Anda di halaman 1dari 24

JENIS SURAT BERHARGA DI DALAM KUHD

KONOSEMEN/BILL OF LADING

Dosen pengempu: Dr. Muhaimin,SH.,M.Hum

Disusun Oleh :
Heri Irawan Mandala Putra (D1A022430)

Mata Kuliah : Hukum Dagang


Kelas: G1

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik


Allah SWT. Berkat
limpahan dan rahmatnya
kami mampu
menyelesaikan tugas
makalah ini guna
memenuhi tugas mata
kuliah Teori portofolio &
Investasi yang berjudul
<Saham=. Dan tidak lupa
Shalawat dan Salam
selalu tercurah
kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW.
Dalam Penyusunan
makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang kami
hadapi, namun kami
menyadari bahwa
kelancaran dalam
penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan
orang tua serta teman–
teman, sehingga kendala–
kendala yang
kami hadapi teratasi.

Semoga makalah ini


dapat memberi wawasan
yang lebih luas dan
menjadi sumbangan
pemikiran kepada
pembacanya. Kami sadar
bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan
jauh dari sempurna. Untuk
itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta
masukannya demi
perbaikan pembuatan
makalah saya yang akan
dating dan mengharapkan
kritik dan saran
dari para pembaca.
Segala puji hanya milik
Allah SWT. Berkat
limpahan dan rahmatnya
kami mampu
menyelesaikan tugas
makalah ini guna
memenuhi tugas mata
kuliah Teori portofolio &
Investasi yang berjudul
<Saham=. Dan tidak lupa
Shalawat dan Salam
selalu tercurah
kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW.
Dalam Penyusunan
makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang kami
hadapi, namun kami
menyadari bahwa
kelancaran dalam
penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan
orang tua serta teman–
teman, sehingga kendala–
kendala yang
kami hadapi teratasi.

Semoga makalah ini


dapat memberi wawasan
yang lebih luas dan
menjadi sumbangan
pemikiran kepada
pembacanya. Kami sadar
bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan
jauh dari sempurna. Untuk
itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta
masukannya demi
perbaikan pembuatan
makalah saya yang akan
dating dan mengharapkan
kritik dan saran
dari para pembaca.
Segala puji hanya milik
Allah SWT. Berkat
limpahan dan rahmatnya
kami mampu
menyelesaikan tugas
makalah ini guna
memenuhi tugas mata
kuliah Teori portofolio &
Investasi yang berjudul
<Saham=. Dan tidak lupa
Shalawat dan Salam
selalu tercurah
kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW.
Dalam Penyusunan
makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang kami
hadapi, namun kami
menyadari bahwa
kelancaran dalam
penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan
orang tua serta teman–
teman, sehingga kendala–
kendala yang
kami hadapi teratasi.

Semoga makalah ini


dapat memberi wawasan
yang lebih luas dan
menjadi sumbangan
pemikiran kepada
pembacanya. Kami sadar
bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan
jauh dari sempurna. Untuk
itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta
masukannya demi
perbaikan pembuatan
makalah saya yang akan
dating dan mengharapkan
kritik dan saran
dari para pembaca
Semua puja hanya milik Allah SWT. Berkat limpahan dan rahmatnya kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Dagang yang berjudul "JENIS SURAT BERHARGA DI DALAM
KUHD/KONOSEMEN/BILL OF LEADING". Dan tidak lupa shalawat dan salam
selalu tercurah kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW.
Dalam Penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi,
namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain
berkat bantuan dorongan dan bimbingan orang tua serta teman-teman, semoga
makalah ini dapat memberi wawasan yang lebih luas dan menjadi donatur pemikiran
kepada pembacanya.
Saya sadar bahwa makalah ini masih kekurangan jauh dari sempurna.Untuk
itu kepada dosen pengempu saya mengatakan meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah, saya mengharapkan kritik dan sebuah saran dari para pembaca.

