A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mengukur tegangan keluaran rangkaian tanpa beban dan dengan beban.
b. Membandingkan nilai tegangan keluaran rangkaian tanpa beban dan dengan beban.
2. Waktu Praktikum
Senin, 16 September 2019
3. Tempat praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.
C. LADASAN TEORI
Hukum ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar aus listrik yang mengalir melalui
hokum ohm apabila sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda pontesial yang
diterapkan kepadanya. Sebuah beda pengantar dikatakan melalui nilai resitansinya tidak
bergantung terhadap besar dan polarisasi beda pontesial yang dikenakan kepadanya.
Walapun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar namun istilah
“hukum” tetap digunakan dengan alasan sejarah. Secara sistimtika hukum ohm
diekspresikan dengan persamaan (Halliday,1987 : 107).
V=IXR
Seperangkat resistor terhubung seri seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini
disebut perbandingan tegangan (voltage disader). Konsep ini berlaku bukan saja untuk
resistor pada gambar ini tetapi berlaku juga untuk impedansi yang terhubung seri
R1
Vin = Vout
R1 + R2 + R3
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pembagi Tegangan dengan Resistor dan Pembebanan
a. Dibuat rangkaian seperti gambar didawah ini. Diukur tegangan keluaran (VAB)
dimana elektroda + ke A dengan elektroda – ke B
b. Ditambahkan keluaran pada rangkaian diatas resistor 10 kOhm. Resistor ini disebut
beban. Kemudian diukur VAB
2. Pembagi Tegangan Dengan Beban Potesiometer dan Pembebanan
a. Diambil baterai 9V, resistor 10kΩ, dan potensiometer 10 kΩ, kemudian disusun
rangkaian seperti gambar dibawah ini
E. HASIL PENGAMATAN
1. Pembagian Tegangan Tanpa Beban
No R1 (KΩ) R2 (KΩ) Vab (volt)
1. 10 22 4
2. 100 22 8,1
3. 100 10 8
2. Pembagi Tegangan dengan Beban
N0 R1 (KΩ) R2 (KΩ) RL (KΩ) Vab (volt)
1. 10 22 10 2,5
2. 100 22 10 5
3. 100 10 10 5
F. ANALISIS DATA
1. Pembagian Tegangan Tanpa Beban
Diketahui :
R1 = 10 kΩ
R2 = 22 kΩ
Vin = 9 Volt
Ditanya : Vab = ….?
Jawab :
R2
V ab= V
R 1 + R2 ¿
22kΩ
¿ 9V
10 kΩ+ 22kΩ
22kΩ
¿ 9V
32kΩ
¿ 6 , 1875 V ≈ 6,2 V
Diketahui :
R1 = 10 kΩ
R2 = 22 kΩ
R3 = 10 kΩ
Ditanya : Vab = ….?
Jawab :
R 2∨¿ R L
V ab=
R1 + R2∨¿ R L
Dicari dulu R2 || RL
R2 × R L
R1∨¿ R2 =
R 2 + RL
12kΩ ×10 kΩ
¿
12 kΩ+10 kΩ
220 kΩ
¿
32 kΩ
¿ 6,9 kΩ
R1∨¿ R1
V av = V
R1 + R2∨¿ R L ¿
6,9 kΩ
¿ 9V
10 kΩ+ 6,9 kΩ
6,9 kΩ
¿ 9V
16,9 kΩ
62,1
¿ V
16,9
¿ 3,7 V
Diketahui :
Vin = 9 Volt
Vbd = 9 Volt
Vcd = 8 Volt
Ditanya : RP total = ….?
Jawab :
V bd
V P1= ×10 kΩ
V¿
8V
¿ ×10 kΩ
9V
80
¿ kΩ
9
¿ 8,8 kΩ
V cd
R P2= ×10 kΩ
V¿
8V
¿ ×10 kΩ
9V
80
¿ kΩ
9
¿ 8,8 kΩ
R Ptotal =R P1+ R P2
¿( 8,8+8,8)kΩ
¿ 17,6 kΩ
G. PEMBAHASAN
Praktikum pembagi tegangan dan pembebanan memiliki dua tujua yaitu, mengukur
tegangan keluaran rangkaian tanpa beban dan dengan beban dan membandingkan nilai
tegangan keluaran tanpa beban dan dengan beban. Praktikum kali ini berlangsung dalam 3
tahapan, yaitu yang pertama mengukur tegangan keluaran (Vab) tanpa beban. Kemudian yang
kedua mengukur tegangan keluaran menggunakan beban 10 kΩ . Terakhir mengukur
tegangan dengan potensiator dan pembebanan. Pembagi tegangan yang lebih rendah.
Dengan hanya menggunakan dua resistor yang dipasang secara seri dan dengan sebuah input
tegangan, maka tegangan keluaran (output) dapat dhasilkan.
Pada percobaan pertama, yaitu mengukur tegangan keluaran (V ab tanpa beban,
berdasarkan hasil pengamatan pada (table 1.1) besarnya nilai tegangan keluaran (Vab)adalah
skala yang ditunjukan oleh jarum voltmeter. Dengan menggunakan 3 buah resistor yang
divariasikandiantaranya (10kΩ , 22kΩ , dan 100kΩ ). Dari resistor-resistor tersebut diambil 2
resistor yang nantinya diserikan. Dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali dengan tegangan
sumber yang nantinya diserikan. Dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali dengan tegangan
sumber yang ditetapkan yaitu 9 Volt. Besarnya nilai (Vab) untuk ketiga pengukuran tersebut
selalu lebih kecil dari tegangan sumbernya. Hal ini terjadi karena rangkaian memiliki
hambatan yaitu R1 dan R2. Sehingga besarnya tegangan keluaran yang dibaca lebih kecil dari
tegangan sumber, selain itu rangkaian ini menggunakan sumber tegangan tetap (power
supply 9 Volt) yaitu sebuah sumber tegangan dimana nilai tegangannya tidak akan turun
walau diberi beban berapa pun karena yang diukur adalah GGL. Jika dibandingkan besar
teganan keluaran (Vab) berdasarkan hasil analisis data (table 1.4) didapatkan perbedaan.
Perbedaan ini didasari pada keterbatasan alat ukur yang digunakan sehingga tidak bisa
menghasilkan nilai tegangan yang sebenarnya.
Pada percobaan kedua, yaitu mengukur tegnagan keluaran (Vab) dengan beban.
Untuk hasil pengamatannya dapat dilihat pada (table 1.2). hambatan yang digunakan
dipolakan sama dengan percobaan pertama, begitu juga dengan sumber tegangan yang
digunakan. Jika diandingkan hasil pengukuran tegangan keluaran denga beban dan tanpa
beban, maka hasilnya berbeda dimana besar tegangan keluran dengan beban lebih kecil dari
pada tegangan keluaran tanpa beban. Perbedaan ini diakibatkan oleh keberadaan hambatan
beban (RL) yang menyebabkan rangakaian menjadi tertutup, sehingga timbullah arus pada
rangaian. Selain itu, hambatan beban (RL) bisa menghambat arus yang mengalir pada
rangkaian, sehingga tegangan keluaran yang denga beban yang terbaca menjadi lebih kecil
daripada tanpa beban. Sedangkan untuk hasil perhitungan melalui analisis data di dapatkan
hasil yang berbeda dengan skala yang ditunjukkan oleh voltmeter. Perbedaan ini dapat
dilihat pada (table 1.5). haini didasari oleh keterbatasan alat ukur sehingga nilai (V ab) yang
dihasilkan berbeda dengan nilai yang diperoleh saat pengamatan dengan voltmeter. Peril
diingat bahwa beban R1 yang dipasang haruslah dirangkai secara pararel terhadap R2 dan seri
terhadap R3 sebab pemasangan RL yang salah akan memepngaruhi besar tegangan keluran
yang dihasilkan.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Nilai tegangan keluaran tanpa beban secara perhitungan dan dengan menggunakan
voltmeter sama yaiu 6,6 volt, 4,8volt, dan 2,8 volt. Untuk nilai tegangan keluaran
dengan beban secara perhitungan yaitu 3,91 volt, 3,91 volt, dan 1,78 volt. Sedangkan
hasil yang didapat secara praktikum atau menggunakan voltmeter yaitu 3,8 volt, 3,8
volt, dan 1,74 volt.
