Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 1 MATEMATIKA EKONOMI DAN KEUANGAN

SUBSIDI DAN TITIK IMPAS

Dosen Pengampu :
Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd
Lioni Anka Monalisa, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Vindi Dwi Turseli Devi NIM. 170210101033
Maulidi Arsih Umaroh Islamiah NIM. 170210101050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
A. SUBSIDI
Subsidi merupakan kealikan atau lawan daripajak, oleh karena itu ia sering
juga disebut pajak negatif. Subsidi merupakan bantuan yang diberikan pemerintah
kepada produsen / suplier terhadap produk yang dihasilkan atau dipasarkannya
sehingga harga yang berlaku di pasar adalah harga yang diinginkan pemerintah.
Besarnya subsidi yang diberikan biasanya tetap untuk setiap unit barang yang
dihasilkan atau dipasarkan.
Oleh karena adanya subsidi, maka tingkat harga yang berlaku di pasar lebih
rendah. Hal ini disebabkan sebagian dari biaya-biaya untuk produksi dan
memasarkan barang tersebut ditanggung pemerintah yaitu sebesar subsidi.
Sehingga dengan adanya subsidi maka fungsi penawaran akan turun atau bergeser
ke bawah, sedangkan fungsi permintaan tetap.
Dengan adanya subsidi sebesar s maka tingkat harga yang ditawarkan oleh
penjual (penawar) akan turun sebesar s untuk setiap tingkat / jumlah / kualitas
yang ditawarkan. Bila dilihat pengaruh subsidi sebesar s ini, jika Q adalah
variabel kuantitas atau jumlah keseimbangan dan P variabel harga atau harga
keseimbangan maka fungsi penawaran akan bergeser ke bawah sebesar s untuk
setiap kuantitas yang ditawarkan. Dalam bentuk fungsi penawaran sebelum
subsidi adalah P  a  bQ maka fungsi penawaran sesudah subsidi adalah

P '  a  bQ  s  (a  s)  bQ . Notasi fungsi permintaan adalah D dan fungsi


penawaran adalah S.
Bagian subsidi yang dinikati konsumen, subsidi produksi yang diberikan oleh
pemerintah menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen menjadi
lebih sedikit daripada biaya sesungguhnya untuk menghasilkan barang tersebut.
Perbedaan antara biaya produksi nyata dan biaya produksi yang dikeluarkan
merupakan bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen. Karena biaya produksi
yang dikeluarkan oleh produsen lebih kecil, ia bersedia menawarkan harga jual
yang lebih rendah, sehingga sebagian dari subsidi dinikmati piula oleh konsumen.
Besarnya bagian dari subsidi yang diterima secara tidak langsung oleh konsumen
(sk) adalah selisih antara harga keseimbangan tanpa subsidi dan harga
keseimbangan dengan subsidi atau dirumuskan sk  P  P ' .
Bagian subsidi yang dinikmati produsen (sp), besarnya sp adalah selisih
antara besarnya subsidi per unit barang (s) dan bagian subsidi yang dinikmati
konsumen (sk) atau dirumuskan sp  s  sk .
Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah (spm) dapat dihitung dengan
 
mengalikan jumlah barang yang terjual sesudah disubsidi Q ' dengan besarnya

subsidi per unit barang (s) atau dirumuskan spm  Q '  s .

Contoh :
1
Diketahui fungsi permintaan suatu barang adalah P  10  Q dan fungsi
2
penawaran P  4  2Q dimana Q = variabel kuantitas dan P = variabel harga.
Bila terhadap barang tersebut diberikan subsidi sebesar s  2 , maka :
1. Tentukan harga dan jumlah keseimbangan sebelum subsidi
2. Tentukan harga dan jumlah keseimbangan sesudah subsidi
3. Gambarkan grafik fungsi atau curve permintaan dan penawaran
sebelum dan sesudah subsidi.
Penyelesaian:
1. Harga dan jumlah keseimbangan sebelum subsidi :
1
D : P  10  Q
2
S : P  4  2Q
Sehingga
1
10  Q  4  2Q
2
5
Q6
2
12
Q  2,4
5
P  8,8
Jadi titik keseimbangan pasar sebelum subsidi EQ; P  E2,4;8,8
2. Harga dan jumlah keseimbangan sesudah subsidi :
1
D : P  10  Q
2
S : P  4  2Q  s  4  2Q  2  2  2Q
Sehingga
1
10  Q  2  2Q
2
5
Q 8
2
16
Q  3,2
5
P  8,4

