dan janin serta untuk mencegah dan
menangani secara dini kegawatdaruratan yang terjadi pada saat kehamilan.
Tujuan pemeriksaan dan pengawasan Ibu hamil:
1. Tujuan :
Asuhan yang di berikan Bidan pada Ibu Bersalin, bidan melakukan observasi pada
Ibu bersalin, yani pada Kala I, Kala II, kala III, Dan kala IV. Asuhan yang diberikan
yaitu:
Mendengarkan denyut jantung janin setiap jam pada fase laten dan 30 menit pada fase
aktif.
Palpasi kontraksi uterus setiap jam setiap fase laten dan 30 menit pada fase aktif.
Memonitoring pembukaan servik penurunan bagian daerah terendah pada fase laten dan
fase aktif setiap 4 jam.
Memonitoring pengeluaran urine setiap 2 jam.
Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga atau
teman dekat untuk mendampingi ibu.
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan selanjutnya serta kemajuan
persalinan dan meminta persetujuan ibu untuk rencana asuhan selanjutnya.
Mengatur aktifitas dan posisi dan membimbing relaksasi sewaktu ada his.
Memberi rasa aman dan menghindari rasa panas, mengurangi rasa nyeri ketika his
misalnya dengan membuat rasa sejuk dan masase.
Memberikan cukup minum dan makan.
Menciptakan rasa kedekatan antara bidan dan ibu misalnya dengan sentuhan.
Mempersiapkan kelahiran bayi.
Melakukan pemantauan keadaan ibu dan denyut jantung bayi terus menerus.
Melonggarkan atau melepaskannya, bila ada lilitan tali pusat pada kepala dan badan
bayi.
Melahirkan bahu dan diikuti badan bayi.
Menilai tanda-tanda kehidupan bayi minimal 3 aspek adalah asuhan bernafas , denyut
jantung, warna kulit.
Klem/jepit tali pusat didua tempat dan potong dengan gunting steril/DTT.
melakukan palpasi uterus untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam 2 menit.
segera diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi, jika bayi tunggal
pemberian oksitosin 10 unit im dapat diulangi setelah 15 jika plasenta masih belum
lahir.
jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara ibu dan susukan bayi segera
guna menghasilkan oksitosin alamiah.
melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
3. Meletakkan bayi segera mungkin, kurang dari 30 menit setelah lahir bila
memungkinkan.
Asuhan yang diberikan pada kala IV:
lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran darah, tanda-tanda vital. 2-3 kali
selama 10 menit pertama.
Setiap 15 menit selam 1 jam.
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah Asuhan yang di berikan Bidan pada bayi
baru lahir. Pada bayi baru lahir bidan memotong tali plasenta, memandikan, mengobservasi ada
tidaknya gangguan pada pernafasan dan memakaikan pakaian dan membendong dengan kain.
Dan pada balita bidan memberikan pelayanan, informasi tentang imunisasi dan KIE sekitar
kesehatan neonatus dan balita. Komunikasi pada bayi dimulai sejak kelahiran bayi.
fase prelinguistic
kata pertama
kalimat pertama
perkembangan semantic
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Asuhan kebidanan pada ibu nifas adalah asuhan yang di berikan pada ibu nifas, biasanya
berlangsung selama 40 hari atau sekitar 6minggu. Pada asuhan ini bidan memberikan asuhan
berupa memantau involusi uteri, Kelancaran ASI, dan kondisi ibu dan anak. Ibu
setelah melahirkan akan mengalami fase ini yaitu fase ibu nifas. Ibu nifas juga mengalami
perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Oleh karena itu, diperlukan
juga komunikasi pada saat masa nifas. Perubahan fisiologis pada ibu nifas meliputi proses
pengembalian fungsi rahim, keluarnya lochia dan sebagainya. Sedangkan perubahan psikologis
meliputi perasaan bangga setelah melewati proses persalinan, bahagia bayi telah lahir sesuai
dengan harapan. Kondisi-kondisi yang membuat ibu sedih saat nifas yaitu keadaan bayi tidak
sesuai harapan, perceraian, dan sebagainya.
