UTS Epistemologi Islam - Muhamad Fajri Ikhsan Qalby - 1201010048
UTS Epistemologi Islam - Muhamad Fajri Ikhsan Qalby - 1201010048
Orang yang tidak tahu mengenai sesuatu adalah kebalikan dari hal diatas. Ia berarti belum
melakukan proses penyerapan informasi apalagi interpretasi terhadap penyerapan
informasi tersebut, contoh: jika seseorang tidak tahu mengenai rasa gula itu manis, maka
sudah barang tentu ia tidak tahu apa itu manis dan seperti apa rasa gula, walaupun ia
tidak memperoleh sendiri pengetahuan mengenai rasa gula adalah manis, juga berarti
bahwa tidak ada informasi yang ia peroleh mengenai ‘gula’ dan ‘rasa manis’ tersebut.
Perbedaan ketiganya terdapat pada basis pengetahuan serta metode yang digunakan
dalam menguji dan membuat terstruktur pengetahuan yang ada di dalamnya. Jika sains
hanya menggunakan basis pengetahuan yang bersifat positivis dan empiris, maka agama
sebaliknya, menggunakan basis pengetahuan intuitif serta cenderung berwujud doktrin
dan aturan-aturan tertentu. Filsafat tidak sama seperti agama dan sains dalam hal
penerapannya, jika sains dan agama bermuara pada produk, maka filsafat bergerak
sebaliknya, membedah segala sesuatu yang sudah berwujud produk ke dalam hal-hal
yang mengakar atau hakikat padanya.
5. Cara kerja Indra, Akal, dan Hati sebagai sumber ilmu, serta indera dalam menurut Ibnu
Sina
a. Indera digunakan sebagai salah satu alat untuk mendapat pengetahuan dari objek-
objek yang kemudian diinterpretasikan oleh manusia yang kemudian diuji dalam
metode ilmiah
b. Akal dapat digunakan sebagai alat untuk memproses pencerapan yang didapat dari
alat indera, namun akal (rasio) dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh
pengetahuan yang tidak dapat dijangkau oleh alat indera seperti bahasa, konsep-
konsep metafisik, dan hal-hal yang bersifat ide lainnya, namun pengetahuan tadi tetap
harus diuji dengan metode ilmiah yang tentu disesuaikan dengan interpretasi yang
didapatkan
c. Hati, walaupun tidak lazim digunakan sebagai sumber ilmu, namun dalam dunia
Islam, hati kerap disandingkan dengan pengetahuan intuitif seperti yang dilakukan
oleh para sufi dan para filsuf Islam yang kental dengan corak sufistik
Adapun indera dalam menurut Ibnu Sina adalah hasil interpretasi rasio dan nalar intuitif
terhadap hal-hal yang diserap oleh alat indera, sehingga segala sesuatu yang berwujud
fisik nantinya dapat ‘diwujudkan’ kembali dalam alat indera sebagai bentuk utama atau
yang disebut wujud murni dari wujud tersebut. (Referensi: Tiga Mazhab Utama Filsafat
Islam, Seyyed Hossein Nasr, 2020)