Implementasi-C4isr Compress
Implementasi-C4isr Compress
oleh :
LAKSAMANA PERTAMA TNI IWAN KUSTIYAWAN
KEPALA DINAS INFORMASI DAN PENGOLAHAN DATA ANGKATAN LAUT
1. Pendahuluan :
Sejalan dengan perkembangan zaman seperti yang disampaikan oleh Alvin Toffler,
bahwa perkembangan jaman yang diawali dengan : Pertama Era Agraris, dimana yang
berbasis tanah, aktivitas meliputi pertanian, peternakan dll kegiatan yang sejenis,
difokuskan pada kebutuhan primair yang meliputi makanan dan minuman, fasilitas yang
digunakan adalah otot atau tenaga. Kedua Era Industri dengan basis kegiatan berupa
pabrik dan modal (manufacture and asset) aktivitasbya adalah produksi yang
difokuskan paga kebutuihan sekunder berupa barang (goods), fasilitas yang digunakan
bertumpu pada mesin. Ketiga Era Informasi dengan basis computer, komunikasi dan
tekhnologi, aktivitasnya adalah pengembangan sistem dan fokus pada perwujudan
pelayanan dan penyediaan fasilitas serta system dan methoda untuk meningkatkan
kinerja yang digunakan adalah kecerdasan pemikiran (mind) dengan cirri-ciri :
merubah bagaimana kekayaan diciptakan, mengubah pendistribusian kekuatan,
kompleksitas meningkat, mendekatkan jarak di seluruh dunia serta mempersingkat
waktu hingga dapat meningkatkan tempo atau kesempatan.
Berdasarkan perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi (TI), maka
peran dan manfaat TI semakin luas dan meningkat hampir seluruh kegiatan dan
aktivitas dapat didukung dan memanfaatkan TI, demikian pula dalam kegiatan dan
pelaksanaan tugas militer dalam menyelenggarakan operasi pertahanan, baik dalam
operasi militer perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP). Kalangan
militer pasti mengenal Sun Tzu yang hidup ribuan tahun yang lalu namun tulisannya
sampai saat ini tetap relevan, sebagai contoh satu kalimat dalam buku The Art of War
menyatakan "Subjugating the enemy's army without fighting is the true pinnacle of
excellence." dengan pengertian sederhana “Menaklukkan angkatan perang musuh
tanpa berperang adalah puncak keunggulan yang hakiki.”. Demikian pula pepatah jawa
kuno mengatakan “Ngelurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake” yang artinya
“Menyerbu tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan atau membuat malu”. Hal
tersebut mengibaratkan dan mewakili kekuatan serta keunggulan informasi (superiority
information), dimana informasi sebagai kekuatan (information as power), informasi
sebagai senjata (information as weapon) dan informasi adalah strategi (information as
strategy).
Kepentingan Nasional dan upaya melemahkan TNI, menjaga kepentingan nasional
dalam rangka menjaga keutuhan NKRI, merupakan tugas yang paling mendasar bagi
TNI sebagai alat pertahanan negara. Seluruh kegiatan yang merongrong keutuhan
NKRI pasti akan dihadapkan pada TNI, sehingga mereka akan selalu berusaha untuk
1
melemahkan TNI dengan berbagai cara baik langsung maupun tidak langsung dari
dalam (intern) maupun dari luar (ekstern). Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
sangat luas dan memerlukan perlindungan yang maksimal dari berbagai kegiatan yang
merongrong kedaulatan, dari sengketa wilayah, pencurian sumber daya laut sehingga
upaya separatisme dan berbagai kegiatan illegal. Oleh karena itu maka diperlukan
kekuatan TNI yang dapat melindungi kepentingan nasional tersebut, namun dilain pihak
sangat dapat dipastikan tentang adanya pihak-pihak tertentu yang berdasarkan
kepentingannya ingin memecah belah NKRI, dan hambatan yang utama adalah
kekuatan TNI. Oleh karena itu maka mereka selalu berusaha untuk melemahkan TNI,
sejak dipisah dengan Polri, dikurangi anggarannya, dirubah doktrinnya, dihilangkan hak
dan kewenangannya dibidang territorial dan kewilayahan, disudutkan dalam
pelanggaran berat HAM dan Demokratisasi, dan berbagai scenario untuk memojokan
serta melemahkan TNI, yang dilakukan dengan berbagai cara peperangan informasi
termasuk yang menggunakan fasilitas yang berbasis teknologi informasi. Sehingga
apabila kondisi tersebut dibiarkan dan tidak ditanggapi secara serius, maka sampai
kapan NKRI bisa bertahan.
Kondisi tersebut dapat dibuktikan bahwa dengan globalisasi dan peledakan
informasi, akan membuat dan merubah image serta opini yang tertanam dalam masing-
masing individu dilingkungan lawan hingga akan melemahkan kondisi dan posisi lawan.
Perang informasi bersifat perang psychologi (psychological warfare) yang dapat
dilakukan kapan saja sebelum perang fisik terjadi, hingga dapat berperan sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya perang yang dapat merugikan kedua belah pihak.
Revolution Military Affair (RMA) mendorong seluruh negara berupaya meningkatkan
pemanfaatan teknologi, terutama negara-negara adidaya yang telah menerapkan
teknologi khususnya TI untuk memperkuat militernya dengan memanfaatkan dukungan
kekuatan dan keunggulan informasi secara cepat, tepat, akurat dan aman. Mengingat
saat ini TI telah mampu pengaruhi teori seni perang dan ilmu pengetahuan tentang
perang serta perubahan prilaku,peradaban dan budaya bangsa-bangsa di dunia.
Sehingga tuntutan pembina sistem informasi saat ini bukan hanya sekedar membangun
system akan tetapi dituntut lebih besar lagi yaitu bagaimana mewujudkan keunggulan
informasi, karena barangsiapa menguasai informasi, maka ia akan menguasai dunia
(Who controls the information, control the world), dimana keunggulan Informasi adalah
posisi atau status dan kemampuan informasi yang dicapai pada saat mendapatkan atau
menciptakan dan memelihara competitive advantage bagi organisasi atau satuan dan
gugus tugas tertentu.