 
Jadi titik keseimbangan pasar sesudah subsidi E ' Q ' ; P '  E ' 3,2;8,4
3. Curve :
Contoh :
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P  15  Q
sedangkan penawarannya P  3  0,5Q . Pemerintah memberikan subsidi sebesar
1,5 atas setiap unit barang yang diproduksi. Berapa harga keseimbangan serta
jumlah keseimbangan sebelum dan sesudah subsidi? Berapa bagian subsidi yang
dinikmati konsumen? Berapa bagian subsidi yang dinikmati produsen? Berapa
jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah?
Penyelesaian :
1. Harga dan jumlah keseimbangan sebelum subsidi :
D : P  15  Q
S : P  3  0,5Q
Sehingga
15  Q  3  0,5Q
1,5Q  12
Q 8
P7
Jadi titik keseimbangan pasar sebelum subsidi EQ; P  E8;7
2. Harga dan jumlah keseimbangan sesudah subsidi :
D : P  15  Q
S : P  3  0,5Q  s  3  0,5Q  1,5  1,5  0,5Q
Sehingga
15  Q  1,5  0,5Q
1,5Q  13,5
Q9
P6
 
Jadi titik keseimbangan pasar sesudah subsidi E ' Q ' ; P '  E ' 9;6
3. Subsidi yang dinikmati konsumen :
sk  P  P '  7  6  1
Maka dari setiap unit barang yang dibeli konsumen secara tidang langsung
menerima subsidi sebesar 1 atau 67% dari subsidi per unit barang.
4. Subsidi yang dinikmati produsen :
sp  s  sk  1,5  1  0,5
Maka dari setiap unit barang yang diproduksi dan dijualnya, produsen
menerima subsidi sebesar 0,5 atau 33% dari subsidi per unit barang.
5. Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah :
spm  Q '  s  9 1,5  13,5
Maka dari subsidi yang dibayar oleh pemerintah adalah 13,5.

B. TITIK IMPAS / PULANG-POKOK / BREAK EVEN POINT


Penerimaan dan biaya merupakan variabel-variabel penting untuk mengetahui
kondisi bisnis suatu perusahaan. Dengan diketahuinya penerimaan total (R) yang
diperoleh dan biaya total (C) yang dikeluarkan, dapatlah dianalisis apakah
perusahaan mendapat keuntungan ataukah mengalami kerugian. Keuntungan
(profit positif,   0 ) akan didapat apabila R  C , secara grafik hal ini terlihat
pada area dimana kurva R terletak di atas kurva C. Sebaliknya, kerugian (profit
negatif,   0 ) akan dialami apabila R  C , pada area dimana kurva R terletak di
bawah kurva C.
Konsep yang lebih penting berkenaan dengan R dan C adalah konsep
“pulang-pokok” (break-even), yaitu suatu konsep yang digunakan untuk
menganlisis jumlah minimum produk yang harus dihasilkan atau terjual agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Keadaan pulang-pokok (profit not,   0 )
terjadi apabila R  C , perusahaan tidak memperoleh keuntungan tetapi tidak pula
menderita kerugian. Secara grafik hal ini ditunjukkan oleh perpotongan antara
kurva R dan kurva C.

Keterangan
Q : jumlah produk
R : penerimaan total
C : biaya total
 : profit (  R  C )
TPP : titik pulang-pokok
Q * mencerminkan posisi tingkat produksi / penjualan pulang-pokok. Area di

sebelah kanan Q * merupakan area keuntungan (   0 ), sedangkan di sebelah kiri

Q * merupakan area kerugian (   0 ).

Contoh :
Andaikan biaya toal yang dikeluarkan perusahaan ditunjukkan oleh
persamaan C  20.000  100Q dan penerimaan totalnya R  200Q . Pada tingkat
produksi berapa unit perusahaan ini berada dalam posisi pulang pokok? Apa yang
terjadi jika ia berproduki sebanyak 300 unit? Gambarkan grafiknya.
Penyelesaian :
1. Jumlah unit pulang-pokok
  R C
Pulang pokok :   0, R  C  0
R C  0
RC
200Q  20.000  100Q
100Q  20.000
Q  200
R  200Q  200(200)  40.000
C  20.000  100Q  20.000  100(200)  40.000
Maka jumlah produk agar perusahaan mengalami pulang-pokok harus
memproduksi 200 unit dengan biaya produksi sama dengan hasil penjualan
sebesar 40.000.
2. Jika ia berproduki sebanyak 300 unit
Jika Q  300 , maka:
R  200Q  200(300)  60.000
C  20.000  100Q  20.000  100(300)  50.000
Keuntungan :   R  C  60.000  50.000  10.000
Maka yang terjadi ialah perusahaan memperoleh keuntungan sebesar 10.000.
3. Grafik