Mataram, 16 Maret 2022

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan jarak jauh tidak memungkinkan bertemunya antara
pembeli dan penjual. Hal yang paling menentukan ialah perlindungan
kepentingan hukum pihak-pihak dan salah satu yang paling utama adalah
terjaminnya pembeli terhadap barang yang dibeli sesuai dengan yang dipesan
dan terjaminnya penjual dalam menerima uang hasil penjualan barang dari
pembeli. Sehingga perlu adanya pengangkutan suatu barang. Hal tersebut
dilakukan bukan hanya dengan menggunakan transportasi darat tetapi dapat
juga menggunakan transportasi laut. Dalam hal ini menggunakan kapal laut.
Dalam suatu perjanjian pengangkutan, terdapat suatu perjanjian antara
pengangkut dengan pihak kedua. Pihak kedua ini adalah pemilik
barang/penumpang/pengirim barang/penerima barang. Dalam perjanjian ini
pengangkut mengikatkan diri untuk mengangkut orang/barang ke suatu
tempat dengan selamat, dan pengangkut akan memperoleh imbalan dari pihak
kedua berupa upah pengangkutan.

Dalam pengangkutan pembayaran dilakukan dimana letak barang atau


apabila sudah diperjanjikan. Pembayaran dalam jual beli perniagaan ada
beberapa macam dokumen. Salah satu dokumen tersebut adalah Bill of
Lading yang di Indonesia sering disebut dengan konosemen. Konosemen
adalah surat tanda terima barang yang telah dimuat dalam kapal laut yang
juga merupakan tanda bukti kepemilikan barang juga sebagai bukti adanya
kontrak atau perjanjian pengangkutan barang melalui laut. Konosemen
merupakan dokumen pengapalan yang paling penting karena memiliki sifat
jaminan atau pengamanan. Sifat dasar dari perjanjian pengangkutan
merupakan perjanjian campuran (jasa dan pemborongan), timbal balik (para
pihak mempunyai kewajiban untuk melakukan dan berhak memperoleh
prestasi) dan konsensual (perjanjian pengangkutan sah terjadinya
kesepakatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan ruang lingkup bill of lading atau konosemen ?
2. Bagaimana bill of lading atau konosemen sebagai benda bergerak ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup bill of lading atau
konosemen.
2. Untuk mengetahui bill of lading atau konosemen sebagai benda
bergerak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Bill of Lading atau Konosemen
1. Pengertian Bill of Lading atau Konosemen

Konosemen atau Conosement berasal dari bahasa Belanda, dalam


bahasa Inggris Bill of Lading disingkat B/L, yang berarti surat
pengangkutan barang. Konosemen atau surat muatan atau Bill of Lading
adalah surat angkut yang memuat syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
pengangkutan yang disepakati oleh Pengirim dan Pengangkut. Konosemen
merupakan perjanjian yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
menuntut penyerahan barang bergerak yang diangkut. Konosemen disebut
sebagai perjanjian karena dalam Konosemen tercantum syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan pengangkutan yang disepakati oleh pihak Pengirim
dan Pengangkut1. Selain sebagai perjanjian, Konosemen dapat digunakan
sebagai surat berharga.

Purwosucipto mengatakan bahwa Konosemen adalah surat


berharga yang memuat kata “konosemen atau Bill of Lading” yang
merupakan bukti penerimaan barang dari pengirim, ditandatangani oleh
pengangkut dan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
penyerahan barang-barang yang disebut dalam konosemen itu.2

Menurut Gunawan Widjaja, Bill of Lading adalah suatu tanda


terima penyerahan barang yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran
sebagai tanda bukti pemilikan atas barang yang telah dimuat diatas kapal
laut oleh eksportir untuk diserahkan kepada importir.3

Menurut Tirtaamidjaja, Konosemen adalah sepucuk surat yang


diberi tanggal, yang berisi keterangan mengangkut, biasanya kapten kapal,
bahwa ia telah menerima barang-barang tertentu supaya diangkut
seluruhnya dan sebagian melalui laut ke suatu tempat tujuan yang telah

1
Abdul Rahim Arifin, 2009, Konosemen sebagai Obyek Jaminan Gadai dan Fidusia, Tesis,
Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, hlm.4
2
H.M.N Purwosutjipto, 1983, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jakarta, Djambatan, hlm.13
3
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Transaksi Bisnis Internasional, Ekspor Impor
dan Imbal Beli, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm.178
ditunjuk dan untuk itu diserahkan disitu kepada seseorang yang telah
ditunjuk dan pula atas syarat-syarat apa penyerahan ini akan dilakukan.4

Berdasarkan pasal 506 KUHD, definisi Konosemen adalah sebagai


kutipan berikut:

“konosemen adalah surat yang diberi tanggal yang didalamnya


diterangkan oleh pengangkut, bahwa ia telah menerima barang-barang
tertentu, dengan maksud mengangkut barang-barang ke tempat yang
ditunjuk, dan menyerahkannya disana kepada orang yang ditunjuk,
demikian pula dengan persyaratan perjanjian yang bagaimana penyerahan
itu akan dilakukan.”5

