Anda di halaman 1dari 36

ACARA I

PEMBAGI TEGANGAN DAN PEMBEBANAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mengukur tegangan keluaran rangkaian tanpa beban dan dengan beban.
b. Membandingkan nilai tegangan keluaran rangkaian tanpa beban dan dengan beban.
2. Waktu Praktikum
Senin, 16 September 2019
3. Tempat praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.

B. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat - alat praktikum
a. Baterai 9V
b. Breadboard
c. Kabel banana – alligator
d. Kabel jumper
e. Kilip baterai 9V
f. Single Lamp Modul
g. Voltmeter
2. Bahan – bahan praktikum
a. Potensiometer 10 kΩ
b. Resistor 10 kΩ
c. Resistor 22 kΩ
d. Resistor 100 kΩ

C. LADASAN TEORI
Hukum ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar aus listrik yang mengalir melalui
hokum ohm apabila sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda pontesial yang
diterapkan kepadanya. Sebuah beda pengantar dikatakan melalui nilai resitansinya tidak
bergantung terhadap besar dan polarisasi beda pontesial yang dikenakan kepadanya.
Walapun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar namun istilah
“hukum” tetap digunakan dengan alasan sejarah. Secara sistimtika hukum ohm
diekspresikan dengan persamaan (Halliday,1987 : 107).

V=IXR
Seperangkat resistor terhubung seri seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini
disebut perbandingan tegangan (voltage disader). Konsep ini berlaku bukan saja untuk
resistor pada gambar ini tetapi berlaku juga untuk impedansi yang terhubung seri

Karena V = I x R1 dan V = I x (R1 + R2 + R3 ), sehingga (Nahvi, 2014 : 4).

R1
Vin = Vout
R1 + R2 + R3

Rangkaian pembagi tegangan digunakan untuk merubah range tegangan baterai


15v ke 5v. dengan menggunakan persamaan pembagi tegangan menentukan salah satu
resistor yaitu R2 sebesar 330 Ω, maka dapat diperoleh R1 sebesar 660Ω seperti
ditunjukan pada gambar 3 (Fahanani, 2014 : 4).

Gambar 3. Skematik Rangkaian Pembagi Tegangan

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pembagi Tegangan dengan Resistor dan Pembebanan
a. Dibuat rangkaian seperti gambar didawah ini. Diukur tegangan keluaran (VAB)
dimana elektroda + ke A dengan elektroda – ke B

b. Ditambahkan keluaran pada rangkaian diatas resistor 10 kOhm. Resistor ini disebut
beban. Kemudian diukur VAB
2. Pembagi Tegangan Dengan Beban Potesiometer dan Pembebanan
a. Diambil baterai 9V, resistor 10kΩ, dan potensiometer 10 kΩ, kemudian disusun
rangkaian seperti gambar dibawah ini

b. Sebelum rangkaian beban dihubungkan kebaterai 9V , diputar potensiometer pada


posisi ditengah.
c. Diukur masing – masing nilai tegangan untuk setiap titik.
d. Dihubungkan sebuah beban Lampu pada keluaran cd, kemudian diukur kembali
keluaran cd (Vcd).
e. Diputar posisi potensiometer dan diulangi langkah (c) sebanyak 3kali.
f. Diulangi langkah (a) s.d (d). Dimasukan kedalam tabel pengukuran. Diamati kondisi
lampu.

E. HASIL PENGAMATAN
1. Pembagian Tegangan Tanpa Beban
No R1 (KΩ) R2 (KΩ) Vab (volt)
1. 10 22 4
2. 100 22 8,1
3. 100 10 8
2. Pembagi Tegangan dengan Beban
N0 R1 (KΩ) R2 (KΩ) RL (KΩ) Vab (volt)
1. 10 22 10 2,5
2. 100 22 10 5
3. 100 10 10 5

3. Pembagi Tegangan Dengan Beban Potesiometer dan Pembebanan

NO Vab Vbd Vad Vbc Vcd Vac Vcd dengan beban


(V) (V) (V) (V) (V) (V) (V)
1. 0 8 8 5 2 5,5 2
2. 0 8 8,4 0 8 0 8
3. 0 8 8 8 0 8 0

F. ANALISIS DATA
1. Pembagian Tegangan Tanpa Beban

Gambar 1.5 Rangkaian pembagi Tegangan Tanpa Beban

Diketahui :
R1 = 10 kΩ
R2 = 22 kΩ
Vin = 9 Volt
Ditanya : Vab = ….?
Jawab :
R2
V ab= V
R 1 + R2 ¿
22kΩ
¿ 9V
10 kΩ+ 22kΩ
22kΩ
¿ 9V
32kΩ

¿ 6 , 1875 V ≈ 6,2 V

Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Tegangan Keluaran


No R1 (KΩ) R2 (KΩ) Vab (volt)
1. 10 22 6,2
2. 100 22 1,6
3. 100 10 0,8

2. Pembagi Tegangan dengan Beban

Gambar rangkaian 2.2 Rangkaian Pembagi Tegangan dengan Beban

Diketahui :
R1 = 10 kΩ
R2 = 22 kΩ
R3 = 10 kΩ
Ditanya : Vab = ….?
Jawab :
R 2∨¿ R L
V ab=
R1 + R2∨¿ R L

Dicari dulu R2 || RL

R2 × R L
R1∨¿ R2 =
R 2 + RL
12kΩ ×10 kΩ
¿
12 kΩ+10 kΩ
220 kΩ
¿
32 kΩ
¿ 6,9 kΩ

R1∨¿ R1
V av = V
R1 + R2∨¿ R L ¿
6,9 kΩ
¿ 9V
10 kΩ+ 6,9 kΩ
6,9 kΩ
¿ 9V
16,9 kΩ
62,1
¿ V
16,9
¿ 3,7 V

Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Pembagi Tegangan dengan Beban


N0 R1 (KΩ) R2 (KΩ) RL (KΩ) Vab (volt)
1. 10 22 10 3,7
2. 100 22 10 0,6
3. 100 10 10 0,8

3. Pembagi Tegangan Dengan Beban Potesiometer dan Pembebanan

Gambar 2.3 Rangkaian Pembagi Tegangan dengan Potensiometer dan pembebanan

Diketahui :
Vin = 9 Volt
Vbd = 9 Volt
Vcd = 8 Volt
Ditanya : RP total = ….?
Jawab :
V bd
V P1= ×10 kΩ
V¿
8V
¿ ×10 kΩ
9V
80
¿ kΩ
9
¿ 8,8 kΩ

V cd
R P2= ×10 kΩ
V¿
8V
¿ ×10 kΩ
9V
80
¿ kΩ
9
¿ 8,8 kΩ

R Ptotal =R P1+ R P2
¿( 8,8+8,8)kΩ
¿ 17,6 kΩ

Tabel 2.3 Hasil Perhitungan R1 dan R2

NO Vbd Vcd RP total Rp1 Rp


(V) (V) (kΩ ) (kΩ ) ( ¿

1. 8 8 17,6 8,8 8,8
2. 8 2 11 8,8 2,2
3. 8 0 8,8 8,8 0

G. PEMBAHASAN
Praktikum pembagi tegangan dan pembebanan memiliki dua tujua yaitu, mengukur
tegangan keluaran rangkaian tanpa beban dan dengan beban dan membandingkan nilai
tegangan keluaran tanpa beban dan dengan beban. Praktikum kali ini berlangsung dalam 3
tahapan, yaitu yang pertama mengukur tegangan keluaran (Vab) tanpa beban. Kemudian yang
kedua mengukur tegangan keluaran menggunakan beban 10 kΩ . Terakhir mengukur
tegangan dengan potensiator dan pembebanan. Pembagi tegangan yang lebih rendah.
Dengan hanya menggunakan dua resistor yang dipasang secara seri dan dengan sebuah input
tegangan, maka tegangan keluaran (output) dapat dhasilkan.
Pada percobaan pertama, yaitu mengukur tegangan keluaran (V ab tanpa beban,
berdasarkan hasil pengamatan pada (table 1.1) besarnya nilai tegangan keluaran (Vab)adalah
skala yang ditunjukan oleh jarum voltmeter. Dengan menggunakan 3 buah resistor yang
divariasikandiantaranya (10kΩ , 22kΩ , dan 100kΩ ). Dari resistor-resistor tersebut diambil 2
resistor yang nantinya diserikan. Dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali dengan tegangan
sumber yang nantinya diserikan. Dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali dengan tegangan
sumber yang ditetapkan yaitu 9 Volt. Besarnya nilai (Vab) untuk ketiga pengukuran tersebut
selalu lebih kecil dari tegangan sumbernya. Hal ini terjadi karena rangkaian memiliki
hambatan yaitu R1 dan R2. Sehingga besarnya tegangan keluaran yang dibaca lebih kecil dari
tegangan sumber, selain itu rangkaian ini menggunakan sumber tegangan tetap (power
supply 9 Volt) yaitu sebuah sumber tegangan dimana nilai tegangannya tidak akan turun
walau diberi beban berapa pun karena yang diukur adalah GGL. Jika dibandingkan besar
teganan keluaran (Vab) berdasarkan hasil analisis data (table 1.4) didapatkan perbedaan.
Perbedaan ini didasari pada keterbatasan alat ukur yang digunakan sehingga tidak bisa
menghasilkan nilai tegangan yang sebenarnya.
Pada percobaan kedua, yaitu mengukur tegnagan keluaran (Vab) dengan beban.
Untuk hasil pengamatannya dapat dilihat pada (table 1.2). hambatan yang digunakan
dipolakan sama dengan percobaan pertama, begitu juga dengan sumber tegangan yang
digunakan. Jika diandingkan hasil pengukuran tegangan keluaran denga beban dan tanpa
beban, maka hasilnya berbeda dimana besar tegangan keluran dengan beban lebih kecil dari
pada tegangan keluaran tanpa beban. Perbedaan ini diakibatkan oleh keberadaan hambatan
beban (RL) yang menyebabkan rangakaian menjadi tertutup, sehingga timbullah arus pada
rangaian. Selain itu, hambatan beban (RL) bisa menghambat arus yang mengalir pada
rangkaian, sehingga tegangan keluaran yang denga beban yang terbaca menjadi lebih kecil
daripada tanpa beban. Sedangkan untuk hasil perhitungan melalui analisis data di dapatkan
hasil yang berbeda dengan skala yang ditunjukkan oleh voltmeter. Perbedaan ini dapat
dilihat pada (table 1.5). haini didasari oleh keterbatasan alat ukur sehingga nilai (V ab) yang
dihasilkan berbeda dengan nilai yang diperoleh saat pengamatan dengan voltmeter. Peril
diingat bahwa beban R1 yang dipasang haruslah dirangkai secara pararel terhadap R2 dan seri
terhadap R3 sebab pemasangan RL yang salah akan memepngaruhi besar tegangan keluran
yang dihasilkan.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Nilai tegangan keluaran tanpa beban secara perhitungan dan dengan menggunakan
voltmeter sama yaiu 6,6 volt, 4,8volt, dan 2,8 volt. Untuk nilai tegangan keluaran
dengan beban secara perhitungan yaitu 3,91 volt, 3,91 volt, dan 1,78 volt. Sedangkan
hasil yang didapat secara praktikum atau menggunakan voltmeter yaitu 3,8 volt, 3,8
volt, dan 1,74 volt.
b. Nilai keluaran tanpa beban lebih besar dari pada nilai tegangan keluaran dengan
beban. Hal ini dikarenakan R2 paralel dengan RL sehingga nilai paralelnya itu lebih
kecil dari pada R2.
2. Saran
Praktikan harus lebih teliti lagi saat membaca skala pada voltmeter dalam menggukur
tegangan agar sesuai dengan perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA

Fahanani, Agwin Fahmi, dkk. 2014. Rancangan Bangunan Pemantau Baterai Pada Base
Transceiver station (BTS) Melalui Fasilitas SMS. Jurnal Teknik Elektro.

Halliday, D dan Resnick,R. 1987. Fisika Dasar. Jakarta : Erlangga .

Nahvi, Muhammad dan joseph Edwinister. 2004. Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.

ACARA II
RANGKAIAN THEVENIN DAN NORTON

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. TUJUAN PRAKTKUM
a. Mengukur tegangan keluaran dari pembagi tegangan dengan beban dan tanpa beban.
b. Mengukur hambatan Thevenin dan Norton.
c. Mengukur tegangan keluaran Thevenin dan Norton.
2. Waktupraktikum
Selasa, 4 Desember 2018
3. Tempatpraktikum
Lantai II, Laboraturium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.

B. ALAT dan BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alatpraktikum
a. Breadboard
b. Kabel Banana-Aligator
c. Kabel Jumper
d. Kabelmultimeter
e. Multimeter
f. Power supply DC max 12V
2. Bahan-bahanpraktikum
a. Resistor 10 kΩ
b. Resistor 100 Ω/2watt
c. Resistor 4,7 Ω/3watt

C. LANDASAN TEORI
Suatu persoalan pada rangkaian listrik, bukanhanya dapat dipecahkan dengan hukum-
hukum dasar atau konsep dasar ataupun dengan bantuan suatu analisis tertentu, tetapi
menyelesaikan persoalan yang muncul pada rangkaian listrik dapat juga dilakukan juga
dengan menggunakan teorema tertentu, salah satunya Teorema Thevenin dan Norton. Pada
rangkaian Thevenin, berlaku bahwa suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan
sebuah impedansi ekuivalennya pada terminal yang diamati.Tujuan sebenarnya dari
teorema ini adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian yaitu membuat rangkaian
pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan suatu rangkaian
impedansi ekuvalennya.
Gambar 2. 1 Gambar 2.2 Gambar 2.3

(Rangkaian ekivalen Thevenin)

Gambar 2.4

sedangkan pada rangkaian Norton, berlaku bahwa suatu rangkaian listrik dapat
disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber arus yang dihubungkan dengan
sebuah impedansi ekivalennya pada dua terminal yang diamati. Tujuan untuk
menyederhanakan analisis rangkaian pengganti yang berupa sumber arus yang diparalelkan
dengan suatu impedansi ekivalennya (Ramdhani, 2005 : 166- 169).

Gambar 2.5

( Rangkaian pengganti Norton)


Secara umum, rangkaian listrik terdiri dari dua bagian rangkaian yang menjalankan
fungsi berbeda yang dihubungkan oleh terminal interkoneksi.

Gambar 2.6

(Seksi sumber (S) dan Seksi beban (B) )

Untuk hubungan dua terminal seperti pada gambar 2.6, satu bagian disebut seksi sumber
dan bagian lain disebut seksi beban. Pengertian seksi sumber adalah bagian rangkaian yang
mengandung sumber dan bukan hanya satu sumber saja . Sinyal listrik dikirimkan dari seksi
sumber dan diberikan kepada seksi sumber dan seksi beban. Interaksi antara seksi sumber
dan seksi beban , merupakan salah satu masalah utama yang dibahas dalam analisis dan
rancangan rangkaian listrik. Rangkaian seksi sumber dapat digantikan dengan rangkaian
ekivalen Thevenin atau rangkaian ekivalen Norton. Kondisi yang diperlukan agar rangkaian
ekivalen ini ada, dikatakan secara formal sebagai suatu teorema. Teorema Thevenin
menyatakan bahwa jika rangkaian seksi sumber pada hubungan dua-terminal adalah linear,
maka sinyal pada terminal interkoneksi tidak akan berubah jika rangkaian seksi sumber itu
digantikan dengan rangkaian ekivalen Thevenin, dan teorema Norton menyatakan bahwa
jika rangkaia seksi sumber pada hubungan dua terminal adalah linear, maka sinya pada
terminal interkoneksi tidak akan berubah jika rangkaian seksi sumber itu diganti dengan
rangkaian ekivalen Norton. Karena kedua rangkaian ekivalen itu dapat menggantikan satu
macam seksi sumber maka kedua rangkaian ekivalen itu harus memiliki ekiuvalen itu harus
mempunyai karakteristik i-v yang sama. Hal itu berarti bahwa keadaan terbuka, V TH =IN . RN ;
dan dalam keadaan hubung singkat IN =VT/RT. Kedua hal ini mengharuskan VT =IN . RN=RT
yang berarti RN harus sama dengan RT. Jadi parameter rangkaian ekivalen Thevenin maupun
Norton dapat diperoleh dengan mencari tengangan hubungan terbuka (VHT ) dan arus hubung
singkat (INT) diterminal seksi sumber jadi, (Sudirham, 2012:128-130).

VT = vNT ; IN = iNT ; RT = RN = vNT /iNT

Metode Thevenin dan Norton dapat diterapkan dalam menyelesaikan


persmasalahan pada rangkaian listrik dikarenakan percobaan yang dilakukan dengan
menggunakan proteus hasilnuya sesuai dengan hasil perhitungan manual kesamaan teorema
Thevenin dan Norton adalah meredam rangkaian yang kompleks menjadi sederhana, yaitu
dengan mematikan semua sumber dan menghitungan resistansi dari titik beban yang terbuka.
Kesamaan lainnya adalah sama-sama terdiri dari sebuah sumber tunggal yang dirangkai
dengan resitansi tunggal. Hal ini berarti teorema Thevenin maupun teorema Norton memiliki
rangkaian ekivalen yang harusnya bisa menghasilkan tegangan yang nilainya sama pada
terminal terbuka (tanpa terhubung dengan beban) (Yuliana. 2014:3).

D. PROSEDUR PERCOBAAN

1. RANGKAIAN PEMBAGI TEGANGAN


a. Dengan beban

1. Dirangkai alat pada bredboard seperti gambar diatas .


2. Dipasang tegangan masukan sebesar 12Volt , R1= R3 = 10Ω dan R2= 10kΩ
3. Diukur tengan keluaran (V0 ) dengan menggunakan multimeter.

b. Tanpa Beban

1. Dicabut resistor R2 pada gambar dengan beban sehingga tampak seperti gambar
dibawah ini .

2. Diukur tegangan keluaran V0 dengan menggunakan multimeter sesuai dengan skala


yang ditujukkan.

2. MENGUKUR HAMBATAN THEVENIN DAN NORTON


a. Dimatian power supply dan dicabut dari rangkaian.
b. Dipasang kembali R2 sehingga tampak pada gambar dibawah ini

c. Dihubungkan singkatkan masukannnya dengan menggunakan kabel jumper.

d. Diukur hambatan keluarannya dengan menggunakan multimeter sesuai skala yang


digunakan.

3. MENGUKUR TEGANGAN KELUARAN THEVENIN DAN NORTON


a. Tanpa beban
1. Dirangkai alat pada breadboard seperi gambar dibawah ini

2. Dipasang tegangan masukan sebesar 6V DC (εTH = 6V) dan RTH = 4,7Ω.


3. Diukur tegangan keluaran ( V 0 ) dengan menggunakan multimeter sesuai dengan
skala yang ditunjuk
4. Diulangi percobaan 1 sampai 3 dengan tegangan masukan sebesar 6V DC dan R TH =
4,7Ω
b. Dengan beban
1. Dipasang hambatan keluaran sebesar 10kΩ pada keluarannya sehingga tampak pada
gambar berikut ini, dimana tegangan masukan 6V dan RTH = 4,7Ω.
2. Diukur tegangan keluaran dengan menggunakan multimeter sesuai dengan skala yang
digunakan.
3. Diulangi langkah 1 sampai 2 dengan tegangan 6V dan RTH = 10kΩ.

E. HASIL PENGAMATAN
1. Rangkaian pembagi tegangan
a. Dengan beban
Tabel 1.1 tegangan pada rangkaian pembagi tegangan dengan beban
Vin(V) R1 (kΩ) R2 (kΩ) R3 (kΩ) Vout (V)

12 0,1 10 0,1 6

b. Tanpa beban
Tabel 2.1 tegangan pada rangkaian pembagi tegangan tanpa beban
Vin (V) R1 (kΩ) R3 (kΩ) Vout (V)

12 0,1 0,1 6

2. Hambatan keluaran Thevenin dan Norton


Tabel 3.1 Hambatan Keluaran Pada Rangkaian yang dihubung singkat
R1 (kΩ) R2 (kΩ) R3 (kΩ) RTH (Ω)

0,1 10 0,1 10

3. Tegangan keluaran Thevenin dan Norton


a. Tanpa beban
 Percobaan I
Tabel 4.1 Hasil pengukuran hambatan keluaran Thevenin dan Norton pada
percobaan I
Vin (V) RTH (kΩ) Vout (V)
6 4,7 × 10-3 6,2

 Percobaan II
Tabel 4.3 tegangan keluaran tanpa beban
Vin (V) RTH (kΩ) Vout (V)

6 10 6

b. Dengan beban
 Percobaan I
Tabel 4.2 tegangan keluaran dengan beban
Vin (V) RTH (kΩ) RL(kΩ) Vout (V)
6 4,7 × 10-3 10 6

 Percobaan II
Tabel 4.4 tegangan keluaran dengan beban
Vin (V) RTH (kΩ) RL(kΩ) Vout (V)
6 10 10 3,2

F. ANALISIS DATA
1. Rangkaian pembagi tegangan
a. Dengan beban

Diketahui :
Vin = 12 V
R1 = 0,1 kΩ
R2 = 10 kΩ
R3 = 0,1 kΩ
Ditanya : Vout = ….?
Jawab :

R3
V out = V¿
R1 + R3
0,1 kΩ
¿ 12V
0,1 kΩ+ 0,1kΩ
0,1 kΩ
¿ 12V
0,1 kΩ
1
¿ 12V
2
¿6V

b. Tanpa Beban
Diketahui :
Vin = 12 V
R1 = 0,1 kΩ
R2 = 0,1 kΩ
Ditanya : Vout = ….?
Jawab :
R2
V out = V¿
R1 + R2
0,1 kΩ
¿ 12V
0,1 kΩ+ 0,1kΩ
0,1 kΩ
¿ 12V
0,2 kΩ
1
¿ 12V
2
¿6V
2. Mengukur hambatan Thevenin dan Norton

Dikerahui :
R1 = 0,1 kΩ
R2 = 10 kΩ
R3 = 0,1 kΩ
Ditanya : RTH = ….?
Jawab :
1 1 1
= +
R 1∨¿ R3 R 1 R 3
1 R 1 + R3
=
R 1∨¿ R3 R 1 × R 3
R × R3
R1∨¿ R3 = 1
R1 + R3
RTH =R1∨¿ R3 + R2
R1× R3
¿ + R2
R1 + R 3
0,1 kΩ× 0,1kΩ
¿ +10 kΩ
0,1 kΩ+0,1 kΩ
2
0,1(kΩ)
¿ +10 kΩ
0,2 kΩ
¿ 0,05 kΩ+10 kΩ
¿ 10,05 kΩ

DAFTAR PUSTAKA

Ramdhani, Muhammad . 2005 . Rangkaian Listrik . Bandung : STTTelkom .

Sudirham, Sudaryanto . 2012 . Analisis Rangkaian Listrik Jilid 1. Bandung :

Kanayakan D-30 .

Yuliana, Eka., Aris Widodo., Bactera Indarto . 2014 . Theorema Thevenin dan

Norton . www. Academia . edu / 11365494 / Teorema_Thevenin_dan_Norton .

Diakses pada tanggal 25 November 2018.


ACARA III
DIODA SEMIKONDUKTOR

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. TujuanPraktikum
a. Mengetahuikarakteristikrangkaiandiodapanjarmajudandiodapanjarmundur.
b. Menghitungnilairesitansidaridiodasemikonduktor.
2. WaktuPraktikum
Selasa, 11 Desember 2018
3. TempatPraktikum
Lantai II, LaboratoriumFisikaDasar, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlam,
UniversitasMataram.

B. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat praktikum
a. Breadboard (1 buah)
b. Kabel banana-aligator (2 buah)
c. Kabel banana-banana (1 buah)
d. Kabelmultimeter (1 buah)
e. Multimeter (1 buah)
f. Power supply var. max. 25 v (1 buah)
g. Single lamp modul (1 buah)
2. Bahan-bahanPraktikum
a. Dioda 1N4007 (1 buah)
b. Resistor 220 ꭥ/2 watt (1 buah)

C. LANDASAN TEORI
Resistansistatis R diode didefinisikan sebagai perbandingan V/I dari tegangan
kearus. Resistansi R sama dengan kebalikan kemiringan garis yang menghubungkan titik
kerja dengan pangkal koordinat. Resistansi statis sangat luas berubah menurut harga V dan I
dan merupakan parameter yang tidak banyak digunakan (Millman, 1993:36).
Batas antara bahan tipe p dan tipe n disebut persambungan (junction), karena gaya
tolak menolak antara sesamanya, electron-elektron bebas disebelah n dari persambungan
cenderung untuk berdifusi (menyebar) kesegala penjuru, dan sebagiannya akan berdifusi
melintasi persambungan, bila suatu electron memasuki daerah p, electron ini menjadi
pembawa minoritas, dengan dikelilingi oleh lubang-lubang yang berjumlah besar, pembawa
minoritas tersebut tidak akan berumur panjang dan dengan cepat akan masuk atau jatuh
kedalam salah satu lubang disekitarnya, lubang bersangkutan akan lenyap dan electron bebas
tersebut menjadi electron valensi (Malvino, 1985:21).
Berikut gambar yang menunjukkan distribusi medan listrik di dalam hubungan p-n
ketika tegangan panjar mundur diubah.

Gambar distribusi medan listrik dengan mengubah tegangan panjar mundur.


Dimana ketika tegangan panjar mundur ditingkatkan dari 0 V ke 5 V, besar medan
listrik pada hubungan (pada x=0) meningkat dari 9.7 Kv/cm ke 29.4 Kv/cm. Silikon
memiliki medan listrik break down sebesar 500 Kv/cm dan jika medan listrik lebih besar
dari harga tersebut, efek tunel akan terjadi (Fadliondi, 2013:55-56).

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Diperiksa dioda yang akan digunakan. Lalu tentukan elektroda anoda dan katodanya.
2. Dibuat rangkaian seperti di bawah ini. Gunakan dioda 1N4007. Amati apa yang terjadi.
3. Diubah polaritas dioda. Amati yang terjadi.
4. Dibuat kesimpulan dari hasil 2 dan 3.
5. Dibuat rangkaian seperti gambar di bawah ini. Gunakan diode 1N4007.

6. Diatur tegangan input DC sebesar 5 V. Lalu diukur tegangan pada diode menggunakan
multimeter DC. Dicatat hasil pengukuran pada tabel.

E. HASIL PENGAMATAN
1. Percobaan Pertama

Dioda Lampu

Panjar maju Menyala


Panjar mundur Tidak menyala
2. Percobaan kedua

Tegangan Input (V) Tegangan Output (V)


6.0 0.71
5.5 0.71
5.0 0.71
4.5 0.70
4.0 0.70
3.5 0.69
3.0 0.68
2.5 0.67
2.0 0.66
1..5 0.64
1.0 0.60
0.5 0.46
0 0

F. ANALISIS DATA
1. Percobaan Pertama
a. Rangkaian Panjar Maju

Hasil:
b. Rangkaian Panjar Mundur

Hasil :
2. Percobaan Kedua
Diketahui :
R : 220 Ω
Vin : 6,0 V
Vout : 0,71 V
Ditanya : r = ……?
Jawab :
r
V out = V
R❑ +r ¿
V out ( R+r ) =r .V ¿
V out . R +V out .r =r . V ¿
V out . R=r . V ¿ −r .V ¿
V out . R=r (V ¿−V out )
V out . R
=r
V ¿−V out

V out . R
r=
V ¿ −V out
0,71V .220 Ω
¿
6,0V .0,71 V
156,2VΩ
¿
5,29 V
¿ 29,53 V

No. Vin(V) Vout(V) r(Ω ) r (Ω) (r −r ¿(Ω) 2


(r −r ) (Ω)
2

1. 6.0 0.71 29,53 270,53 243 28082,25


2. 5.5 0.71 32,61 270,53 237,92 56606,12
3. 5.0 0.71 36,41 270,53 234,12 54812,05
4. 4.5 0.70 40,53 270.53 230 52901,69
5. 4.0 0.70 46,67 270,53 222,86 50114,79
6. 3.5 0.69 54,02 270,53 216,51 46875,99
7. 3.0 0.68 64,48 270,53 206,05 42455,47
8. 2.5 0.67 80,55 270.53 289,98 36093,75
9. 2.0 0.66 100,36 270,53 162,17 26299,69
10. 1.5 0.64 163,72 270,53 106,81 11408,18
11. 1.0 0.60 330 270,53 -59,47 3536,68
12. 0.5 0.46 2530 270.53 -2259,47 5105204,68
13. 0 0 0 270.53 270,59 75186,48
Jumlah 3516,87 5617577,48

 Rata−rata¿ r=
∑r
r
3516,87 Ω
¿
13
¿ 270,53 Ω
 Standar deviasi (SD)

SD=
√ ∑ ( F−F )2
n−1

√√
2
5617577,82 Ω
¿
13−1
2
¿ 468131,49 Ω
¿ 648,20 Ω
 Error
SD
%error = x 100 %
r
684,20 Ω
¿ x 100 %
270,53 Ω
¿ 253 %

G. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahas tentang diode semikonduktor. Pada praktikum ini dilakukan
dua percobaan yaitu pengujian karakteristik rangkaian diode panjar maju dan panjar mundur
serta perhitungan nilai resistansi dioda. Percobaan pertama pada diode panjar maju dhasilkan nya
lampu pada rangkaian tesebut. Hal tersebut membuktikan bahwa pada rangkaian tersebut listrik
menjadi tertarik ke kutub yang berlawanan, sehingga memungkinkan pergerakan electron di
dalam diode dan kemudian menghasilkan arus listrik pada rangkaian tertutup. Percobaan pada
rangaain diode panjar mundur tidak membuat lampu menyala karena tidak ada arus yang
mengalir. Pemberian tegangan mengakinatkan ion-ion penghalang tertarik ke kutubnya masing-
masing sehingga tidak memungkinkan terjadinya pergerakkan electron dan juga megakibatkan
tidak ada arus listrik yang mengalir pada rangkaian.
Pada percobaan kedua, didapatkan hasil pengamtan seperti yang bisa dilihat pada table
3.3 pada table tersebut dapat diketahui bahwa semakin kecil nilai tegangan masukkan maka nilai
tegangan keluaran yang dihasilkan semakin kecil pula nilai tegangan keluaran lebih kecil dari
tegangan masukkan karena terdapat resistor yang menghambat tegangan yang masuk. Selain itu,
di dapatkan nilai resitansi yang berbanding terbalik dengan tegangan maskkan dan tegangan.
Perhitungan nilai resistansi didapatkan persentasi error sekitar 253%.

H. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
a. Pada rangkaian diode panjar maju terdapat aliran arus listrik karena ion-ion
penghalang tertarik ke kutub yang berlawanan (tegangan penghalang mengecil)
sehingga memungkinkan electron bergerak. Adanya arus listrik pada rangkaian panjar
maju dibuktikan dengan menyalanya lampu pada rangkaian tersebut, sebaliknya pada
rangkaian diode panjar mundur tidak terdapat arus listrik sehingga lampu tidak
menyala karena diakibatkan ion-ion penghalang tertarik ke kutub masing-masing.
b. Hasil perhitungan nilai resistansi dari diode semikonduktor pada tegangan masukan
tinggi ke rendah (dari 6 volt sehingga 0 volt) berturut-turut 29,53 Ω, 32,61 Ω, 36,41 Ω,
40,53 Ω, 46,67 Ω, 54,02 Ω, 64,48 Ω, 80,55 Ω, 108,36 Ω, 163,72 Ω, 330 Ω, 2530 Ω, dan
0 Ω. Rata nilai resistansi diode tersebut sebesar 270,53 Ω.
2. Saran
a. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus memahami konsep dan prinsip kerja
diode semikonduktor, alat ukur yang digunakan, besaran dan satuan agar praktikum
berjalan lancer.
b. Praktikan harus bekerja dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
pengumpulan data.
ACARA IV
PENYEARAH GELOMBANG

A. PENDAHULUAN
1. Tujuan Praktikum
a. Memperlihatkan gelombang keluaran pada osiloskop.
b. Mempelajari rangkaian penyearah gelombang.
c. Membandingkan hasil percobaan dengan secara teoritis.
2. Waktu Praktikum
Senin, 17 Desember 2018
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram

B. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat praktikum
a. Breadboard
b. Kabel banana alligator
c. Kabel jumper
d. Kabel multimeter
e. Multimeter
f. Osiloskop
g. Passive Probe
h. Power supply 12 V AC
2. Bahan-bahan praktikum
a. Dioda 1N4007
b. Elco 220 HF/25 V
c. Resistor 100 ohm/2 watt
C. LANDASAN TEORI
Kita dapat memperoleh penyearah gelombang dengan dua cara, cara pertama
memerlukan transformator dengan sedapan pusat. Cara lain untuk mendapatkan keluaran
gelombang penuh adalah dengan menggunakan 4 dioda. Penyearah seperti ini disebut
penyearah jempatan, untuk penyearah jempatan tampak tranformator tidak memerlukan
adanya CT. Bahkan bila diode yang digunakan mempunyai kemampuan tegangan yang
cukup tanpa transformatorpun penyerah ini digunakan (Sutrisno.1985 : 94).
Salah satu rangkain dasar dalam elektronika adalah rangakain penyearah.
Rangkaian ini terdiri dari satu atau beberapa diode. Diode merupakan komponen elektronika
yang paling sederhana, yang tersusun dari dua jenis semikonduktor yaitu semikonduktor
jenis N dan jenis P. Salah satu penggunaan diode adalah untuk aplikasi penyearah, untuk
mengurangi besarnya tegangan sampai ke diode digunakan trafo, yang kumparan primernya
dapat langsung dihubungkan ke jalan-jalan listrik. Jumlah lilitan kumparan kedua harus di
hitung sedemikian rupa sehingga tegangan sekundernya masih dalam batas tegangan diode
yang diperkenankan. Pada saat arus bolak-balik mengalir positif pada setengah panjang
gelombang pertama sesuai arah panah diode, diode akan mengalirkan arus, osiloskop adalah
piranti pengujian yang sangat serbaguna yang dapat digunakan dalam beragam pengukuran
dimana aplikasi pentingnya adalah tampilan bentuk gelombang tegangan terhadap waktu
(Woolard. 2006:36).
Agar tegangan penyearah gelombang AC lebih rata dan menjadi tegangan DC, maka
dipasang filter kapasitor pada bagian output rangkaian penyearah. Fungsi kapasitor pada
rangkaian diatas dapat menekan ripple yang terjadi dari proses penyearah gelombang AC.
Setelah dipasang filter kapasitor maka output dari rangkaian penyearah gelombang penuh ini
akan menjadi tegangan DC (Zainal,Abidin.2015).

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Percobaan setengah gelombang
a. Dibuat rangkaian pada gambar dibawah ini!
b. Dipasang osiloskop pada keluaran rangkain, kemudian diamati gambar yang terjadi!
Diukur tegangan keluaran rangkain (tegangan DC) dengan menggunakan multimeter.
c. Dicatat hasil pengukuran pada tabel yang telah disiapkan.
2. Penyearah gelombang penuh
a. Dibuat rangkain pada gambar di bawah ini! Gunakan diode 1N4007.

b. Dipasang osiloskop pada keluaran rangkaian kemudian diamati bentuk gelombang


keluarannya, diukur teganggan keluaran rangkaian menggunakan multimeter .
c. Dicatat hasil pengukuran pada tabel yang telah disiapkan.
d. Ditambahkan kapasitor elektrolit 220/25 V pada keluaran.
e. Dipasang osiloskop pada keluaran rangkaian, kemudian diamati bentuk gelombang
keluarannya,
f. Diukur tegangan keluarannya rangkaian menggunakan multimeter.
d. Dicatat hasil pengukuran pada tabel yang telah disiapkan.

