Anda di halaman 1dari 5

School Sweet Home

Oleh: Taupik Rohmansyah*)

Pentingnya investasi dalam ranah intelektual merupakan produk reaksi logis dari
semakin ketatnya tantangan dalam menghadapi hari esok. Siapapun akan terus-menerus
memacu dirinya untuk menemukan pranata-pranata pendidikan yang mampu
mengakomodasikan kepentingannya tersebut. Setiap orang (tua) akan semakin selektif dalam
memilih lembaga pendidikan yang layak bagi masa depan anaknya. Dengan biaya yang tidak
sedikit, para orang tua menyekolahkan anaknya kesekolah-sekolah terbaik, dengan harapan agar
setelah lulus dari sekolah tersebut, anak memiliki kompetensi yang cukup untuk bersaing dalam
menapaki kehidupan.
Ini merupakan tantangan besar bagi semua lembaga pendidikan yang siap untuk
menampung kehendak para orang tua tersebut. Sebab dengan tingkat persaingan yang lebih
deras kedepan, sekolah tidak hanya cukup menyediakan layanan ‘pendidikan gratis’
umpamanya, namun masih banyak hal-hal yang mesti menjadi concern sekolah dalam
menyatakan mimpi dan harapan masyarakat.
Dari beberapa telaahan yang penulis lakukan, terdapat beberapa instrumen penting yang
mesti menjadi perhatian lembaga pendidikan (sekolah), yaitu:
1. Performance sekolah, yaitu perwajahan sekolah yang diwujudkan melalui:
a. Kebersihan dan Kesehatan. Artinya, sekolah memiliki lingkungan
bersih dan sehat. Sangat mudah dipahami bahwa lingkungan dan fasilitas yang kotor
tentu tidak menyehatkan dan tidak akan membuat pelajaran berjalan mulus. Air bersih
dan WC, Tempat Ibadah, dan Halaman yang kotor, gedung-gedung yang tidak terawat
akan berpengaruh pada apresiasi siswa terhadap sekolah. Kebersihan fisik ini
diharapkan mampu berpengaruh terhadap bersihnya ruhani keluarga sekolah.
Lingkungan yang nyaman akan membuat suasana belajar semakin menyenangkan dan
member stimulis positif untuk terus betah berada di sekolah.
b. Ketertiban. Artinya, segala sesuatu harus tertib dan teratur. Segala
kegiatan persekolahan dilaksanakan menurut standar yang telah di sepakati bersama
oleh warga sekolah. Keteraturan menjadi pakaian sehari-hari sebagai tabulasi dari
kecintaan terhadap sekolah dan tunduk patuh terhadap komitmen bersama.
c. Keamanan. Artinya, semua warga sekolah merasa aman, tenang dan
nyaman, lahir maupun batin dengan berada di lingkungan sekolah. Sekolah bukanlah
penjara bagi siswa, yang dirasa membelenggu selama proses belajar mengajar
dilakukan. Namun sekolah menjadi persinggahan yang menyamankan siapapun ketika
memasukinya.
d. Keindahan. Artinya, Lingkungan sekolah yang memiliki daya pesona
dan tidak membosankan, seperti adanya dekorasi, pemilihan warna gedung yang cerah,
taman dan pepohonan, penataan bangunan-bangunan tambahan seperti lahan parkir dan
kantin. Warga sekolah betah untuk tinggal disekolah, mata dimanjakan dengan tatanan
dan tataan suasana yang asri.
e. Kekeluargaan dan persahabatan. Artinya, semua warga sekolah
menyadari bahwa sekolah adalah rumah kedua, tempat sifat baik hati, ramah,
demokratis, jujur, pengertian, toleransi, saling menghargai, saling mamahami dan
semangat keterbukaan disemai dengan sebaik-baiknya tanpa kamuflase. Seperti kata
syair sebuah lagu, “pershabatan bagai kepompong, hal yang tak mudah berubah jadi
indah”; sekolah menjadi tempat bermetamofosis bagi siswa dan seluruh civitas, dari
tidak kenal menjadi cinta, dari tidak peduli menjadi sayang, dari sungkan menjadi
ikhlas, dan dari ‘kepompong menjadi kupu-kupu’ dari bukan siapa-siapa menjadi
seseorang yang memahami arti penting keluarga yang hangat.

2. Visi-Misi-Tujuan sekolah yang jelas dan terukur. VMT sekolah dirumuskan


berdasarkan ‘suasana kebatinan’ sekolah yang bersangkutan, hal ini untuk
mendialogkan nilai dasar (core value), eksistensi dan tujuan akhir yang dimiliki sekolah
tersebut. Visi Misi Tujuan sekolah bukan sekedar dokumen kerja sekolah atau penghias
dinding yang dipasang manis, namun lebih dari itu, ia (VMT) akan menjadi landasan
pacu bagi lepas landasnya sekolah untuk mencakrawalakan gagasan pemberdayaannya
bagi masyarakat sekitar dan VMT menjadi ruh gerak sekolah dalam menapaki relung-
relung kebutuhan masyarakat. Visi Misi Tujuan Sekolah di bangun atas dasar
kebutuhan yang bisa di capai, buakn atas dasar mimpi semata.
3. Kepemimpinan Stratejik, yaitu kepemimpinan yang mampu mengintegrasikan
organisasi sekolah dengan berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, memberikan
perhatian terus-menerus terhadap organisasi sekolah terutama dalam meningkatkan
kualitas dan komptensi internal, mengadakan evaluasi terhadap semua tingkah laku
orang dan apabila menemukan perilaku yang kontradiktif berusaha mendamaikannya.
Seorang pemimpin sekolah bukan hanya menjadi Manajer namun juga sekaligus Leader
yang merefleksikan nilai-nilai kesepakatan bersama. Kepemimpinan menandakan
adanya semangat kolektif untuk terus maju dan memacu kreatifitas, kepedulian, rasa
memiliki dan tanggungjawab atas semua tugas dan fungsi bagi seluruh keluarga
sekolah.
4. Optimis berprestasi tinggi, yaitu memiliki harapan baik dengan melakukan
kerja keras dan kerja optimal yang didukung oleh seluruh warga sekolah. Capaian
sebuah prestasi tidak berasal dari kerja seseorang atau blok orang namun berasal dari
kesungguhan seluruh entitas sekolah dalam meraih prestasi tersebut. Jika pun sebuah
prestasi gagal diraih, bukan kesalahan seseorang namun tanggung jawab bersama.
Ketika prestasi diraih, bangga seluruh warga sekolah, jika prestasi gagal diraih maka
segeralah mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah strategis kedepan
dalam meraih prestasi yang lebih baik. Optimisme di letakan pada kerangka maju dan
sukses bersama walaupun bertahap dengan prinsip ‘small move for a bis step forward’.
5. Pemberdayaan Personil. Untuk menguasai pengetahuan dan teknologi yang
berkembang cepat, tentu saja personil sekolah tidak bisa berpangku tangan.
Perkembangan sosial yang pesat, mensyaratkan adanya proses pemberdayaan tanpa
henti. Potensi-potensi yang telah ada dikembangkan agar kualifikasinya semakin
diperhitungkan oleh masyarakat. Sebagai sebuah lembaga sosial, keberadaan sekolah
akan masih tetap dibutuhkan jika tenaga pendukungnya benar-benar ahli dan bekerja
profesional. Pemberdayaan personil agar memiliki komptensi yang diharapkan itulah
mesti menjadi agenda yang tidak terlupakan.
Mengirim Tenaga Pendidik dan kependidikan untuk mengikuti workshop, pelatihan,
seminar, lomba-lomba dan kegiatan positif lainnya akan semakin menambah kesiapan
warga sekolah untuk menangkap kehendak masyarakat yaitu tenaga sekolah yang
berkualitas.
6. Bimbingan Berpusat Siswa, artinya segala proses kegiatan belajar senantiasa
bermuara pada siswa. Sebab siswa bukanlah objek pasif yang tidak utuh. Ia berhak
mendapatkan bimbingan, bantuan dan arahan dalam setiap proses pembelajaran dengan
mudah. Hal ini, menuntut guru untuk tidak memposisikan dirinya sebagai segala-
galanya; guru hanyalah fasilitator bimbingan yang menggerakan potensi siswa yang