Konosemen sebagai salah satu dokumen dalam pengangkutan laut,


tidak hanya berfungsi sebagai tanda bukti penerimaan barang saja, tetapi
juga merupakan surat berharga yang mudah untuk diperjualbelikan
sebagaimana dalam pasal 506 KUHD alinea kedua disebutkan bahwa
Konosemen dapat diterbitkan secara atas nama (op naam), atas pembawa
(ann tonder) dan atas pengganti (aan order)6. Kemudahan konosemen
untuk dialihkan inilah yang kemudian mencirikan sebagai surat berharga.
Selain itu dalam pasal 507 KUHD kemudian disebutkan juga bahwa
Konosemen dikeluarkan dalam dua lembar yang dapat diperdagangkan7.
Konosemen memiliki sifat kebendaan (droit de suit) dimana setiap
pemegang konosemen berhak menuntut penyerahan barang yang
disebutkan didalam konosemen tersebut dimanapun barang tersebut
berada8.

Konosemen merupakan dokumen yang paling penting dalam


pengapalan barang. Hal ini karena konosemen mencakup dua kepentingan

4
Herman A.C. Lawalata, 1983, Konosemen dan Forwarding Agency, Jakarta, Aksara Baru,
hlm.19
5
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koopenhandel voor Indonesie),
cetakan I, 2013, Grahamedia Press, psl. 506
6
Ibid.
7
Ibid. Psl. 507
8
H.M.N Purwosutjipto, Op.Cit., hlm.209
yaitu kepentingan perniagaan dan kepentingan pengangkutan barang yang
disebut dalam konosemen itu sendiri9.

2. Pihak – Pihak dalam Bill of Lading atau Konosemen

Pihak-pihak yang terlibat dalam konosemen adalah:10

1. Penerbit, dalam hal ini perusahaan pelayaran yang diwakili oleh


nakhoda kapal;

2. Pihak penerima atau penggantinya.

Penerima, sebagaimana dimaksud di atas, dapat:

1. Orang yang namanya ditunjuk dalam konosemen;

2. Kepada orang penggantinya pengirim atau kepada orang yang ditunjuk


oleh pengirim (kepada pengganti);

3. Kepada orang penggantinya pihak ketiga atau kepada orang yang


ditunjuk oleh pihak ketiga (kepada pengganti);

4. Kepada orang yang namanya disebut dalam konosemen atau pembawa


(kepada pembawa);

5. Kepada orang yang membawa surat konosemen itu (kepada pembawa).

3. Jenis – Jenis Bill of Lading atau Konosemen11

a. Berdasarkan penerimanya:
1) Konosemen atas pebawa (aan tonder), yaitu konosemen yang tidak
mencantumkan nama penerima secara khusus dan hanya menyebutkan
“kepada pembawa”. Artinya pengangkut harus menyerahkan barang
muatan kepada pembawa konosemen tersebut. Konosemen ini dapat
dialihkan hanya dengan menyerahkan (levering).
2) Konosemen atas pengganti (aan order), yaitu konosemen yang
menyebutkan nama penerima akan tetapi memuat keterangan “atau
kepada pengganti”. Pengganti yang dimaksud adalah pengganti dari pihak