Pelaksanaan komunikasi yang dilakukan bidan pada ibu nifas harus memperhatikan
kestabilan emosi ibu, arah pembicaraan terfokus pada penerimaan kelahiran bayi. Penyampaian
informasi jelas dan mudah dimengerti oleh ibu dan keluarga.
Asuhan Kebidanan pada pelayanan KB adalah asuhan yang diberikan bidan pada ibu
yang akan melakukan pelayanan KB, bidan memberikan asuhan tentang macam-macam KB,
efek dan dampak dari pemakaian KB, serta memberikan wewenang terhadap ibu untuk memilih
macam-macam KB yang akan di gunakan. Tidak semua akseptor KB mengalami kenyamanan
dalam menggunakan alat kontrasepsi. Ada juga yang mengalami perubahan baik secara
fisiologis maupun psikologis setelah penggunaan alat kontrasepsi.
Perubahan fisiologis yang sering terjadi adalah akibat dari efek samping penggunaan
alat kontrasepsi tersebut, misalnya pusing, BB bertambah, timbul flek-flek di
wajah, gangguan menstruasi, keputihan, dan lain-lain. Adapun perubahan psikologis yang
dialami adalah kecemasan atau ketakutan akan keluhan-keluhan yang terjadi, dan kegagalan
dalam pemakaian alat kontrasepsi.
TOPIK 13
Bidan harus mengetahui dan menguasai IPTEK untuk melakukan kegiatan, antara lain :
Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak
di puskesmas, polindes, posyandu dan praktik bidan, memimpin dan mengelolah
bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. Perannya
sebagai pengelola anatara lain :
Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan dalam bidang kesehatan secara
dasarnya bidan harus mengetahui bagaimana pencatatan, pengelahan dan
analisis data.
Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesis atau
hasil analisisnya.
Berdasarkan data tersebut bidan dapat menyusun rencana atau tindakan
sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.
Bidan juga harus dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan yang
dilakukan tersebut.
TOPIK 13
(LANJUTAN)
PENGEMBANAN PROFESIONALISME
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PROFESI BIDAN DALAM
UPAYA
A. Pendahuluan
Hal ini dikarenakan profesi bidan yang belum berkembang dari segi kompetensi
dan pendidikan, akses yang menyulitkan untuk mendapatkan pelayanan kebidanan,
masih adanya budaya pertolongan persalinan oleh paraji, dan kebijakan pemerintah
yang tidak mendorong semangat penempatan bidan di desa (Wawancara dengan
Pengurus Pusat IBI, 2016). Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) saat ini, bidan
terutama bidan praktik mandiri belum sepenuhnya tergabung sebagai pemberi
pelayanan kesehatan yang tergabung sebagai mitra BPJS. Hanya dua ribuan bidan yang
berjejaring dengan BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan semestinya bisa memperluas
jaringannya dengan bidan praktik mandiri.
Mekanisme pembiayaan JKN dinilai lebih rumit dari Jampersal. Padahal bidan
memiliki peran yang strategis dalam memberikan pelayanan kesehatan primer kepada
ibu dan anak. Selain masalah pelayanan, dari sisi pengembangan pendidikan profesi
kebidanan dapat dikatakan belum sepenuhnya dikembangkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada seperti Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2015 tentang
Rumah Sakit Pendidikan, Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi dan Permenristekdikti Nomor 26 Tahun 2016 tentang
Rekognisi Pembelajaran Lampau, dan Permendikbud Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Akreditasi Perguruan Tinggi dan Program Studi.
Kematian ibu sebagai akibat dari berbagai determinan yang sangat luas.
Determinan tersebut seperti faktor sosial, ekonomi, budaya, dan letak geografi. Selain
itu, dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui pentingnya pemeliharaan kehamilan dan bahaya persalinan yang tidak
aman. Tokoh masyarakat pun belum sepenuhnya peduli terhadap keselamatan ibu hamil
dan bersalin dan tenaga kesehatan belum maksimal memberikan pelayanan.