Contoh :
Misalkan biaya tetap untuk produksi sebesar Rp 5.000,- biaya variabel
Rp 7,50,- per unit produksi atau output dan barang atau produk dijual Rp10,- per
unit. Berapa jumlah barang yang diproduksi pada titik impas?
Penyelesaian :
5000  10  7,5Q
5000  2,5Q
Q  2000
Jadi, jumlah barang yang diproduksi pada titik impas sebesar 2000 unit.
LATIHAN SOAL

1
1. Fungsi permintaan barang ditunjukkan oleh persamaan P   Q  20 dan
2
1
penawarannya P  Q  2 . Terhadap barang tersebut diberi subsidi oleh
6
pemerintah sebesar s  2 per unit. Ditanyakan :
a) Berapakah harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sebelum
subsidi?
b) Berapakah harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan setelah
subsidi?
c) Gambarkan grafiknya !
d) Berapa bagian subsidi yang dinikmati konsumen?
e) Berapa bagian subsidi yang dinikmati produsen?
f) Berapa jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah?
Penyelesaian :
a) Harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sebelum subsidi
1
D : P   Q  20
2
1
S:P Q2
6
Sehingga
1 1
 Q  20  Q  2
2 6
4
 Q  18
6
108
Q  27
4
P  6,5
Jadi titik keseimbangan pasar sebelum subsidi EQ; P  E27;6,5
b) Harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sesudah subsidi
1
D : P   Q  20
2
1 1 1
S :P  Q2s  Q22  Q
6 6 6
Sehingga
1 1
 Q  20  Q
2 6
4
 Q  20
6
120
Q  30
4
P5
 
Jadi titik keseimbangan pasar sesudah subsidi E ' Q ' ; P '  E ' 30;5
c) Grafik

d) Bagian subsidi yang dinikmati konsumen


sk  P  P '  6,5  5  1,5
Maka dari setiap unit barang yang dibeli konsumen secara tidang
langsung menerima subsidi sebesar 1,5 atau 75% dari subsidi per unit
barang.
e) Bagian subsidi yang dinikmati produsen
sp  s  sk  2  1,5  0,5
Maka dari setiap unit barang yang diproduksi dan dijualnya, produsen
menerima subsidi sebesar 0,5 atau 25% dari subsidi per unit barang.
f) Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah
spm  Q '  s  30  2  60
Maka dari subsidi yang dibayar oleh pemerintah adalah 60.
2. Andaikan biaya toal yang dikeluarkan perusahaan ditunjukkan oleh
persamaan C  50.000  200Q dan penerimaan totalnya R  700Q . Pada
tingkat produksi berapa unit perusahaan ini berada dalam posisi pulang
pokok? Apa yang terjadi jika produki sebanyak 500 unit? Gambarkan
grafiknya.
Penyelesaian :
a) Jumlah unit pulang-pokok
  R C
Pulang pokok :   0, R  C  0
RC  0
RC
700Q  50.000  200Q
500Q  50.000
Q  100
R  700Q  700(100)  70.000
C  50.000  200Q  50.000  200(100)  70.000
Maka jumlah produk agar perusahaan mengalami pulang-pokok harus
memproduksi 100 unit dengan biaya produksi sama dengan hasil
penjualan sebesar 70.000.
b) Jika ia berproduki sebanyak 500 unit
Jika Q  500 , maka:
R  700Q  700(500)  350.000
C  50.000  200Q  50.000  200(500)  150.000
Keuntungan :   R  C  350.000  150.000  200.000
Maka yang terjadi ialah perusahaan memperoleh keuntungan sebesar
200.000.
c) Grafik

3. Pak Budi memulai usahanya dalam bidang peternakan ayam dengan biaya
tetap sebesar Rp4.500.000. Setelah dihitung-hitung, biaya variabelnya sebesar
Rp30.000 per ekor, dengan harga jual per ekornya sebesar Rp60.000.
Berapakah tingkat BEP dalam unitnya?
Penyelesaian :
4.500.000  60.000  30.000Q
4.500.000  30.000Q
Q  150
Jadi, tingkat BEP dalam unitnya adalah sebesar 150 unit.
DAFTAR PUSTAKA

B, Mesra. 2013. Penerapan Ilmu Matematika dalam Ekonomi dan Bisnis.


Yogyakarta: Deepublisher.

Dumairy. 1986. Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Erlangga.

Subanti, Sri. 2015. Matematika Ekonomi. Surakarta: UNS Press.

Supranto, J. 1987. Matematika Untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Lembaga


Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai