rancangan panggung termasuk pengaturan panggung arena, atau yang disebut saat
samping nada suara) dapat melalui musik, dekorasi, tata cahaya, dan efek
yang berlainan. Meskipun pada akhirnya dunia panggung tetap eksis dan mampu
Jerzy Growtowski
Usaha yang sama dalam bidang yang berbeda pernah dilakukan oleh Vsevolod
budaya produktivitas. Budaya yang serba mesin dalam dunia industri membuat
manusia harus mampu menyesuaikan dirinya jika tidak mau tenggelam dalam
kemiskinan. Oleh karena itu pada akhirnya, manusia yang harus menyesuaikan
struktur dirinya, dengan struktur mesin meskipun pada saat pertama kali mesin
laku para aktor harus mampu menyesuaikan struktur tata panggung yang ada.
Sketsa rancangan panggung konstruktivis
perkembangan teater, tetapi perang dan politik juga memiliki peranan yang besar.
Dalam situasi perang, manusia tidak bisa lagi menikmati pertunjukan dengan
kehidupan yang indah dan menyedot rasa sedemikian rupa sehingga melupakan
kenyataan hidup yang sedang dihadapi yakni perang. Kondisi inilah yang disikapi
oleh Erwin Pistcator dan Bertolt Brecht yang menggagas gaya pementasan epik
dengan tujuan utama menyadarkan penonton akan kenyataan politik yang sedang
dialami. Penonton tidak diajak untuk larut dalam pertunjukan, tetapi disadarkan
Konsep artistik teater sebagai bentuk penyadaran ini pula yang diadaptasi oleh
Augusto Boal dengan menciptakan konsep teater kaum tertindas atau theatre of
the oppressed. Dalam pertunjukan teater Boal, penonton pada akhirnya bukanlah
penonton, tetapi pemain yang lain. Artinya, semua penonton ikut bermain dan
pertunjukan teater menjadi sebuah gerakan kesadaran bersama atas apa yang
tersebut. Ketika semua penonton ikut terlibat, maka gerakan kesadaran bersama
ekspresi artistik yang lain. Usaha ini mengarahkan teater Barat untuk menuju
benua Asia. Mereka banyak belajar dan menggali ekspresi teater Asia untuk
kemudian dikombinasi atau diadaptasi dalam bentuk ekspresi teater yang baru.
Peter Brook adalah seniman yang cukup terkenal dalam usaha semacam ini. Ia
dunia termasuk Asia. Salah satu aktor dari Indonesia adalah Tapa Sudana dan dari
Jepang adalah Yoshi Oida. Brook mencoba mencari pola komunikasi dan
Afrika untuk menemukan bentuk ekspresi dan komunikasi budaya tanpa kendala
Salah satu mahakarya Peter Brook adalah Mahabarata. Sebuah pertunjukan teater
dengan mengambil epos terkenal dari India dan dipentaskan selama kurang lebih 8
jam. Sesuatu usaha yang jarang ditemui di benua Eropa. Simbol-simbol ekspresi
Asia coba ia gali dan temukan serta direkreasi ke dalam bentuk ekspresi baru yang
yang mengagumkan.
Selain Brook masih ada Eugenio Barba yang dengan penuh semangat meneliti dan
menggali elemen-elemen pertunjukan dari Asia. Atas usahanya ini muncullah satu
menghasilkan struktur dan filosofi gerak atau motif gerak yang berlawanan, tetapi
saling menguatkan seperti keras dan manis di Bali dan alusan serta gagahandi
Jawa. Usaha-usaha yang dilakukan Barba dan para seniman teater modern lain
batas-batas geografi dan budaya. Semuanya melebur dalam satu kesatuan artistik
visualisasi drama dalam bentuk lain yaitu berupa bentuk digital. Beberapa bentuk
digital tersebut antara lain Sinema Film dan Sinema elektronik (Sinetron).
Pemanfaatan layar besar atau layar kaca yang menampilkan visual drama menjadi
sebuah terobosan Seni Teater yang paling populer di Era Teater Modern. Sinema
Film adalah gambar hidup atau foto bergerak yang direkam didalam sebuah roll
film dan menyorotkan cahaya pemutaran film pada sebuah layar kain yang lebar.
Film dikembangkan pertama kali pada kisaran tahun 1927 yang sudah memiliki
teknologi untuk memutar audio. Hingga pada tahun 1937 industri film menjadi
sebuah karya Seni Teater yang populer dan berkembang hingga saat ini.
kita sebut saat ini, Teater di Tengah-Tengah Gedung. Dewasa ini, beberapa cara
(disamping nada suara) dapat melalui musik, dekorasi, tata cahaya, dan efek
seniman dianggap semakin menurun dan membosankan. Hal ini mendorong para
pemikir teater untuk menemukan satu bentuk ekspresi baru yang lepas dari
konvensi yang sudah ada. Wilayah jelajah artisitk dibuka selebar-lebarnya untuk
ataupun penata artistik. Tidak jarang usaha mereka berhasil dan mampu
Tetapi tidak jarang pula usaha mereka berhenti pada produksi pertama. Lepas dari
hal itu, usaha pencarian kaidah artistik yang dilakukan oleh seniman teater
Gaya Pementasan
ditulis
Gaya penampilan pertunjukan teater secara mendasar dibagi ke dalam tiga (3)
Presentasional
Hampir semua teater klasik menggunakan gaya ini dalam pementasannya. Gaya
antarpemain.
Beberapa lakon yang biasa dan dapat dipentaskan dengan gaya Presentasional, di
antaranya adalah:
Shakespeare)
Oidipus (Sophocles)
Epos dan Roman Sejarah yang biasa dipentaskan dalam teater tradisonal
Indonesia