Perkembangan Tekhnologi selalu memberi akibat baik positif maupun negatif
dimana yang bersifat positif merupakan manfaat dan peluang yang harus dimanfaatkan
seoptimal mungkin, sedangkan dampak negatif merupakan permasalahan yang perlu
diatasi dan diantisipasi. Mengingat dampak negative tersebut akan berubah menjadi
ancaman yang sangat serius apabila dimanfaatkan oleh pihak lawan atau pihak lain
yang tidak bertanggung jawab, sehingga semuanya menjadi sangat komplek dan luas
(mengglobal), sebagai akibat pengurangan waktu dan tanpa batas. Dengan demikian
maka ancaman Non Traditional Warfare (NTW) atau Assymetric Warfare dengan
memanfaatkan TI akan menjadi lebih mengemuka, mengingat hal tersebut dapat
dilakukan dan berlangsung kapan saja dan dilakukan oleh siapa saja dimana saja yang
terpenting mereka memiliki fasilitas yang memadai. Berdasarkan ancaman tersebut
2
maka kita dituntut untuk memiliki kekuatan dunia maya (cyber power) yang memiliki
kemampuan pertahanan dan keamanan sistem yang memadai. Sistem informasi yang
diperlukan harus memiliki kemampuan operasional yang dapat menyelenggarakan
dukungan informasi dalam perang (Information In War /IIW), Peperangan Informasi
(Information Warfare/IW) dan kerjasama informasi (Information Cooperation/IC). Untuk
mewujudkan kepentingan tersebut dalam pembangunan dan pengembangannya
diperlukan berbagai theory dan konsep diantaranya C4ISR, Dekenitetiko, Network
Centric Warfare (NCW) dan Network Centric Operation (NCO) serta konsep lain yang
relevan.
3) Fungsi Informasi dalam kegiatan dan operasi Militer, secara umum dapat
diartikan bahwa “Information Function are any activity involving the acquisition,
transmission, storage, or transformation of information. fungsi Informasi adalah
berbagai aktivitas yang meliputi cara mendapatkan, pengiriman atau
mentransmisikan, penyimpanan atau perubahan bentuk informasi. Sedangkan
3
Fungsi Informasi Militer adalah berbagai aktivitas atau kemampuan informasi
yang dapat mendukung fungsi dan meningkatkan kualitas dan kuantitas serta
kinerja dalam pelaksanaan tugas kemiliteran. Operasi militer menuntut
kebutuhan yang spesifik terhadap fungsi informasi dalam mencari dan
menyajikan informasi yang menguntungkan terhadap kepentingan operasi.
Sebagai contoh, informasi yang menguntungkan adalah informasi yang didapat
secara cepat, dalam waktu yang tepat dan memiliki kebenaran yang akurat serta
memiliki arti dan makna yang kuat dan sangat berpengaruh terhadap keadaan
musuh. Berdasarkan perkembangan teknologi informasi saat ini, maka sistem
informasi telah mampu memiliki fungsi untuk mengoptimalkan berbagai kegiatan
dalam bidang Administrasi, Manajemen, E-Bisnis, Globalisasi, Perubahan,
Koordinasi dan Kerjasama, Pengintaian dan Pengamatan, Evaluasi dan Analisis,
Pengambilan Keputusan, Komando dan Kendali serta kegiatan lain baik
dilingkungan sipil maupun militer. Kemampuan tersebut diwujudkan dengan
menyediakan berbagai kemampuan diantaranya berbagai proses otomatisasi
dan kemudahan, penyajian informasi secara cepat, tepat, akurat, luas dan
kompleks, meningkatkan produktifitas baik secara kuantitas maupun kualitas,
menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana, menciptakan inovasi dan solusi
dengan cara-cara baru, mempengaruhi prilaku dan budaya serta memperbaiki
manajemen dan organisasi, menjamin tersedianya informasi dan kemutakhiran
data dalam mendukung kepentingan pelaksanaan tugas.
Seperti yang disampaikan oleh Staf Akhli Panglima TNI bidang C4ISR, Yono
Reksoprodjo,DR,ST.DIC, menyatakan bahwa “Dalam perkembangannya,
pemberdayaan teknologi informasi secara umum sangat berdampak terhadap
dunia kemiliteran modern dan telah menjadikan potensi isyu Military Driven
Information menjadi Information Driven Military. Dalam hal ini, isyu tentang
Perang Informasi, secara teknis semua menjadi bias, kapan dimulai, oleh siapa,
militer maupun non militer. Oleh karena itu maka arah visi dan misi yang tepat
4
dan presisi dalam memanfaatkan teknologi informasi pasti akan meningkatkan
kinerja secara significant.
5
Peperangan Informasi merupakan jenis baru dari peperangan saat ini,
dimana informasi dan sistem informasi digunakan sebagai alat untuk
melakukan serangan dalam peperangan tersebut. Perang jenis ini tidak
memiliki garis batas atau pemisah atau garis depan yang jelas, namun
menggunakan sistem jaringan yang dapat diakses, dimana saja dan kapan
saja bisa melakukan penyerangan tidak perlu menunggu pernyataan perang
secara formal. Peperangan Informasi termasuk melakukan propaganda
terhadap musuh untuk mempengaruhi mereka agar musuh menyerah atau
membatalkan niatnya serta menolak atau mengkonter informasi yang yang
dapat mengakibatkan bangkitnya perlawanan. Peperangan Informasi juga
dapat melakukan umpan-balik propaganda atau bahkan disinformation atau
penyesatan informasi untuk membangun dukungan terhadap upaya perang
atau counter propaganda musuh. Contoh dalam menghadapi kasus Ambalat,
walaupun perang conventional saat ini belum atau tidak terjadi namun perang
informasi sudah terjadi sejak munculnya kasus Ambalat tersebut. Dalam
menghadapi hal seperti ini Indonesia tidak boleh diam, namun harus
melakukan sesuatu yaitu melakukan peperangan informasi dan melakukan
konter informasi yang efektif terhadap informasi-informasi yang mungkin
dapat membentuk dan membangun image dan opini public internasional
untuk menyudutkan bangsa Indonesia seperti kejadian dimasa lalu hingga
lepasnya Timor Timur.