telah dibawa sebelumnya (entry behauvior) Jika siswa tidak diperhatikan dan di
bimbing secara seksama, maka disitulah awal pengebirian potensi siswa. Siswa menjadi
pusat terjadi perubahan dan pemberdayaan; segala minat dan bakat siswa terus diasah,
di latih dan dan diberdayakan terus menerus.
7. Asesmen, Artinya proses pengukuran dan evaluasi berkelanjutan baik
dilakukan terhadap siswa maupun terhadap kinerja manajerial sekolah. Proses evaluasi
tidak dianggap sebagai momentum penentu segala-galanya, justru dari proses itulah
lahir pembaruan-pembaruan yang memungkinkan terciftanya kembali iklim
menyenangkan dalam melakoni proses kerja selanjutnya. Evaluasi dilakukan secara
terbuka dan tidak menghakimi.
8. Komunikasi dan dukungan orang tua. Komunikasi dan dukungan yang efektif
akan meringankan beban sekolah dalam melaksanakan pembelajaran. Orang tua
merupakan instrument penting tegaknya sekolah. Jika proses komunikasi terhambat,
maka pesan yang akan disampaikan pun menjadi bias. Orang tua secara rutin diajak
memikirkan masa depan anak dan sekolahnya, ia tidak hanya hadir pada saat
mendaftarkan anak dan pada saat pembagian izajah kelulusan, namun secara simultan
bergerak bersama-sama sekolah meningkatkan gerak laju sekolah menuju arah yang
lebih baik.
Pertemuan regular denga orang tua siswa akan semakin mendekatkan sekolah dengan
masyarakat, sekolah mendengar keluhan masyarakat sebagai pelanggannya dan
masyarakat terus memperispkan didinya untun menerima kehadiran sekolah secara terus
menerus.
9. Kontrol Kualitas oleh seluruh warga sekolah. Diibaratkan, lembaga sekolah
seperti perahu, setiap komponen bahu-membahu menahan derasnya air dan deru angin.
Kemudi dikendalikan dengan penuh perhitungan, bagian mesin secara terus menerus
melakukan tindakan nyata agar mesin terus berlajan dan semua bagian terlibat untuk
menstabilkan laju perahu agar tidak oleng bahkan karam diterjang ombak, dan ahirnya
sampai ke dermaga dengan selamat. Seluruh warga sekolah tidak mengabaikan
komitmen yang telah dibuat sesuai dengan pembagian kerja yang telah di tentukan,
sehingga disinilah dituntut profesionalisme dan kearifan dalam menekuni sesuatu yang
mesti dikerjakan. Kontrol kualitas dilakukan secara berkala dan terukur, tidak saja
menjelang akreditasi atau monitoring dari lembaga lain, namun menjadi komiten
bersama untuk menjaga agar posisi sekolah terus stabil dan maju.

Jika kesembilan instrument tersebut, bisa dikelola dengan sempurna oleh sekolah maka
seperti judul diatas, School Sweet Home, sekolah menjadi rumah yang manis, menyenangkan,
penuh imajinasi, kaya akan rasa pengabdian serta betah untuk ditempati. Sekolah benar-benar
menjadi rumah kedua bagi terciftanya tata sosial yang lebih bermakna, beradab dan
berdayaguna. Sekolah menjadi pranata sosial yang di cintai untuk mengembangkan potensi dan
kreatifitas tanpa henti, sekolah menjadi taman yang teduh untuk mengelaborasi beragam
kehendak-kehendak mulia dalam membangun masa depan yang lebih baik, dan sekolah menjadi
persemaian benih-benih perubahan yang bersemangatkan kemerdekaan dan penghargaan atas
sesama manusia.
Kehadiran sekolah sebagai sebuah pranata social akan terus dibutuhkan selamanya,
sebab setiap saat sekolah senantiasa masuk kedalam dinamika kebutuhan masyarakat yang terus
berubah.
Wallahulmuwafiq Ilaa Aqwamith Thariq
***
*) Mengajar IPS di SMPN 3 Cilaku Cianjur.
rtauviq@ymail.com

Anda mungkin juga menyukai