Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN ILMIAH

Kemampuan Pemimpin Keperawatan Dalam Melakukan Manajemen Konflik


Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan

DISUSUN OLEH:

HARIESTY TALENTA NARWASTU TELAUMBANUA


197046007
narwastutalenta@gmail.com

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Abstrak

Latarbelakang: Perawat sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan harus mampu


memberikan asuhan terbaik kepada pasien. Namun dalam setiap pelaksaan tugas tersebut
tidak dapat dipungkiri akan dapat terjadi hal – hal yang tidak diinginkan terjadi. Semisal
dalam hal kelelahan, beban kerja yang berat, stress mampu menurunkan performa seorang
perawat dalam bekerja dan bisa menimbulkan konflik antara perawat maupun dengan tim
kolaboratif lainnyaTujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kemampuan
pemimpin keperawatan dalam melakukan manajemen konflik untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.Metode: Penelitian ini juga dapat menggunakan penelitian kuantitatif
dengan pengambilan sampel random sampling. Data diperoleh dari hasil pengisian
kuesioner yang terdiri dari kuesioner karakteristik perawat, kuesioner untuk mengetahui
strategi manajemen konflik. Analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis
Univariat dan Analisis Bivariat Hasil:hasil analisis hubungan antara fungsi motivasi kepala
ruangan dengan kinerja perawat diperoleh bahwa perawat yang mempresepsikan motivasi
kepala ruangan baik memiliki presepsi yang baik tentang kinerjanya lebih banyak (73, 2%).
Kemudian pada hasil selanjutnya dinyatakan bahwa presepsi perawat pelaksana terhadap
pelaksana fungsi manajemen konflik kepala ruangan baik akan meningkatkan kinerja
perawat pelaksana lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan presepsi perawat yang
mempresepsikan fungsi manajemen konflik kepala ruangan kurang baik .Kesimpulan dan
Saran: Seorang pemimpin sangat berperan penting dalam membangun kerjasama dalam
timnya. Kerjasama tim yang baik akan berdampak baik terhadap kualitas layanan yang baik
Kata kunci: Kepemimpinan, Manajemen Konflik, Keperawatan
Latarbelakang Penelitian
Menurut penelitian Suryani & Yanuk (2009) rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan
berperan sangat strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Banyak profesi di
dalam lingkungan rumah sakit yang saling bekerja sama dalam mencapai tujuan tersebut.
Dalam ruang lingkup tersebut akan terjadi interaksi antara satu profesi dengan profesi
kesehatan lainnya. Maka dalam hal ini diperlukan manajemen yang baik dan profesional
untuk dapat menciptakan tim kolaborasi yang berkualitas tinggi. Hubungan kolaborasi
tersebut tidak terlepas dari ketergantungan yang bisa meningkatkan kerjasama maupun
menimbulkan konflik (Doris et al, 2019).

Perawat sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan harus mampu memberikan


asuhan terbaik kepada pasien. Namun dalam setiap pelaksaan tugas tersebut tidak dapat
dipungkiri akan dapat terjadi hal – hal yang tidak diinginkan terjadi. Semisal dalam hal
kelelahan, beban kerja yang berat, stress mampu menurunkan performa seorang perawat
dalam bekerja dan bisa menimbulkan konflik antara perawat maupun dengan tim
kolaboratif lainnya. Untuk menghindari hal tersebut Julianto (2014) dalam jurnalnya
mengatakan bahwa manajemen konflik sangat penting dilakukan oleh seorang pemimpin
sehingga sebuah konflik yang terjadi bisa memberikan manfaat sebagai evaluasi kerja
untuk meningkatkan sumber daya manusia dan pelayanan kesehatan.

Konflik yang terjadi bisa di pengaruhi oleh motivasi, lingkungan kerja, stress, dan
perbedaan karakter. Pengelolaan konflik tersebut sangat berhubungan penting dari peran
seorang kepala ruangan (Gulo, 2019). Sebagai contohnya pada penelitian Suryani & Yanuk
(2009) peningkatan pasien secara signifikan membuat beban kerja perawat menjadi
berlebihan dan hal ini dapat memicu konflik dan stress pada perawat. Pada posisi ini
seorang pemimpin harus mampu mengenali setiap karakter dan latarbelakang yang terjadi
untuk menghindari adanya pergesekkan antara anggota tim yang dapat mengakibatkan
kelalaian dan menurunnya perfoma perawat dalam melaksanakan tugas. Pernyataan ini
didukung dengan hasil penelitian Zulkarnain (2017) bahwa fungsi dari pengarahan
manajemen konflik yang baik dari kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kemampuan pemimpin keperawatan


dalam melakukan manajemen konflik untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Metodologi Penelitian

Metode yang dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperimental dengan pendekatan one group pre-test dan post-test without control group.
Dimana rancangan penelitian ini akan menggukan satu grup kemudian akan diberikan pre-
test, setalah itu akan dilakukan intervensi yaitu pelatihan komunikasi asertif selama 26 hari
dan kemudian diberikan post-test untuk mengetahui efektivitas dan intervensi yang
diberikan (Honey, et al. 2012). Penelitian ini juga dapat menggunakan penelitian kuantitatif
dengan pengambilan sampel random sampling. Data diperoleh dari hasil pengisian
kuesioner yang terdiri dari kuesioner karakteristik perawat, kuesioner untuk mengetahui
strategi manajemen konflik. Analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis
Univariat dan Analisis Bivariat (Doris et al. 2019).

Hasil Penelitian

Menurut hasil penelitian Suryani & Yanuk (2009) bahwa ada hubungan signifikan
antara beban kerja perawat dengan kelelahan kerja perawat RSIY PDHI. Ada hubungan
yang signifikan antara stress kerja dengan kelelahan kerja perawat RSIY PDHI. Ada
hubungan yang signifikan antara konflik dengan kelelahan kerja perawat RSIY PDHI. Pada
hasil penelitian Doris et al. (2019) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
manajemen konflik dengan kepuasan kerja di RS Tk III Dr. Reksodiwiryo. Pada hasil
penelitian Kusuma (2017) bahwa adanya hubungan konflik kerja dengan caring perawat,
dan mengatakan bahwa semakin berat konflik kerja semakin kurang caring yang akan
diberikan perawat dalam melaksanakan pelayanan asuhan kesehatan. Honey, et al. (2012)
dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa setelah diberikannya pelatihan
komunikasi asertif terjadi penurunan konflik.
Menurut hasil penelitian Gulo (2019) menunjukkan bahwa mayoritas pelaksanaan
manajemen konflik diruangan adalah cukup sebanyak 54, 2% dan mayoritas motivasi kerja
perawat adalah sebanyak 57, 6%. Hasil pada uji statistic chi square menunjukkan ada
pengaruh antara pelaksanaan manajemen konflik oleh kepala ruangan pada motivasi kerja
perawat pelaksana (p value = 0,000, α = 0,005). Menurut Zulkarnain (2017) hasil analisis
hubungan antara fungsi motivasi kepala ruangan dengan kinerja perawat diperoleh bahwa
perawat yang mempresepsikan motivasi kepala ruangan baik memiliki presepsi yang baik
tentang kinerjanya lebih banyak (73, 2%). Kemudian pada hasil selanjutnya dinyatakan
bahwa presepsi perawat pelaksana terhadap pelaksana fungsi manajemen konflik kepala
ruangan baik akan meningkatkan kinerja perawat pelaksana lebih baik dan lebih banyak
dibandingkan dengan presepsi perawat yang mempresepsikan fungsi manajemen konflik
kepala ruangan kurang baik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin baik
fungsi manajemen konflik kepala ruangan maka semakin baik pula presepsi dan kinerja
perawat pelaksana dan begitu pula sebaiknya.

Pembahasan Penelitian

Konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindari oleh setiap anggota
didalamnya. Konflik dapat terjadi suatu waktu tanpa diinginkan kehadirannya. Konflik
dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat
atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang didalam suatu kelompok. Konflik
dapat dibagi dalam 4 jenis konflik, yaitu jenis konflik intrapersonal yaitu konflik yang
terjadi pada individu itu sendiri, kemudian ada konflik interpersonalyakni konflik yang
terjadi anatara dua orang lebih yang diakibatkan oleh perbedaan keyakinan, selanjutnya ada
konflik intraorganisasi dan yang terakhir adalah konflik antar kelompok yang terjadi antara
dua kelompok atau lebih (Putra, 2014). Konflik dalam ruang lingkup keperawatan dapat
disebabkan oleh banyak hal mungkin disebabkan oleh beban kerja yang terlalu tinggi,
didukung dengan stress baik dalam pekerjaan perawat tersebut maupun masalah lain yang
mampu menurunkan performa seorang perawat. Maka dalam hal ini dapat dinyatakan
bahwa sebagai seorang pemimpin keperawatan harus mampu melakukan manajemen yang
baik untuk memfasilitasi tim kerjanya.
Manajemen konflik adalah bagian dari tanggungjawab seorang kepada tim yang
sudah mempercayakan kemampuannya. Menurut Simamora (2019) sebuah manajamen
diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan kegiatan dalam keperawatan lebih efektif
dan efisien. Sebagai seorang pemimpin keperawatan harus mampu memberikan contoh dan
arahan kepada setiap tim yang adalah pelayanan kesehatan. Dari beberapa hasil penelitian
diatas dinyatakan bahwa setiap terjadinya konflik sangat mempengaruhi sikap caring
perawat terhadap pasien. Adanya konflik juga sering mengakibatkan pergesekkan antara
individu dalam setiap tim sehingga kerjasama didalam tim menjadi terganggu. Seorang
pemimpin juga harus mampu memberikan arahan dan bimbingan kepada anggota tim untuk
dapat terbuka atas setiap konflik yang terjadi.

Konflik yang terjadi karena beban kerja dimana terjadi suatu tuntutan yang berada
diluar kemampuan perawat sehingga membuat seorang perawat menjadi pemicu stress.
Perawat akan merasa terbebani dan tidak mampu melakukan pekerjaannya dengan
maksimal. Beban kerja yang terjadi akan memberikan efek kelelahan pada perawat. dapat
menurunkan motivasi kerja dan menurunnya moral seorang perawat (Suryani & Yanuk
2009). Dewasa ini setiap rumah sakit dituntut harus mampu memberikan pelayanan terbaik.
Tanpa semua orang tahu bahwa banyak masalah yang sedang dihadapi oleh professional
kesehatan. Dari setiap masalah – masalah yang ada dapat menjadi kritik dan motivasi
kepada setiap pemimpin keperawatan untuk dapat selalu melakukan upgrade skill untuk
melampui maslah – masalah yang terjadi. Dalam setiap tim seorang pemimpin harus
mampu mengenali kemampuan setiap anggota tim. Seorang pemimpin tidak boleh
memaksakan keinginannya untuk memberikan tugas yang diluar kemampuan anggota tim.
Hal ini dapat diketahui dengan saling dengar pendapat dengan setiap anggota dimana
mereka bisa saling bertukar pikiran tentang kemampuan yang mereka miliki. Sehingga
sebagai anggota tim pemberi asuhan keperawatan dapat menunjukkan performa yang
maksimal dalam pelayanan.

Banyak hal yang mampu dilakukan oleh seorang pemimpin dalam mengatasi
konflik yang terjadi dalam timnya. Konflik bisa diatasi dengan dilakukannya sistem
evaluasi dan keterbukaan tanpa saling menghakimi antara anggota tim. Pemimpin dalam
hal ini harus berada dalam posisi sebagai pendengar yang baik. Yang sejatinya harus
tertanam dalam setiap jiwa pemimpin. Seorang pemimpin harus mampu memberi contoh
kepada anggota tim untuk sebisanya menghindari konflik. Jika ditemukan adanya konflik
antara perawat dalam anggota tim maka diperlukan pemecahan solusi tanpa mengorbankan
salah satu pihak. Hal ini bisa disebut sebagai win – win solution yang dapat memberikan
kenyamanan antar kedua belah pihak.

Konflik yang terjadi tidak melulu dianggap sebagai hal yang negatif dalam sebuah
organisasi. Konflik dapat dimanfaatkan sebagai evaluasi terhadap kinerja tim. Seorang
pemimpin dibutuhkan kreativitasnya untuk memodifikasi setiap konflik dapat jadi pemberi
motivasi untuk menjadi lebih baik kepada tim pelayanan kesehatan. Dalam hal ini
dibutuhkan pengarahan pemimpin untuk mengubah mindset setiap anggota untuk dapat
merubah pemikiran mereka. Sehingga perubahan – perubahan yang sudah di lakukan dan
selalu dievaluasi dapat berkembang dan dapat menjadi kekuatan antara anggota tim.
Kerjasama antara tim pun tidak mudah goyah hanya karena masalah – masalah sepele,
kesolidtan anggota tim dapat dilihat nyata oleh penerima layanan. Hal ini akan muncul
secara natural dari perilaku setiap individu dalam memberikan pelayanan holistic caring.
Kualitas perform dari pelayanan kesehatan akan meningkat tajam.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan penulis dalam kajian jurnal ini bahwa seorang pemimpin sangat
berperan penting dalam membangun kerjasama dalam timnya. Kerjasama tim yang baik
akan berdampak baik terhadap kualitas layanan yang baik. Pasien sebagai pengguna
layanan akan merasa puas dengan apa yang diberikan. Sebaik mungkin konflik dihindari
namun apabila sudah terjadi maka konflik dapat dimanfaatkan sebagai evaluasi yang dapat
meningkatkan kesolidtan tim yang dipimpinnya.

Saran penulis dalam kajian jurnal ini adalah baiknya sebagai seorang pemimpin
harus mampu memodifikasi setiap masalah atau konflik untuk dapat menjadi pembangun
kekuatan timnya. Saling dengar pendapat dan mengenali kemampuan setiap anggota tim
sangat perlu. Jika hal ini dapat diterapkan tim professional keperawatan sebagai garda
terdepan pelayanan rumah sakit dapat tetap menjaga kualitas pelayanan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Bach, S., & Grant, A. (2018). Komunikasi dan Keterampilan Interpersonal dalam
Keperawatan. (Munash Fauzie Anwar dan Purindasari, Penerjemah). Yogyakarta:
Andi.

Baharudin. (2015). Analisis Perbedaan Tipe Kepribadian A Dan B Terhadap Manajemen


Konflik Interpersonal Pada Pegawai Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera
Selatan, Vol. 1, No.2. Diakses dari
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/article/view/565

Doris, A., Fatma, S., & Vetty, P. (2019). Analisi Hubungan Kemampuan Manajemen
Konflik Kepala Ruangan Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Tk. III Padang, Vol.15, No. 2. Diakses dari
http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/292/213

Finkelman, A. (2016). Leadership and Management for Nurses: Core Competencies for
Quality Care, 3rd Ed. United States of America: Pearson Education.

Gulo, A.R.B. (2019). Pengaruh Pelaksanaan Manajemen Konflik oleh Kepala Ruangan
Pada Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Martha Friska Medan,
Vol.2, No.1. Diakses dari
http://jurnal.stikes-murniteguh.ac.id/index.php/ithj/article/view/22/37

Hariyati, T.S. (2014). Perencanaan, Pengembangan dan Utilisasi Tenaga Keperawatan.


Jakarta: Rajawali Pers.

Hera. (2016). Pengaruh Konflik Peran Ganda, Beban Kerja Dan Kelelahan Kerja (Burnout)
dengan Kinerja Perawat Wanita di RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur,
Vol.1, No.1. Diakses dari
https://journal.stieamkop.ac.id/index.php/mirai/article/view/9/9
Honey, A.E., Reni, P.G., & Yulastri, A. (2012). Pengaruh Pelatihan Komunikasi
Asertif Pada Perawat Pelaksana Yang Mengalami Konflik Interpersonal
Terhadap Kinerjanya Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSUD Solok, Vol.8, No.2. Diakses dari
http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/78/73

Julianto, M. (2014). Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan dalam Manajemen


Konflik, Diakses dari
http://jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/PerandanFungsiManajemenKeperawatand
alamManajemenKonflik.pdf

Kuntoro, A. (2017). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kusuma, P.H. (2017). Hubungan Konlik Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat Diruang
Rawat Inap RSUD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, Vol.6.
Diakses dari http://182.253.197.100/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/
613/611

Putra, S. (2014). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Teori dan aplikasi Praktek
Dilengkapi Dengan Kuisioner Pengkajian Praktek Manajemen Keperawatan.
Bogor: In Media.

Simamora, R.H. (2012). Buku ajar manajemen keperawatan. Jakarta: EGC.

Simamora, R.H. (2013). Upaya Pembinaan Perawat di Rumah sakit Ngesti Waluyo Parakan
Temanggung Jawa Tengah. Jurnal keperawatan soedirman, Vol. 8, No.2. Diakses
dari http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/482/249

Simamora, R.H. (2019). Menjadi Perawat yang: CIH’HUY. Surakarta: Kekata Publisher.

Sudarta, W., Rosyidi, I., & Susilo, E. (2019). Manajemen Keperawatan: Teori dan Aplikasi
Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Supratman, & Agus, S. (2008). Model – Model Supervisi Keperawatan Klinik. Diakses dari
http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/3735
Suryani, D., & Yanuk, W. (2009). Hubungan Antara Beban Kerja, Stress Kerja, Dan
Tingkat Konflik Dengan Kelelahan Kerja Perawat Di Rumah Sakit Islam
Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta. Diakses dari
https://www.neliti.com/publications/24895/hubungan-antara-beban-kerja-stres-
kerja-dan-tingkat-konflik-dengan-kelelahan-ker

Zulkarnain. (2017). Analisis Pelaksanaan Fungsi Manajemen Pengarahan Kepala Ruangan


Dengan Kinerja Perawat Dalam Menerapakan Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSUD Bima, Vol.1, No.2. Diakses dari
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/view/356/345

Anda mungkin juga menyukai