Anda di halaman 1dari 7

SHALAT SEBAGAI SUDUT PANDANG ISTIMEWA DALAM

PERSPEKTIF MATEMATIKA DAN KOLERASINYA DENGAN


SYARI’AT ISLAM

Guru Pengampu :
Cahyaning Wulandari S.Pd.

Nafisah Azfa Majidah


Kelas 12 MIPA B
MA MIFTAHUNNAJAH YOGYAKARTA
azfanafiees@gmail.com
Abstrak

Tak hanya dari berkembangnya metropolitan saat ini kolerasi ilmu matematika dengan
agama islam sudah ada K.H. Fahmi Basya melakukan penelitian mengenai Al-Qu'ran sejak
tahun 1972 dan matematika Islam baru ia rumuskan pada tahun 1982.Pada awalnya, Fahmi
mengemukakan ide matematika Islam melalui berbagai selebaran, seminar, dan stadium
general. Pada tahun 2002, idenya dipakai sebagai salah satu mata kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah. Selanjutnya, ia diminta sebagai penceramah untuk mengenalkan konsep
matematika Islam di sebuah stasiun televisi swasta.Sebenarnya, banyak hal yang belum kita
ketahui tentang sesuatu yang terkandung dalam shalat jika dipandang dalam matematika.
Pada faktanya dalam shalat memang istimewa. Pada akhirnya shalat bermuara pada dimensi
vertikal, yakni wujud pengabdian diri pada sang pencipta. Tujuan penulisan ini adalah untuk
memberikan gambaran mengenai sudut pandang shalat dalam matematika.

Kata Kunci : Shalat, Islam, Ilmu Matematika

Abstract

K.H. Fahmi Basya has been doing research on Al-Qu'ran since 1972 and he formulated
Islamic mathematics in 1982.At first, Fahmi put forward the idea of Islamic mathematics
through various leaflets, seminars, and stadium general. In 2002, his idea was used as one of
the courses at UIN Syarif Hidayatullah. Furthermore, he was asked as a lecturer to introduce
the concept of Islamic mathematics on a private television station.Actually, there are many
things that we do not know about something contained in prayer when viewed in mathematics.
In fact, prayer is special. In the end, prayer boils down to the vertical dimension, which is a
form of self-devotion to the creator. The purpose of this paper is to provide an overview of the
viewpoint of prayer in mathematics.

Keywords: Prayer, Islam, Mathematics

BAB I
Latar Belakang

Berdasarkan matematika Islam, Fahmi Basya memperlihatkan hubungan antara gerakan salat
gerhana dengan posisi gerhana. Dari sana didapatkan bahwa ruku dapat didefinisikan sebagai
gerakan 90 derajat. Jika ruku adalah 90 derajat, sujud adalah 135 derajat, dan berdiri tegak
adalah nol derajat, dalam satu rakaat seseorang telah menyelesaikan satu putaran penuh atau 360
derajat. Selain itu, bacaan takbir yang diucapkan pada 29 kali salat tarawih dan witir ditambah
salat Ied maka akan ditemukan bilangan 1786, yang jika dibagi 19 adalah 94. Angka 94 juga
menjadi jumlah kalimat takbir dalam lima kali salat dalam sehari. Bagi Fahmi, riset yang
mendalam terhadap fenomena-fenomena menarik ini akan dapat memperkuat rasa iman kepada
Allah.

Diantara beberapa kewajiban dari umat Islam ialah shalat. Shalat merupakan satu-satunya
kewajiban umat muslim yang tidak dapat ditawar. Tidak seperti kewajiban-kewajiban yang lain,
yakni misalnya seseorang diperbolehkan meninggalkan puasa apabila memang tidak mampu,
boleh tidak berzakat bila masih berkekurangan, dan boleh tidak bertamu ke Baitullah bila tidak
cukup bekal. Akan tetapi, untuk shalat tidak dapat ditinggalkan dengan alasan apapun dan
bagaimanapun terkecuali dalih kematian. Bagaimana jika shalat dipandang dalam sudut pandang
matematika/shalat dikaitkan dengan sesuatu hal yang istimewa dalam matematika.

Agama islam merupakan agama Rahmatan Lil Alamin yang bersumber dari Al-Qur’an, Hadits
dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an merupakan sumber utama dan kitab panutan
umat islam. Dalam Al-Qur’an juga telah dijelaskan bahwasanya didalam hidup ini tidak cukup
dengan keimanan akan tetapi juga berilmu. Oleh karena itu kita sebagai umat muslim patut
menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan utama mencari ilmu sebelum merujuk pada teori-teori
lainnya.
Dalam agama islam ada lima kewajiban yang dianjurkan kepada umatnya yaitu rukun islam
diantaranya syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji (bila mampu). Ada satu kewajiban yang tidak
bisa ditawar oleh umat islam yaitu shalat. Shalat adalah mi’raj nya orang mukmin. Dalam
barzanji disebutkan mi’raj adalah antara Nabi Muhammad SAW Allah SWT tanpa aling-aling.
Akan tetapi kenapa masih banyak orang yang melaksanakan shalat tetapi dia masih melakukan
perbuatan keji dan mungkar. Karena shalatnya orang tersebut belum mencapai mi’raj nya. Dalam
sebuah hadits juga dijelaskan apa itu yang dimaksud dengan ihsan bila dinisbatkan kepada Allah,
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits jibril: Artinya: “wahai Rasulullah, apakah ihsan itu?
Beliau menjawab.kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihatnya. Jika kamu tidak bisa
beribadah seolah-olah melihatNya maka sesungguhnya Dia Melihatmu” (H.R Muslim 8).
Shalat merupakan kewajiban ibadah kepada Allah SWT. yang berupa perkataan dan perbuatan
yang diawali oleh takbir dan diakhiri dengan salam. Ibadah shalat dengan menyerahkan diri
(lahir dan batin) kepada Allah dan memohon ridhoNya. Shalat memang ibadah yang paling
istimewa, pada akhir shalat berdimensi vertikal yaitu wujud pengabdian diri kepada sang
pencipta. Serta bagaimana apabila shalat dipandang dalam sudut pandang matematik dan
bagaimana shalat dapat dikaitkan dengan keistimewaan matematik islam. oleh karena itu, penulis
akan memberikan gambaran tentang integrasi shalat dalam perspektif matematika islam.

BAB II
Hasil & Pembahasan

A. Kajian Tentang Perjalanan Isra Miraj


Peristiwa Isra Mijra merupakan perjalanan semalam Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa ini merupakan dua peristiwa yang berbeda yaitu Isra dan Miraj. Isra
merupakan peristiwa perjalanan Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.
Sedangkan miraj merupakan peristiwa perjalanan Nabi dari dari bumi hingga naik ke
langit ke tujuh untuk menerima perintah dalam menjalankan shalat lima waktu.
Dengan terjadinya peristiwa ini Nabi mendapatkan perintah langsung dari Allah SWT.
untuk menunaikan shalat lima waktu dalam sehari semalam, Itsnaini at al (2018).
Sepulang dari Isra Miraj Nabi Muhammad SAW membawa bukti perjalanan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Q.S An-Nisa ayat 103:
Artinya: “maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Dan sesungguhnya
shalat itu fardu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.
Tulisan waktu disini berarti bukti dari perjalanan yang dibawa oleh Nabi
seulang dari peristiwa Isra Miraj. Yang juga dijelaskan dalam Q.S Al-Isra (perjalanan
malam). Sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S Al-isra’ ayat 1:
Artinya: “Maha suci Allah yang telah memerjalankan hambaNya ada suatu
malam dari Al Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi
sekelilingnya agar kami perlihatkan keadanya sebagaian dari tanda-tanda (kebesaran)
kami. Sesungguhnya dia adalam maha mendegar lagi maha penyayang”.
Dapat diketahui juga korelasi shalat dalam sudut andang matematik. Dalam
Q.S Al-Isra merupakan surat ke 17 dalam AlQur’an dan memiliki 111 ayat.
Sebagaimana bila dilihat dari jumlah rakaat shalat lima waktu sehari semalam
berjumlah 17 rakaat serta memiliki jumlah gerakan sebanyak 111. Hal ini
menunjukkan bahwa Q.S Al-isra benar menunjukkan bahwa Nabi membawa bukti dari
peristiwa perjalanan Isra’ Miraj dan terkandung dalam perintah menunaikan shalat
lima waktu tersebut. sudah dapat diketahui shalat lima waktu menunjukan kode 17
rakaat dan 111 gerakan shalat, yang menunjukan bahwa bukti Nabi dalam perjalanan
Isra Miraj dicatat dalam Al-Qur’an sebagai surah Al-Isra.
B. Kajian Tentang Bumi Shalat
Matahari, bumi dan bulan terletak dalam satu garis lurus keadaan tersebut
merupakan gerhana. Nabi Muhammad juga menerangkan tentang solat gerhana yaitu
dengan dua rukuk. Jika diperhatikan gerakan solat setiap rukuk akan membentuk sudut
90°. Sehingga jika dilihat dari gerakan solat gerhana yang ditandai dengan dua rukuk
maka penulisan secara matematis yaitu 2×90°=180°= Garis Lurus. Dengan demikian,
dapat ditarik kesimpulan bahwasanya terdapat hubungan antara solat gerhana dengan
gerhana, Itsnaini at al (2018).
Apabila kita definisikan bahwa gerakan rukuk =90°,
maka satu solat rakaat fardu dapat dihitung yaitu sebagai berikut: Gerakan Rukuk
=90° Gerakan sujud setelah I’tidal 90°+45°=135°
Gerakan sujud setelah duduk diantara dua sujud =90°+45°=135°
Jumlah gerakan sujud dalam satu rakaan =90°+135°=360°
Dapat diketahui bahwasanya bumi berputar, dimana setiap putaran memiliki
sudut 360°. Jika diintegrasikan dengan hasil perhitungan jumlah gerakan sujud diatas,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya bumi shalat atau bertasbih. Dengan
demikian sama halnya dengan surat Al-Isra’ ayat 77. Artinya. “langit yang tujuh, bumi
dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah SWT. dan tak ada satupun
melainkan bertasbih memuji-Nya. Tetapi kamu sekalian tak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya dia adalah maha penyantun lagi maha pengampun”. (Q.S Al-Isra’).
Dari ayat diatas dapat dibuktikan bahwasanya bumi bertasbih dengan cara
berputar atau berotasi. Sedangkan planet yang sudah mati tidak akan berputar. Hal ini
menyebabkan salat jenazah tidak menggunakan rukuk dan sujud sebagai tanda
bahwasanya tidak ada putaran. Dengan demikian terdapat integrasi antara solat dengan
matematika islam.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama, di dalam memahami kedudukan ilmu umum
dalam syariat Islam, terlihat dari hukum mempelajari ilmu umum. Para ulama menyatakan
bahwa mempelajari ilmu umum yang dibutuhkan oleh manusia hukum mencarinya adalah fardhu
kifayah, artinya dari kaum muslimin dituntut untuk mempelajarinya walaupun tidak setiap
individu harus mencarinya. Namun juga harus diperhatikan bahwa hendaknya seorang muslim
memprioritaskan ilmu pokok yang harus dipelajari di dalam kehidupannya, sehingga ia menjadi
manusia yang tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang hamba untuk beribadah kepada
Rabbnya. Menukilkan apa yang di katakana oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -
rahimahullahu Ta’ala- ketika ditanya,”Apakah (mempelajari) ilmu seperti ilmu kedokteran dan
industri termasuk tafaqquh fid diin (mempelajari agama Allah Ta’ala)?”

Beliau -rahimahullahu Ta’ala- menjawab,“Ilmu-ilmu tersebut tidaklah termasuk dalam ilmu


agama (tafaqquh fid diin). Karena dalam ilmu-ilmu tersebut tidaklah dipelajari Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Akan tetapi, ilmu tersebut termasuk dalam ilmu yang dibutuhkan oleh umat Islam.
Oleh karena itu, sebagian ulama berkata,’Sesungguhnya mempelajari ilmu industri (teknologi),
kedokteran, teknik, geologi, dan semisal itu, termasuk dalam fardhu kifayah. Bukan karena ilmu-
ilmu tersebut termasuk dalam ilmu syar’i, akan tetapi karena tidaklah maslahat bagi umat (Islam)
ini bisa terwujud kecuali dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Oleh karena itu, aku ingatkan
kepada saudara-saudaraku yang sedang mempelajari ilmu-ilmu tersebut agar mereka niatkan
untuk dapat memberikan manfaat bagi kaum muslimin dan meningkatkan (derajat) umat Islam.”
[Kitaabul ‘Ilmi, 1/125 (Maktabah Syamilah).]

Karenanya bolehnya seseorang untuk menuntut ilmu umum selama kebutuhan ilmu syar`i yang
sangat dibutuhkan dirinya untuk beribadah kepada Allah telah dilakukan atau di tengah proses
belajar dengannya. Bila memungkinkan untuk bisa fokus, mengejar terlebih dahulu ilmu wajib
yang terkait dengan hal hal pokok sehingga kita bisa menjalankan kewajiban dan menjauhi
kemaksiatan, maka ini yang terbaik. Karena kita tidak mengetahui sampai kapan kehidupan kita
akan terus berlanjut. Bila kesempatan ada, kita tidak memanfaatkannya , padahal sebelumnya
kita telah banyak lalai dalam masalah ini, maka bisa jadi kita berdosa bila tidak menjalankannya.
Namun bila tidak memungkinkan untuk fokus, karena adanya kewajiban lain yang harus kita
penuhi, karena adanya tanggungan keluarga yang juga harus kita penuhi maka lakukan
semaksimal mungkin dari kemampuan kita, insyaallah Allah akan berikan keberkahan dan
kemudahan dengan apa yang kita lakukan untuk terus memperbaiki kehidupan kita. Namun
tetaplah didahulukan dan menjadi prioritas untuk mempelajari agama dengan mem-pending
belajar ilmu umum atau bahkan pekerjaan, bila memungkinkan untuk bisa fokus terhadap ilmu
agama.

Juga, hendaknya kita sebagai orang tua juga lebih memperhatikan pendidikan anak anak kita
untuk mendapatkan hak standar mereka untuk mengenal Allah, Rasulullah dan agama Islam
sejak dini. Sehingga nantinya mereka bisa mengejar ilmu lainnya yang sangat di butuhkan oleh
umat Islam dan manusia, dari ilmu teknologi, kesehatan, ekonomi dan yang lainnya. Karena
Islam tidak menutup dan mengingkari pintu ilmu umum selama di arahkan dan di pergunakan
untuk kemaslahatan umat.

Aksioma : Quran adalah ucapan Allah (dari Allah), ini dianggap benar dalam sistem agama
Islam dan kemudian diberikan tantangan jika bukan dari Tuhan maka coba membuat yang
semacamnya.

Teorema : perintah shalat dan zakat itu jadi kebenaran, karena diturunkan dari aksioma bahwa
Quran adalah ucapan Tuhan.

BAB III
Kesimpulan

Dengan mempelajari penelitian studi pustaka ini diharapkan mengetahui matematik islam
dapat memberi manfaat kepada pembaca baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik serta
dapat meningkatkan nilai-nilai agama yang berhubungan dengan matematika sehingga
mewujudkan karakter bangsa dalam mencapai derajat yang tinggi. Setelah melakukan pemaparan
diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya dalam melakukan integrasi sholat dalam perspektif
matematika islam, telah dijelaskan melalui perjalanan Isra’ Mirajyaitu dengan bukti perjalanan
Isra’ Miraj Nabi Muhammad SAW. Ditunukkan oleh kode 17, 111 yang tercatat didalam Al-
ur’an surat ke 17 dalam ayat 111 pada surat Al-Isra’. Bumi sholat, yang terlintas dalam mimpi
Nabi Yusuf tertuang dalam Q.S Yusuf:4 yaitu cara bersujud dalam 11 benda angkasa, yang
dimaksud Nabi Yusuf bukanlah cara bersujud yang dilakukan orang muslim. Melainkan berputar
sejauh 360° untuk menandakan bahwa planet sedang bersujud. dengan gerakan permata sholat
dan roda gigi sholat.

BAB IV
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Matematika_Islam

https://sunankalijaga.org/prosiding/index.php/kiiis/article/view/28

http://sunankalijaga.org/prosiding/index.php/kiiis/article/view/706

https://id.quora.com/Apakah-umat-Islam-menganggap-pendidikan-agama-lebih-penting-
daripada-pendidikan-matematika-dan-sains

https://id.quora.com/Apakah-umat-Islam-menganggap-pendidikan-agama-lebih-penting-
daripada-pendidikan-matematika-dan-sains

https://www.deepl.com/translator

http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/al-khwarizmi/article/view/113

Anda mungkin juga menyukai