Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL CUCI TANGAN TERHADAP

KEMAMPUAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRA SEKOLAH

(Di TK Selaras Cicarita Kecamatan Parongpong Bandung Barat)

AINI PUTRI DINANTI

1119138

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUSI KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

2023
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep media audio visual

2.1.1 Pengertian media audio visual

Media audio visual merupakan salah satu media dalam pembelajaran. Kata
media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah,
perantara atau pengantar. Menurut Gerlach & Early (1971) mengatakan bahwa
media adalah manusia, materi atau kejadian yang dapat membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap (dalam Andri., 2016)

Media pembelajaran merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas


pembelajaran. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi di bidang pendidikan
yang menuntut efisiensi dan efektifitas dalam pembelajaran. Untuk mencapai
tingkat efisiensi dan efektifitas yang optimal, salah satu upaya yang perlu dilakukan
adalah mengurangi bahkan menghilangkan dominasi sistem penyampaian
verbalistik dengan menggunakan media pembelajaran. Di sini media dapat
membantu menyederhanakan konsep-konsep yang kompleks sehingga dapat
dicerna dengan mudah. Kedua, saat ini ketersediaan media (supply) semakin
beragam, sebagai akibat dari kemajuan teknologi di segala bidang. Menurut
Sasonohardjo (2002) Daya serap indra manusia berbeda-beda. Masing-masing
panca indera manusia memiliki karakteristik tersendiri dalam penyerapan belajar.
Proses belajar seseorang, menggunakan indera penglihatan mencapai 82%,
pendengaran 11%, peraba 3,5%, perasa 2,5%, dan penciuman 1%. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa penyampaian materi yang lebih banyak menggunakan indera
penglihatan akan mendapatkan hasil yang lebih tinggi (dalam Andri.,2016).

Media dapat membangkitkan minat siswa dan tidak membosankan Kegiatan


Pembelajaran. Berbagai kajian tentang media pembelajaran menjelaskan bahwa
terdapat perubahan yang signifikan antara pembelajaran tanpa media dengan
pembelajaran menggunakan media sehingga dalam pembelajaran sangat dianjurkan
untuk menggunakan media agar hasil pembelajaran sangat Media disusun
berdasarkan prinsip pengetahuan yang ada pada setiap manusia dan dapat diterima
oleh panca indera (Notoadmojo, 1977 dalam M.Hasan.,dkk 2021). Semakin
banyak panca indera yang digunakan semakin banyak ilmu yang didapat, tetapi
lebih dalam Penyampaian pesan pembelajaran melalui media harus memperhatikan
waktu, karena setiap orang memiliki daya konsentrasi yang terbatas. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa daya konsentrasi setiap orang berbeda-beda, dimana
orang dewasa memiliki daya konsentrasi sekitar 25 sampai 45 menit dan daya
konsentrasi anak hanya sekitar 15 sampai 25 menit (M.Hasan.,dkk 2021).

Media audiovisual berperan penting dalam proses pembelajaran karena dapat


mempermudah pemahaman dan memperkuat daya ingat sehingga dapat
mengoptimalkan kemampuan dan potensi siswa (Haryoko, 2009 dalam
Nizwardi.,dkk 2016). Media audio visual terbagi menjadi dua, yaitu mediaaudio
visual diam imana media tersebut hanya menapilkan suara dan gambar diam contoh
slide, dan media audio visual gerak dimana dapat menampilkan suara dan gambar
yang bergerak contoh film suara dan video cassette. Menurut Munadi (2008), media
audio visual dibagi menjadi 2 jenis yaitu yang pertama media audio visual murni
yaitu dilengkapi dengan unsur gambar dan suara contoh film gerak bersuara, video,
TV. Yang kedua yaitu media audio visual tidak murni yakni seperti slide, opaque,
OHP dan perangkat visual lainnya yang diberi suara (Nizwardi.,dkk 2016).

2.1.2 Macam – macam audio media visual

Dalam kegiatan pembelajaran, media audio visual dapat membantu guru


dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada siswa. Media audio visual
terdiri dari berbagai jenis yaitu :

a. Media audio visual tidak bergerak

Media audio visual yaitu media dalam menyampaikan pesan menggunakan


unsur suara dan gambar, tetapi gambarnya tidak bergerak atau memiliki sedikit
unsur gerak (Suiraoka & Suparisa, 2012 dalam Andi, 2016). Jenis media ini
meliputi media slide suara dan strip film suara.
b. Film

Menurut Suiraoka & Suparisa (2012), film disebut juga dengan live image,
yaitu gambar diam yang meluncur dengan cepat dan diproyeksikan sehingga
memberikan kesan hidup dan bergerak, oleh karena itu film memberikan kesan
yang impresif bagi pemirsanya (Andi.,2016).