E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan bentuk gelombang pada osiloskop

Volt/div Y puncak keterangan


Vout 1 5 3,4 Gelombang searah setengah penuh
Vout 2 5 3,2 Gelombang searah penuh
Vout 3 5 3 Gelombang searah penuh
Keterangan
Vout 1 = untuk penyearah setengah gelombang
Vout 2 = untuk penyearah gelombang penuh
Vout 3 = untuk penyearah gelombang penuh dengan tapis kapasitor

F. ANALISIS DATA

1. Penyearah setengah gelombang


- Vout = ypuncak x Volt/div
= 3,4 x 5
= 17 Volt
Vrms = Vout/ π
17
=
3,14
= 5,41 Volt
Tabel hasil pengamatan dan perhitungan
Bentuk gelombang pada osiloskop Vout (Volt)
5,15

3. Penyearah gelombang
Volt
Vout = y puncak ×
¿
= 3,2 ×
= 16 V

Vout
Vrms ¿ ×
π

16
= ×2
3,14

= 10,19 V

Tabel hasil pengamatan dan perhitungan


Bentuk gelombang pada osiloskop Keterangan
9,62

4. Penyearah gelombang penuh dengan tapis kapasitor


Volt
Vp¿ ypuncak ×
¿

¿ 3 ×5

¿ 15 Volt

Berdasarkan teori

Vp
Vrpp ¿
2 fRC

15
¿
2 ( 50 Hz ) ( 100 o h m ) ( 6,8 × 10−4 )

= 2,2 Volt

1
Vout = Vp - Vrpp
2

= 15 V – ½ ×22 V

= 13,9 Volt

Hasil pengamatan

Vout = 15,12 V

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum penyerah setengah gelombang diperoleh hasil Vout = 17 volt, Vrms
= 5,41V. Berdasarkan percobaan tersebut juga menggunakan div = 5 Volt, dalam hal ini
gelombang bergerak terlalu cepat dan sulit diamati, namun gelombang meningkat seiring
dengan turunnya frekuensi sinyal. Hal ini menunjukkan bahwa div berbanding terbalik
dengan frekuensi.
Pada percobaan kedua yaitu penyearah gelombang penuh didapatkan hasil melalui
pengamatan osiloskop y puncak sebesar 3,2 div dan Vout 16 Volt dan Vrms 10,19 Volt.
Perhitungan tegangan DC pada penyearah gelombang penuh bias dikatakn dua kali dari
penyearah setengah gelombang. Hal ini karena semua siklus AC yang dikeluarkan. Jadi
besarnya tegangan output dari penyearah system gelombang penuh adalah dua kali.
Pada percobaan ketiga yaitu penyearah gelombang penuh dengan tapis kapasitor
mendapatkan perhitungan Vout 13,9 Volt dengan y puncak 3 dan div sebesar 5 Volt,
sedangkan Vrms 2,2 Volt dari hasil pengamatan Vout dan 2fRc dan yang terakhir adalah
13,9 Volt. Berdasarkan bentuk gelombang masukan yaitu sinusoida, sedangkan pada
gelombang keluaran terlihat lebih halus namun sulit diamati akibat adanya gangguan pada
alat yang digunakan dan adanya factor dari kapasitor yang tersimpan. Apabila muatan pada
kapasitor tersebut dikeluarkan maka muatan yang tersimpan saat tidak ada muatan listrik,
kapasitor sudah terisi lagi oleh muatan listrik dan dihasilkan gelombang seperti hasil
pengamatan yang telah dilakukan.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Gelombang keluaran pada osiloskop dibuat dari diode, dimana diode digunakan untuk
mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC). Besarnya keluaran akan
mengikuti masukan saat berda di dalam tanah.
b. Komponen utama dalam penyearah gelombang adalah diode yang dikonfigurasikan
secara forward bias. Dalam sebuah power supply tegangan rendah, sebelum tegangn
DC mak tegangan AC tersebut perlu diturunkan menggunakan transformator
stepdown.
c. Pada prinsipnya yang diinginkan pada keluaran penyearah adalah hanya komponen
DC, maka perlu adanya penyaringan atau membuang komponen Ac tapis penyearah
dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama memasang kapasitor dan yang kedua
memasang inductor.
2. saran
Diharapkan pada praktikum agar memiliki kerja sama tim baik dan diharapkan untuk
alat-alat yang digunakan tidak ada hambatan atau keadaan rusak.

DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno. 1985. Fisika modern jilid II . Jakarta : Erlangga.

Woolard. 2006. Fisika Teori dan Penerapan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Zainal, Abidin. 2015. Pemodelan Power Supply DC dengan Multisim 12.10 sebagai Media
Pembelajaran. Jurnal Teknika. Volume : 7

Anda mungkin juga menyukai