6
Indonesia seperti kasus Aceh, Papua, Ambon dan blok Ambalat, oleh karena
itu perlu waspada dan selalu melakukan purbajaga terhadap kemungkinan
tersebut.
7
infrastruktur telekomunikasi dan komputer. Ke dua, peperangan nontraditional tidak
hanya melibatkan jenis yang tidak biasa atau tindakan baru atau jenis teknologi baru
dalam pertahanan dan penyerangan. Pemanfaatan teknologi memiliki arti yang
sangat luas, tidak hanya tentang perangkat keras, perkakas, senjata dan peralatan,
tetapi termasuk pengembangan metoda serta mekanisme dan prosedur untuk
mengoperasikan peralatan secara efektif.
Klasifikasi atau jenis kegiatan Non Traditional Warfare (NTW) dalam kegiatan
OMSP (William R. Schilling), diantaranya adalah : Weapons Of Mass Destruction
(WMD), Electronic Warfare, Economic And Industrial Warfare, Demining And
Chemical/Biological (C/B) Mine Warfare, Urban Warfare, Guerrilla Warfare and
Terrorist Operations. Electronic Warfare, khususnya Cyber Warfare. Fokus
pembahasan pada kesempatan ini diarahkan pada “Cyber Warfare” atau Computer
Warfare, yaitu peperangan yang menggunakan fasilitas computer dan teknologi
informasi. Aplikasi teknologi informasi dalam menghadapi ancaman NTW menurut
Michael D. McDonnell, dapat dilakukan secara efektif dengan memperhatikan :
Kebutuhan Informasi (The Information Need), Rencana Managemen Informasi (The
Information Management Plan), Proses Evaluasi dan Analisis (The Analysis and
Evaluation Process), Informasi sebagai Kekuatan Pencegahan (Information as a
Force for Deterrence) dan Karakteristik Data/Bankdata/Database (Data Warehouse
Characteristics).
8
c. Network Centric Warfare (NCW), prinsip dasar yang digunakan dalam konsep
Network Centic Warefare, adalah sbb :
1) Robustly Networked Force improves Information Sharing and Collaboration,
dengan demikian maka kegiatan awal perlu merencanakan, membangun dan
mengembangkan jaringan sesuai dengan tuntutan kebutuhan operasional
system, sehingga memiliki kekuatan yang akan meningkatkan kemampuan
sharing informasi dan kerja sama informasi/kolaborasi.
2) Information Sharing and Collaboration enhances Quality of Information and
Shared Situational Awareness, setelah kemampuan jaringan dapat
meningkatkan kemampuan sharing Informasi dan kerjasama informasi/kolaborasi
maka kemampuan tersebut akan meningkatkan Kualitas Informasi yang dapat
membangkitkan Kesadaran Sharing Situasi.
3) Quality of Information enables New Processes, Shared Situational Awareness
enables Self Synchronization. Kualitas Informasi memungkinkan terjadinya
Proses dan cara-cara baru, sedangkan Kesadaran Sharing Situasi sangat
memungkinkan untuk mewujudkan Sinkronisasi Diri.
4) These, in turn, dramatically increased Mission Effectiveness, dan, pada
gilirannya akan meningkatkan efektivitas misi secara dramatis.
Berdasarkan pernyataan “Getting the right information to only the right people, at the
right place and time, in a useable format, with clear and unambiguous meaning, in
joint and in coalition of forces”. Dengan pengertian “Memperoleh informasi yang
benar hanya untuk orang-orang yang benar, pada sasaran dan waktu yang tepat,
dalam suatu format yang dapat digunakan, secara jelas dengan arti yang tidak
meragukan, dalam satuan gabungan dan kekuatan koalisi”, maka secara sederhana
dapat diartikan, sbb :
1) Bagaimana memperoleh informasi yang benar, agar dapat menghasilkan
kualitas informasi yang diharapkan, merupakan tugas dan tanggung jawab
information domain (Pembina Fungsi Sistem Informasi)?
Dapatkan data yang benar.
Bangun dan kembangkan system aplikasi dengan proses pengolahan
data yang sesuai dengan kegiatan dan manajemen fungsi ybs.
Penyajian informasi pada sasaran dan waktu yang tepat, dalam suatu
format yang dapat digunakan, secara jelas dengan arti yang tidak
meragukan.
Bangun infrastruktur dan wujudkan Kekuatan Jaringan yang diperlukan
sesuai kebutuan operasional sistem.
Laksanakan sharing informasi melalui fasilitas jaringan yang dimiliki
hingga dapat mewujudkan keunggulan informasi.
2) Bagaimana menyiapkan orang-orang yang benar, yaitu para personel yang
memenuhi persyaratan kemampuan tertentu serta memiliki Profesionalisme,
Motivasi, Dedikasi dan Loyalitas yang dipersyaratkan oleh Cognitive and Social
Domain (Pembina Fungsi Personel).
3) Bagaimana menyiapkan personel pengguna sistem dan informasi yang
memiliki kesadaran sharing situasi dapat memanfaatkan keunggulan dan kualitas
informasi dengan berbagai proses dan cara-cara baru, sehingga terwujudnya
9
Sinkronisasi yang merupakan implementasi pekerjaan dalam Physical Domain
dengan hasil yang Optimal, sehingga mampu menghasilkan Misi yang Effektif,
dalam satuan gabungan dan dalam kekuatan koalisi, merupakan tugas Physical
Domain (Pembina Korps/Kejuruan dan Profesi).
