Anda di halaman 1dari 4

HAPPENING AND PERFORMANCE ART

RIDHO KOKO PUTRA


19206241013
SEJARAH SENI RUPA BARAT

UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PENDIDIKAN SENI RUPA
2019
HAPPENING AND PERFORMANCE ART
1. Happening ART
Istilah happening telah digunakan untuk menggambarkan banyak pertunjukan dan
acara, yang diselenggarakan oleh Allan Kaprow dan lain-lain selama 1950-an dan
1960-an termasuk sejumlah produksi teater yang secara tradisional mengundang
interaksi penonton dengan jumlah tidak terbatas. Happeningjuga diartikan "bentuk
sengaja” terdiri dari seni pertunjukan atau teater yang memiliki elemen-elemen
pertunjukan beragam. Sebuah happeningyang diproduksi oleh suatu kelompok sosial,
jika dipentaskan dalam forum yang lain tentus bentuknya berbeda karena audien,
tempat, dan waktunya berbeda. Kata happening dapat diterjemahkan menjadi
happening art, yang merupakan peristiwa seni kontemporer yang dipertunjukkan
sebagai ungkapan perlawanan atau pemberontakan secara visual di depan umum.
Happening Art di Indonesia dikenal sebagai seni pertunjukan/teater yang dihadirkan
pada peristiwa aksi demonstrasi (unjuk rasa). Hadirnya happening art dalam aksi
unjuk rasa merupakan representasi atau inti tujuan unjuk rasa itu sendiri. Dalam
pandangan Fildman (1967: 339-340)), untuk mengetahui bahwa itu disebut sebagai
happening art dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a) bahan/barang yang digunakan,
b) bentuk seninya dibuat artistik/cantik, baik modern maupun tradisional,
c) aspek kreasi dipandang penting,
d) ada kesan humor, tetapi mengandung makna dan nilai tujuan,
e) absurd,
f) dibuat janggal antara bentuk seni dan realitas kehidupan, dan
g) fantastis.
Sebagai contoh, ketika Presiden Amerika Serikat George W. Bus berkunjung ke
Australia 2004, ia didemo secara besar-besaran oleh rakyat Australia. Jumlah massa
yang turun ke jalan sekitar 10.000-an. Salah satu aspek yang menarik dari aksi
demonstrasi massa itu adalah dipertunjukkan happening art. Dalam happening art
tersebut diperagakan dua tokoh orang nomor satu dari kedua negara, ialah George W.
Bus (Presiden Amerika Serikat) dan John Howard (Perdana Menteri Australia). Bus
mengenakan setelan jas lengkap dengan berdasi, sementara Howard memakai busana
binatang anjing warna putih. Wajah dua orang tokoh itu divisualkan dengan memakai
topeng yang menggambarkan wajah Bus dan Howard.
Seni rupa happening atau disingkat happening saja, merupakan sebuah bentuk
improvisasi atau pertunjukan spontan dari seorang atau beberapa orang perupa. 
Happening dapat didefinisikan sebagai “ sejumlah kejadian yang secara sengaja
dilakukan pada suatu lingkungan yang telah dirancang sebelumnya.” Happening dapat
berlangsung di galeri seni rupa, di halaman mall,  di tempat pembuangan sampah, di
puncak gunung atau di tepi pantai. Karena kejadian yang ditampilkan bersifat
spontan, maka tidak diperlukan latihan yang mendahului.
Happening tampil sekali dan tidak diulangi. Karena itu, karya happening berlalu
seiring dengan kepergian sang waktu. Ia dapat abadi jika direkam. Dikaitkannya
happening yang merupakan karya seni pertunjukan dengan seni rupa karena ia mulai
diperkenalkan pada tahun 1952 oleh perupa Robert Rauschenberg, Jasper John, dan
pemusik John Cage di Black Mountain melalui karya happening yang berjudul
Theatre Piece #1. Pada karya tersebut, ketiga seniman ini menampilkan tarian
spontan, resitasi, permainan piano, dan lukisan-lukisan yang diproyeksikan ke dinding
melalui media slaid. Istilah happening kemudian tergantikan dengan istilah lain
seperti “teater lingkungan” dan “seni Rupa Pertunjukan”.

2. Performance ART
Untuk memahami dunia seni, salah satu subkulturnya perlu lebih dikenal, yakni seni
pertunjukan . Berbeda dengan karya seni rupa seperti lukisan, patung atau
instalasi, seni pertunjukan yang menggunakan tubuh sebagai media
berkaryanya. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan untuk lebih
mengenal performance art.
Performance art pertama kali muncul di Eropa dan Amerika pada 1960-an. Pada saat
itu, para seniman merasa bahwa karya seni konvensional seperti lukisan atau patung
tidak bisa menampung ekspresi seni mereka, maka dari itu mereka lebih memilih aksi
langsung menggunakan tubuhnya. Selain itu, seniman-seniman performance juga
konsep bahwa seni hanya dapat oleh institusi seperti museum yang cenderung borjuis.
Ada juga yang menyebut performance art sebagai body art atau seni pertunjukan ,
memang senimannya mengandalkan tubuh, karena durasi pertunjukan, dan terkadang
mengajak penonton untuk terlibat dalam pertunjukan . Pada awalnya, performance art
memang hanya menggunakan tubuh saja, tapi, lahirlah istilah video art sebagai hasil
dari gabungan performance art dengan teknologi. Selain itu, beberapa seniman juga
menggunakan detil cahaya, suara dan musik dalam performance -nya.
Performance art di Indonesia sendiri pertama kali diusung oleh Gerakan Seni Rupa
Baru pada 1970-an, walaupun istilahnya sendiri belum disadari saat itu. Sama seperti
kemunculan performance art di Eropa, seniman-seniman Indonesia menolak konvensi
seni rupa konvensional dan juga memiliki kritik-kritik politis. Isitlah performance
art ramai dikenal setelah tahun 1990-an ketika ada festival-festival seperti
Internasional Performance Art Festival (JIPAF), Bandung Performance Art Festival
dan gelaran pertunjukan internasional lainnya.
3. Kesimpulan
Posisi happening art dalam aksi demonstrasi massa karena didukung oleh
elemenelemen pertunjukan, antara lain gerak tari, musik/iringan, durasi pertunjukan,
pemain, monolog/dialog, rias, busana, arena, dan properti. Semua elemen pertunjukan
yang telah teridentifikasi ini menunjukkanbahwahappening art termasuk dalam jenis
seni pertunjukan atau teater. Sebagai seni pertujukan happening art, posisinya sejajar
dengan seni pertunjukan lain. Pertunjukan happening art dalam suatu aksi demonstrasi
massa telah menjadi representasi dari seluruh lapisan massa yang ikut ambil bagian
ataupun melihat aksi demonstrasi massa. Posisi happening art menjadi nilai tambah
yang amat signifikan dalam aksi demonstrasi massa.
Hal ini menunjukkan happening art bukan sekedar bentuk seni
pertunjukan/teater yang dipentaskan secara asal-asalan, tetapi pentasnya telah ditata
seacara matang. Sebagai seni pertunjukan, kehadiran happening art dalam aksi
demonstrasi massa merupakan teater yang secara khusus ditujukan sebagai media
perlawanan. Adapun berfungsinya happening art menjadi media perlawanan karena
didukung hadirnya intelektual organik, misalnya filsof, sastrawan, seniman, dosen,
dan para mahasiswa.Ketika negara saat ini tidak melakukan hegemoni terhadap seni
pertunjukan, maka hampir tidak ada satupun kesenian yang melakukan perlawanan
(resistensi) terhadap kekuasaan. Satusatunya pertunjukan yang melakukan perlawanan
saat ini hanya dilakukan dalam bentuk pertunjukanhappening art.

Anda mungkin juga menyukai