b. Nilai keluaran tanpa beban lebih besar dari pada nilai tegangan keluaran dengan
beban. Hal ini dikarenakan R2 paralel dengan RL sehingga nilai paralelnya itu lebih
kecil dari pada R2.
2. Saran
Praktikan harus lebih teliti lagi saat membaca skala pada voltmeter dalam menggukur
tegangan agar sesuai dengan perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Fahanani, Agwin Fahmi, dkk. 2014. Rancangan Bangunan Pemantau Baterai Pada Base
Transceiver station (BTS) Melalui Fasilitas SMS. Jurnal Teknik Elektro.
Nahvi, Muhammad dan joseph Edwinister. 2004. Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.
ACARA II
RANGKAIAN THEVENIN DAN NORTON
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. TUJUAN PRAKTKUM
a. Mengukur tegangan keluaran dari pembagi tegangan dengan beban dan tanpa beban.
b. Mengukur hambatan Thevenin dan Norton.
c. Mengukur tegangan keluaran Thevenin dan Norton.
2. Waktupraktikum
Selasa, 4 Desember 2018
3. Tempatpraktikum
Lantai II, Laboraturium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.
C. LANDASAN TEORI
Suatu persoalan pada rangkaian listrik, bukanhanya dapat dipecahkan dengan hukum-
hukum dasar atau konsep dasar ataupun dengan bantuan suatu analisis tertentu, tetapi
menyelesaikan persoalan yang muncul pada rangkaian listrik dapat juga dilakukan juga
dengan menggunakan teorema tertentu, salah satunya Teorema Thevenin dan Norton. Pada
rangkaian Thevenin, berlaku bahwa suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan
sebuah impedansi ekuivalennya pada terminal yang diamati.Tujuan sebenarnya dari
teorema ini adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian yaitu membuat rangkaian
pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan suatu rangkaian
impedansi ekuvalennya.
Gambar 2. 1 Gambar 2.2 Gambar 2.3
Gambar 2.4
sedangkan pada rangkaian Norton, berlaku bahwa suatu rangkaian listrik dapat
disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber arus yang dihubungkan dengan
sebuah impedansi ekivalennya pada dua terminal yang diamati. Tujuan untuk
menyederhanakan analisis rangkaian pengganti yang berupa sumber arus yang diparalelkan
dengan suatu impedansi ekivalennya (Ramdhani, 2005 : 166- 169).
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Untuk hubungan dua terminal seperti pada gambar 2.6, satu bagian disebut seksi sumber
dan bagian lain disebut seksi beban. Pengertian seksi sumber adalah bagian rangkaian yang
mengandung sumber dan bukan hanya satu sumber saja . Sinyal listrik dikirimkan dari seksi
sumber dan diberikan kepada seksi sumber dan seksi beban. Interaksi antara seksi sumber
dan seksi beban , merupakan salah satu masalah utama yang dibahas dalam analisis dan
rancangan rangkaian listrik. Rangkaian seksi sumber dapat digantikan dengan rangkaian
ekivalen Thevenin atau rangkaian ekivalen Norton. Kondisi yang diperlukan agar rangkaian
ekivalen ini ada, dikatakan secara formal sebagai suatu teorema. Teorema Thevenin
menyatakan bahwa jika rangkaian seksi sumber pada hubungan dua-terminal adalah linear,
maka sinyal pada terminal interkoneksi tidak akan berubah jika rangkaian seksi sumber itu
digantikan dengan rangkaian ekivalen Thevenin, dan teorema Norton menyatakan bahwa
jika rangkaia seksi sumber pada hubungan dua terminal adalah linear, maka sinya pada
terminal interkoneksi tidak akan berubah jika rangkaian seksi sumber itu diganti dengan
rangkaian ekivalen Norton. Karena kedua rangkaian ekivalen itu dapat menggantikan satu
macam seksi sumber maka kedua rangkaian ekivalen itu harus memiliki ekiuvalen itu harus
mempunyai karakteristik i-v yang sama. Hal itu berarti bahwa keadaan terbuka, V TH =IN . RN ;
dan dalam keadaan hubung singkat IN =VT/RT. Kedua hal ini mengharuskan VT =IN . RN=RT
yang berarti RN harus sama dengan RT. Jadi parameter rangkaian ekivalen Thevenin maupun
Norton dapat diperoleh dengan mencari tengangan hubungan terbuka (VHT ) dan arus hubung
singkat (INT) diterminal seksi sumber jadi, (Sudirham, 2012:128-130).
D. PROSEDUR PERCOBAAN
b. Tanpa Beban
1. Dicabut resistor R2 pada gambar dengan beban sehingga tampak seperti gambar
dibawah ini .
E. HASIL PENGAMATAN
1. Rangkaian pembagi tegangan
a. Dengan beban
Tabel 1.1 tegangan pada rangkaian pembagi tegangan dengan beban
Vin(V) R1 (kΩ) R2 (kΩ) R3 (kΩ) Vout (V)
12 0,1 10 0,1 6
b. Tanpa beban
Tabel 2.1 tegangan pada rangkaian pembagi tegangan tanpa beban
Vin (V) R1 (kΩ) R3 (kΩ) Vout (V)
12 0,1 0,1 6
0,1 10 0,1 10
Percobaan II
Tabel 4.3 tegangan keluaran tanpa beban
Vin (V) RTH (kΩ) Vout (V)
6 10 6
b. Dengan beban
Percobaan I
Tabel 4.2 tegangan keluaran dengan beban
Vin (V) RTH (kΩ) RL(kΩ) Vout (V)
6 4,7 × 10-3 10 6
Percobaan II
Tabel 4.4 tegangan keluaran dengan beban
Vin (V) RTH (kΩ) RL(kΩ) Vout (V)
6 10 10 3,2
F. ANALISIS DATA
1. Rangkaian pembagi tegangan
a. Dengan beban
Diketahui :
Vin = 12 V
R1 = 0,1 kΩ
R2 = 10 kΩ
R3 = 0,1 kΩ
Ditanya : Vout = ….?
Jawab :
R3
V out = V¿
R1 + R3
0,1 kΩ
¿ 12V
0,1 kΩ+ 0,1kΩ
0,1 kΩ
¿ 12V
0,1 kΩ
1
¿ 12V
2
¿6V
b. Tanpa Beban
Diketahui :
Vin = 12 V
R1 = 0,1 kΩ
R2 = 0,1 kΩ
Ditanya : Vout = ….?
Jawab :
R2
V out = V¿
R1 + R2
0,1 kΩ
¿ 12V
0,1 kΩ+ 0,1kΩ
0,1 kΩ
¿ 12V
0,2 kΩ
1
¿ 12V
2
¿6V
2. Mengukur hambatan Thevenin dan Norton
Dikerahui :
R1 = 0,1 kΩ
R2 = 10 kΩ
R3 = 0,1 kΩ
Ditanya : RTH = ….?
Jawab :
1 1 1
= +
R 1∨¿ R3 R 1 R 3
1 R 1 + R3
=
R 1∨¿ R3 R 1 × R 3
R × R3
R1∨¿ R3 = 1
R1 + R3
RTH =R1∨¿ R3 + R2
R1× R3
¿ + R2
R1 + R 3
0,1 kΩ× 0,1kΩ
¿ +10 kΩ
0,1 kΩ+0,1 kΩ
2
0,1(kΩ)
¿ +10 kΩ
0,2 kΩ
¿ 0,05 kΩ+10 kΩ
¿ 10,05 kΩ
DAFTAR PUSTAKA
Kanayakan D-30 .
Yuliana, Eka., Aris Widodo., Bactera Indarto . 2014 . Theorema Thevenin dan
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. TujuanPraktikum
a. Mengetahuikarakteristikrangkaiandiodapanjarmajudandiodapanjarmundur.
b. Menghitungnilairesitansidaridiodasemikonduktor.
2. WaktuPraktikum
Selasa, 11 Desember 2018
3. TempatPraktikum
Lantai II, LaboratoriumFisikaDasar, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlam,
UniversitasMataram.
C. LANDASAN TEORI
Resistansistatis R diode didefinisikan sebagai perbandingan V/I dari tegangan
kearus. Resistansi R sama dengan kebalikan kemiringan garis yang menghubungkan titik
kerja dengan pangkal koordinat. Resistansi statis sangat luas berubah menurut harga V dan I
dan merupakan parameter yang tidak banyak digunakan (Millman, 1993:36).
Batas antara bahan tipe p dan tipe n disebut persambungan (junction), karena gaya
tolak menolak antara sesamanya, electron-elektron bebas disebelah n dari persambungan
cenderung untuk berdifusi (menyebar) kesegala penjuru, dan sebagiannya akan berdifusi
melintasi persambungan, bila suatu electron memasuki daerah p, electron ini menjadi
pembawa minoritas, dengan dikelilingi oleh lubang-lubang yang berjumlah besar, pembawa
minoritas tersebut tidak akan berumur panjang dan dengan cepat akan masuk atau jatuh
kedalam salah satu lubang disekitarnya, lubang bersangkutan akan lenyap dan electron bebas
tersebut menjadi electron valensi (Malvino, 1985:21).
Berikut gambar yang menunjukkan distribusi medan listrik di dalam hubungan p-n
ketika tegangan panjar mundur diubah.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Diperiksa dioda yang akan digunakan. Lalu tentukan elektroda anoda dan katodanya.
2. Dibuat rangkaian seperti di bawah ini. Gunakan dioda 1N4007. Amati apa yang terjadi.
3. Diubah polaritas dioda. Amati yang terjadi.
4. Dibuat kesimpulan dari hasil 2 dan 3.
5. Dibuat rangkaian seperti gambar di bawah ini. Gunakan diode 1N4007.
6. Diatur tegangan input DC sebesar 5 V. Lalu diukur tegangan pada diode menggunakan
multimeter DC. Dicatat hasil pengukuran pada tabel.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Percobaan Pertama
Dioda Lampu
F. ANALISIS DATA
1. Percobaan Pertama
a. Rangkaian Panjar Maju
Hasil:
b. Rangkaian Panjar Mundur
Hasil :
2. Percobaan Kedua
Diketahui :
R : 220 Ω
Vin : 6,0 V
Vout : 0,71 V
Ditanya : r = ……?
