Anda di halaman 1dari 12

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Kelompok
Kelompok : …

Nama Anggota Kelompok:


1. …
2. …
3. …
4. …

Mata Kuliah/Kode : Persamaan Diferensial Parsial/KPM 1415

SKS :3

Pertemuan ke- :7

Program Studi/Fakultas : Pendidikan Matematika/FKIP

Bahan Kajian : Syarat Batas dan Nilai Awal, Masalah Syarat Batas dan Nilai

Awal, Syarat Batas Eksplisit, dan Syarat Batas Implisit

Alokasi Waktu : 60 menit

Model Pembelajaran : Inquiry Learning

I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengerjakan LKM ini secara berkelompok, mahasiswa
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan nilai awal dan
syarat batas, dapat mengetahui perbedaan syarat batas
ekplisit dan syarat batas implisit serta menggunakannya
untuk menyelesaikan permasalahan PDP dengan tepat.
II. Petunjuk Pengerjaan LKM
1. Berdoa sebelum melaksanakan pembelajaran
2. Perhatikan pemaparan materi sesuai dengan topik yang sudah disiapkan oleh
kelompok penyaji
3. Bacalah LKM dengan cermat
4. Diskusikan permasalahan dengan kelompok masing-masing
5. Isilah titik-titik dengan jawaban yang benar

III. Motivasi dan Apersepsi


Setelah memahami seluruh topik pada bab sebelumnya, mahasiswa dapat dengan
mudah mempelajari terkait pengaplikasian persamaan diferensial pada permasalahan
fisik atau secara umum peristiwa-peristiwa yang merupakan fenomena alam. Lebih
lanjut mengenai pengaplikasian tersebut akan dibahas pada topik pembahasan ini.

IV. Pemahaman Konsep


1. Syarat Batas dan Nilai Awal
Penyelesaian persamaan diferensial biasa tidak selalu unik karena konstanta-
konstanta integrasi akan muncul beberapa kali. Demikian juga halnya dengan
persamaan diferensial parsial. Di dalam PDP diperlukan syarat batas (boundary
conditions) dan syarat nilai awal (initial conditions). Syarat batas menunjukkan
perilaku fungsi disekitar batas dari daerah definisi, dan syarat nilai awal sama
seperti syarat batas hanya saja berlaku untuk arah waktu (time-direction).
Perbedaan yang sangat penting dalam hal syarat batas dan syarat nilai awal
antara persamaan diferensial biasa dengan persamaan diferensial parsial adalah
pada sebarang konstanta integrasi, dimana untuk persamaan diferensial biasa
konstantanya adalah konstan sementara, sedangkan pada persamaan diferensial
parsial konstanta integrasinya berupa fungsi sebarang.
du
Sebagai ilustrasi, ambil u = yf ( x) maka = f ( x) . Disini f dapat
dy
du
dieliminasikan dari persamaan tersebut menjadi u = y
dy
yang merupakan persamaan diferensial dengan penyelesaian
umum u = yf ( x) . Ilustrasi lain yang lebih kompleks. Misalkan
u ( x, y) = f ( x + y) + g ( x − y) dengan menurunkan dua kali menghasilkan

 2u  2u
persamaan diferensial parsial − = 0.
x 2 y 2

1.1 Masalah Nilai Awal (Initial Value Problem)


Masalah nilai awal merupakan masalah yang berkenaan dengan keadaan
pada saat 𝑡 = 𝑡0 . Sebagai Contoh :
𝜕 2𝑢
2
− ∇2 𝑢 = 𝑓; 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑓𝑖𝑛𝑖𝑠𝑖 Ω
{ 𝜕𝑥
𝑢 = 𝑢0 ; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡 = 𝑡0
𝑢 = 𝑢𝑡 ; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝜕Ω
Dengan 𝜕Ω menyatakan batas dari daerah Ω, merupakan masalah nilai awal.

Contoh:
Rumuskan masalah nilai awal pada sebuah batang homogen sangat panjang
yang selimutnya diisolasi sempurna dan mempunyai suhu awal 400°𝐾, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘
− 4 ≤ 𝑥 ≤ 4 dan 0°𝐾 diluar interval tersebut.

Penyelesaian:
Karena batang sangat panjang, maka PD dapat didefinisikan pada interval tak
terbatas … ≤ 𝑥 ≤ ⋯
sehingga diperoleh masalah nilai awal:
𝜕 2𝑢 𝜕𝑢
∇2 𝑢 = 2
= 𝐾 , … ≤ 𝑥 ≤. . . , 𝑡 > 0
𝜕𝑥 𝜕𝑡

dengan syarat nilai awal,


400, −4 ≤ 𝑥 ≤ 4
𝑢(𝑥, 0) = {
0, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 𝑙𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎
1.2 Masalah Nilai Batas (Boundary Value Problem)
Syarat batas muncul dalam dua hal penting ketika PDP diaplikasikan
untuk proses fisika. Pertama, suatu syarat batas diberlakukan pada penyelesaian
di semua titik dari daerah batas untuk PDP yang dicari penyelesaiannya. Kedua,
masalah nilai batas adalah masalah dalam persamaan diferensial biasa atau
persamaan diferensial parsial yang memiliki nilai-nilai yang ditetapkan pada
batas fisik dari domain yang ditentukan. Secara matematik masalah nilai batas
adalah mencari suatu fungsi yang memenuhi PDP dan syarat batas tertentu.
Secara fisika masalah nilai batas adalah masalah yang hanya mencakup
koordinat ruang (bebas dari waktu). Sebagai contoh dapat dilihat pada
persamaan berikut ini:
𝜕 2𝑢
2
− ∇2 𝑢 = 𝑓 ; 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑓𝑖𝑛𝑖𝑠𝑖 Ω
𝜕𝑡
𝑢(0, 𝑡) = 𝑢1 ; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝜕Ω
𝜕𝑢
(0, 𝑡) = 𝑢2 ; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝜕Ω
{ 𝜕𝑡
dengan 𝜕Ω menyatakan batas dari daerah Ω, merupakan masalah nilai batas.

2. Syarat Batas Eksplisit


Fokus pembahasan pada syarat batas eksplisit adalah syarat batas linier, yaitu
syarat batas yang menyatakan relasi linier antara suatu fungsi dengan turunan
parsialnya, sebagai contoh:
𝜕𝑢
𝑢(𝑥, 𝑦 = 0) + 𝑥 (𝑥, 𝑦 = 0) = 0
𝜕𝑥
Orde maksimal dari turunan dalam syarat batas adalah lebih rendah satu tingkat dari
orde PDP-nya. Untuk PDP orde dua ini ada tiga tipe syarat batas yaitu:
1. Syarat batas Dirichlet (Dirichlet boundary condition)
2. Syarat batas Von Neumann (Von Neumann boundary condition)
3. Syarat batas Robin (Robin boundary condition)
2.1 Syarat Batas Dirichlet (Dirichlet Boundary Condition)
Jika diberikan nilai-nilai tertentu untuk penyelesaian 𝑢(𝑥, 𝑡) di daerah
batas, maka batas seperti ini disebut dengan syarat batas dirichlet. Sebagai
contoh getaran senar dengan titik-titik ujungnya di ikat pada 𝑥 = 0 dan 𝑥 = 𝐿
(tetap), maka syarat batasnya dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut:
𝑢(0, 𝑡) = 𝑢(𝐿, 𝑡) = 0
Contoh:

Sebuah senar diikat pada kedua ujungnya 𝑥 = 0 dan 𝑥 = 𝑎, dinyatakan oleh


PDP dengan syarat batas dan syarat awal sebagai berikut:
𝜕 2𝑢 2
𝜕 2𝑢
=𝑐 ;0 < 𝑥 < 𝑎
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2

𝑢(0, 𝑡) = 𝑢(… , 𝑡) = 0; 𝑡 > 0

𝑑𝑢
𝑢(𝑥, 0) = 𝑓(𝑥), (𝑥, 0) = 𝑔(𝑥)
𝑑𝑡

2.2 Syarat Batas Von Neumann (Von Neumann Boundary Condition)


Nilai-nilai turunan berarah dari suatu penyelesaian pada arah normal terhadap
Ω ditentukan pada Ω dan misalkan 𝜕𝑁 𝑢 = 𝑔 pada Ω. Untuk masalah yang
multidimensi, turunan berarah ini adalah turunan dari suatu fungsi terhadap
masing-masing peubah yang ada pada medan vector, biasanya disebut dengan
gradient. Untuk tiga peubah, gradient ini berbentuk:
𝜕𝑓 𝜕𝑓 𝜕𝑓
𝒈𝒓𝒂𝒅𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = ∇𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = (𝜕𝑥 (𝑥, 𝑦, 𝑧), 𝜕𝑦 (𝑥, 𝑦, 𝑧), 𝜕𝑧 (𝑥, 𝑦, 𝑧))
Apabila turunan normal ditentukan atau ditetapkan, maka syarat batas seperti
ini disebut syarat batas Von Neumann.
Syarat batas Von Neumann diberikan oleh persamaan berikut:
𝜕𝑢 𝜕𝑢
(0, 𝑡) = (𝑎, 𝑡) = 0
𝜕𝑥 𝜕𝑥

Contoh:

Misalkan sebuah senar dengan ujung-ujungnya diletakkan pada tiang yang tegak
lurus terhadap sumbu-x dan kedua ujung tersebut dapat berubah-ubah posisi naik
turun secara bebas sehingga tidak ada gaya sepanjang tiang/dapat diabaikan.
Getaran senar seperti ini merupakan persamaan gelombang dengan syarat batas
Von Neumann yang diberikan oleh persamaan berikut ini.

𝜕 2𝑢 2
𝜕 2𝑢
=𝑐 ; … < 𝑥 <. ..
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2

𝜕𝑢 𝜕𝑢
(0, 𝑡) = (… , 𝑡) = 0, 𝑡 > 0
𝜕𝑥 𝜕𝑥
2.3 Syarat Batas Robin (Robin Boundary Condition)
Campuran antara syarat batas Dirichlet dengan syarat batas Von
Neumann merupakan kombinasi nilai-nilai penyelesaian dan nilai-nilai turunan
normal dari penyelesaian yang ditentukan pada daerah  . Pada PDP eliptik
pada suatu daerah  , syarat batas Robin menetapkan bahwa jumlah dari au
dengan turunan normal dari u sama dengan f pada semua titik di daerah batas
 , dengan a dan f ditentukan. Jadi syarat batas Robin secara umum
dinyatakan oleh persamaan
a N u + bu = f pada daerah 

u
Untuk suatu nilai a yang cukup kecil, maka sin a  tan a = ( x, t ) . Karena
x
kedua gaya tersebut saling meniadakan, maka syarat batas Robin untuk masalah
ini adalah
T u T u
u ( 0, t ) − ( 0, t ) = 0, t > 0 dan u ( 0, t ) − ( a, t ) = 0, t > 0 .
k x k x
Contoh:

Rumuskan masalah syarat batas pada sebuah batang homogen dengan Panjang
a dan luas penampang A. Batang diberi isolasi sempurna pada selimutnya, ujung
kiri dan kanan berturut-turut dihubungkan dengan reservoir panas dengan suhu
0C dan 50C

Penyelesaian :
Dalam masalah ini panas hanya mengalir pada satu arah saja, sehingga PD
terdefinisi pada interval (0, a)
Karena suhu dikanan dan kiri diketahui maka syarat batasnya Dirichlet
diperoleh masalah syarat batas
u  2u
= K 2 ,0  x  a, t  0
t t
u (0, t ) = 0, t  0
u (a, t ) = 50, t  0
3. Syarat Batas Implisit
Dalam bidang fisika banyak permasalahan yang memiliki syarat batas implist.
Hal ini memberikan pengertian bahwa ada syarat-syarat tertentu yang harus
dipenuhi tetapi tidak secara eksplisit dapat dinyatakan, masalah ini biasanya muncul
pada system yang didefinisikan pada suatu daerah yang infinit. Sebagai contoh
persamaan Schrodinger adalah suatu persamaan yang membutuhkan fungsi
gelombang agar bisa dinormalkan, dimana fungsi gelombang tersebut tidak boleh
membesar tanpa batas pada titik infinit. Terkadang juga secara implisit perlu dibuat
asumsi kontinuitas dan diferensiabilitasnya. Secara umum kita perlu berhati-hati
untuk syarat batas implisit ini, karena boleh jadi keberadaannya sangat penting.
Disini syarat batas implisit tidak akan dibahas secara detail.
LATIHAN SOAL

