Anda di halaman 1dari 17

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Perancangan

1. Pengertian Perancangan

Perancangan bisa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan

berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam perkembangan di Indonesia, kata

‘perancangan’ digantikan dengan istilah ‘desain’. Istilah ini melengkapi kata

‘rancang/rancangan/merancang’ yang dinilai kurang mengekspresikan

keilmuan. Perancangan atau perencanaan menurut para ahli :

a. Grath N. Jone, Perencanaan adalah suatu proses pemilihan dan pengembangan

dari para tindakan yang paling baik untuk pencapaian tugas.

b. M. Farland, Perencanaan suatu fungsi dimana kemungkinan menggunakan

sebagian pengaruhnya untuk mengubah dari pada wewenangnya.

c. Abdulrachman (1973), perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan

fakta-fakta atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk

melaksanakan tindakan-tindakan kemudian.

d. Siagian (1994), perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang

akan datang dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan.

e. Terry (1975), perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta,

membuat serta mengunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa

datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu

yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.

f. Kusmiadi (1995), perencanaancommit


adalah toproses
user dasar yang kita gunakan untuk

memilih tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaiannya.

7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

g. Soekartawi (2000), perencanaan adalah pemilihan alternatif atau

pengalokasian berbagai sumber daya yang tersedia.

2. Fungsi Perancangan atau perencanaan :

a. Menjelaskan secara tepat tujuan-tujuan serta cara-cara mencapai tujuan.

b. Sebagai pedoman bagi semua orang yang terlibat dalam organisasi pada

pelaksanaan yang telah disusun.

c. Merupakan alat pengawasan terhadap pelaksanaan program.

d. Meningkatkan efesiensi dan efektifitas penggunaan segala sumber daya yang

dimiliki organisasi.

e. Memberikan batas-batas wewenang dan tanggung jawab setiap pelaksanaan

sehingga, dapat meningkatkan kerjasama/koordinasi.

f. Menetapkan tolak ukur (kriteria) kemajuan pelaksanaan program setiap saat.

(http://id.scribd.com/doc/96183644/Arti-Perencanaan-Menurut-Para-Ahli)

Dari pengertian perancangan diatas dapat disimpulkan perancangan adalah

suatu proses untuk melaksanakan suatu kegiatan agar mencapai tujuan sesuai

yang diinginkan. Jadi perencanaan itu sebuah rangka dari sebuah kegiatan.

3. Proses Perancangan

Proses perancangan menurut Kotler dan Andreasen antara lain :

a. Menentukan obyektif, misi dan tujuan spesifik organisasi secara luas yang

memerlukan peran pemasaran strategis.

b. Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang dapat ditunjukan

oleh pemasaran untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar.

c. Mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial dan nyata dari organisasi

untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada atau menyingkirkan


commit to
ancaman yang tampak dalam analisis user
lingkungan eksternal.
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

d. Menentukan misi, obyektif dan tujuan spesifik pemasaran untuk periode

perencanaan yang akan datang.

e. Merumuskan strategi pemasaran pokok untuk mencapai tujuan yang spesifik.

f. Menempatkan sistem dan struktur organisasi yang perlu dalam fungsi

pemasaran agar pelaksanaan strategi yang telah disusun dapat dipatikan.

g. Menetapkan rincian dan taktik untuk melaksanakan strategi pokok dalam

masa perencanaan, termasuk jadwal kegiatan dan tugas tanggung jawab

tertentu.

h. Menentapkan patokan untuk mengukur hasil sementara dan hasil akhir

program.

i. Melaksanakan program yang telah direncanakan.

j. Mengatur kinerja dan strategi pokok, rincian taktis, atau keduanya bila

diperlukan.

Prinsip dasar desain merupakan pengorganisasian unsur-unsur dasar desain

dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam menciptakan dan mengaplikasikan

kreativitas. Pengelompokan unsur-unsur dasar desain menurut Frank Jefkins

(1997:245) adalah sebagai berikut:

a. Kesatuan (unity)

Kesatuan merupakan sebuah upaya untuk menggabungkan unsur-

unsur desain menjadi suatu bentuk yang proporsional dan menyatu satu sama

lain ke dalam sebuah media. Kesatuan desain merupakan hal yang penting

dalam sebuah desain, tanpa ada kesatuan unsur-unsur desain akan terpecah

berdiri sendiri-sendiri dan tidak memiliki keseimbangan dan keharmonisan

yang utuh.

b. Keberagaman (variety) commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Keberagaman dalam desain bertujuan untuk menghindari suatu

desain yang monoton. Untuk itu diperlukan sebuah perubahan dan

pengkontrasan yang sesuai. Adanya perbedaan besar kecil, tebal tipis pada

huruf, dan keberagaman unsur-unsur lain yang serasi akan menimbulkan

variasi yang harmonis.

c. Keseimbangan (balance)

Keseimbangan adalah bagaimana mengatur unsur-unsur yang ada

menjadi sebuah komposisi yang tidak berat sebelah. Keseimbangan dapat

tercapai dari dua bagain, yaitu secara simetris yang terkesan resmi/formal

yang tercipta dari sebuah paduan bentuk dan ukuran tata letak yang sama,

sedangkan keseimbangan asimetris memberi kesan informal, tapi dapat

terlihat lebih dinamis yang terbentuk dari paduan garis, bentuk, ukuran,

maupun tata letak yang tidak sama namun seimbang.

d. Ritme/irama (rhythm)

Aliran secara keseluruhan terhadap desain selalu menyiratkan irama

yang nyaman. Suatu gerak yang dijadikan sebagai dasar suatu irama dan ciri

khasnya terletak pada pengulangan-pengulangan yang dilakukan secara

teratur yang diberi tekanan atau aksen. Ritme membuat adanya kesan gerak

yang menyiratkan mata pada tampilan yang nyaman dan berirama.

e. Keserasian (harmony)

Suptandar (1995:19) mengartikan keserasian sebagai usaha dari

berbagai macam bentuk, bangun, warna, tekstur, dan elemen lain yang

disusun secara seimbang dalam suatu komposisi utuh agar nikmat untuk

dipandang. Keserasian adalah keteraturan di antara bagian-bagian suatu

karya. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

f. Proporsi (proportional)

Proporsi merupakan perbandingan bilangan dari suatu obyek atau

komposisi (Kusmiati, 1999:19). Bisa dikatakan bahwa proporsi merupakan

kesesuaian ukuran dan bentuk hingga tercapai keselarasan dalam sebuah

bidang. Terdapat tiga hal yang berkaitan dengan masalah proporsi, yaitu

penempatan susunan yang menarik, penentuan ukuran dan bentuk yang tepat,

dan penentuan ukuran sehingga dapat diukur atau disusun sebaik mungkin.

g. Skala (scale)

Skala adalah ukuran relatif dari suatu obyek, jika dibandingkan

terhadap obyek atau elemen yang lainnya telah diketahui ukurannya

(Kusmiati, 1994:14). Skala berhubungan dengan jarak pandang atau

penglihatan dengan unsur-unsur yang telah dimunculkan (faktor keterbacaan).

Skala juga sangat berguna bagi terciptanya kesesuaian bentuk atau obyek

dalam suatu desain.

h. Penekanan (emphasis)

Frank Jeffkin (1997:246) menyebutkan bahwa : dalam penekanan,

all emphasis is no emphasis, bila semua ditonjolkan, maka yang terjadi adalah

tidak ada hal yang ditonjolkan. Adanya penekanan dalam desain merupakan

hal yang penting untuk menghindari hal yang monoton. Penekanan dapat

dilakukan pada jenis huruf, ruang kosong, warna, maupun yang lainnya akan

menjadikan desain menjadi menarik bisa dilakukan dalam proporsi yang

cukup dan tidak berlebihan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

B. Rebranding

Menurut Merriam-Webster’s pocket Dictionary (1995 : 39), kata brand

memiliki dua kategori, yaitu :

1. Sebagai Noun (kata benda) yang bermakna sebagai berikut :

a. Identifying mark made by burning. Maksudnya adalah mengenali sesuatu

melalui tanda yang dibuat dengan cara dibakar.

b. Stigma (Noda atau tanda)

c. Distinctive kind (as of goods from one firm). Maksudnya adalah suatu

jenis khusus, seperti barang-barang dari satu perusahaan.

2. Sebagai verb (kata kerja) yang artinya mark with a brand. Maksudnya adalah

menandai sesuatu dengan sebuah merek.

Perubahan fungsi dari kata noun menjadi verb yaitu dengan

menambahkanakhiran –ing atau lebih dikenal dengan istilah verb+ing yang

menunjukan sedang dilakukan (present participle), misalnya brand (n) menjadi

branding (vb).