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut jauh dari target MDGs yang sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB pada tahun 2012 sebesar 32 per 1.000
kelahiran hidup juga masih jauh dari target MDGs yang sebesar 23 per 1.000 kelahiran
hidup (KPPN, 2015). AKI dan AKB juga menjadi perhatian dalam Sustainable
Development Goals (SDGs). Target AKI dan AKB pada tahun 2019 sebesar 306 per
100.000 kelahiran hidup dan 24 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2015). AKI
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup tersebut masih cukup tinggi jika dibandingkan
dengan negara ASEAN.
Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB
melalui program meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru
lahir minimal di 150 rumah sakit PONEK dan 300 puskesmas atau balkesmas
PONED, memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antara puskesmas dan
rumah sakit, menjamin setiap ibu memiliki askes terhadap pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas mulai dari saat hamil, persalinan hingga perawatan pasca persalinan,
perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, cuti hamil dan melahirkan, serta
akses terhadap keluarga berencana.
Tugas pokok bidan di desa antara lain sebagai pelaksana kesehatan ibu dan anak
khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan
kesehatan bayi baru lahir termasuk pembinaan dukun bayi.
Sektor kesehatan sudah menjadi bagian dari industri yang memberikan lapangan
pekerjaan luas. Ungkapan bahwa kesehatan adalah area yang padat karya menunjukkan
bahwa banyak orang yang bekerja dalam sektor kesehatan. Sumber Daya Manusia
(SDM) merupakan komponen utama dari sistem kesehatan dan menghabiskan paling
banyak sumber daya yang dialokasikan untuk sistem kesehatan. SDM berkontribusi
terhadap kinerja dari semua fungsi utama kesehatan sehingga upaya untuk
meningkatkan efektivitas tenaga kesehatan merupakan pusat untuk meningkatkan
kinerja sistem kesehatan.
Dalam UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan,
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan. Tenaga kebidanan merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan
yang disebutkan dalam peraturan tersebut.
Midwife (bidan) dalam terminologi bahasa Inggris, mid sama dengan with yang
berarti “dengan” dan wif sama dengan a woman atau “seorang wanita”. Jadi, midwife
sama dengan with a woman dan berarti “dengan seorang wanita”. Definisi bidan secara
internasional telah diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM) pada
tahun 1972 dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO) pada
tahun 1973, World Health Organization (WHO) dan badan lainnya. Pada tahun 1990 di
Kobe, ICM menyempurnakan definisi bidan yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991)
dan WHO (1992).
Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu
dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan
gawat darurat pada saat tidak adanya tenaga medis. Bidan mempunyai tugas penting
dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi
juga termasuk keluarga dan komunitasnya.
Sedangkan definisi bidan dan ruang lingkup praktiknya yang terbaru menurut
ICM Council pada tanggal 15 Juni 2011, yaitu bidan adalah seseorang yang telah
berhasil menyelesaikan program pendidikan kebidanan yang diakui dengan sah di
negara dimana ia berada dan yang didasarkan pada Standar Kompetensi Inti ICM untuk
praktik dasar bidan dan kerangka kerja Standar Global ICM untuk pendidikan
kebidanan; orang yang telah mendapatkan kualifikasi yang diperlukan untuk diregistrasi
dan diberi izin yang sah untuk dapat melakukan praktik kebidanan dan menggunakan
gelar “bidan”; dan orang yang mempunyai kompetensi dalam praktik kebidanan. Bidan
diakui sebagai profesi yang bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja dalam
kemitraan bersama perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasihat yang
dibutuhkan selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas; menolong persalinan
dengan tanggung jawab sendiri; serta menyediakan asuhan bagi bayi baru lahir dan
anak. Asuhan ini termasuk langkah pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, pengaksesan pelayanan medis atau bantuan pertolongan
yang tepat lainnya dan pelaksanaan langkah-langkah darurat. Bidan memiliki tugas
penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, bukan hanya bagi perempuan saja
melainkan juga kepada keluarga dan masyarakat.