10
e. Perbandingan Konsep C4ISR/K4IPP dengan DeKeNiTeTiKo, secara global
dapat ditinjau dari berbagai aspek diantaranya, adalah sbb :
1) Kesamaan (Equality), apabila dilihat dari jenis kegiatannya keduanya memiliki
konsep yang senada dalam kegiatan operasi, komando dan pengendalian,
walaupun masing-masing kegiatannya tidak betul-betul sama namun ada
kesesuaian (identik).
2) Kebanggaan (Pride), karena C4ISR merupakan konsep dari luar negeri yang
sampai saat ini terus berkembang dari C3, C3I, C4I dan C4ISR dan saat ini akan
mengarah menjadi C5ISR, sedangkan Dekenitetiko merupakan konsep lokal TNI
Angkatan Laut yang telah lama digunakan dalam kegiatan operasi laut sejak
sebelum tahun 1980an, namun akhir-akhir ini dirasakan kurang populer malah
cenderung dilupakan,
11
konsep Dekenitetiko tidak dijelaskan, karena bisa saja intelijen tersebut masuk
dalam sistem komando dan pengendalian atau kegiatan intelijen terpisah dan
langsung kepada Pimpinan. Untuk menentukannya perlu diskusi dan bahasan
lanjut tentang hubungan antara Intelijen, Puskodal dan unsur Pimpinan.
12
tempat ketempat lain, secara langsung atau berjenjang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan.
Kemampuan fasilitas dan peralatan serta keunggulan informasi yang dimiliki dan
dihasilkan oleh sistem yang menganut konsep C4ISR tersebut, khususnya
kemampuan komunikasi, komputer, intelijen, pengamatan dan pengintaian secara
terpadu dan optimal digunakan untuk melakukan kegiatan Pendeteksian,
Pengenalan, Penilaian terhadap obyek/target atau kejadian tertentu sebagai
masukan dalam rangka proses pengambilan keputusan untuk dapat menentukan
tindakan yang perlu dilakukan. Kegiatan lanjut adalah meneruskan atau melakukan
komunikasi dengan menggunakan fasilitas yang dimiliki sesuai dengan kepentingan
dan kebutuhan operasional, dalam hal ini adalah meneruskan data, informasi atau
perintah untuk melakukan tindakan yang berupa komando dan kendali untuk satuan
bawah. Kegiatan rinci tentang bagaimana dan siapa yang melakukan deteksi,
mengenali, menilai, meneruskan, melakukan tindakan dan memberikan komando
akan dijelaskan kemudian.
13
dan media apa saja. Sehingga 4thGW memiliki ciri-ciri seperti : tidak jelasnya
perbedaan antara perang dengan konflik politik, tidak dapat dibedakan masa perang
dan damai, karena dapat dilakukan kapan saja serta tidak terbatasnya pelaku
maupun wilayah konflik, karena dapat dilakukan oleh sipil maupun militer dan tidak
menentukan wilayah perang. 4thGW merupakan peperangan psikologis yang sangat
canggih dengan memanfaatkan teknologi tinggi khususnya teknologi informasi
terutama pemanfaatan dan manipulasi media dengan melakukan serangan
langsung terhadap budaya. Sehingga dampak peperangan ini mayoritas bersifat
psikhologis yang diarahkan untuk melemahkan mental dan moral, walaupun tidak
jarang digunakan untuk menghancurkan atau melumpuhkan kemampuan fasilitas
dan peralatan, sarana dan prasarana yang digunakan dalam menyelenggarakan
cyber warfare.
Menurut Michael D. Mcdonnell dan Terry L. Sayers ancaman potensial yang
mungkin dihadapi pada abad 21 ini, diantaranya adalah :
1) Ancaman Perangkat Lunak (The Software Threat), yang terdiri dari :
Pencurian Informasi (Information Theft)
Perusakan Informasi/Sistem (Information/System Destruction)
Manipulasi Informasi (Information Corruption)
2) Ancaman Perangkat Keras (The Hardware Threat), yang merupakan
Gangguan terhadap Jaringan dan Perangkat Keras (Jamming and
Network Intrusion).
14
manfaat sejak perencanaan, pelaksanaan, pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, pengembangan serta kelangsungan pembinaan sistem informasi.
5) Sistem Pendukung, dalam rangka mendukung kelangsungan dan kelancaran
penyelenggaraan pembinaan sistem informasi.
4. Implementasi.
Untuk menyiapkan kemampuan dalam rangka menghadapi Non Traditional Warfare
atau Asymmetric Warfare khususnya ancaman dalam bentuk Cyber Warfare, harus
dimulai dari penyusunan konsep atau formulasi secara umum yang bersifat nasional.
Mengingat ancaman tersebut bukanlah permasalahan sektoral namun terkait erat
dengan berbagai kebijakan dan kebutuhan infrastruktur yang bersifat nasional yang
kemudian secara berjenjang dijabarkan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Setiap ancaman yang mungkin terjadi diabad 21 ini perlu diantisipasi
dan dihadapi dengan caranya sendiri-sendiri, misalnya untuk menghadapi ancaman
senjata penghancur masal berbeda dengan menghadapi peperangan elektronik atau
peperangan dunia maya, namun propokasi dan permasalahan senjata penghancur
massal dapat dilakukan melalui peperangan informasi yang dilakukan dalam
peperangan dunia maya. Sebagai contoh untuk merespon peperangan elektronik perlu
kegiatan yang ditujukan untuk memproteksi dan mengamankan setiap unit peralatan
kritis yang mungkin terkena sasaran tsb, mengkonter ancaman terhadap seluruh
peralatan (Electronic Counter Measure/ECM), menyaring kekuatan energi langsung
yang diarahkan serta menggunakan berbagai metoda dan peralatan untuk mendukung
kegiatan C4ISR. Namun dalam kegiatan peperangan informasi dalam dunia maya bias
mencakup seluruh aspek yang dipermasalahkan dengan cara-cara tersendiri.
a. Tugas TNI Angkatan Laut, yang terdiri dari Operasi Militer untuk Perang (OMP)
dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP), dikutip dari materi rapat koordinasi
operasi 2008, diantaranya adalah :
1) Operasi Militer untuk Perang (OMP), terdiri dari :
a) Operasi Penangkalan.
