2. Performance ART
Untuk memahami dunia seni, salah satu subkulturnya perlu lebih dikenal, yakni seni
pertunjukan . Berbeda dengan karya seni rupa seperti lukisan, patung atau
instalasi, seni pertunjukan yang menggunakan tubuh sebagai media
berkaryanya. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan untuk lebih
mengenal performance art.
Performance art pertama kali muncul di Eropa dan Amerika pada 1960-an. Pada saat
itu, para seniman merasa bahwa karya seni konvensional seperti lukisan atau patung
tidak bisa menampung ekspresi seni mereka, maka dari itu mereka lebih memilih aksi
langsung menggunakan tubuhnya. Selain itu, seniman-seniman performance juga
konsep bahwa seni hanya dapat oleh institusi seperti museum yang cenderung borjuis.
Ada juga yang menyebut performance art sebagai body art atau seni pertunjukan ,
memang senimannya mengandalkan tubuh, karena durasi pertunjukan, dan terkadang
mengajak penonton untuk terlibat dalam pertunjukan . Pada awalnya, performance art
memang hanya menggunakan tubuh saja, tapi, lahirlah istilah video art sebagai hasil
dari gabungan performance art dengan teknologi. Selain itu, beberapa seniman juga
menggunakan detil cahaya, suara dan musik dalam performance -nya.
Performance art di Indonesia sendiri pertama kali diusung oleh Gerakan Seni Rupa
Baru pada 1970-an, walaupun istilahnya sendiri belum disadari saat itu. Sama seperti
kemunculan performance art di Eropa, seniman-seniman Indonesia menolak konvensi
seni rupa konvensional dan juga memiliki kritik-kritik politis. Isitlah performance
art ramai dikenal setelah tahun 1990-an ketika ada festival-festival seperti
Internasional Performance Art Festival (JIPAF), Bandung Performance Art Festival
dan gelaran pertunjukan internasional lainnya.
3. Kesimpulan
Posisi happening art dalam aksi demonstrasi massa karena didukung oleh
elemenelemen pertunjukan, antara lain gerak tari, musik/iringan, durasi pertunjukan,
pemain, monolog/dialog, rias, busana, arena, dan properti. Semua elemen pertunjukan
yang telah teridentifikasi ini menunjukkanbahwahappening art termasuk dalam jenis
seni pertunjukan atau teater. Sebagai seni pertujukan happening art, posisinya sejajar
dengan seni pertunjukan lain. Pertunjukan happening art dalam suatu aksi demonstrasi
massa telah menjadi representasi dari seluruh lapisan massa yang ikut ambil bagian
ataupun melihat aksi demonstrasi massa. Posisi happening art menjadi nilai tambah
yang amat signifikan dalam aksi demonstrasi massa.
Hal ini menunjukkan happening art bukan sekedar bentuk seni
pertunjukan/teater yang dipentaskan secara asal-asalan, tetapi pentasnya telah ditata
seacara matang. Sebagai seni pertunjukan, kehadiran happening art dalam aksi
demonstrasi massa merupakan teater yang secara khusus ditujukan sebagai media
perlawanan. Adapun berfungsinya happening art menjadi media perlawanan karena
didukung hadirnya intelektual organik, misalnya filsof, sastrawan, seniman, dosen,
dan para mahasiswa.Ketika negara saat ini tidak melakukan hegemoni terhadap seni
pertunjukan, maka hampir tidak ada satupun kesenian yang melakukan perlawanan
(resistensi) terhadap kekuasaan. Satusatunya pertunjukan yang melakukan perlawanan
saat ini hanya dilakukan dalam bentuk pertunjukanhappening art.