TOPIK 16
Terdapat tiga jenis pendidikan tinggi yaitu akademik, vokasi dan profesi. Berikut
ini merupakan penjelasan jenis pendidikan tinggi :
Asal kata vokasi berasal dari vocational yang berarti kejuruan. Istilah vokasi
juga digunakan dalam keperawatan yaitu perawat vokasi. Perawat vokasi merupakan
perawat yang telah lulus pendidikan diploma tiga. Basic midwifery practice menurut
ICM terbagi ke dalam beberapa kompetensi yaitu kompetensi dalam konteks sosial,
epidemiologi, dan budaya asuhan kepada ibu dan bayi baru lahir; kompetensi dalam pra-
kehamilan dan rencana persalinan; kompetensi dalam penyediaan asuhan selama masa
kehamilan; kompetensi dalam penyediaan asuhan selama persalinan dan kelahiran;
kompetensi dalam penyediaan asuhan bagi wanita selama masa nifas; dan kompetensi
dalam asuhan pasca persalinan untuk bayi baru lahir. Misalnya pada kompetensi dalam
penyediaan asuhan selama persalinan dan kelahiran,
a) pengetahuan yang meliputi anatomi dan fisiologi persiapan persalinan, indikator fase
laten dan fase awal persalinan aktif, induksi stimulasi awal persalinan dan
augmentasi kontraktilitas uterus, indikasi melakukan episiotomi, dan lainnya.
Dalam dokumen ICM, kompetensi tambahan atau Advance midwifery practice yaitu
dalam memberikan asuhan selama persalinan dan kelahiran antara lain memiliki
serangkaian pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam melakukan ekstraksi vakum,
perbaikan tingkat tiga dan empat luka robekan perinieum dan memperbaiki luka robek
serviks. Selain memiliki tambahan kompetensi dalam melakukan pelayanan kebidanan,
bidan profesional juga diwajibkan memiliki serangkaian kompetensi manajerial dimana
hal ini dibutuhkan dalam merencanakan asuhan yang akan diberikan dan juga
dibutuhkan untuk koordinasi dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada pasien di fasilitas pelayanan kesehatan.
Andita Cindy Faulina.Abu Khoiri. Yennike Tri Herawati. (2016). Implementation Study of Referral
System in the National Health Insurance Program at the Technical Implementing Agency of
Health Service of Jember University. Jurnal IKESMA. Vol 12(2):91-102
Djunaidi. (2017). Reference Sources as Reference to Support Scientific Writing for Librarians.
Journal of Librarianship and Reading Society. Vol. 33 (2):001-0111
Dwi Ratnasari. (2017). Implementation Study of Referral System in the National Health Insurance
Program at the Technical Implementing Agency of Health Service of Jember University. JAKI.
Vol.5(2):145-154
Esti Putri Anugrah. (2020). Electronic Record Keeping to Support Indonesia E-Government
Implementation. E-ISSN:2442-5168. Vol.6(1)
Indrianingrum. Oktio Woro Kasmini Handayani. (2017). Input of the Referral System for the Social
Security Administering Bodies (BPJS) for Health in the First Level Health Facilities (FKTP) in
Jepara Regency Irawati. Public Health Perspective Journal. Vol.2(2):140 -147
Suci Rahmadani. Nasrah Nasrah. Nurhayani Nurhayani. Muhammad Yusri Abadi. Dian
Saputra Marzuki. Ayu Bella Fauziah. (2020). Implementation of the BPJS
Kesehatan Patient Referral System at the Pulau Barrang Lompo Community Health
Center, Makassar. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia. Vol.6(2)
Yeyeh Ai Rukiyah, Lia Yulianti. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Jakarta: TIM Yusari Asih, Risneni. 2016. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta
: CV Trans Info Media