Operasi Intelijen Maritim.
Operasi Pengamanan Perbatasan Laut.
Operasi Pengamanan Pulau-pulau terluar.
Operasi Selat Malaka (Malaca Starit Ship Patrol/MSSP)
b) Operasi Penindakan.
Operasi Tempur Laut Barat dan Timur.
c) Operasi Lain-lain.
Operasi Survei Hidro Oceanografi.
Operasi Surya Baskara Jaya (SBJ).
Operasi lain-lain.
b. Visi, Misi dan Motto pembinaan sistem informasi TNI Angkatan Laut,
berdasarkan fungsi, peran dan manfaat sistem informasi sebagai pendukung, mitra
dan media dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan tugas TNI Angkatan Laut,
maka Visi dan Misi serta Motto pembinaan sistem informasi TNI Angkatan Laut
adalah sbb :
2) Misi :
a) Mewujudkan sistem informasi terpadu dalam rangka mempercepat proses
pengambilan keputusan serta mengoptimalkan kualitas pelaksanaan tugas
TNI Angkatan Laut.
16
3) Motto : “Solusi dan Inovasi”.
c. Pola Umum Pembinaan.
1) Fungsi, pembinaan sistem informasi TNI Angkatan Laut, dalam rangka
mewujudkan system informasi pertahanan negara matra laut, diantaranya
berfungsi sebagai :
a) Koordinator, mengkoordinir kegiatan yang terkait dengan teknologi
informasi dan pengolahan data menggunakan fasilitas computer.
b) Fasilitator, menyediakan informasi, fasilitas, sarana dan prasarana yang
berbasis teknologi informasi dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas.
c) Operator, mengoperasikan, memelihara dan mengembangkan sistem
informasi untuk menjamin kelangsungan operasional sistem.
d) Dinamisator, melakukan pembinaan terhadap sistem informasi TNI AL
dalam rangka mewujudkan keunggulan informasi (information superiority).
17
4) Wujud, berupa Sistem Informasi Terpadu TNI Angkatan Laut terdiri dari
sistem informasi yang disiapkan untuk mendukung penggunaan kekuatan
(Gunkuat) atau kegiatan pelaksanaan tugas Operasi dan Latihan disebut Sistem
Informasi Lingkungan Operasi (Silingops) dan sistem informasi untuk
mendukung kepentingan pembinaan kekuatan (Binkuat) yang meliputi sistem
informasi Logistic (Silog), sistem informasi Personel (Sipers), sistem informasi
Perencanaan Anggaran dan Keuangan (Sirengarku), sistem informasi Khusus
(Sikhus). Sistem informasi yang dibangun dan dikembangkan untuk mendukung
informasi pada seluruh tingkat kegiatan baik Strategis, Taktis maupun Teknis.
2) Sistem Aplikasi, yang dimiliki saat ini masih sangat terbatas pada system
aplikasi yang diperuntukan untuk mendukung pelaksanaan tugas pembinaan
18
kekuatan dan kemampuan, sedangkan untuk mendukung kegiatan operasi dan
latihan masih dirasakan sangat kurang. Dalam rangka pembangunan dan
pengembangan system aplikasi menuntut inovasi yang tinggi khususnya tentang
pola dan metoda integrasi sistem aplikasi, mengingat saat ini tuntutan integrasi
menjadi sesuatu yang sangat diperlukan untuk mewujudkan kemampuan sistem
dan keunggulan informasi. Oleh karena itu diperlukan metoda perencanaan,
pembangunan dan pengembangan sistem yang dapat mengintegrasikan
berbagai modul sistem aplikasi dalam satu kesatuan system, seperti kemampuan
yang dimiliki dalam Service Oriented Architecture (SOA). Sehingga dapat
menjamin dan mewujudkan kualitas informasi sesuai dengan yang diharapkan
dalam mendukung pelaksanaan tugas.
3) Brainware, yang dimiliki saat ini masih sangat kurang baik secara kuantitas
maupun kualitas. Brainware merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
mencapai keberhasilan pembangunan dan pengembangan sistem informasi,
karena manusia merupakan factor yang sangat menentukan keberhasilan pada
setiap aspek pembinaan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian,
pemeliharaan dan pengembangan, baik bertindak sebagai Pembina maupun
Pengguna sistem informasi. Oleh karena itu maka tuntutan kemampuan profesi
dan kompetensi dalam bidang teknologi informasi menjadi sangat mengemuka.
4) Sistem dan Metoda, berupa aturan dan ketentuan serta kebijakan yang dapat
menjamin kelancaran dan kelangsungan pembangunan, pengoperasian dan
pengembangan sistem informasi secara optimal. Kondisi saat ini dirasakan
masih sangat kurang terutama kebijakan yang bersifat pedoman dalam rangka
pembangunan dan pengembangan system termasuk grand design pembinaan
system informasi pertahanan Negara belum dimiliki. Sehingga perencanaan
pembinaan system informasi masing-masing matra seolah-olah berjalan sendiri-
sendiri dan tidak terarah. Kebijakan tentang pembinaan sistem informasi harus
sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan mencakup kebijakan
nasional dalam mengoptimalkan pemanfaatan produk dalam negeri.
19
pengembangannya masih mengarah pada pemenuhan informasi untuk
mendukung kegiatan manajemen pembinaan kekuatan pertahanan seperti
sistem informasi bidang logistik, personel, anggaran dan keuangan serta
sistem informasi lainnya. …
Walaupun di TNI Angkatan Laut telah membangun sistem informasi
Puskodal dan Integrated Maritim Surveilance System (IMSS), namun saat ini
pengoperasiannya masih belum optimal, belum beroperasi sesuai dengan
yang diharapkan, terlebih IMSS sampai saat ini masih belum selesai dan
belum diserahkan dari pihak pengembang.
20
kemampuan tertentu sesuai tuntutan kebutuhan koordinasi dan kerjasama
informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas. Kekuatan jaringan
tersebut akan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kemampuan aspek
jaringan, meliputi tentang :
Lingkup dan Jarak Jangkau, yang dapat mencapai seluruh titik unsur
operasi terkait baik yang bersifat statis maupun dinamis (mobile), sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan tugas.
Kualitas dan Kemampuan Komunikasi yang digunakan, diharapkan
mampu mengkomunikasikan data dan informasi secara multimedia
keseluruh titik yang terkait, secara cepat, tepat dan akurat.
Sistem Pengamanan Jaringan, yang dapat menjamin keamanan
seluruh kegiatan komunikasi data dan informasi serta memiliki
kemampuan pertahanan sistem yang dapat diandalkan.
b) Mewujudkan Kemampuan Sharing Informasi (Information Sharing)
Kemampuan Sharing Informasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya, adalah :
Kemampuan dan Kekuatan Jaringan, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Ketersediaan Informasi, yang sangat tergantung pada kualitas data
dan kemampuan sistem aplikasi yang dibangun dan dikembangkan dalam
rangka mendukung kepentingan tersebut.
21
advantage. Agar dapat mencapai tingkat Keunggulan Informasi, maka upaya
yang perlu dilakukan diantaranya adalah meningkatkan :
Kualitas Informasi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kemampuan untuk mengumpulkan, memproses dan menyalurkan
informasi yang tidak terputus serta memanfaatkan dan mengkonter atau
menangkal kemampuan informasi lawan.
Menyajikan informasi dalam suatu format yang dapat digunakan,
dimengerti dan difahami secara jelas dengan arti yang tidak meragukan.
Kemampuan dan kualitas dan kecepatan, ketepatan, keakuratan dan
keamanan dalam komunikasi informasi, agar informasi dapat diterima
pada sasaran dan waktu yang tepat.
Dimanfaatkan dalam satuan gabungan atau dalam kekuatan koalisi
sesuai dengan tuntutan kebutuhan operasi dan pelaksanaan tugas.
2) Domain Teori dan Sosial (Cognitive and Social Domain), domain ini
merupakan wilayah tugas dan tanggung jawab Pembina Fungsi
Personel, yang diharapkan dapat membentuk dan menghasilkan
personel yang memiliki kemampuan untuk :
a) Mewujudkan Kolaborasi (Collaboration) antara unsur operasi termasuk
berbagai pihak yang terkait dalam kegiatan operasi. Berdasarkan pernyataan
“Robustly Networked Force improves Information Sharing and Collaboration”,
maka untuk meningkatkan kualitas kolaborasi, perlu dilakukan upaya
meningkatkan kekuatan jaringan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
22
Mengoptimalkan pemanfaatkan teknologi informasi yang diyakini dapat
mendukung dan meningkatkan fungsi dan peran manajement dan
organisasi secara optimal, melalui proses perubahan.
Merubah, menyesuaikan, memperbaiki dan menyempurnakan sistem
dan metoda yang dirasakan sudah tidak sesuai dan tidak menguntungkan
dalam mendukung optimalisasi pelaksanaan tugas.
Pernyataan yang relevan dengan penerapan konsep NCW, seperti “Getting the
right information to only the right people, at the right place and time, in a
useable format, with clear and unambiguous meaning, in joint and in
coalition of forces”. Memperoleh informasi yang benar dan akurat, pada sasaran
dan waktu yang cepat dan tepat, dalam suatu format yang dapat digunakan, secara
jelas dengan arti yang tidak meragukan. Mengingat sebaik apapun konsep yang
diterapkan pada akhirnya akan sangat tergantung pada kualitas sumber daya
manusianya, demikian pula dengan penerapan konsep NCW menuntut konsistensi
dan konsekuensi serta kemampuan sumber daya manusia, yang diharapkan
memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga mampu :
1) Membangun sistem informasi yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan
kualitas informasi melalui berbagai proses dan kegiatan sharing informasi
dengan menggunakan fasilitas dan memiliki kekuatan jaringan, hingga mampu
mencapai keunggulan informasi.
23
yang dihasilkan hanya diperuntukan bagi personel yang benar yaitu
personel yang berhak, memiliki tugas, tanggung jawab dan
kewenangan serta pengetahuan dan kemampuan yang sesuai atas
informasi yang diterima. Personel yang memenuhi persyaratan kemampuan
tertentu yang memiliki Profesionalisme, Motivasi, Dedikasi dan Loyalitas yang
dipersyaratkan dalam Cognitive and Social Domain.
24
Fasilitas yang digunakan, sesuai peralatan yang dimiliki masing-masing,
diantaranya Radar, Long Range Camera, Teropong, Internet, Radio dan
Satelit, Telepon serta Alat Deteksi/Fasilitas Informasi dan Komunikasi lainnya.
25
Fasilitas yang digunakan, sesuai peralatan dan fasilitas yang dimiliki
masing-masing Puskodal, diantaranya Radio dan Satelit, Telepon, Komputer
berikut system aplikasinya, Video Conference, E-Mail dan Internet serta
Intranet/VPN IP TNI AL, dll.
5) Tindakan, tidak ada fungsi atau kegiatan yang memiliki kesamaan dengan
konsep C4ISR.
Kegiatan yang dilakukan merupakan aktivitas atau tindakan yang
dilakukan, oleh Unsur Operasi/SSAT terhadap obyek atau target maupun
kejadian tertentu, sesuai perintah atau komando, dimana laporan
pelaksanaan dan hasil tindakan terekam dalam database.
Pelaksana kegiatan, terdiri dari Unsur Operasi (SSAT) yang meliputi KRI,
Pesawat Udara, Marinir dan Pangkalan.
Fasilitas yang digunakan, sesuai peralatan dan fasilitas serta kesenjataan
yang dimiliki berdasarkan fungsi azasi unsur masing-masing.
27
b) Tahap Embarkasi (Embarkation), merupakan sistem informasi yang
diharapkan mampu untuk mendukung kebutuhan sistem dan menjamin
ketersediaan informasi dalam kegiatan embarkasi yang merupakan tahap
pelaksanaan awal, seluruh kegiatan embarkasi dilaksanakan berdasarkan
Rencana Operasi, yang meliputi kegiatan :
Pembekalan Awal.