 2u  2u  2u
1. Selesaikan persamaan diferensial + 3 + 2 = 0, u (0, y) = y
x 2 xy x 2
Penyelesaian :

Misalkan u = eax +by


u  2u
= ae ax +by = ...
x x 2
u  2u
= be ax +by = ...
y y 2
 2u  2u
= ... =
xy yx
➢ PD Menjadi

(a 2
+ 3ab + 2b 2 ) e ax +by = 0

a 2 + 3ab + 2b2 = 0
(......)(.....) = 0 → a = ... atau a = ...
.. x +by
Untuk a = ... → u1 = e = e...(...+...) → u1 = F (...)
... x +by
Untuk a = ... → u2 = e = e...(...+...) → u2 = G(...)

➢ PUPD
: uu (( xx ,, yy )) ==uF1(...)
+ u2
+ G (...)

➢ Syarat batas 1 : u (0, y) = F ( y) + G( y) = y → G( y ) = ....

F (−2 x + y) − 2 x + y
➢ Penyelesaian PD : u ( x, y) = F (− x + y ) −
G(−2 x + y)
2. Diberikan sebuah senar dengan panjang 𝐿 yang diikat pada kedua ujungnya. Kemudian
senar tersebut dipetik. Pergerakan senar pertama kali (saat 𝑡 = 0) mempunyai fungsii
posisi 𝑓(𝑥) untuk 0 < 𝑥 < 𝐿. Setelah dipetik, pergerakan di kedua ujung senar yang
terikat pada 𝑥 = 0 dan 𝑥 = 𝐿 dipertahankan nol untuk 𝑡 > 0. Tentukan masalah nilai
awal dan syarat batas
Penyelesaian:
- Diperoleh nilai awal 𝑢(𝑥, 0) =….
- Diperoleh syarat batas 𝑢(0, 𝑡) = 0 dan 𝑢(𝐿, 𝑡) = 0

Sehingga masalah nilai awal dan syarat batas sebagai berikut:

𝜕2 𝑢(𝑥,𝑡) 1 𝜕2 𝑢(𝑥,𝑡)
= 𝑐2 , … < 𝑥 < ⋯, 𝑡 > ⋯,
𝜕𝑥 2 𝜕𝑡 2

Dengan nilai awal

𝑢(𝑥, 0) =. .., 0 < 𝑥 < 𝐿,

Dan syarat batas

𝑢(0, 𝑡) = 𝑢(𝐿, 𝑡) = 0, 𝑡 >. ..

 2u u x3
3. Selesaikan PD t + 2 = x 2 ; u ( x,1) = ; u ( 0, t ) = 0
xt x 6
Penyelesaian :
 2u u
t + 2 = x2
xt x

... + ... = x2 → di integralkan ke x
x
u
t + 2u = ... + F (t ) → dikalikan t
t
u
... + ..u = ...x3t + ...
t

(...) = ...x3t + ...F (t ) → diintegralkan ke t
t
t 2u = ...x 3t 2 +  tF ( t )dt + H ( x )

... = ...x3t 2 + G ( t ) + H ( x )
➢ PUPD :
...x3t 2 + G ( t ) + H ( x ) 
u ( x, t ) =
...

x3
➢ Syarat batas 1 : u ( x,1) =
6
...x3t 2 + G ( t ) + H ( x ) 
u ( x, t ) = = ...x 3
1
...x3t 2 + G (1) + H ( x ) = ...x3 → G (1) + H ( x) = 0 → H ( x) = −G (1)

➢ Penyelesaian
...x3t 2 + G (t ) − G (1) 
u ( x, t ) =
...
➢ Syarat batas 2 : u (0, t ) = 0
0 + G(t ) − G(1)
u(0, t ) = = 0  G(t ) − G(1) = 0  G(1) = G(1)
t2
...x3t 2 + G (1) − G (1) 
u ( x, t ) =
...

➢ PKPD : u ( x, t ) = ...x
3

Anda mungkin juga menyukai