Jawab :
r
V out = V
R❑ +r ¿
V out ( R+r ) =r .V ¿
V out . R +V out .r =r . V ¿
V out . R=r . V ¿ −r .V ¿
V out . R=r (V ¿−V out )
V out . R
=r
V ¿−V out
V out . R
r=
V ¿ −V out
0,71V .220 Ω
¿
6,0V .0,71 V
156,2VΩ
¿
5,29 V
¿ 29,53 V
Rata−rata¿ r=
∑r
r
3516,87 Ω
¿
13
¿ 270,53 Ω
Standar deviasi (SD)
SD=
√ ∑ ( F−F )2
n−1
√√
2
5617577,82 Ω
¿
13−1
2
¿ 468131,49 Ω
¿ 648,20 Ω
Error
SD
%error = x 100 %
r
684,20 Ω
¿ x 100 %
270,53 Ω
¿ 253 %
G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang diode semikonduktor. Pada praktikum ini dilakukan
dua percobaan yaitu pengujian karakteristik rangkaian diode panjar maju dan panjar mundur
serta perhitungan nilai resistansi dioda. Percobaan pertama pada diode panjar maju dhasilkan nya
lampu pada rangkaian tesebut. Hal tersebut membuktikan bahwa pada rangkaian tersebut listrik
menjadi tertarik ke kutub yang berlawanan, sehingga memungkinkan pergerakan electron di
dalam diode dan kemudian menghasilkan arus listrik pada rangkaian tertutup. Percobaan pada
rangaain diode panjar mundur tidak membuat lampu menyala karena tidak ada arus yang
mengalir. Pemberian tegangan mengakinatkan ion-ion penghalang tertarik ke kutubnya masing-
masing sehingga tidak memungkinkan terjadinya pergerakkan electron dan juga megakibatkan
tidak ada arus listrik yang mengalir pada rangkaian.
Pada percobaan kedua, didapatkan hasil pengamtan seperti yang bisa dilihat pada table
3.3 pada table tersebut dapat diketahui bahwa semakin kecil nilai tegangan masukkan maka nilai
tegangan keluaran yang dihasilkan semakin kecil pula nilai tegangan keluaran lebih kecil dari
tegangan masukkan karena terdapat resistor yang menghambat tegangan yang masuk. Selain itu,
di dapatkan nilai resitansi yang berbanding terbalik dengan tegangan maskkan dan tegangan.
Perhitungan nilai resistansi didapatkan persentasi error sekitar 253%.
H. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
a. Pada rangkaian diode panjar maju terdapat aliran arus listrik karena ion-ion
penghalang tertarik ke kutub yang berlawanan (tegangan penghalang mengecil)
sehingga memungkinkan electron bergerak. Adanya arus listrik pada rangkaian panjar
maju dibuktikan dengan menyalanya lampu pada rangkaian tersebut, sebaliknya pada
rangkaian diode panjar mundur tidak terdapat arus listrik sehingga lampu tidak
menyala karena diakibatkan ion-ion penghalang tertarik ke kutub masing-masing.
b. Hasil perhitungan nilai resistansi dari diode semikonduktor pada tegangan masukan
tinggi ke rendah (dari 6 volt sehingga 0 volt) berturut-turut 29,53 Ω, 32,61 Ω, 36,41 Ω,
40,53 Ω, 46,67 Ω, 54,02 Ω, 64,48 Ω, 80,55 Ω, 108,36 Ω, 163,72 Ω, 330 Ω, 2530 Ω, dan
0 Ω. Rata nilai resistansi diode tersebut sebesar 270,53 Ω.
2. Saran
a. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus memahami konsep dan prinsip kerja
diode semikonduktor, alat ukur yang digunakan, besaran dan satuan agar praktikum
berjalan lancer.
b. Praktikan harus bekerja dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
pengumpulan data.
ACARA IV
PENYEARAH GELOMBANG
A. PENDAHULUAN
1. Tujuan Praktikum
a. Memperlihatkan gelombang keluaran pada osiloskop.
b. Mempelajari rangkaian penyearah gelombang.
c. Membandingkan hasil percobaan dengan secara teoritis.
2. Waktu Praktikum
Senin, 17 Desember 2018
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Percobaan setengah gelombang
a. Dibuat rangkaian pada gambar dibawah ini!
b. Dipasang osiloskop pada keluaran rangkain, kemudian diamati gambar yang terjadi!