9
F.D.C. Sudjatmiko, 1985, Pokok-pokok Pelayaran Niaga, Jakarta, Akademika Pressindo, hlm.92
10
Anonymous, Hukum Surat Berharga,
http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/hukum-surat-berharga/ diakses pada tanggal 7
Mei 2014 pukul 08.23 WIB
11
Abdul Rahim Arifin, Op.Cit., hlm.5
yang namanya telah tercantum dalam konosemen tersebut. Konosemen
jenis ini dialihkan dengan cara endosemen.
3) Konosemen atas nama (oop naam), yaitu konosemen yang dicantumkan
nama dari penerima, dan hanya penerima yang tercantum itulah yang
berhak atas barang muatan. Konosemen jenis ini disebut juga sebagai
Konosemen Rekta yang pengalihannya dengan menggunakan akta cessie.
b. Berdasarkan saat penerbitannya (sehubungan dengan penyerahan muatan dari
pengirim kepada pengangkut):
1) Konosemen diterima untuk dikapalkan (to be shipped Bill of Lading),
yaitu konosemen yang diterbitkan oleh pengangkut saat barang diterima
oleh pengangkut namun belum dikapalkan.
2) Konosemen dikapalkan (shipped Bill of Lading), yaitu konosemen yang
diterbitkan setelah barang dimuat dalam kapal.
c. Berdasarkan keadaan muatan:
1) Konosemen bersih (clean Bill of Lading), yaitu konosemen yang tidak
terdapat catatan kerusakan barang, kekurangan jumlah, atau
ketidaksesuaian barang lainnya.
2) Konosemen kotor (foul Bill of Lading), yaitu konosemen yang terdapat
catatan kerusakan barang, kekurangan jumlah, atau ketidaksesuaian
barang lainnya.
d. Berdasarkan kebiasaan memperdagangkannya (negotiability):
1) Konosemen yang dapat diperdagangkan (negotiable Bill of Lading)
2) Konosemen yang tidak dapat diperdagangkan (straight Bill of Lading)
e. Berdasarkan pelabuhan tujuan:
1) Domestic Bill of Lading, yaitu konosemen yang digunakan untuk
pengangkutan dalam negeri
2) Direct Bill of Lading, yaitu konosemen yang dikeluarkan untuk
pengangkutan luar negeri atau barang-barang ekspor.
3) Combined Transport Bill of Lading, yaitu konosemen yang dikeluarkan
ketika terjadi pengangkutan gabungan dari tempat penerimaan hingga
penyerahan barang, misalnya gabungan antara pengangkutan darat dan
kapal laut.
f. Berdasarkan segi form (syarat-syarat yang dimuat didalamnya):
1) Konosemen Singkat (Short Form Bill of Lading), yaitu konosemen yang
tidak mencantumkan syarat-syarat pengangkutannya.
2) Konosemen Panjang (Long Form Bill of Lading), yaitu konosemen yang
mencantumkan syarat-syarat pengangkutannya yang menjadi acuan
apabila terjadi perselisihan.

g. Fungsi Bill of Lading atau Konosemen


Fungsi Konosemen dapat dilihat sebagai berikut :12
1) Tanda terima penyerahan barang (receipt of goods).
Konosemen menyebutkan tentang jumlah (kuantitatif) koli
barang, berat barang, kualitas dan lainnya.
2) Kontrak penyerahan barang (contract of delivery)
Kontrak penyerahan barang tersebut adalah antara
pemilik barang atau pengguna jasa (shipper) dan perusahaan
pelayaran; yang mana perusahaan pelayaran berjanji akan
membawa barang dari pelabuhan muat ke pelabuhan tujuan dan
menyerhkannya kepada pihak yang berhak.
3) Bukti kepemilikan barang (document of tittle atau tittle of
document)
Konosemen memberikan legitimasi atas kepemilikan barang
4) Perlindungan atas barang yang diangkut
Konosemen merupakan jaminan terhadap barang-barang
yang diangkut, karena mengikatk 3 pihak yaitu pihak
pengangkut, pengirim barang, penerima barang, pratis barang
akan terlindungi dari perbuatan yang tidak diingini.
5) Kuitansi (bukti pembayaran) uang tambang
Pada dasarnya konosemen diterbitkan setelah biaya
pengangkutan atau pengiriman barang dibayar. Namun dalam
realisasinya terdapat minimal 2 syarat pembayaran utang
tambang atau biaya pengiriman barang, yaitu pembayaran
dimuka dan pembayaran kemudian atau dipelabuhan tujuan.
Sesuai dengan ketentuan dibidang pelayaran, biaya pengiriman
atau pengangkutan barang ditetapkan berdasarkan jenis barang,
sarana yang digunakan, atau sifat barang yang akan diangkut.
12
Sufirman Rahman dan Eddie Rinaldy, 2013, Hukum Surat Berharga Pasar Uang,
Jakarta, Sinar Grafika, hlm.132
6) Tanda bukti lawan
Konosemen adalah satu-satunya dokumen sah atas
kepemilikan pengiriman suatu partai barang. Artinya, jika
seseorang mengakui kepemilikan suatu barang tanpa
memperlihatkan konosemen, maka yang bersangkutan akan
ditolak untuk menguasai barang yang diakuinya itu.
h. Klausul yang Terdapat dalam Bill of Lading
Terdapat dua klausul yang terkait dengan penerbitan konosemen
yaitu sebagai berikut:13
1. Klausul Kasatoria (Cassatoria Clause), adalah klausul yang
memberikan pengertian bahwa setiap lembar konosemen yang
diterbitkan dapat berlaku sebagai lembar yang dapat digunakan
sebagai tanda terima barang, sehingga tidak ada pemisahan fungsi
lembar asli maupun duplikat. Akan tetapi jika salah satu lembar
telah digunakan maka lembaran lainnya menjadi tidak berfungsi
sebagai tanda terima barang. Lazimnya klausul ini dicetak dengan
huruf berwarna merah (bold) yang dikenal dengan red clause,
“Dengan diterimanya Konosemen pengirim, penerima dan pemilik
barang menyetujui dan mengikat untuk semua pernyataan,
pengecualian dan syarat-syarat baik yang tertulis, dicetak distempel
di belakang atau dimuka halaman ini, dikecualikan peraturan-
peraturan bea dan cukai atau yang diutamakan lainnya.
2. Klausul Paramount (Paramount Clause) adalah klausul yang
memberikan perlindungan kepada pihak pengirim barang (shipper)
berkenaan dalam proses angkutan melalui laut. Perlindungan
dimaksud terkait dengan hal-hal yang terjadi atas barang-barang
atau angkutab yang jika ternyata dikemudian hari, misalnya rusak
dalam proses muat dan bongkar, atau hilang karena proses
perjalanan yang tidak baik dan lain sebagainya tidak menjadi
tanggung jawab pihak pengangkut. Artinya pihak pengirim

