Anda di halaman 1dari 13

FLUXUS

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Seni Rupa Barat


Diampu oleh Bapak Drs. Hariyanto, M. Hum.

Oleh
Iga Sekar Titu
NIM 220251610536
Offering D

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
DESEMBER 2022

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................1

Kata Pengantar............................................................................................................... 2

Daftar Isi.........................................................................................................................3

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah............................................................................................... 4

C. Tujuan Masalah...................................................................................................4

BAB II

Pembahasan

A. Sejarah Fluxus.....................................................................................................5

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan........................................................................................................10

B. Saran.................................................................................................................. 10

Daftar Pustaka............................................................................................................12

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Drs.
Hariyanto, M. Hum. pada mata kuliah Sejarah Seni Rupa Barat. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana Sejarah Gerakan
Fluxus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Hariyanto, M. Hum.,


selaku dosen mata kuliah Sejaran Seni Rupa Barat yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang akan membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaa makalah ini.

Malang, 13 Desember 2022

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fluxus hadir untuk menyingkirkan batasan-batasan yang ada pada dunia seni,
bahwa untuk menciptakan sebuah karya tidak perlu sesuatu yang mahal ataupun
pengalaman yang matang. Bagi Maciunas, seni bisa diartikan seluas-luasnya, lewat
pengalaman sehari-hari atau bahkan humor. Fluxus lekat dengan gerak, dimulai
dengan gerakan-gerakan pengorganisasian, pertunjukan seni, dan selalu fokus pada
permasalahan bentuk makna yang tercipta dari hubungan antara seniman, karya dan
audiens. Fluxus menjadi sebuah gerakan yang lebih mementingkan hubungan
daripada karya itu sendiri, yang secara tidak langsung seperti menanamkan presepsi
bahwa seharusnya bagian terpenting dari sebuah karya adalah prosesnya.

B. Rumusan Masalah

A. Bagaimana sejarah gerakan fluxus?

C. Tujuan Masalah

A. Mengetahui dan memahami sejarah gerakan fluxus

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Fluxus

Fluks, sekelompok seniman, penyair, dan musisi internasional lepas yang satu-
satunya dorongan bersama adalah mengintegrasikan kehidupan ke dalam seni melalui
penggunaan peristiwa, suara, dan bahan yang ditemukan, sehingga membawa
perubahan sosial dan ekonomi dalam seni dunia. Lebih dari 50 seniman terkait dengan
Fluxus, banyak yang memproduksi antologi berkala tentang eksperimen terbaru di
seluruh dunia dalam seni dan antiseni, musik dan antimusik, dan puisi dan antipuisi
dan banyak yang mengambil bagian untuk peluang kolaborasi semata dan built-in
hadirin. Fluxus melibatkan seniman dari seluruh dunia, termasuk orang Amerika Dick
Higgins dan Alison Knowles, orang Prancis Ben Vautrier, artis Korea Nam June Paik,
dan seniman Jerman Wolf Vostell.

Nama Fluxus, dimaksudkan untuk menunjukkan baik "aliran" dan "efluen,"


diciptakan oleh pendiri Fluxus George Maciunas (1931–78), seorang desainer
Amerika Lituania dan “pengusaha budaya.” Maciuna menggunakan kata fluks untuk
menggambarkan berbagai kegiatannya, dari seruan yang diterbitkan untuk front
bersama seniman melawan budaya hingga perumahan seniman New York asosiasi,
serta perhatian penerbitan yang menghasilkan kelipatan interaktif singkat dan
mengadakan acara langsung yang disebut Happenings yang prekursor untuk seni
pertunjukan, seni video, dan bentuk seni progresif lainnya.
Pada tahun-tahun awalnya, dari tahun 1962 hingga 1966, Fluxus menyatu seni
konseptual, minimalis, musik baru, puisi, dan pekerjaan berdasarkan
kesempatan menjadi fenomena intermedia, lebih dapat diidentifikasi melalui sikapnya
yang tidak sopan terhadap seni daripada melalui penggunaan gaya yang berbeda.
Memanfaatkan humor dan materi serta pengalaman sehari-hari, Fluxus menciptakan
objek dan peristiwa yang orisinal dan sering kali mengejutkan. Acara Fluxus,
terkadang gerakan hidup minimal yang awalnya disajikan sebagai bagian dari konser
atau pembacaan puisi, diteliti dan dikembangkan sebagian dari ide-ide yang
dikumpulkan oleh musisi eksperimental Amerika La Monte Young dan diterbitkan

5
olehnya dan penyair dan penulis drama Amerika Jackson Mac Low sebagai Antologi
Operasi Peluang pada tahun 1963. Publikasi ini yang mengumpulkan “operasi
kebetulan, seni konsep, anti seni, ketidakpastian, rencana aksi, diagram, musik,
konstruksi tari, improvisasi, karya tanpa makna, bencana alam, komposisi,
matematika, esai, dan puisi” dirancang oleh Maciunas dan membentuk sebagian besar
bahan untuk "Festum Fluxorum" nya, tur Eropa tahun 1962-1963 di mana Fluxus
menjadi gerakan resmi dan karakter internasionalnya.

Fluxus adalah gerakan yang lahir dari sekelompok individu lintas bidang —
seni, desain, sastra, kimia, ekonomi, fisika, hingga arsitektur — yang muncul pada
medio akhir 1950-an. Awalnya, gerakan ini dikemukakan oleh George Maciunas,
seniman asal Amerika-Lituania, lewat manifestonya (1963) tentang pemikiran-
pemikiran yang menolak paradigma elitis “seni adalah karya yang bernilai luhur”.

Gerakan yang mengadopsi sebagian besar ide dadaisme ini hadir dan berupaya
untuk meruntuhkan pagar-pagar yang membatasi ruang praktik seni. Fluxus bercita-
cita menjembatani jurang pemisah antara kehidupan dengan seni. Salah satu seniman
ternama yang tergabung dalam gerakan ini adalah Yoko Ono, janda dari mendiang
John Lennon.

Pada, 20 Juli 1964 di Kyoto, Jepang, Yoko Ono menampilkan karyanya dalam
bentuk seni pertunjukan yang bertajuk “Cut Piece”. Dalam pertunjukan tersebut, Ono
duduk di atas panggung dengan sepasang gunting yang sengaja disediakan untuk para
audiens yang berkehendak menggunting pakaiannya sebebas yang mereka inginkan.
Ono menempatkan dirinya dan audiens yang hadir sebagai objek dalam
pertunjukannya. Cara tersebut merupakan bentuk perlawanan Ono untuk menentang

6
sekat konvensional yang memutus hubungan antara objek seni dengan audiensnya.
Dengan demikian, maka hubungan timbal balik antar keduanya akan terbangun.

Di samping itu, karya tersebut dimaksudkan untuk menghadirkan segala


kemungkinan baik-buruk yang natural, sekaligus menguji tanggung jawab serta
apresiasi penonton terhadap tubuh wanita yang secara historis kerap kali mendapatkan
peran pasif di berbagai tatanan budaya.

Kemudian, tak lama setelah “Cut Piece”, fluxus melahirkan karya fenomenal
lainnya, yakni “Drip Music” karya George Brecht. “Drip Music” adalah konser musik
yang diselenggarakan di Staatliche Kunstakademie, Dusseldorf, tahun 1963. Dalam
konser itu, Brecht menggunakan berbagai ‘instrumen’, seperti tangga lipat, penyiram
tanaman, guci, serta sebuah Grand Piano.

Brecht memulai konser dengan menempatkan guci di tengah panggung.


Setelah itu, tepat di sebelah guci, Brecht memasang tangga lipat dan menaikinya
sembari membawa penyiram yang terisi air di tangan kanannya. Kemudian, air
tersebut dituangkan ke dalam guci, hingga guci tersebut terisi penuh. Lalu,
pertunjukan selesai. Brecht sama sekali tak menyentuh Grand Piano sepanjang
konsernya.

Berbagai pertunjukan dari para seniman fluxus itu mungkin bisa dilakukan
oleh siapa saja, bahkan kapan saja. Duduk manis, dan meneteskan air ke dalam ember
hanya perlu niat saja. Agaknya tak perlu kemampuan khusus yang njelimet untuk itu.
Akan tetapi, hasil akhir tidak pernah menjadi fokus utama dari karya-karya yang lahir
dari tangan para seniman fluxus.

“Cut Piece” dan “Drip Music” menunjukkan jika seni tidak mesti memiliki
nilai yang luhur atau mewah. Dalam prosesnya, Yoko Ono dan George Brecht telah
berupaya memantik kesadaran setiap orang bahwa seni dan kehidupan merupakan
satu kesatuan.

7
fluxus year box 2 adalah salah satu karya yang terkenal yang dirancang oleh
Maciunas berbentuk boks, karya ini berisi kumpulan karya seni dari para seniman
fluxus, seperti kotak korek api Ben Vautier, biji bunga Ken Friedman, flux medicine
karya Shigeko Kubota. Multi disiplin ilmu serta Kecakapan berfikir seorang George
Maciunas sehingga memunculkan kreatifitas baru dalam hal berkesenian. Konsep
serta media dalam Karyakaryanya menginspirasi penulis dalam proses penciptaan
karya.

Para anggota Fluxus menekankan permasalahan bentuk makna yang muncul


dari hubungan antara seniman, karya seni, dan audiens atau apresiator. Hal tersebut
secara tidak langsung menentang persepsi yang menganggap bahwa hasil akhir
merupakan hal terpenting dalam karya seni. Dengan kata lain, Fluxus lebih
mengedepankan proses daripada hasil akhir dalam sebuah karya seni.

Tahun 1978, George Maciunas meninggal dunia. Akan tetapi, sebelum hari
kematiannya Maciunas telah meminta para anggotanya untuk mengadakan
pertunjukan tepat setelah prosesi pemakamannya. Pada 13 Mei 1978, permintaan sang
pendiri terwujudkan. Para seniman fluxus tampil dalam prosesi yang kemudian
dikenal sebagai Flux Funeral. Pertunjukan tersebut sekaligus menandai titik akhir
perjalanan Fluxus.

Meskipun tidak berumur panjang, namun cita-cita dan semangat Fluxus


memiliki dampak yang cukup signifikan bagi ekosistem kesenian internasional hari
ini. Dengan mendobrak pagar-pagar yang selama ini membatasi apresiasi seni, Fluxus
memiliki andil besar dalam membawa seni ke ruang dan waktu yang lebih dekat
dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, Fluxus juga turut membidani seniman-

8
seniman generasi berikutnya dalam melahirkan karya-karya yang lebih kreatif dan
inovatif.

Wish Tree hanyalah satu karya dari 103 karya yang ditampilkan dalam Art Jog
8. Dengan mengangkat tema Infinity in flux: the unending loop that bonds the artist
and the audience, Art Jog yang diselenggarakan dari 6 hingga 28 Juni diikuti seniman-
seniman dalam negeri dan mancanegara. Yoko Ono dalam Art Jog kali ini memang
terpilih sebagai special presentation. Sosoknya dinilai sebagai salah satu dedengkot
seni fluxus di dunia, yang lahir sekitar 1960-an. Fluxus berasal dari bahasa Latin yang
berarti 'alir, fluks' (kata benda); "mengalir, likuid" (kata sifat). Fluxus ialah jaringan
internasional yang terdiri dari seniman, komposer, dan desainer yang menggabungkan
beragam media dan disiplin artistik. Sebuah gerakan antiseni yang menghilangkan
batas antara penonton dan karya. Beberapa seniman ternama fluxus di antaranya Yoko
Ono, George Maciunas, John Cage, Christo, dan George Brecht. Keberadaan Cage,
Yoko, dan seniman fluxus yang lain, kata dia, makin lama semakin kuat. Bahkan,
mereka membentuk kelompok sendiri dengan memiliki manifesto sendiri tentang seni,
yang berbeda dari definisi seni konvensional yang ada. "Di Indonesia, seingat saya,
Mas Jabo (Sawung Jabo) pernah menampilkan musik dengan gaya fluxus sekitar
1975," kata dia. Setelah itu, aliran fluxus banyak berkembang di Indonesia dan ada
pula yang menyebutnya sebagai new media art. Art Jog kali ini telah menginjak
perhelatan yang ke-8 Art Jog. Angka 8 yang dipilih dalam Art Jog kali ini juga bisa
diartikan sebagai simbol ketakterhinggaan, sedangkan fluxus sendiri pemahaman baru
tentang seni secara lebih luas. Misalnya, dalam memaknai musik tidak sekadar bunyi,
tetapi sebuah gelombang. Selain definisi yang lebih luas, salah satu titik penting
dalam seni fluxus ialah keterlibatan penonton dalam karya yang dipamerkan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fluxus merupakan gerakan yang lahir dari sekelompok individu lintas


bidang seni, desain, sastra, kimia, ekonomi, fisika, hingga arsitektur. Gerakan ini
mengadopsi sebagian besar ide dadaisme ini hadir dan berupaya untuk meruntuhkan
pagar-pagar yang membatasi ruang praktik seni. Fluxus bercita-cita menjembatani
jurang pemisah antara kehidupan dengan seni. Gerakan ini dikemukakan oleh George
Maciunas, seniman asal Amerika-Lituania, lewat manifestonya (1963) tentang
pemikiran-pemikiran yang menolak paradigma elitis “seni adalah karya yang bernilai
luhur”. Tahun 1978, George Maciunas meninggal dunia. Akan tetapi, sebelum hari
kematiannya Maciunas telah meminta para anggotanya untuk mengadakan
pertunjukan tepat setelah prosesi pemakamannya. Pada 13 Mei 1978, permintaan sang
pendiri terwujudkan. Para seniman fluxus tampil dalam prosesi yang kemudian
dikenal sebagai Flux Funeral. Pertunjukan tersebut sekaligus menandai titik akhir
perjalanan Fluxus. Meskipun tidak berumur panjang, namun cita-cita dan semangat
Fluxus memiliki dampak yang cukup signifikan bagi ekosistem kesenian internasional
hari ini. Dengan mendobrak pagar-pagar yang selama ini membatasi apresiasi seni,
Fluxus memiliki andil besar dalam membawa seni ke ruang dan waktu yang lebih
dekat dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, Fluxus juga turut membidani seniman-
seniman generasi berikutnya dalam melahirkan karya-karya yang lebih kreatif dan
inovatif.

B. Saran

Makalah tentang Sejarah Seni Rupa Barat tentang Gerakan Fluxus ini saya
buat dengan semaksimal mungkin, apabila ada kesalahan dan kekurangan mohon
dapat memaafkan dan memakluminya, karena saya hanyalah hamba Allah yang tidak
luput akan kesalahan.

10
Saya dengan sangat terbuka akan menerima berbagai kritik dan juga saran, yang

mana akan sangat membantu saya sebagai bahan evaluasi untuk makalah saya

kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.theartstory.org/movement/fluxus/

https://www.britannica.com/art/Fluxus

https://uk.phaidon.com/agenda/art/articles/2015/may/18/yoko-ono-s-cut-piece-
explained/

https://www.widewalls.ch/magazine/what-is-fluxus

https://fluxuslaphil.tumblr.com/post/180005119044/george-brecht-drip-music-drip-
event-1959-1962-a

https://www.independent.co.uk/news/obituaries/george-brecht-composer-and-artist-
with-the-fluxus-movement-who-pioneered-conceptual-art-1646481.html

https://naradhipa.medium.com/gerakan-fluxus-seni-itu-tidak-mahal-d12050b22ede

12
13

Anda mungkin juga menyukai