Kelebihan media film adalah mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, lebih
realistis, menyampaikan pesan dan pendapat siswa dan lain-lain. Penyajian yang
mudah dan singkat, mengembangkan pemikiran, menambah minat dan motivasi
siswa dalam belajar, juga dapat dijadikan sebagai media hiburan bagi siswa dalam
kegiatan pembelajaran dan juga dapat memberikan pesan.

Menurut Ommar Hammalik yang dikutip Asnawir (2002-98) mengatakan


bahwa film yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Dapat menarik minat siswa .


2) Benar dan dapat dipercaya .
3) Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan.
4) Sesuai dengan tingkat kematangan pendengar .
5) Menggunakan bahasa yang benar .
6) Kesatuan dan sequence cukup teratur.
7) Teknik yang digunakan memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.

Film diklasifikasikan menjadi 10 jenis, yaitu film informasi, film


keterampilan, film apresiasi, film dokumenter, film rekreasi, film episode, film
sains, film berita, film industri, dan film provokasi (Asnawir 2002: 100 dalam buku
yang ditulis oleh Munadi, 2008 : 119). Film yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran sebaiknya berdurasi pendek dan membahas satu konsep saja
(Andi.,2016).

c. Video

Video merupakan salah satu media audio visual yang digunakan dalam
pembelajaran di sekolah yang menampilkan suara, gambar dan gerak secara
bersamaan sehingga efektif untuk penyajian dalam pembelajaran agar siswa tidak
kesulitan dalam menerima informasi (Setiawati, 2012 dalam Andi.,2016).

Pemanfaatan video dalam pembelajaran sebaiknya bertujuan untuk


meningkatkan perkembangan kognitif, psikomotor, dapat mempengaruhi sikap dan
emosi (Anderson,1987 : 104-105 dalam Andi.,2016).

d. Televisi

Televisi merupakan media yang dapat menampilkan pesan audio visual dan
gerak (sama seperti film). Menurut Omar Hamalik (1985:134), “televisi adalah
gambar bergerak elektronik dengan gabungan atau suara yang menyertainya; baik
gambar maupun suara mencapai mata dan telinga secara bersamaan dari titik siaran
yang jauh”. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa televisi adalah suatu alat
elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar
dan suara, yang dapat dilihat dan didengar (Andi,2016).

Televisi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu televisi terbuka,


media televisi siaran terbatas (TVST), media cassette recorder (VCR). Televisi
sebagai media pengajaran memiliki keunggulan yaitu;

1. Jadilah langsung dan nyata.


2. Perluas ikhtisar kelas.
3. Menciptakan kembali peristiwa masa lalu
4. Menunjukan keanekaragaman
5. Banyak menggunakan sumber masyarakat
6. Dapat melatih guru dalam inservice training
7. Menarik minat anak
8. Dan masyarakat diajak untuk berpartisipasi dalam meningkatkan
kepedulian mereka terhadap sekolah
2.1.3 Kelebhan dan kekurangan media audio media visual

Karakteristik dan manfaat media audio visual sangat berbeda-beda. Media


audio visual mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

a. Film

Kelebihan film menurut Andi (2016) adalah :

1) Target akan mendapatkan pesan yang sama meskipun latar belakang


kecerdasannya berbeda.
2) Film sangat baik untuk menjelaskan suatu proses.
3) Dapat menampilkan dan menyajikan sejarah masa lalu.
4) Dapat menyajikan teori umum ke khusus dan praktek sebaliknya.
5) Dapat menampilkan seorang ahli atau karakter.
6) Dapat menggunakan teknik seperti warna, slow motion, animasi dan lain-
lain.
7) Film lebih realistis dan dapat mengatasi keterbatasan sensorik
(penglihatan).
8) Dapat merangsang atau memotivasi kegiatan.

Kekurangan film menurut Andi (2016) adalah :

1) Daya jangkauan terbatas.


2) Biaya produksinya mahal.
3) Penggunaanya perlu ruangan gelap.

b. Video

Kelebihan video menurut Sanaky (2011) dalam Wulandari, (2020) yaitu :

1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.


2) Dapat diulang dan diperjelas.
3) Pesan dapat disampaikan imajinasi peserta didik.
4) Memperjelas hal –hal abstrak dan memberikan gambar realistic.
5) Mengembangkan imajinasi peserta didik.
6) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.
7) Sangat baik menjelaskan proses dan keterampilan, mampu menunjukkan
rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari
siswa.
8) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
9) Dapat digunakan semua peserta didik, menumbuhkan minat dan motifasi
belajar.
10) Penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.

Kekurangan media video menurut Andi (2016) adalah :

1) Lebih menekankan pentingnya materi dari pada proses pengembangannya.


2) Ketersediaan video untuk pembelajaran disekolah sedikit sekali dipasaran.
3) Produksi sendiri video membutuhkan waktu dan biaya yang cukup banyak.

c. Televisi

Menurut Andi (2016) kelebihan televisi adalah :

1) TV dapat menerima, menggunakan dan memodifikasi atau membatasi


semua bentuk media lainnya, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) TV merupakan media yang menarik, modern, dan selalu siap diterima.
3) Dapat memikat perhatian sepenuhnya, karena menyajikan informasi visual
dan lisan secara simultan.
4) Mempunyai realitas dan immediacy (karena objek yang baru saja ditangkap
oleh kamera dapat segera dipertontonkan).
5) Sifatnya langsung dan nyata.

Kekurangan televisi menurut Andi (2016) adalah :

1) Sifat komunikasinya satu arah


2) Besar gambar dilayar relatif lebih kecil dari pada film.
2.2 Konsep Kemampuan

2.2.1 Pengertian Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata "mampu" yang berarti sanggup, sedangkan


kemampuan adalah kesanggupan atau kekuatan. Menurut Wikipedia Bahasa
Indonesia, kemampuan mempunyai dua arti, yaitu: kemampuan adalah kapasitas
seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan, dan yang
kedua yaitu: kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat
dilakukan seseorang. ( http://id.wikipedia.org/wiki/kemampuan ).

Menurut Semiawan (1987:1) dalam Rismayanti (2018), kemampuan adalah


daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Kemampuan menunjukkan bahwa tindakan dapat dilaksanakan sekarang. Kapasitas
sering digunakan sebagai Ek diartikan sebagai kemampuan yang dapat sinonim
untuk "kemampuan" dan biasanya dikembangkan sepenuhnya dimasa mendatang
apabila kondisi latihan dilakukan secara optimal.

Didalam proses belajar mengajar dikelas setiap anak memiliki perbedaan


individu didalam belajar. Yang dimaksud dengan perbedaan individu adalah
perbedaan dalam kemampuan dan perbedaan dalam menangkap pelajaran yang
tercermin dari sifatsiswa (baik dalam kemampuan, keterampilan, dan sikap) serta
hasil belajar.

2.2.2 Macam – macam kemampuan

Menurut Guildford kemampuan dibagi menjadi dua yaitu :

a. Kemampuan perseptual

Kemampuan perseptual adalah kemampuan dalam mengadakan persepsi atau


pengamatan antara lain mencakup faktor kepekaan indra, perhatian, kecepatan
persepsi dan sebagainya.

b. Kemampuan psikomotor
Kemampuan psikomotor dalah kemampuan mencakup beberapa faktor antara
lain, kekuatan, kecepatan, ketelitian, dan lain-lain.

c. Kemampuan intelektual

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang cenderung menekankan pada


kemampuan akal dimana mencakup bebrapa faktor seperti ingatan, pengenalan,
evaluasi, berfikir dan lain-lain.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi kemampuan

Menurut Robbins & Timothy, 2008 (dalam Rismayanti, 2018), faktor yang
mempengaruhi kemampuan seseorang terdiri dari 2 yaitu :

a. Kemampuan intelektual (intelektual ability), yaitu dimana kemampuan tersebut


digunakan untuk aktivitas mental (berfikir, menalar, memecahkan masalah).
b. Kemampuan fisik (physical ability), yaitu dimana kemampuan tersebut berguna
untuk melakukan tugas-tugas yang membutuh stamina, ketrampilan, kekuatan
dan karakteristik serupa.

Sedangkan, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan melakukan cuci


tangan pakai sabun secara epidemologis yaitu:

a. Host adalah faktor yang berasal dari internal yaitu seperti karakteristik manusia
(umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin) dan motivasi yang akan
meningkatkan pengetahuan, sikap, kepercayaan sehingga membuat seseorang
melakukan tindakan.
b. Environment adalah faktor yang berasal dari eksternal seperti lingkungan fisik,
lingkungan sosial dan sarana kesehatan.
c. Agens adalah gaya hidup seperti penggunaan sabun, peraturan sekolah, pola
asuh orang tua, ketersediaan media pendidikan, informasi, dan keberadaan UKS
(Kushartanti, 2012 dalam Rismayanti, 2018).
2.3 Konsep cuci tangan

2.3.1 Pengertian cuci tangan

Cuci tangan merupakan salah satu indikator perilaku hidup bersih sehat
disekolah. Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah perilaku seseorang dalam
meningkatkan kesehatan berdasarkan kesadaran, sehingga mampu berperan aktif
untuk mewujudkan lingkungan yang sehat (Notoadmojo. 2007). Perilaku hidup
bersih sehat merupakan suatu contoh pola hidup keluarga yang senantiasa
memperhatikan dan menjaga kesehatan keluarga. Perilaku ini dilakukan atas
kesadaran sendiri sehingga dapat menolong dirinya sendiri dalam menjaga
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kesehatan masyarakat (dalam Merta,
2021).

Mencuci tangan adalah membersihkan tangan sesuai dengan prosedur yang


benar guna membunuh kuman yang menyebabkan penyakit (Susantiningsih .,dkk,
2019). Mencuci tangan pakai sabun adalah proses membuang kotoran dan debu
secara mekanis dari kulit dan kedua tangan denganmenggunkana sabun dan air
mengalir (Natsir, 2018). Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/
tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir
atau hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol).

Cuci tangan adalah aktifitas membersihkan tangan dengan cara menggosok


dan menggunakan sabun serta membilasnya pada air yang mengalir. Mencuci
tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan dengan kuat secara
bersamaan menggunakan zat yang sesuai dan dibilas dengan air dengan tujuan
menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin juga mengungkapkan bahwa
cuci tangan (juga dianggap hygiene tangan) adalah satu satunya prosedur terpenting
dalam pengendalian infeksi nosokomial (Potter, 2015 dalam Kusumawati., 2018).

2.3.2 Tujuan cuci tangan

Cuci tangan bertujuan menghilangkan kuman-kuman yang dapat ditularkan


kepada orang-orang. Cuci tangan merupakan kunci yang penting dalam pencegahan
penularan penyakit karena dengan mencuci tangan dengan sabun dan air lebih
efektif menghilangkan debu dan kotoran secara mekanis dan mengurangi jumlah
mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, parasit dan bakteri lainnya yang
berada di tangan. menurut Depkes RI (2008) adalah salah satu unsur pencegahan
penularan infeksi. Menurut Kristia (2014) mencegah kontaminasi silang (orang ke
orang atau benda terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau perpindahan kuman
(dalam Merta., 2021).

2.3.3 Manfaat cuci tangan

Mencuci tangan menggunakan sabun yang dipraktikkan secara tepat dan


benar dapat mencegah berjangkitnya beberapa penyakit. Mencuci tangan dapat
mengurangi risiko penularan berbagai penyakit termasuk flu burung, cacingan,
influenza, hepatitis A, dan diare terutama pada bayi dan balita. Anak yang mencuci
tangan tanpa menggunakan sabun berisiko 30 kali lebih besar terkena penyakit
tipoid, dan yang terkena penyakit tipoid kemudian tidak pernah atau jarang mencuci
tangan menggunakan sabun, maka akan berisiko mengalami penyakit tipoid empat
kali lebih parah daripada yang terbiasa mencuci tangan menggunakan sabun. Selain
itu, manfaat positif lain dari mencuci tangan adalah tangan menjadi bersih dan
wangi (Kemenkes, 2018).

Salah satu anggota tubuh yang paling sering berhubungan dengan mulut,
hidung adalah tangan. Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit, jika
tangan kotor maka tubuh akan beresiko terhadap masuknya mikroorganisme. Cuci
tangan pakai sabun terbukti secara ilmiah berguna mencegah penyebaran penyakit
menular. Cuci tangan pakai sabun dengan benar berguna untuk membunuh kuman
penyakit yang ada ditangan, tangan yang bersih akan mencegah penyakit menular
seperti ISPA, diare, tifus, cacingan dan lain-lain.
2.3.4 Waktu yang efektif dalam mencuci tangan

Menurut Kemenkes RI, 2021 waktu yang efektif dalam mencuci tangan yaitu :

a) Sebelum dan sesudah makan


b) Sesudah buang air besar dan menggunakan toilet
c) Sebelum memegang bayi
d) Sesudah mengganti popok, menceboki atau membersihkan anak yang telah
menggunakan toilet
e) Sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan
f) Selama pandemi:
 Setelah bersin dan batuk Sebelum menyentuh mata, hidung, atau mulut
anda
 Setelah menyentuh permukaan benda termasuk gagang pintu, meja, dan
lain-lain
 Sebelum dan sesudah merawat seseorang yang sedang muntah atau diare
 Sebelum dan sesudah merawat luka
 Setelah menyentuh hewan, pakan ternak, atau kotoran hewan
 Setelah menyentuh sampah
 Jika tangan Anda terlihat kotor atau berminyak
 Sebelum dan sesudah mengunjungi teman, keluarga, atau kerabat yang di
rumah sakit atau panti jompo.

2.3.5 Penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan

Menurut KEMENKES RI (2021), cuci tangan pakai sabun sangat efektif dalam
mencegah kuman penyakit. Cuci tangan pakai sabun dengan benar dapat mencegah
penyakit-penyakit seperti berikut ini:

a. ISPA

ISPA merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak balita. Cuci


tangan pakai sabun dapat melepaskan kuman-kuman penyakit yang menyebabkan
gejala penyakit pernafasan. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa mencuci
tangan pakai pakai sabun sebelum dan sesudah makan buang air besar dan kecil
dapat menurunkan infeksi sekitar 25%, sedangkan penelitian di Pakistan
membuktikan bahwa mencuci tangan pakai sabun dapat mengurangi ISPA yang
terkait dengan pneumonia pada anak hingga 50%. Karakteristik penduduk ISPA
terjadi sekitar umur 1-4 tahun (25%), menurut jenis kelamin tidak berbeda antara
laki-laki dan perempuan.

b. Diare

Diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak-anak balita. Sekitar


30% penelitian terkait cuci tangan mengemukakan bahwa cuci tangan pakai sabun
dapat menurunkan angka penderita diare. Penyakit diare disebabkan karena
keadaan air, namun seharusnya harus diperhatikan juga penanganan-penanganan
kotoran manusia seperti tinja dan kencing karena kuman-kuman penyakit
disebabkan oleh kotoran tersebut. Tangan merupakan pembawa utama kuman
penyakit, karena tangan adalah anggota tubuh yang sering berhubungan langsung
dengan mulut dan hidung. Kuman-kuman penyakit akan masuk kedalam tubuh kita
ketika tangan kita telah menyentuh kotoran seperti tinja, air minum yang
terkontaminasi, makanan mentah, dan tempat makanan yang tidak dicuci dahulu
bila kotor.

c. Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit radang paru-paru yang disebakan oleh bakteri


dengan gejala panas tinggi, batuk berdahak, nafas cepat (frekuensi nafas> 50 kali
menit), sesak, dan gejala lainnya seperti sakit kepala, gelisah dan nafsu makan
menurun.

d. Infeksi cacing, mata dan kulit

Penelitan lain membuktikan bahwa cuci tangan pakai sabun dapat mencegah
penyakit infeksi cacing, mata dan kulit.

2.3.6 Langkah – langkah dalam mencuci tangan

Menurut KEMENKES RI 2021 terdapat 2 cara mencuci tangan yaitu dengan


memakai sabun dan cairan pembersih tangan sebagai berikut :
1. Cuci Tangan Pakai Sabun

Cuci tangan pakai sabun terbukti efektif mencegah penularan virus corona
karena tangan yang bersih setelah dicuci pakai sabun dapat mengurangi risiko
masuknya virus ke dalam tubuh, prosedur cuci tangan menggunakan sabun yaitu
sebagai berikut :

a) Melepaskan semua benda yang melekat pada tangan, seperti cincin atau
jam tangan.
b) Membuka kran air lalu membasahi tangan dengan air bersih.
c) Gunakan sabun pada tangan secukupnya.
d) Gosok telapak tangan yang satu ke telapak tangan lainnya.
e) Gosok punggung tangan dan sela jari.
f) Gosok telapak tangan dan sela jari dengan posisi saling bertautan.
g) Gosok punggung jari ke telapak tangan dengan posisi jari saling bertautan.
h) Genggam dan basuh ibu jari dengan posisi memutar.
i) Gosok bagian ujung jari ke telapak tangan agar bagian kuku terkena sabun.
j) Gosok tangan yang bersabun dengan air bersih mengalir.
k) Keringkan tangan dengan lap sekali pakai atau tissue.
l) Bersihkan pemutar keran air dengan lap sekali pakai atau tissue.
2. Cuci Tangan dengan Cairan Pembersih Tangan (Hand Rub)

Mencuci tangan menggunakan cairan pembersih tangan dapat dilakukan dalam


situasi tertentu dimana sabun dan air bersih tidak tersedia. Agar hasilnya efektif,
cairan pembersih tangan yang digunakan hendaknya mengandung alkohol dengan
kadar minimal 60%. Selain menggunakan produk cairan pembersih tangan berbasis
alkohol yang ada di pasaran, kita juga bisa membuat cairan pembersih dengan
mengikuti standard dan panduan dari WHO. Prosedur cuci tangan dengan cairan
pembersih tangan sebagai berikut :

a) Tuangkan hand rub secukupnya dii telapak tangan


b) Gosokan teapak tangan secara bergantian
c) Telapak tangan kanan diatas punggung kiri dengan jari-jari yang saling
bertautan dan lakukan sebaliknya
d) Gosokan telapak tangan dengan jari saling berhadapan
e) Gosokan punggung jari ke telapak tangan berlawanan dengan jari saling
bertautan
f) Usapkan ibu jari tangan kiri bergilir digenggam ditelapak tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
g) Gosokan ujung jari dan kuku secara bergilir, ke telapak tangan secara
bergantian
h) Setelah cairan kering dengan sendirinya, tangan anda sudah aman dari
kuman.
2.4 Konsep anak prasekolah

2.4.1 Pengertian anak prasekolah

Anak pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun,
dimana anak mulai mengenal dirinya sebagai pria atau wanita dan dapat mengatur
diri dalam toilet training, mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (Yusuf
& Junaedi, 2014 dalam Vivi, 2019).

