Anda di halaman 1dari 5

Nama: Ni Luh Ayu Puspita Dewi

Npm: 202133121004

Kelas: D1

TUGAS PERPAJAKAN I

1. Fungsi pajak meliputi:

a) Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran – pengeluarannya.

b) Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah

dalam bidang social dan ekonomi.

c) Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang

berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bias

dilakukan dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak,

penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

d) Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan untuk membiayai semua

kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat

membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat.
2. Hambatan pemerintah dalam pemungutan pajak, yaitu:

a) Perlawanan Pasif

Masyarakat pasif membayar pajak, karena disebabkan oleh:

 Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

 Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat

 Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik

b) Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan oleh wajib pajak

dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Bentuknya antara lain:

 Tax Avoidance: usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang –

undang

 Tax Evasion: usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang – undang

(menggelapkan pajak)

3. Prosedur yang seharusnya dilaksanakan jika pemerintah ingin mengenakan pajak kepada

masyarakat, yaitu meliputi:

a) Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilaksanakan berdasarkan 3 stelsel, yaitu:

 Stelsel Nyata (Riel Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga

pemungutannya dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan


sesungguhnya diketahui. Kelebihan stelsel ini yaitu pajaknya lebih realistis dan

kelemahannya pajak dapat dikenakan di akhir periode.

 Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur Undang-Undang.

Kelebihannya yaitu pajak dapat dibayarkan tanpa menunggu akhir tahun dan

kelemahannya yaitu pajak yang dibayar tidak berdasarkan keadaan sesungguhnya.

 Stelsel Campuran

Merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,

besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan dan akhir tahun besarnya pajak

disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.

b) Asas Pemungutan Pajak

 Asas Domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak untuk mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang

bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun

dari luar negeri. asas ini berlaku bagi wajib pajak dalam negeri.

 Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa

memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

 Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

c) Sistem Pemungutan Pajak

 Official Assesment system


Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya :

 Wewenang untuk menentukan besarya pajak terutang ada pada fiskus.

 Wajib pajak bersifat pasif.

 Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

 Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk

menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

 Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri.

 Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak

yang terutang.

 Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

 With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan

fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk memotong atau memungut pajak

yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya:

Wewenang memotong atau memungut pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, yaitu

pihak selain fiskus dan wajib pajak.


DAFTAR REFERENSI

Mardiasmo. 2019. Perpajakan - Edisi 2019. Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai