B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui Proses Reproduksi Wanita.
2. Untuk mengetahui organ kelamin Eksternal dan Internal.
3. Untuk mengetahui penentuan jenis kelamin perempuan.
4. Untuk mengetahui sistem reproduksi Perempuan.
5. Untuk mengetahui apa itu Ferpilitas.
C. Sistematika Penulisan
Laporan tugas akhir ini terdiri dari 3 bab, antara lain :
1. Bab I Pendahuluan
Latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
2. Bab II Konsep Teori
Anatomi system terkait disertai gambar penjelasannya, fisiologi system terkait,
dan perubahan yang terjadi.
3. Bab III Penutup
Simpulan dan saran.
4. Daftar Pustaka
BAB II
KONSEP TEORI (EKSTERNAL)
A. Anatomi system terkait disertai gambar penjelasannya
1. Alat reproduksi wanita bagian luar
Fungsi dari alat atau organ reproduksi wanita bagian luar (alat kelamin) adalah
sebagai jalur masuk sperma serta melindungi alat reproduksi bagian dalam dari infeksi.
a. Mons Veneris
Mon veneris merupakan bagian yang sedikit menonjol yang terlihat dari luar dan merupakan
bagian yang menutupi tulang kemaluan (Simfisis pubis). Bagian ini disusun oleh jaringan
lemak dengan sedikit jaringan ikat. Mon veneris sering dikenal dengan nama gunung venus,
ketika wanita sudah dewasa maka pada bagain mons veneris akan ditutupi oleh rampbut-
rambut kemaluan dan membentuk pola seperti segitiga terbalik.
b. Labia Mayora (Bibir besar kemaluan)
Disebut sebagai Labia karena bagian ini memiliki bentuk seperti bibir. Labiya Mayora
merupakan bagian lanjutan dari MOns Veneris yang berbentuk lonjok ke arah bawah dan
bersatu membentuk perineum. Pada bagian luar Labia Mayora disusun tersusun oleh jaringan
lemak, kelenjar keringat dan saat dewasa biasanya ditutupi oleh rambut kemaluan yang
merupakan rambut dari Mons Veneris. Namun pada selaput lemak tidak terdapat rambut
kemaluan tapi ada banyak ujung-ujung saraf sehingga sensitif saat melakukan hubungan
seksual.
d. Klitoris
Klitoris merupakan organ yang bersifat erektil dan sangat sensitif terhadap rangsangan pada
saat berhubungan seksual. Klitoris merupakan bangunan yang terdiri dari Glans
klitoris,korpus klitoris dan krura klitoris. Pada ujung klitoris memiliki banyak pembuluh
darah, karena itulah klitoris merupakan bagiah yang erektil, seperti pada penis (alat
Re_Produksi pria).
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga pembatas antara labia minora pada sisi kanan dan kiri. Pada
bagian atas dibatasi oleh klitoris dan pada bagian belakang (bawah) dibatasi oleh pertemuan
dua labia minora. Vestibulum merupakn tempat beradanya Uretra (saluran kencing) dan
muara Miss V (liang Senggama). Masing-masing pada bagian ini akan mengeluarkan cairan
seperti lendir pada lubang saluran Bartholini dan Skene untuk memudahkan masuknya penis
pada saat berhubungan seksual.
kantong yang berisi cairan yang muncul di Indung telur (ovarium). Indung telur
merupakan organ reproduk & tempat wanita dengan bentuk dan ukuran y mirip kacang
almond. kista indung telur bisa hilang sendiri tanpa pengobatan dalam beberapa bulan.
Namun bila. pecah, kista ini dapat memicu gejala y serius. Pencegahan kaum hawa sangat
dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan panggul rutin dan mengenali gejalanya dgn
seksama.
1. Ovarium
Ovarium berstruktur membentuk seperti telur, berjumlah dua buah,
terletak disamping kanan dan kiri Rahim (uterus), dan berfungsi menghasilkan
sel telur (ovum).
Fungsi ovarium adalah sebagai tempat pembentukan ovum atau sel
telur dan menghasilkan estrogen dan progesteron.
3. Endometrium
4. Perimetrium
6. Fimbriae
Fimbriae adalah struktur yang terlihat seperti serabut yang terletak di
pangkal tabung yang menangkap telur yang dilepaskan dari ovarium dan
menariknya ke dalam tabung. Berfungsi untuk menangkap sel telur dari
permukaan ovarium ke infundibulum (bagian terluar dari tuba fallopi) selama
proses ovulasi
7. Ampulla
Gangguan Internal
kanker serviks merupakan jenis kanker yang dimulai di leher rahim yang sebagian
besar disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia (human papiloma virus). Leher rahim
berbentuk silinder berlubang yang berfungsi menghubungkan bagian bawah rahim wanita ke
vagina. Kanker serviks biasanya terjadi pada wanita berusia 30 sampai 45 tahun.
Sistem XY
Pada sistem penentuan kelamin XY, betina memiliki kromosom seks berupa
XX sedangkan kromosom seks jantan berupa XY. Nah, yang akan menentukan jenis
kelamin di sini adalah kromosom Y yang dimiliki oleh jantan.
Sehingga, apabila ovum (X) bertemu sperma (X) maka akan menjadi betina.
Sebaliknya, apabila ovum (X) bertemu dengan sperma (Y) makan akan menjadi jantan.
C. Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses berfungsinya pronukleus jantan pada sperma dengan
pronukleus betina pada ovum hingga terbentuk zigot. Proses fertilisasi terjadi pada
tuba falopi atau saluran telur. Peleburan antara sel telur dan sel sperma membentuk
zigot yang akan berkembang menjadi janin.
Proses fertilisasi :
1. Penetrasi sperma
Oosit sekunder mengeluarkan fertilizin untuk menarik sperma agar
mendekatinya. Sperma harus menembus lapisan-lapisan yang mengelilingi oosit
sekunder dengan cara mengeluarkan enzim hialuronidase untuk melarutkan
senyawa hialuronid pada corona radiata. Kemudian, akrosin dikeluarkan untuk
menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida dan anti fertilizin agar dapat
meletak pada oosit sekunder
3. Setelah Penetrasi
Setelah sprema memasuki oosit skunder, inti atau nukleous pada kepala
sperma akan membesar dan ekor sperma akan berdegenerasi.
4. Penggabungan Inti
Terjadi penggabungan inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid)
dengan inti ovum yang mengandung 23 kromosom sehingga menghasilkan zigot.
1. Menstruasi
Menstruasi adalah peristiwa perubahan siklik, terutama pada endometrium, setiap
bulannya sejak pubertas hingga menopause. Menstruasi terjadi dalam beberapa tahap
yaitu, fase proliferasi, fase sekresi, dan fase menstruasi.
a. Fase Proliferasi
Saat menstruasi, Sebagian besar endometrium, yaitu stratum fungsional,
dilepaskan meninggalkan lapisan basal endometrium. Fase proliferasi dimulai
sesudah menstruasi. Sisa epitel berproliferasi atas rangsangan estrogen yang saat
itu banyak dihasilkan folikel ovarium. Pembuluh darah dan sisa kelenjarnya juga
bertumbuk. Pada akhir fase proliferasi (kira kira 14 hari sesudah menstruasi)
ketebalan endometrium mencapai 2-3 mm. ovulasi terjadi pada akhir fase
proliferasi ini.
b. Fase Sekresi
Sesudah ovulasi, endometrium terus menebal di bawah pengaruh hormon
progesterone yang menghasilkan korpus leteum. Kelenjar tambah lebar dan
berkelok, dan mulai bersekresi. Ketebalan endometrium mencapai 4-6 mm.
Permukaan empuk dan vaskuler ini siap menerima ovum yang telah dibuahi.
Bilaa terjadi pembuahan, yang di ikuti oleh inplanbasi, endomentrium terus
tumbuh dan menjadi desidua. Bila tidak terjadi pembuahan, maka fase berikut
menyusul, yaitu fase menstruasi.
c. Fase Menstruasi
Jika ovum tidak dibuahi, korpus luteum berdegenerasi, tidak menghasilkan
lagi estrogen dan progesteron. Pembuluh darah mengkerut, mengakibatkan
iskemi dan nekrosis. Permukaan nekrotik endometrium dilepaskan (stratum
fungsional), pembuluh darah terputus dan timbul pendarahan : terjadi menstruasi
yang rata rata berlangsung 5 hari.
2. Kehamilan
Setelah memasuki tuba uterine, ovum hidup dan dibuahi selama 12 – 24 jam. Bila
terjadi pembuahan zigot akan mengalami beberapa pembelahan sel melalui mitosis,
dan memerlukan 3-4 hari untuk sampai rongga uterus, zigot telah berkembang
menjadi massa sel yang disebut morula. Setelah beberapa hari berkembang menjadi
blastosis (berongga). Sel-selnya berkembang menjadi trofoblas dan massa sel dalam
(calon fetus). Endometrium akan berkembang menjadi desidua. Trofoblas bertumbuh
menjadi vili plasenta. Sejak implantasi, trofoblas mulai menghasilkan HCG (human
chorionic gonadotrophin), yang mencegah korpus luteum berdegenerasi dan terus
menghasilkan estrogen dan progesterone.
a. Kelenjar Mamma
Seorang Wanita mulai berkembang pada pubertas akibat pengaruh hormon
dari ovarium. Estrogen merangsang pertumbuhan ductus, progesterone
merangsang tumbuhnya alveoli. Setelah pubertas, kelenjar mamma bertambah
besar akibat bertumpuknya lemak dalam jaringan ikat. Kelenjar mamma baru
berkembang sempurna pada kehamilan, dengan makin banyaknya ductus dan
alveoli.
b. Struktur Kelenjar Mamma
Kelenjar mamma terdiri atas 15-20 lobi: masing masing dibagi dalam lobuli.
Didalam lobuli terdapat alveoli, yaitu sel sekresi kelenjar. Secret dikumpulkan
dalam ductus laktiverus. Ductus ini menuju papilla mammae dan disitu melebar
menjadi ampula atausinus laktiverus.
c. Fungsi Kelenjar Mamma
Kelenjar mamma tidak aktif sampai kehamilan merangsangnya menghasilkan
susu (laktasi). Estrogen merangsang pertumbuhan ductus intra lobular, dan
progesterone merangsang pertumbuhan alveoli dan perkembangan sel sekresi.
Hormone hormone lain juga penting seperti “growth hormone”, prolaktine,
tiroksin, dan andrenokortikoid.
Setelah melahirkan kelenjar mamma menghasilkan kolostrum. Kadar estrogen
darah menurun, merangsang hipofisis anterior menghasilkan prolactin. Prolactin
merangsang laktasi. Produksi susu dimulai 3-4 hari sesudah melahirkan. Hormone
oksitosin (dari hipofisis posterior) mengeluarkan susu dari alveoli ke ductus.
Sekresi oksitosin dipicu oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.
Dengan berhentinya produksi hormone estrogen, genitalia interna, dan eksterna berangsur
angsur mengalami atrofi.
1. Vagina
Vagina mengalami kontraktur, Panjang dan lebar vagina mengalami
pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol
kedalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur angsur mengalami atropi,
meskipun pada Wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan
berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan submakosa tidak
lagi memertahankan elastisitasnya akibat fibrosis. Perubahan ini sampai batas tertentu
dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut
dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genetalia eksterna.
2. Uterus
Payudara akan menyusut menjadi datar, kecuali pada Wanita yang gemuk,
dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena
atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik serta ditunjang peran serta
lingkungan yang memadai dalam memberikan informasi mengenai Kesehatan reproduksi
kepada remaja akan membentuk pribadi remaja sebagai generasi muda penerus bangsa yang
sehat jasmani dan rohani, serta melindungi remaja dari sikap seksual yang berbahaya.
B. Saran
Dalam usaha usaha untuk meningkatkan pengetahuan para remaja tentamg kesehatan
reproduksinya membutuhkan peran dari berbagai pihak. Setiap sekolah hendaknya
memperhatikan tingkat pengetahuan setiap siswa didiknya dengan memberikan informasi
yang jelas dan akurat.
Para pengajar harus memahami secara tepat tentang Kesehatan reproduksi, khususnya
pengajar sebagai panutan para mahasiswa.
Mahasiswa dapat menghindari diri dari perilaku seksual yang berbahaya, juga
diharapkan factor kedewasaan dapat menuntut diri agar tidak berbuat yang melanggar aturan.
Diharapkan juga rekan mahasiswa dapat membuat penelitian lanjutan yang meliputi aspek-
aspek penelitian yang lebih luas dan mendalam tentang Kesehatan reproduksi Wanita.
DAFTAR PUSTAKA
Speroff R, Glass, Kase NG, Clinical Gynaecologic Endocrinology and Infertility, Williams &
Wilkins Company, New York 1994
Kontrasepsi Hormonal, Ali Baziad, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohaerdjo, Jakarta,
2002
Schneider HPG, Heinemann LAJ, Rosemeier HP, Potthof P, Behre HM, The Menopause
Rating Scale (MRS) : Comparison with Kupermann index and quality of life scale SF-
36.Climacteric 2000; 3:50-8.
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : Kedokteran
EGC