Pada masa ini anak mulai berkenalan dengan lingkungan diluar rumah dan
anak mulai senang bermain diluar rumah sehingga dibutuhkan suasana yang
bersahabat bagi anak. Anak juga dipersiakan dan penerima rangsang Jugakan untuk
s sekolah, maka panca indera serta memori anak sudah siap, sehingga anak dapat
belajar dengan baik. Orang-orang yang dekat dalam lingkungan anak adalah orang
utama yang harus memberi dukungan pada anak khusunya orang tua. Anak dalam
masa ini membutuhkan tiga kebutuhan pokok yaitu kebutuhan fisik-biomedis
(asuh), kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih) dan kebutuhan stimulasi mental
(asah).

Taman kanak-kanak merupakan masa persiapan anak untuk memulai


pendidikan formal dikelas satu sekolah dasar (Soetjeningsih, 2012). Kematangan
penyesuaian sosial anak akan terbantu apabila anak dimasukkan ditaman kanak-
kanak. TK sebagai "jembatan bergaul" merupakan tempat untuk memperluas
pergaulan sosial anak dan menaati kedisiplinan anak (Vivi, 2019)

Usia prasekolah adalah usia anak dengan rentang tiga hingga enam tahun
(Potter dan Perry, 2009 dalam Noviyanti, 2020). Menurut Maria Montessori
(Elizabeth B. Hurlock, 1978:13 dalam Noviyanti, 2020) berpendapat bahwa usia 3-
6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode
dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh hockenberry dan
wilson (2009) bahwa usia prasekolah merupakan usia perkembangan anak antara
usia tiga hingga lima tahun.
Usia tiga hingga lima tahun disebut the wonder years yaitu masa dimana
seorang anak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu, sangat
dinamis dari kegembiraan ke rengekan, dari amukan ke pelukan. Anak usia
prasekolah adalah penjelajah, ilmuwan, seniman, dan peneliti. Mereka suka belajar
dan terus mencari tahu, bagaimana menjadi teman, bagaimana terlibat dengan
dunia, dan bagaimana mengendalikan tubuh, emosi, dan pikiran mereka (Markham,
2019).

Anak usia prasekolah menurut hockenberry & wilson (2009) sudah siap
dalam menghadapi dan berusaha keras mencapai tugas perkembangan. Froebel
(roopnaire, j.l & johnson, j.e., 1993:56) berpendapat bahwa masa anak merupakan
suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan
dalam periode kehidupan manusia (a noble and malleable phase of human life).
Anak juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat karena pada
tahap ini anak berada pada masa keemasan (golden period). Jendela kesempatan
(window of opportunity), dan masa kritis (critical period) (DepKes RI, 2010).

2.4.2 Tugas perkembangan kanak-kanak

Menurut Kemenkes 2022 tugas perkembangan pada masa kanak-kanak


yaitu :

1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.


2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai mahluk
biologis .
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
6. Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari- hari.
7. Mengembangkan kata hati.
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
9. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.
2.4.3 Perkembangan fisik anak prasekolah

Pertumbuhan fisik anak prasekolah dengan masa bayi sangat berbeda,


tingkat pertumbuhan anak-anak awal lebih lambat dibanding selama masa bayi.
Namun keterampilan-keterampilan motorik kasar dan motorik halus justru
berkembang pesat. Selama masa anak-anak awal, rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci
dan berat antara 2,5-3,5 kg setiap tahunnya.

Ketika anak pra sekolah bertumbuh semakin besar, persentasenya


pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini anak
terlihat semakin langsing sementara batang tubuh mereka semakin panjang
Pertumbuhan gigi selama 4- 6 bulan pertama dari awal masa anak pra sekolah, 4
gigi bayi yang terakhir - geraham belakang akan muncul atau mencapai 20 buah, di
mana gigi susu akan tanggal pada akhir usia prasekolah dan digantikan oleh gigi
tetap yang tidak akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun (Husdarta & Kusmaedi
dalam Ajhuri, 2019, hlm. 107).