Dikarenakan kata brand bisa berfungsi sebagai verb yang artinya menandai

sebuah brand, dan kata branding merupakan verb+ing yang artinya pemberian

brand, maka dapat disimpulkan bahwa kata brand dan branding pada dasarnya

memiliki arti atau sebuah makna yang sama. Berdasarkan penjelasan diatas, kata

rebrand dan rebranding juga akan memiliki arti dan maksud yang sama, hanya

saja pada kedua kata ini di beri awalan re-, yang menurut Merriam Webster’s

Pocket Dictionary (1995 : 278) remerupakan prefix (kata depan atau awalan)

yang memiliki arti sebagai berikut :

1. Again or anew (lagi atau baru) commit to user

2. Back or backward (kembali atau ke belakang)


perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa kata “rebrand” adalah

suatu pembentukan kata baru, yang terdiri dari dua terminology yang dirumuskan

dengan baik : re dan brand. Re adalah awalan untuk kata kerja, yang bisa berarti

“lagi” atau “baru”, menyiratkan bahwa tindakan dilakukan pada waktu lain.

Definisi umum dari brand yang diusulkan oleh American Marketing

Association adalah “nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi

semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seorang

atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa

pesaing”.

Menurtu Muzellec dan Lambkin (2005) pengertian yang tepat dari

rebranding yaitu menciptakan suatu nama yang baru, istilah, simbol, desain, atau

suatu kombinasi kesemuanya untuk satu brand yang tidak dapat dipungkiri

dengan tujuan dari mengembangkan differensiasi (baru) posisi di dalam pikiran

dari stakeholders dan pesaing.

Menurut Thurtle (2002) dalam Consognia Plays The Re-Branding Name

Games – and Loses (2002) rebranding adalah lebih dari sekedar mengubah brand

name. Rebranding memerlukan banyak penelitian dan biaya, hal ini sama juga

dengan melakukan banyak pekerjaan berat, maupun itu akan menghidupkan

kembali suatu produk yang sekarat dan rebranding hanya untuk kepentingan

yangbenar-benar mendesak, karena rebranding dapat mengakibatkan kondisi

yang sangat berbahaya, lebih berbahaya dari kehilangan beberapa klien saja.

Menurut Lomax dan Mador (2006) faktor-faktor penyebab terjadinya

rebranding terdiri dari dua bagian utama, yaitu :

1. Internal Factors (Faktor-faktor internal), yang terdiri dari :


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

a. Changes in corporate strategy, maksudnya adalah rebranding bisa terjadi

karena adanya perubahan dalam strategi perusahaan.

b. Changes in organization behavior including culture, maksudnya

rebranding juga bisa terjadi karena adanya perubahan dalam perilaku

organisasi, termasuk didalamnya adalah perubahan dalam budaya

perusahaan.

c. Changes in corporate communication, maksudnya adalah rebranding

terjadi karena adanya perubahan dalam komunikasi perusahaan.

d. Changes in fashion, maksudnya rebranding juga bisa terjadi karena

adanya perubahan dalam kebiasaan organisasi.

2. External Factors (Faktor-faktor eksternal), yang terdiri dari :

a. Imposed corporate structural change, maksudnya rebranding juga bisa

terjadi karena adanya perubahan struktur perusahaan (misalnya karena

dilakukannya merger atau akuisisi).

b. Concern over external perceptions of the organization and its activities,

maksudnya rebranding bisa terjadi karena perusahaan memperhatikan

persepsi-persepsi eksternal dari suatu organisasi dan kegiatan-

kegiatannya.

Sedangka menurut Thurtle (2002) dalam Consignia Plays The Re-Branding

Names Games – and Loses (2002) ada beberapa kondisi yang memungkinkan

sebuah perusahaan untuk melakukan rebrand, yaitu sebagai berikut :

1. Perusahaan ingin memutuskan huubungan yang telah terjalin selama ini,

2. Perusahaan melakukan penggabungan dengan perusahaan lain,

3. Adanya brand name yang sama dengan perusahaan lain,


commit to user
4. Brand yang dipakai saat ini di persepsikan sudah kuno,
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

5. Brand yang dimiliki dikait-kaitkan dengan kejadian yang buruk atau tragedy.

Menurut Keller (2000) yang disajikan oleh Muzellec dan Lambkin (2005)

rebranding itu bertingkat. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam memahami

tentang rebranding dalam konteks yang lebih sederhana yaitu dalam tiga tingkat

brand hierarchy seperti yang di gambarkan dalam gambar dibawah ini :