Embarkasi Materiel.
Embarkasi Personel.
28
d) Tahap Gerakan Menuju Sasaran/GMS (Movement), merupakan sistem
informasi yang diharapkan mampu untuk mendukung kebutuhan sistem dan
menjamin ketersediaan informasi dalam kegiatan GMS, yang merupakan
tahap pergerakan lanjutan menuju sasaran, dimana seluruh kegiatan
dilaksanakan berdasarkan Rencana Operasi dan masing-masing unsur
melakukan aktivitas :
Operasi Kapal Atas Air (Surface Operation), yang meliputi berbagai
jenis unsur yang melakukan aktivitas sesuai fungsi azasi masing-
masing.
Operasi Kapal Bawah Air (Submarine Operation), melakukan
pengintaian atau tugas lain yang diembannya.
Operasi Udara Maritim (Maritime Aircraft Operation), termasuk patrol
maritime dan pengintaian.
Operasi Logistik (Logistic Operation), termasuk bekal ulang.
29
Informasi dan Rencana Operasi.
Peta Laut dan Peta Trimatra.
Kekuatan dan Dislokasi Unsur Sendiri, Kawan dan Lawan.
Karakteristik dan Kemampuan Alat Deteksi (Radar, Loran, Sonar dll).
Karakteristik dan Kemampuan Senjata dan kebutuhan Amonisi.
Informasi Logistik dan fasilitas serta kemampuan Pangkalan.
Informasi lain yang relevan.
30
mendapatkan keunggulan kompetitif atas lawan. Era Informasi telah menyajikan
cara-cara baru dan praktis dalam menolak, memanfaatkan, merusak atau
menghancurkan informasi, termasuk kerentanan yang memungkinkan untuk
melakukan serangan tersebut, dengan demikian maka peperangan informasi,
merupakan :
Operasi Psikologis, dengan menggunakan informasi untuk mempengaruhi
pihak lawan melalui berbagai propaganda atau reasoning yang dapat
mengakibatkan kerusakan fisik dengan cara mempengaruhi elemen sistem
informasi melalui konversi energi yang tersimpan dan dapat berubah menjadi
daya atau kekuatan penghancur, karena kekuatan psikologis dapat berubah
menjadi kekuatan fisik.
Berbagai tindakan untuk melindungi fungsi informasi atau apapun yang
berarti, serangan terhadap suatu fungsi informasi, dan apa saja yang
dianggap penting atau berarti, sehingga menghancurkan perangkat lunak
fasilitas informasi juga termasuk peperangan informasi.
Bagian dari Peperangan Elektronik dalam rangka menangkal atau
menolak informasi secara akurat terhadap pernyataan dari pihak lawan yang
merugikan. Peperangan informasi dapat digunakan sebagai alat strategis
untuk melakukan penyerangan dan pelarangan atau pencegahan.
Kamuflase Militer, berupa tindakan penyesatan informasi terhadap pihak
lawan tentang kemampuan, perencanaan atau tujuan. Militer selalu berusaha
untuk mendapatkan atau mempengaruhi informasi yang diperlukan oleh
musuh untuk mempengaruhi penggunaan kekuatan
Serangan Fisik dengan menggunakan senjata atau peralatan
electromagnetis sampai pada pengeboman secara konvensional.
Kemampuan dan batasan keamanan terhadap sistem informasi, berupa
kegiatan untuk mencari cara dalam menjaga serta menjamin ketahanan dan
keamanan sistem, agar pihak musuh tidak dapat dan tidak memiliki
kesempatan untuk mengetahui rencana, tujuan dan kemampuan yang
dimiliki. Mengamankan dan mempertahankan fasilitas fungsi informasi
terhadap serangan adalah peperangan informasi, sehingga dengan
menggunakan program anti-virus untuk melindungi perangkat lunak fasilitas
informasi juga termasuk peperangan informasi.
31
Seperti prinsip peperangan informasi yang telah dijelaskan sebelumnya,
bahwa menghancurkan lawan tidak perlu dengan cara kekerasan melalui perang
fisik, maka peperangan informasi tidak tergantung pada waktu dan tempat, bisa
berlangsung lama dan dan dimana saja, tidak ada target waktu dan tempat yang
ditentukan, namun tetap terencana dan terkendali sesuai tujuan yang mereka
tetapkan. Sebagai contoh nyata hanya dengan informasi melalui media mereka
mampu membangun opini publik internasional, sehingga Oshama bin Laden
tersudut dan menjadi orang yang paling bersalah tanpa diadili dan dibuktikan
terlebih dahulu.
Sehingga kita kita harus selalu waspada dan antisipasi terhadap terjadinya
peperangan informasi setiap saat. Oleh karena itu maka perlu kesiapan dalam
menghadapinya, keberhasilan dalam melakukan peperangan informasi adalah
32
kemampuan sumber daya yang terdiri dari kualitas sumber daya manusia dan
kemampuan infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki. Dengan demikian
maka kunci keberhasilan dalam peperangan informasi adalah :
Kualitas Sumber Daya Manusia, yang diharapkan memiliki kemampuan
mengelola peperangan informasi, dalam rangka perencanaan, pengorganisa-
sian, pelaksanaan menyusun, memproduksi dan menyebar informasi serta
pengendalian operasi informasi dilingkungan masyarakat luas baik ditingkat
nasional, regional maupun internasional, melalui berbagai media yang dapat
diakses dan dipublikasi dengan mudah.
Kemampuan Infrastruktur, berupa fasilitas dan peralatan perangkat keras,
perangkat lunak 33egara serta jarring komunikasi data yang dimiliki, untuk
mendukung kebutuhan dan kepentingan akses serta media informasi dan
penyebarannya.