2.4.4 Perkembangan kognitif

Pada masa kanak-kanak awal, perkembangan kognitif ditandai dengan


bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik serta bertambahnya
kemampuan bertanya. Menurut Piaget (dalam Ajhuri, 2019, hlm. 108)
perkembangan kognitif pada pra sekolah disebut dengan periode pra-operasional,
yaitu tahapan di mana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis
ataupun keterbatasan pemikiran anak. Dalam hal ini, operasi adalah kegiatan-
kegiatan yang diselesaikan secara mental (berpikir) bukan fisik.Dengan demikian
anak mampu berpikir kreatif, bebas dan imajinasi anak juga meningkat, anak-anak
mampu berfantasi atau berimajinasi tentang berbagai hal. Contohnya, anak dapat
bermain dengan kursi yang dilambangkan atau ia anggap mobil, kereta, kuda, dan
lain-lain.

Kemajuan kognitif sepanjang periode prasekolah atau masa kanak-kanak


awal adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan symbol, anak tidak harus berada dalam kondisi kontak
sensori motori dengan objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal
tersebut.
2. Memahami identitas,anak memahami bahwa perubahan di permukaan tidak
mengubah karakter alamiah sesuatu.
3. Memahami sebab akibat, anak memahami bahwa peristiwa memiliki sebab.
4. Mampu mengklasifikasi, anak mengorganisir objek orang, dan peristiwa ke
dalam kategori yang memiliki makna.
5. Memahami angka, anak dapat berhitung dan bekerja dengan angka.
6. Empati , anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan apa yang dirasa
orang lain..

Teori pikiran Anak menjadi lebih sadar akan aktivitas mental dan fungsi pikiran
(Thahir, 2018, hlm. 118).

2.4.5 Perkembangan bahasa

Pada masa ini, perkembangan bahasa terus berlanjut. Pembendaharaan kosakata


meningkat dari berbagai pelajaran di taman kanak-kanak, bacaan, pembicaraan
orang tua dan teman sebaya, serta melalui radio dan televisi. Di masa usia 2,0-2,6
anak sudah mampu menyusun kalimat tunggal, memahami perbandingan, dan
sering bertanya, serta menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran.
Sedangkan di masa usia 2,6-6,0 anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk
dan anak kalimat serta tingkat berpikir lebih maju dan lebih sering banyak bertanya
(Thahir.,2018).

2.4.6 Perkembangan bermain

Menurut Thahir (2018), Permainan tidak bisa dipisahkan dari dunia anak
prasekolah. Bermain merupakan merupakan bagian penting dalam perkembangan
tahun pertama masa ini. Bentuk-bentuk permainan yang biasa dilakukan anak
pada masa periode ini adalah :
1. Memasuki tahun kedua, anak suka bermain sendirian.
2. Akhir tahun ketiga, anak mulai bermain dengan anak lain.
3. Pada tahun keempat, anak-anak cenderung bermain pada kelompok khusus
dalam permainan imajinatif dan bangunan.
4. Pada usia kelima, anak menyukai permainan yang memungkinkan untuk
saling mengungguli.

Menurut Ahjuri (2019) Bermain memiliki manfaat yang berharga baik bagi anak
yang di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Anak memperoleh perasaan senang, puas, dan bangga.


2. Anak mampu mengembangkan kepercayaan diri, tanggung jawab, dan
bekerja sama.
3. Mengembangkan daya fantasi dan kreativitas.
4. Mengenal aturan dan norma.
5. Memahami kelebihan kekurangan diri sendiri maupun orang lain.
6. Mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa, dan toleran.

2.4.7 Perkembangan emosional

Pola perilaku sosial pada anak antar lain; meniru, persaingan, kerja sama,
simpati, empati (mengerti perasaan dan emosi orang lain serta membayangkan
dirinya berada di kondisi tersebut), dukungan sosial, berbagi kemudian perilaku
akrab. Sementara itu perilaku tidak sosial antara lain; negativisme, agresif, perilaku
berkuasa, mementingkan diri sendiri, merusak, prasangka (Thahir, 2018, hlm. 125).

Menurut Ahjuri (2019). Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari
dirinya sendiri. Serta berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut
pengakuan dari lingkungan. Jika lingkungan terutama orang tua tidak mengakui dan
memperlakukan secara keras, maka pada anak akan berkembang sikap-sikap keras
kepala, menentang, pemalu, dan menyerah. Beberapa emosi yang berkembang
antara lain:

1. Takut, ketika merasa terancam.


2. Cemas, takut yang bersifat khayalan.
3. Marah, tidak senang atau suatu hal yang dibenci.
4. Cemburu, perasaan tidak senang terhadap kasih sayang seseorang.
5. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan.
6. Kasih saying.
7. Phobia.
8. Ingin tahu.