13
Sufirman Rahman, Ibid., hlm. 138-139.
(shipper) dibebaskan dari tanggung jawab dimaksud, jika terjadi
diluar perbuatan disengaja.
i. Hak yang Melekat Pada
1. Hak atas barang-barang yang diangkut, sebagaimana dicantumkan
dalam pasal 506 KUHD
2. Hak atas dipenuhinya perjanjian pengangkutan, sebagaimana
dicantumkan dalam pasal 468 ayat (1) KUHD
3. Hak atas penyerahan barang, sebagaimana dicantumkan dalam
pasal 510 KUHD
4. Hak atas pengalihan konosemen kepada pihak lain, sebagaimana
dicantumkan dalam pasal 506 ayat (2) KUHD
B. Bill of Lading atau Konosemen Sebagai Benda Bergerak

Konosemen dianggap sebagai benda bergerak karena ketentuan


undang-undang sebagaimana ketentuan pasal 511 KUHPerdata tentang syarat
sebuah benda dianggap sebagai kebendaan bergerak angka 3 yaitu:

“perikatan-perikatan dan tuntutan-tuntutan mengenai jumlah-jumlah


uang yang dapat ditagih atau mengenai benda bergerak.14”

Konosemen yang memiliki hak untuk penyerahan barang-barang


bergerak dari pengangkut dan mempunyai nilai tuntutan sejumlah uang
memenuhi unsur-unsur pasal 511 KUHPerdata tersebut15. Sebagai benda
bergerak, konosemen dapat dijadikan jaminan hutang diluar hutang
perbankan seperti hutang piutang antar sesama pedagang ataupun antara
pedagang dengan supplier. Namun dalam prakteknya, konosemen tidak dapat
dijadikan jaminan untuk suatu kredit perbankan baik sebagai jaminan utama
maupun jaminan tambahan. Hal ini karena umur kondosemen yang pendek
yaitu hanya berkisar sekitar hitungan bulan16.

Sebagai sebuah perjanjian, Konosemen tidak terlepas dari ketentuan


Buku III KUHPerdata. Klausula-klausula dalam Konosemen dibuat secara

14
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet.34 edisi revisi, 2004, Jakarta, Pradnya Paramita, psl. 511
15
Abdul Rahim Arifin, Op.Cit., hlm.5
16
Abdul Rahim Arifin, Ibid.
baku namun tetaplah merupakan perwujudan dari kesepakatan antara
Pengirim dan Pengangkut.

Dalam pasal 507 diatur bahwa konosemen sebagaimana benda


bergerak lainnya dapat diperdagangkan. Konosemen yang dapat
diperdagangkan menurut KUHD adalah sebanyak 2 lembar dengan ketentuan
bahwa lembar-lembar yang tidak dapat diperdagangkan harus dinyatakan
sebagai demikian. Namun dalam prakteknya, saat ini bisa dikeluarkan tiga
atau empat lembar konosemen asli serta beberapa lembar copy untuk
keperluan administrasi. Konosemen asli ini kemudian disebut sebagai
negotiable Bill of Lading, sedangkan lembar copy disebut sebagai copy not
negotiable karena hanya untuk urusan administrasi. Tiga lembaran asli yang
biasanya dikeluarkan masing-masing dipegang oleh pengirim, penerima, dan
satunya dikirim bersama barang muatan. Dua lembar yang dimaksud oleh
pasal 507 dapat dipedagangkan adalah lembar yang dimiliki oleh pengirim
dan penerima.

Selanjutnya bagi setiap lembaran konosemen berlaku ketentuan yang


terdapat dalam pasal 507 yang menyatakan:

“... berlaku semua untuk satu dan satu untuk semuanya....”17

Maksud dari ketentuan “semua untuk satu” ( allen voor een) adalah
untuk semua konosemen jenis ini hanya dapat dimintakan penyerahan barang
satu kali. Sedangkan ketentuan “satu untuk semua” (een voor allen) berarti
Pengangkut berdasarkan satu lembar konosemen telah menyerahkan barang,
maka dia telah dianggap menunaikan kewajibannya18. Ketentuan ini terutama
adalah jika terhadap satu lembar Konosemen telah dilakukan suatu perbuatan
hukum tertentu, maka perbuatan hukum tersebut berlaku pula bagi lembaran
lain yang dimiliki oleh pihak lain. Misalnya, penerima memperdagangkan
lembar konosemen yang dia miliki, maka pengirim tidak dapat menjual
lembaran yang dimilikinya.

17
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koopenhandel voor Indonesie), Op.Cit. psl.
507
18
H.M.N Purwosutjipto, Op.Cit. hlm. 215
Konosemen dapat pula diterbitkan dengan ketentuan “non
negotiable/straight” atau tidak dapat diperdagangkan. Jenis konosemen ini
tidak dapat dialihkan kepemilikannya kepada pihak lain. Konosemen ini
biasanya digunakan untuk pengiriman barang internal suatu perusahaan. Jika
suatu konosemen dimaksudkan untuk tidak dapat diperdagangkan,
konosemen tersebut harus mencantumkan dengan jelas didalamnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Konosemen merupakan suatu surat berharga yang memberikan hak
kepada pemegangnya untuk menuntut penyerahan barang bergerak
yang diangkut. Konosemen memiliki banyak jenis sesuai dengan
pembagiannya yaitu berdasarkan penerimanya (atas pembawa, atas
pengganti dan atas nama); berdasarkan saat penerbitannya (diterima
untuk dikapalkan, dan dikapalkan); berdasarkan keadaan muatan
(bersih dan kotor); berdasarkan kebiasaan memperdagangkannya
(dapat diperdagangkan dan tidak dapat diperdagangkan); berdasarkan
pelabuhan tujuan (domestic, direct, dan combined transport);
berdasarkan segi form (singkat dan panjang). Para pihak dalam
konosemen adalah penerbit dan penerima.
2. Konosemen dianggap sebagai benda bergerak sehingga dapat dijadikan
sebagai jaminan dan diperdagangkan. Pada undang-undangnya hanya
dua lembar Konosemen (yang dimiliki oleh penerbit dan penerima)
yang dapat diperdagangkan walaupun pada prakteknya bisa menjadi 3
atau 4 lembar dan dikopi untuk urusan administrasi. Dalam
memperdagangkan konosemen berlaku asas “satu untuk semua, semua
untuk satu”.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahim Arifin, 2009, Konosemen sebagai Obyek Jaminan Gadai dan
Fidusia, Tesis, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.
H.M.N Purwosutjipto, 1983, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jakarta,
Djambatan.
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Transaksi Bisnis Internasional, Ekspor
Impor dan Imbal Beli, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Herman A.C. Lawalata, 1983, Konosemen dan Forwarding Agency, Jakarta,
Aksara Baru.
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koopenhandel voor
Indonesie), cetakan I, 2013, Grahamedia Press, psl. 506
F.D.C. Sudjatmiko, 1985, Pokok-pokok Pelayaran Niaga, Jakarta, Akademika
Pressindo.
Anonymous, Hukum Surat Berharga, http://legalbanking.wordpress.com/materi-
hukum/hukum-surat-berharga/ diakses pada tanggal 7 Mei 2014 pukul 08.23 WIB
Sufirman Rahman dan Eddie Rinaldy, 2013, Hukum Surat Berharga Pasar Uang,
Jakarta, Sinar Grafika.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet.34 edisi revisi, 2004, Jakarta, Pradnya
Paramita, psl. 511

Anda mungkin juga menyukai