3) Kerjasama Informasi (Information Cooperation), merupakan serangkaian
kegiatan pemanfaatan fasilitas dan informasi yang digunakan secara bersama
melalui sharing informasi (Information sharing) dan kolaborasi (Collaboration),
berdasarkan aturan dan ketentuan atau kesepakatan bersama (Memorandum of
Understanding/MoU), sesuai tugas, tanggung jawab dan kewenangannya
masing-masing, guna menciptakan kesadaran terhadap sharing situasi (Shared
Situational Awareness) dan sinkronisasi diri (Self Synchronization), untuk
mewujudkan keuntungan yang kompetitif (Competitive Advantage) dalam rangka
pencapaian misi secara efektif (mission effectiveness) dalam melaksanakan
tugas dimasa damai, krisis maupun konflik.
Lingkup Kerjasama Informasi, yang dapat dilakukan oleh TNI Angkatan Laut
dengan instansi lain bisa bersifat :
Intern TNI Angkatan Laut, merupakan kerjasama antar para Pembina
Fungsi, Komando Utama (Kotama), Satuan Kerja (Satker), Armada, Gugus
dan Satuan Tugas sampai Unsur Operasi terkecil dalam rangka optimalisasi
pelaksanaan tugas TNI Angkatan Laut. Sharing informasi dan pemanfaatan
fasilitas secara bersama dilakukan berdasarkan wewenang, tugas dan
tanggung jawab yang sudah tertuang dalam organisasi tugas dan prosedur
(Orgaspros) dan petunjuk pelaksanaan (Juklak) masing-masing, kecuali ada
hal-hal khusus yang belum ditentukan secara formal.
Ekstern diluar TNI Angkatan Laut, merupakan kerjasama antara TNI
Angkatan Laut dengan Angkatan Lain, Mabes TNI, Departemen Pertahanan
atau Departemen dan Instansi Pemerintah lainnya serta Swasta baik didalam
maupun diluar negeri yang terkait dengan kegiatan pertahanan negara.
Sharing informasi dan pemanfaatan fasilitas secara bersama dilingkungan
Dephan dan TNI dapat dilakukan berdasarkan wewenang, tugas dan
tanggung jawab yang telah ditetapkan oleh keputusan Menteri Pertahanan
atau Panglima TNI, sedangkan dengan pihak lain dapat dilakukan dengan
membuat kesepakatan bersama yang saling menguntungkan sesuai peran
dan fungsi masing-masing.
33
Bentuk Kerjasama Informasi pihak lain yang mungkin dapat dilaksanakan
dengan TNI Angkatan Laut adalah, secara :
Langsung, yaitu dengan melakukan sharing informasi dan pemanfaatan
fasilitas bersama secara langsung berintegrasi dengan sistem (on-line),
sehingga yang bersangkutan akan merupakan sub-sistem dari sistem
informasi pertahanan negara matra laut yang memiliki otoritas dan kewajiban
tertentu sesuai fungsi dan perannya masing-masing.
Tidak Langsung, yaitu dengan melakukan sharing informasi dan
pemanfaatan fasilitas bersama secara tidak langsung tidak terintegrasi
dengan sistem (off-line), terpisah dari sistem informasi pertahanan negara
matra laut yang hanya diberikan hak akses secara terbatas, sesuai dengan
MoU yang disepakati bersama. Hak akses adalah otoritas untuk masuk
kedalam sistem secara terbatas dengan menggunakan password atau kode
tertentu sesuai dengan ketentuan operasional sistem.
f. Permasalahan yang dihadapi, adalah berbagai keterbatasan yang dapat
mempengaruhi penyelenggaraan pembinaan system informasi dilingkungan TNI
Angkatan Laut, diantaranya disebabkan oleh keterbatasan :
1) Implementasi C4ISR, pada sistem informasi Puskodal perlu dilakukan
penyesuaian secara bijak khususnya mengenai aspek intelijen, karena
berdasarkan teori dituntut untuk berintegrasi dengan aspek lainnya, sedangkan
pada pelaksanaannya intelijen terpisah dan langsung kepada pimpinan. Oleh
karena itu perlu dibahas secara tuntas dan lugas disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan pelaksanaan tugas TNI Angkatan Laut secara nyata.
2) Kualitas dan Kuantitas, prilaku dan budaya informasi sumber daya manusia
(SDM) pembina dan pengguna sistem informasi TNI Angkatan Laut, merupakan
permasalahan yang paling pokok dan mendasar, karena hasil dari seluruh
kegiatan akan sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan SDM.
5) Sistem dan Metoda, masih banyak aturan dan ketentuan serta kebijakan
yang belum ditentukan dan masih terdapat kebijakan yang over lap maupun over
lay dalam mengelola kegiatan-kegiatan tertentu, sehingga mengakibatkan
berbagai permasalahan dalam pembinaan sistem informasi pertahanan negara
matra laut.
34
5. Kesimpulan dan Saran, berdasarkan uraian penjelasan tentang teori, implementasi
dan permasalahan yang dihadapi dalam menerapkan konsep-konsep tersebut, maka
dapat disimpulkan dan disarankan hal-hal sbb :
a. Kesimpulan.
35
menjadi obyek atau sasaran dalam peperangan informasi, harus mampu
berubah menjadi subyek serta dapat melakukan antisipasi dan mengatasi serta
melakukan pembalasan secara efektif jangan sampai merugikan negara dan
bangsa Indonesia, seperti yang telah terjadi dan kita alami bersama dimasa lalu.
5) Melengkapi dan menyesuaikan Sistem dan Metoda, dari tingkat teknis, taktis
maupun strategis, aturan dan ketentuan serta kebijakan tsb sangat diperlukan
dalam implementasi teori dan konsep, karena pada kenyataannya sering terjadi
tidak hingga dapat menimbulkan permasalahan. Untuk mendapatkan solusi dan
kepastian dalam pelaksanaan perlu ditindak lanjuti dan penyesuaian agar tidak
terjadi kerancuan dalam penyelenggaraan pembinaan sistem informasi.
36
terima kasih atas partisipasi dan perhatiannya
Jalesveva Jayamahe
37