2.4.8 Perkembangan sosial

Pada perkembangan sosial, anak pra sekolah mulai aktif berhubungan


dengan teman sebayanya. Anak mulai mengetahui dan mulai tunduk pada aturan-
aturan dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan bermain. Anak mulai
menyadari hak atau kepentingan orang lain. Menurut (Soetjiningsih 2012 dalam
Noviyanti 2019), perkembangan sosial anak dapat dipengaruhi oleh keluarganya.
Apabila dalam keluarga tercipta suasana harmonis, saling membantu, saling
memperhatikan, terjalin komunikasi yang baik, maka anak akan memiliki
kemapuan atau dapat menyesuaikan diri dalam berhubungan dengan orang lain.
Kematangan sosial anak akan terbantu bila anak mulai dimasukkan ke taman kanak-
kanak, dimana anak dapat belajar memperluas pergaulan sosialnya dan menaati
peraturan.

Menurut Ahjuri (2019), Pada usia 4 tahun perkembangan sosial anak sudah
tampak jelas dengan tanda-tanda sebagai berikut.

1. Mulai mengetahui aturan.


2. Mematuhi peraturan.
3. Sadar akan hak dan kewajiban orang lain.
4. Bermain bersama anak-anak sebaya

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh psikologi sosial keluarga.


Dan kematangan penyesuaian sosial akan sangat terbantu apabila anak usia pra
sekolah dimasukkan di TK ataupun playgroup.
2.4.9 Perkembangan moral

Dalam tahap ini, anak secara otomatis mengikuti peraturan tanpa berpikir
ataupun menilai. Anak sebaiknya dilatih untuk berdisiplin, karena ini merupakan
cara mengajarkan berperilaku moral sesuai yang diterima di kelompoknya. Oleh
karena itu, berdasarkan pemahamannya maka pada masa ini anak harus dilatih
mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku (Thahir, 2018). Pada usia
prasekolah berkembang kesadaran sosial anak, yang meliputi sikap simpati, murah
hati, dan sikap kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain. Sikap ini merupakan
egosentris (mementingkan diri sendiri).

Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap
kelompok sosialnya. Anak dapat belajar memahami perilaku baik boleh diterima
disetujui atau buruk tidak boleh tidak diterima/ tidak disetujui melalui
pengalamannya dalam berinteraksi dengan orang lain. Pada masa ini anak harus
dilatih dibiasakan mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku seperti mencuci
tangan sebelum makan, membaca basmallah sebelum makan, menggosok gigi
sebelum tidur dan lain-lain (Masykuroh., dkk, 2021).

Pada saat mengenalkan tentang konsep baik-buruk, benar-salah atau disiplin


pada anak, orang tua atau guru hendaknya memberikan alasaan agar anak
memahami, mampu mengendalikan dan mendisiplinkan diri berdasarkan kesadaran
pada anak.

2.4.10 Perkembangan kepribadian

Pada masa ini disebut masa trotzaher, periode perlawanan atau masa krisis.
Masa ini terjadi karena ada perubahan hebat pada anak yaitu dirinya mulai sadar
pada aku-nya, dia suka menyebut nama dirinya apabila berbicara dengan orang lain.
Pertentangan antara kemauan diri dan tuntutan lingkungan dapat mengakibatkan
ketegangan dalam diri anak, sehingga anak jarang merespon atau keras kepala. Pada
sikap anak yang membandel ini merupakan suatu kewajaran karena anak
mengalami perkembangan kepribadian dari sikap dependen ke independen. Untuk
mencegah anak agar tidak bersikap bandel, orang tua seharusnya menghadapi
secara bijak, penuh kasih sayang dan tidak bersikap keras.

Lingkungan keluarga merupakan dunia sosial awal bagi anak-anak, maka


bagaimana perasaan mereka kepada anak-anak dan bagaimana perlakuan mereka
merupakan faktor penting dalam pembentukan konsep diri, yaitu inti pola
kepribadian. dan dalam perkembangan selanjutnya, sikap dan cara teman sebaya
memperlakukannya mulai membawa pengaruh dalam konsep diri
(Masykuroh.,dkk, 2021).

2.4.11 Perkembangan pada minat agama

Perkembangan kesadaran beragama Pengenalan agama sudah dapat


dilakukan sejak dini, pengetahuan anak tentang agama berkembang sejalan dalam
pengalamannya dalam mendengar ucapan- ucapan orang tuanay, melihat sikap dan
perilaku orang tuanya dalam beribadah, selanjutnya mereka meniru dari apa yang
telah dilihat maupun didengarnya (Thahir, 2019).

Pengenalan agama sudah dapat dilakukan sejak dini, pengetahuan anak


tentang agama berkembang sejalan dalam pengalamannya dalam mendengar
ucapan-ucapan orang tuanya, melihat sikap dan perilaku orang tuanya dalam
beribadah, selanjutnya mereka meniru dari apa yang telah dilihat maupun
didengarnya (Thahir, 2019).

Anda mungkin juga menyukai