Rebranding in a Hierarchy

Corporate Rebranding
Possible

Interaction Corporate Level


Business Unit Rebranding
Rebranding

Product Rebranding

Bagan 2.1 Rebranding in a Hierarchy


Sumber : Keller (2000)

Ketika ke tiga tingkat dari hirarki digabungkan, arsitektur brand cocok untuk

suatu “brand house”, adalah ketika master brand membentangkan ke seberang

seluruh hierarki (Aaker dan Joachimsthaler, 2000). Sebaiknya, suatu “house of

brands” arsitekturnya ketika nama yang terpisah untuk masing-masing lini

produk dipertahankan dan berpotensi tidak relevan atau menghindari kerugian

asosiasi-asosiasi brand perusahaan.

Dikarenakan tidak adanya penjelasan-penjelasan yang spesifik mengenai

rebranding yang bisa dijadikan sebagai sub variabel pada penelitian ini, maka

dalam penelitian ini akan mengadopsi teori langkah-langkah dalam membangun

sebuah brand menurut Duncan (2002 : 48)sebagai sub variabel dan

indikatorindikatornya.

Alasan mengapa peneliti menggunakan teori tersebut adalah mengacu pada

commit
pendapat dari Muzellec dan Lambkin to user
(2005) yang menyatakan bahwa ada dua
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

dimensi dasar dari rebranding, yaitu evolutionary rebranding dan revolutionary

rebranding.

Disini peneliti hanya akan menekankan pada revolutionary rebranding saja,

Muzellec dan Lambkin (2005) menyatakan bahwa revolutionary rebranding

menguraikan suatu perusahaan yang besar, yang pada dasarnya mengartikan

kembali perusahaan. Revoluyionary rebranding biasanya dilambangkan oleh

suatu penggantian nama, dengan demikian variabel ini digunakan sebagai sebuah

pengidentifikasian untuk kasus-kasus revolutionary rebranding.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penelitian ini akan

menggunakan teori langkah-langkah dalam membangun sebuah brand menurut

Duncan (2002: 48) sebagai sub variabel serta indikator-indikator untuk variabel

X (rebranding).

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam membangun sebuah brand

yang dikemukakan oleh Duncan (2002 : 48), yaitu sebagai berikut :

1. Select a name and symbol (Pilih Sebuah Nama dan Simbol) Nama dan simbol

yang terpilih harus menggambarkan sebuah brand dan dapat berperan dalam

sukses atau gagalnya sebuah brand. Menurut Duncan (2002 : 50), salah satu

prioritas untuk suatu brand name adalah brand yang memorable. Tetapi

memilih suatu nama yang memorable lebih kearah seni dibandingkan ilmu

pengetahuan. Meskipun demikian, brand name yang sukses memiliki beberapa

karakteristik umum yang dapat membantu membuat brand yang memorable,

yaitu :

a. Benefit Description (Deskripsi Manfaat)

Banyak brand diposisikan melalui deskripsi manfaat dengan ringks tapi


commit
jelas kepada para pelanggan. to usercara ini, ketika kesadaran sudah
Dengan
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

tercipta dari sebuah nama, secara otomatis brand itu telah diposisikan,

hal ini perlu di dalam membedakan dengan brand para pesaing.

b. Association (Asosiasi)

Sebuah brand name mencapai asosiasi dengan menyuarakan seperti kata

atau konsep, atau dengan mengusulkan suatu hubungan dengan sesuatu

yang diinginkan.

c. Distinction (Perbedaan)

Perbedaan dapat dicapai dalam beberapa cara. Suatu perbedaan nama

menyarankan suatu produk yang khusus dan memastikan bahwa tidak

ada brand name yang serupa dengan brand perusahaan. Ketika suatu

perusahaan memilih sebuah nama jangan sampai tidak memiliki arti atau

mempunyai suatu arti sangat umum dan tidak berhubungan, lalu

perusahaan itu harus investasi dalam jumlah yang sangat besar dalam

komunikasi pemasaran untuk menciptakan arti dan menghubungkan

nama itu dengan produk.

d. Pronounceability (Kemudahan Pengucapan)

Nama yang sifatnya sulit untuk diucapkan atau dieja kurang disukai

untuk diingat. Itulah sebabnya banyak brand bersifat pendek.

