membentuk suatu kompleks. Pembentukan kompleks ini sering disebut “ikatan obat
protein”.
dibentuk oleh obat yang berkaitan dengan protein. Ikatan obat protein dapat
memberikan informasi menganai kegunaan terapeutik yang tepat dari obat dan
perkiraan kemungkinan interaksi obat. Ikatan obat dengan protein plasma atau
Ikatan obat protein dibedakan atas ikatan obat protein tidak kooperatif dan
ikatan obat protein kooperatif. Ikatan obat-protein yang terjadi merupakan ikatan
obat-protein dari satu jenis obat. Ikatan obat-protein dapat bersifat reversibel atau
ireversibel.
Ikatan Reversibel adalah ikatan mudah putus, karena adanya ikatan hidrogen.
Sedangkan Ikatan Ireversibel adalah ikatan kuat dengan adanya ikatan kovalen,
dengan makromolekul yang lain seperti melanin dan DNA, membentuk kompleks
(pengikatan protein terhadap obat) dan mungkin merupakan proses reversible (dapat
balik) atau irreversible (tidak dapat balik). Ikatan obat dengan protein yang tidak
dapat balik ( irreversible drug- protein binding) umumnya merupakan hasil dari
aktifasi kimia obat, dimana kemudian mengadakan pengikatan yang kuat terhadap
protein atau makromolekul dengan ikatan kimia kovalen. Pengikatan obat yang tidak
dapat balik (irreversible), yang ditemukan dalam waktu yang cukup lama dapat
menyebabkan berbagai jenis keracunan obat, seperti kasus karsinogenesis kimia, atau
dalam jangka waktu yang pendek, seperti dalam kasus obat dalam bentuk perantara
reaktip yang berinteraksi dengan protein hati. Umumnya obat akan berikatan atau
membentuk kompleks dengan protein melalui proses bolak balik (reversibel). Ikatan
obat-protein yang bolak balik menyatakan secara tidak langsung bahwa obat
mengikat protein dengan ikatan kimia yang lemah, misalnya; ikatan hydrogen atau
ikatan van deer waals. Asam amino yang menyusun rantai protein mempunyai gugus
hydroxyl, carboxyl, atau berbagai tempat yang ada, untuk interaksi obat yang bolak
erythrocyte ( RBC ).
Faktor yang mempengaruhi Ikatan Obat-Protein yaitu :
1. Obat
2. Protein
4. Interaksi obat
Kompetisi antara obat oleh bahan lain pada tempat pengikatan protein.
2. Obat-obat yang terikat kuat pada protein plasma mempunyai fraksi obat bebas
A. Klirens Hepatik
diterapkan pada organ dan digunakan sebagai ukuran dari eliminasi obat oleh
organ. Klirens Hepatik adalah volume darah yang mengaliri (perfusi) hati
yang terbersihkan dari obat per satuan waktu. Klirens hepatik (Clh) juga sama
dengan klirens tubuh total (CIT) dikurangi klirens ginjal (CLr). Klirens
hepatik dapat dihitung dari presentase obat yang ditemukan kembali dalam
urin.
darah ke hati, klirens intrinsic, dan fraksi obat terikat protein. Bila darah
arterial yang mengandung obat melewati hati! maka satu bagian tertentu obat
hilang oleh metabolisme atau ekskresi biker. Oleh karena itu konsentrasi obat
dalam vena lebih kecil dibandingkan konsentrasi obat dalam arteri. Klirens
mudah. obat-obat bebas dalam plasma dapat melewati dinding sel dan
konsentrasi obat bebas dalam darah. oleh karena itu kenaikan konsentrasi obat
bebas dalam darah akan membuat obat lebih tersedia untuk ekstraksi hepatik.
B. Klirens Renalis
Klirens Renal ialah volume melalui ginjal yang dibersihkan dari obat
selama satu menit untuk senyawa yang hanya disaring melalui glomerulus,
1. Filtrasi glomerulus
Dikenal dua sistem transport aktif di ginjal: (1) asam lemah dan (2)
basa lemah
Mengukur sekresi aktif biasanya dilakukan pembandingan dengan
obat yang sudah diketahui proses dan laju klierenya melalui ginjal
maupun pasif.
pKa suatu obat adalah tetap, tetapi pH urin berubah dari 4,5-8
1. Umur
2. Jenis kelamin (klirens pada wanita sekitar 10% lebih rendah daripada pria)