Diukur tegangan keluaran rangkain (tegangan DC) dengan menggunakan multimeter.
c. Dicatat hasil pengukuran pada tabel yang telah disiapkan.
2. Penyearah gelombang penuh
a. Dibuat rangkain pada gambar di bawah ini! Gunakan diode 1N4007.
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan bentuk gelombang pada osiloskop
F. ANALISIS DATA
3. Penyearah gelombang
Volt
Vout = y puncak ×
¿
= 3,2 ×
= 16 V
Vout
Vrms ¿ ×
π
16
= ×2
3,14
= 10,19 V
¿ 3 ×5
¿ 15 Volt
Berdasarkan teori
Vp
Vrpp ¿
2 fRC
15
¿
2 ( 50 Hz ) ( 100 o h m ) ( 6,8 × 10−4 )
= 2,2 Volt
1
Vout = Vp - Vrpp
2
= 15 V – ½ ×22 V
= 13,9 Volt
Hasil pengamatan
Vout = 15,12 V
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum penyerah setengah gelombang diperoleh hasil Vout = 17 volt, Vrms
= 5,41V. Berdasarkan percobaan tersebut juga menggunakan div = 5 Volt, dalam hal ini
gelombang bergerak terlalu cepat dan sulit diamati, namun gelombang meningkat seiring
dengan turunnya frekuensi sinyal. Hal ini menunjukkan bahwa div berbanding terbalik
dengan frekuensi.
Pada percobaan kedua yaitu penyearah gelombang penuh didapatkan hasil melalui
pengamatan osiloskop y puncak sebesar 3,2 div dan Vout 16 Volt dan Vrms 10,19 Volt.
Perhitungan tegangan DC pada penyearah gelombang penuh bias dikatakn dua kali dari
penyearah setengah gelombang. Hal ini karena semua siklus AC yang dikeluarkan. Jadi
besarnya tegangan output dari penyearah system gelombang penuh adalah dua kali.
Pada percobaan ketiga yaitu penyearah gelombang penuh dengan tapis kapasitor
mendapatkan perhitungan Vout 13,9 Volt dengan y puncak 3 dan div sebesar 5 Volt,
sedangkan Vrms 2,2 Volt dari hasil pengamatan Vout dan 2fRc dan yang terakhir adalah
13,9 Volt. Berdasarkan bentuk gelombang masukan yaitu sinusoida, sedangkan pada
gelombang keluaran terlihat lebih halus namun sulit diamati akibat adanya gangguan pada
alat yang digunakan dan adanya factor dari kapasitor yang tersimpan. Apabila muatan pada
kapasitor tersebut dikeluarkan maka muatan yang tersimpan saat tidak ada muatan listrik,
kapasitor sudah terisi lagi oleh muatan listrik dan dihasilkan gelombang seperti hasil
pengamatan yang telah dilakukan.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Gelombang keluaran pada osiloskop dibuat dari diode, dimana diode digunakan untuk
mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC). Besarnya keluaran akan
mengikuti masukan saat berda di dalam tanah.
b. Komponen utama dalam penyearah gelombang adalah diode yang dikonfigurasikan
secara forward bias. Dalam sebuah power supply tegangan rendah, sebelum tegangn
DC mak tegangan AC tersebut perlu diturunkan menggunakan transformator
stepdown.
c. Pada prinsipnya yang diinginkan pada keluaran penyearah adalah hanya komponen
DC, maka perlu adanya penyaringan atau membuang komponen Ac tapis penyearah
dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama memasang kapasitor dan yang kedua
memasang inductor.
2. saran
Diharapkan pada praktikum agar memiliki kerja sama tim baik dan diharapkan untuk
alat-alat yang digunakan tidak ada hambatan atau keadaan rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Woolard. 2006. Fisika Teori dan Penerapan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Zainal, Abidin. 2015. Pemodelan Power Supply DC dengan Multisim 12.10 sebagai Media
Pembelajaran. Jurnal Teknika. Volume : 7