Kemudahan pengucapan adalah suatu pertimbangan dalam memilih suatu

brand name. Dengan peningkatan dalam pemasaran multinasional, hal ini

menunjukan pentingnya kemampuan mengucapkan untuk setiap

perusahaan yang mengharapkan untuk mulai penjualan brandnya di luar

negeri asalnya.

2. Create awareness or brand identity (Membuat Kesadaran atau Identitas

Merek) commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Setelah perusahaan memilih sebuah nama dan simbol untuk brandnya,

langkah beriktunya adalah menciptakan kesadaran dari elemen-elemen

identitas dan seperti apa produk yang ditawarkan.

3. Position the brand (Posisikan Merek)

Sejalan dengan menciptakan kesadaran dari brand name dan simbol yaitu

memposisikan brand, untuk membedakan brand-brand pesaing.

4. Create a brand image (Membuat Citra Merek)

Memberikan brand sebuah identitas dan suatu posisi tidaklah cukup,

bagaimanapun juga untuk membuatnya Nampak hidup dan dengan mudah

diingat, tujuannya untuk membantu lebih lanjut dalam membedakan brand dan

untuk membuatnya lebih mudah untuk dikenali dan diucapkan kembali.

5. Create trust (Membuat Kepercayaan)

Untuk mempertahankan pelanggan, bagaimanapun juga brand harus

menciptakan kepercayaan, hal ini dilaksanakan dengan meyakinkan barang

dan jasa bekerja seperti yang dijanjikan.

Penelitian ini akan mengadopsi teori langkah-laangkah dalam membangun

sebuah brand menurut Duncan (2002 : 48) yang dimodifikasi sesuai dengan

pengertian rebranding menurut Muzellec dan Lambkin (2005). Modifikasi yang

dimaksud adalah penambahan kata ulang untuk tiap-tiap langkah-langkah diatas

pada paradigm penelitian dan operasionalisasi penelitian.

Modifikasi ini juga mengacu pada definisi rebranding menurut Muzellec

dan Lambkin (2005) yaitu menciptakan suatu nama yang baru, istilah, simbol

desain atau suatu kombinasi kesemuanya untuk satu brand yang tidak dapat

dipungkiri dengan tujuan dari mengembangkan differensiasi (baru) posisi di


commit
dalam pikiran dari stakeholders dan to userDari kalimat ‘menciptakan suatu
pesaing.
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

nama yang baru’ tersirat bahwa dalam menciptakan atau membuat sebuah nama

baru, sebuah perusahaan harus mengulangi lagi langkah-langkah tersebut.

C. Tinjauan Solo

Solo atau Sala adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Solo merupakan kota dengan luas 44 km2 berbatasan dengan Kabupaten

Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, sedangkan Kabupaten

Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten

Sukoharjo di sebelah selatan. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan

dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan Yogyakarta,

Solo merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang dipecah pada tahun 1755.

1. Nama

"Sala" adalah dusun yang dipilih oleh Sunan Pakubuwana II dari tiga dusun

yang diajukan kepadanya ketika akan mendirikan istana yang baru, setelah perang

suksesi Mataram terjadi di Kartasura. Nama ini berasal dari kepala desa Sala pada

waktu itu, yaitu Kyai Sala (Kyai Gêdhe Sala). Nama ini ternyata terus dipakai

secara luas sampai sekarang, bahkan memiliki konotasi kultural. Nama

"Surakarta", yang sekarang dipakai sebagai nama administrasi yang mulai dipakai

ketika Kasunanan didirikan, sebagai kelanjutan monarki Kartasura.

Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-

pemerintahan, sedangkan nama Sala/Solo lebih umum penggunaannya.

Kata sura dalam bahasa Jawa berarti "keberanian" dan karta berarti "sempurna"

atau "penuh". Dapat pula dikatakan bahwa nama Surakarta merupakan permainan

commit
kata dari Kartasura. Kata sala, nama yangtodipakai
user untuk desa tempat istana baru
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

dibangun, adalah nama pohon suci asal India, sala, yang bisa Couroupita

guianensis atau Shorea robusta.

Ketika Indonesia masih menganut Ejaan van Ophuysen, nama kota ini

ditulis Soerakarta. Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat

pemerintahan baru ini. Namun, sejumlah catatan lama menyebut bentuk antara

"Salakarta".

2. Sejarah

Eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan

kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo.

Sunan Pakubuwana II membeli tanah tersebut dari Kyai Sala sebesar 10.000

ringgit (gulden Belanda). Secara resmi, keraton Surakarta Hadiningrat mulai

ditempati tanggal 17 Februari 1745 dan meliputi wilayah Solo Raya dan Daerah

Istimewa Yogyakarta modern. Kemudian sebagai akibat dari Perjanjian

Giyanti (13 Februari 1755) dan Perjanjian Salatiga (17 Maret 1757) terjadi

perpecahan wilayah kerajaan, di Solo berdiri dua keraton: Kasunanan

Surakarta dan Praja Mangkunegaran, dan di Kesultanan Yogyakarta.

Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik

Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama 10 bulan, Solo berstatus sebagai

daerah setingkat provinsi, yang dikenal sebagai Daerah Istimewa Surakarta.

Selanjutnya, karena berkembang gerakan antimonarki di Surakarta serta

kerusuhan, penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS, maka pada tanggal

16 Juni 1946 pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan kekuasaan

raja-raja Kasunanan dan Mangkunagaran. Status Susuhunan Surakarta dan Adipati

Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat dan Keraton diubah menjadi

pusat pengembangan seni dan commit


budayato Jawa.
user Kemudian Solo ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan

Surakarta dengan luas daerah 5.677 km². Karesidenan Surakarta terdiri dari

daerah-daerah Kota Praja Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten

Sukowati, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, dan

Kabupaten Boyolali, sedangkan tanggal 16 Juni diperingati sebagai hari jadi Kota

Solo era modern.

Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada tanggal 4 Juli 1950,

Surakarta menjadi kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Semenjak

berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi

pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom.

D. Vape

Vape atau juga bisa disebut sebagai rokok elektrik (Elecronic Nicotine

Delivery Systems atau e-Cigarette) adalah inovasi dari bentuk rokok konvensional

menjadi rokok modern. Sesuai dengan namanya , “asap” dari rokok elektrik ini

adalah “uap” yang tidak mengandung tar ataupun karsinogen yang biasa ditemukan

di rokok tembakau. Walaupun terlihat rumit, peralatan ini sebenarnya hanya terdiri

dari tiga bagian utama :

1. Mods (bagian yang mensupply listrik)

2. Atomizer (bagian yang membuat asap)

3. eJuice (refill yang memberikan rasa dan nikotin)

Rokok elektronik pertama kali dikembangkan pada tahun 2003 oleh SBT Co
commit
Ltd, sebuah perusahaan yang berbasis to user
Beijing, RRC, yang sekarang dikuasai oleh
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

Golden Dragon Group Ltd pada tahun 2004, Ruyan mengambil alih proyek untuk

mengembangkan teknologi yang muncul. Diserap secara resmi Ruyan SBT Co Ltd

dan nama mereka diubah menjadi SBT RUYAN Technology & Development Co,

Ltd.

Rokok elektronik diklaim sebagai rokok yang lebih sehat dan ramah

lingkungan daripada rokok biasa dan tidak menimbulkan baud an asap. Selain itu,

rokok elektronik lebih hemat daripada rokok biasa karena bisa diisi ulang.

Bentuknya ENDS seperti batang rokok biasa . namun tidak membakar tembakau,

seperti produk rokok konvensional. Rokok ini membakar cairan menggunakan

baterai dan uapnya masuk ke paru-paru pemakai. Produk itu dipasarkan dengan

banyak nama, di antaranya rokok elektronik, eCigarro, electro-smoke, green-cig,

dan smartsmoker.

E. Expo

Expo merupakan singkatan dari eksposition memiliki dua pengertian yaitu :

1. Pameran barang-barang dalam taraf internasional sebagai promosi

perdagangan.

2. Uraian secara lisan atau dalam bentuk tulisan mengenai suatu pokok persoalan

untuk memperluas pandangan dan pengetahuan.

Expo adalah salah satu macam pameran yaitu memperkenalkan, menggelar,

atau mempertunjukan jasa atau prestasi kepada khalayak umum (Anonim,2010).

Pameran adalah memperkenalkan atau menunjukkan hasil karya seni atau hasil

produksi kepada masyarakat luas. Pameran merupakan cara untuk melakukan

komunikasi antara pencipta karyacommit to user karya (Anonim, 2011). Pameran


dan penikmat
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

merupakan suatu bentuk dalam usaha jasa pertemuan, yang mempertemukan

antara produsen dan pembeli namun pengertian pameran lebih jauh adalah suatu

kegiatan promosi yang dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi,

perkumpulan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon

relasi atau pembeli.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai