Anda di halaman 1dari 17

HADIS – HADIS TENTANG DISTRIBUSI DAN KONSUMSI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi

Dosen Pengampu : Dede Rodin, M.Ag

Disusun oleh :

MELLA USWAH IZDIANA (1605036027)

NOVARI DWI BRAMANTYO (1605036028)

PEGGI WAHYU ROFI’AH (1605036029)

S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2017

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 1


BAB I

PENDAHULUAN

Islam adalah agama yang memiliki keunikan tersendiri dalam hal syari’ah, sangat
komprehensif dan universal. Komprehensif berarti merangkum seluruh aspek kehidupan baik
ritual maupun sosial (mu‟amalat). Universal berarti dapat diterapkan setiap waktu dan
tempat.

Dalam perekonomian modern, distribusi merupakan sektor yang penting dan


menempati posisi yang strategis dalam teori ekonomi mikro, baik dalam sistem ekonomi
Islan maupun konvensional, karena pembahasan distribusi tidak hanya berkaitan dengan
aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial dan politik. Dalam Islam, pmbahasam distribusi
sesungguhnya tidak terlepas dari pembahasan tentang konsep moral ekonomi yang dianut
juga model instrumen yang diterapkan individu maupun negara dalam menentukan sumber-
sumber ekonomi ataupun cara-cara pendistribusiannya.1

Sedangkan konsumsi dianggap sebagai suatu yang baik, selama tidak membahayakan
diri maupun orang lain. Islam mendorong manusia untuk mengkonsumsi sesuatu yang baik
lagi halal untuk mewujudkan tujuan dari penciptaan manusia itu sendiri, yaitu untuk
beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah di muka bumi.

1
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang : CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hlm. 126.

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Distribusi dan Konsumsi


1. Distribusi
Secara bahasa, distribusi berasal dari bahasa Inggris distribution yang berarti
penyaluran dan pembagian, yaitu penyaluran, pembagian atau pengiriman barang atau
jasa kepada beberapa orang atau tempat. Distribusi adalah suatu proses penyaluran atau
penyampaian barang atau jasa dari produsen kepada konsumen dan pemakainya
mempunyai peran penting dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Tanpa distribusi,
barang atau jasa tidak akan sampai dari produsen ke konsumen, sehingga kegiatan
produksi dan konsumsi tidak lancar. Sebagai jembatan antara produsen dan konsumen,
distribusi mempunyai peran signifikan dalam perputaran roda perekonomian masyarakat
ataupun negara.2
Dalam ekonomi Islam, distribusi mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur
produksi dan sumber-sumber kekayaan. Islam membolehkan kepemilikan umum (public
proverty) dan kepemilikan pribadi (privat proverty) dengan meletakkan aturan-aturan
pada keduanya untuk mendapatkan, menggunakan, dan memilikinya. Dalam ekonomi
Islam, distribusi lebih ditekankan pada penyaluran harta kekayaan yang diberikan kepada
beberapa pihak, baik individu, masyarakat, maupun negara yang berhak menerimanya.3
Menurut Yusuf al-Qardhawi, distribusi dalam ekonomi kapitalis terfokus pada
pasca-produksi, yaitu pada konsekuensi proses produksi bagi setiap proyek dalam bentuk
uang ataupun nilai, lalu hasil tersebut didistribusikan pada komponen-komponen
produksi yang berandil dalam memproduksinya, yaitu empat komponen berikut : (a)
upah, yaitu upah bagi para pekerja,dan sering kali dalam hal upah, para pekerja diperalat
kebutuhannya dan diberi upah dibawah standar, (b) bunga, yaitu bunga sebagai imbalan
dari uang modal (interest on capital)yang diharuskan pada pemilik proyek, (c) ongkos,
yaitu ongkos untuk sewa tanah yang dipakai untuk proyek, dan (d) keuntungan, yaitu
keuntungan (profit) bagi pengelola yang menjalankan praktik pengelolaan proyek dan
manajemen proyek, dan ia bertanggungjawab sepenuhnya.4

2
Idri, Hadis Ekonomi, Jakarta : Prenamedia Group, cet ke-2 , 2016, hlm. 128
3
Rodin, Tafsir..., hlm. 127
4
Idri, Hadis..., hlm. 129

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 3


2. Konsumsi
Konsumsi merupakan hal yang niscaya dalam kehidupan manusia, karena ia
membutuhkan berbagai konsumsi untuk mempertahankan hidupnya. Ia harus makan
untuk hidup, berpakaian untuk melindungi tubuhnya dari berbagai iklim ekstrem,
memiliki tempat untuk berteduh dan beristirahat serta menjaganya dari berbagai
gangguan fatal. Demikian juga, ia membutuhkan aneka peralatan untuk memudahkan
menjalani kehidupannya. Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan
konsumsi semakin lama semakin berkembang sejalan dengan pola dan gaya hidup
manusia. Semakin maju peradaban manusia, semakin tinggi pula kebutuhan mereka pada
barang-barang yang akan dikonsumsi dengan beragam jenisnya.5
Konsumsi pada hakikatnya adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi
kebutuhan. Konsumsi meliputi keperluan, ketenangan dan kemewahan. Kesenangan atau
keindahan diperbolehkan asal tidak berlebihan, yaitu tidak melampaui batas-batas
makanan yang dihalalkan. Konsumen muslim tidak akan melakukan permintaan terhadap
barang sama banyak dengan pendapatan, sehingga pendapatan habis. Karena mereka
mempunyai kebutuhan jangka pendek (dunia) dan kebutuhan jangka panjang(akhirat).6
Dalam ilmu ekonomi, konsumsi diartikan sebagai pemakaian barang untuk
mencukupi suatu kebutuhan secara langsung. Atau penggunaan barang dan jasa untuk
memuaskan kebutuhan manusia. Sedangkan Yusuf al-Qardhawi mendefinisikan
konsumsi dengan pemanfaatan hasil produksi yang halal dengan batas kewajaran agar
manusia dapat hidup dengan sejahtera. Dengan demikian, konsumsi tidak terbatas kepada
makan dan minum saja, tetapi mencakup segala pemakaian dan pemanfaatan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam hidupnya.7

B. Hadis – Hadis tentang Distribusi


Distribusi pendapatan adalah suatu proses pembagian (sebagian hasil penjualan produk
total) kepada faktor-faktor yang ikut menentukan pendapatan, yakni tanah, tenaga kerja,
modal, dan managemen.8
Rasulullah sangat menganjurkan agar umat Islam mendistribusikan sebagian harta dan
penghasilan mereka untuk membantu saudara-saudara mereka yang berkekurangan dibidang
ekonomi. Distribusi yang dimaksud Nabi terbagi menjadi dua jenis, yaitu9 :
5
Ibid, hlm.134-135.
6
Ilfi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi, Malang : Sukses Offset, 2008, hlm. 55
7
Rodin, Tafsir..., hlm. 135
8
Ilfi, Hadis..., hlm. 65

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 4


a. Distribusi barang dan jasa yang berupa penyaluran atau penyampaian barang
atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai 10
Bersifat profit taking (untuk mendapat keuntungan), jenis distribusi ini
dimaksudkan sebagai upaya untuk tersalurkannya barang-barang hasil produksi
sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas dan orang yang mendistribusikan
mendapat laba (hasil) dari penjualan barang yang didistribusikan. Dalam hal ini
Rasulullah melarang kita dalam berbuat penimbunan dan juga monopoli. Sebagaimana
dijelaskan dalam hadis dibawah ini :
1. Larangan penimbunan
Didalam Islam melarang penimbunan atau hal-hal yang menghambat
pendistribusian barang sampai ke konsumen. Menimbun sendiri adalah membeli
barang dalam jumlah yang banyak kemudian menyimpannya dengan maksud untuk
menjualnya dengan harga yang tinggi. Penimbunan dilarang agar harta tidak beredar
hanya di kalangan orang-orang tertentu sebagaimana misi Islam.11

‫ل ل ل س لهل ىَلهلعل ل س ىَلم لاح لح ل لأ ل‬ ‫ع لأِل‬


‫غِلِ لعَلا سل ْلف لخ طئل‬

( ‫) اہ ◌ ام‬

Dari Abu Hurairah berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda :” Siapa saja
yang melakukan penimbunan untuk mendapatkan harga yang paling tinggi,
dengan tujuan mengecoh orang Islam maka termasuk perbuatan yang salah”.
(HR Ahmad)

Rasulullah melarang umat Islam menimbun barang (ikhtikar) biasanya


dilakukan dengan tujuan untuk dijual ketika barang sudah sedikit atau langka
sehingga harganya mahal. Penimbunan termasuk aktivitas ekonomi yang
mengandung kedzaliman dan karenanya berdosa.

9
Idri, Hadis..., hlm. 132
10
Ibid, hlm. 133
11
Ibid.

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 5


2. Larangan monopoli

‫ل‬ ‫ح ن لا ى ل ل لمح ى لح ن لع لا اح لح ن لمع لع لع لهل لط‬


‫ع لأ لع لا لع ل يلهلعهال ل ل س لهل َلهلعل ل سَلَل‬
‫ل َل علح ِل ل لف ل لَ لع ى لم ل هلَل علح ِل ل‬ ّ ‫ل ى الا‬
( ‫لهلِس ا)ح حلا‬ ‫ل لَل‬

“Menceritakan kepada kami Salt bin Muhammad telah mengabarkan kepada


kami Abdul wahid mengabarkan kepada kami Muammar Dari Abdullah bin
Thawus dari Ayah nya Ibnu abbas RA ia berkata telah bersabda Rasulullah
SAW: “Janganlah kamu mencegat kafilah-kafilah dan janganlah orang-orang
kota menjual buat orang desa.” saya bertanya kepada Ibnu abbas, ” Apa arti
sabdanya.? “Janganlah kamu mencegat kafilah-kafilah dan jangan orang-
orang menjadi perantara baginya”. (HR Bukhori)

Ibnu Abbas mengartikan Hadiru Libadi dengan broker atau perantara yang
mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya. Adapun tempat yang dilarang mencegat
kafilah adalah luar pasar atau tempat menjual barang, karena akan merugikan pedagang
dipasar dan juga konsumen.

b. Distribusi sebagaian harta kepada orang-orang yang membutuhkan sebagai


wujud solidaritas sosial12
Bersifat non-profit taking (tidak untuk mendapat laba atau keuntungan), distribusi
jenis kedua ini, orang yang menyalurkan hartanya tidak mendapat pembayaran atau
keuntungan (profit) langsung, tetapi di hari kemudian atau di akhirat.
Misalnya, berupa zakat, nafkah, shadaqah, wasiat, hibah, dan sebagainya.
Rasulullah sangat menganjurkan agar distribusi kategori ini dilakukan oleh tiap muslim
yang mampu. Dalam sebuah hadis, Nabi menganjurkan agar umat Islam segera
mendistribusikan sebagian hartanya sebelum datang suatu masa ketika tidak ada orang
yang mau menerimanya, sebagaimana sabdanya :

12
Ibid.

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 6


‫ل ل‬ ‫ح ى ن لأ لح ى ن لشع لح ى ن لمع ل لخ ِل لِع لح ل ل‬
‫لاَلعل ل س ىَل ل ى الف ى ل ِلعل ُل م ل ِل‬
‫ِع لا نى ىِل ىَ ى‬
‫لفَلَ لم ل ل ل لا ى ج ل لج لِ لِْمسل لُ لف ىم لا ل‬ ‫ا ىج ل‬
( ‫فَلح ج لِل ل) ا لا‬
Telah menceritakan kepada kami [Adam] telah menceritakan kepada kami
[Syu'bah] telah menceritakan kepada kami [Ma'bad bin Khalid] berkata;
Aku mendengar [Haritsah bin Wahab] berkata; Aku mendengar Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Bershadaqalah, karena nanti akan
datang kepada kalian suatu zaman yang ketika itu seseorang berkeliling
dengan membawa shadaqahnya namun dia tidak mendapatkan seorangpun
yang menerimanya. Lalu seseorang berkata,: "Seandainya kamu datang
membawanya kemarin pasti aku akan terima. Adapun hari ini aku tidak
membutuhkannya lagi". (HR. Bukhari, no. 1322)
Jadi, nantinya kita akan menemukan zaman dimana dizaman itu ada yang
membawa sedekahnya tetapi tidak menemukan orang yang mau diberi sedekah.
Keadaan negeri Arab kembali subur dengan padang-padang rumput dan sungai-
sungai. Itulah gambaran dinegeri Arab diakhir zaman. Kemakmuran yang akan
melanda negeri membuat manusia tidak bisa berbuat baik, tidak bisa bersedekah
dan berzakat.
Oleh karena itu, dari hadits ini dapat diambil pelajaran diantaranya agar
jangan suka menunda-nunda berbuat kebaikan. Bersegeralah dalam berbuat
kebaikan. Dan dalam berbuat kebaikan kita harus berniat untuk mendapatkan ridho
Allah swt. Jangan sampai perbuatan baik kita diikuti oleh niat yang hanya
mementingkan kepentingan duniawi saja. Tetapi didasari niat ikhlas untuk
mengharap ridho-Nya.
Rasulullah menyatakan bahwa mendistribusikan harta dengan cara
memberikannya pada orang lain dapat mencegah pelakunya dari siksa api neraka,
sebagaimana sabdanya :

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 7


‫لِ ۡع لع ۡ لهل‬: ‫لع ۡ لأِ لا ۡۡ ل‬، ‫لح ى ن لش ۡع‬، ۡ ‫ح ى ن لسل ۡ ل ۡ لح‬
‫لِ ۡع ل س لهلل‬: ‫لِ ۡع لع ى ل ۡ لح ِ ل ي له لع ۡن ل‬: ‫ۡ لم ۡع ل‬
( ‫لا ى الا نى ل ۡ ل ل ۡ ل ل) ا لا‬: ‫ﷺل‬
Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Syu‟bah menceritakan
kepada kami, dari Abu Ishaq, beliau berkata: Aku mendengar „Abdullah bin
Ma‟qil berkata: Aku mendengar „Adi bin Hatim radhiyallahu
„anhu mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda, “Takutlah kalian dari neraka, walau dengan separuh
kurma.” ( Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1417)

Dari hadits ini, kita dapat mengambil pelajaran diantaranya : Rasulullah


memotivasi umatnya untuk bersedekah, baik yang sedikit maupun banyak. Sabda
beliau “walau dengan separuh kurma” menunjukkan betapapun kecilnya sedekah
yang diberikan, ia bermanfaat besar bagi pelakunya. Ia dapat menjaga dan
melindungi pelakunya dari api neraka.

Didalam distribusi jenis kedua ini akan dipaparkan mengenai hadis tentang
zakat dan shadaqah, beserta warisan.

1. Zakat dan Sedekah


Salah satu perhatian pokok ekonomi Islam adalah mewujudkan keadilan
distributif. Karena itu, semua keadaan ekonomi yang didasarkan pada
ketidakseimbangan (zulm) harus diganti dengan keadaan-keadaan yang memenuhi
tuntutan keseimbangan (al-adl dan al-ihsan). Dengan kata lain, ekonomi Islam
akan berusaha memaksimalkan kesejahteraan total dan bukan hanya kesejahteraan
marginal. Tindakan sosial harus digerakkan secara langsung untuk perbaikan
kesejahteraan kalangan yang kurang beruntung dalam masyarakat melalui zakat,
infak, dan sedekah.13

13
Ilfi, hadis..., hlm. 66

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 8


Sebagaimana hadis riwayat an- Nasa’i, tentang zakat :

‫أخََل لع لم ِلع لأِلس لع لأ لأ ى لِعلطلح ل لع ى‬


‫لاَل ل‬
‫لاَلعل ل س ىَلم لأ لَ لَئ لا ى أ ل س عل ى ل‬
‫لاَل ىَ ى‬
‫ج ءل ج لاَل س ى‬
‫لاَل ىَل‬
‫ل َل ملم ل لح ىَل َلف ال ل س لع لاَسَ لف لهل س ى‬
‫ىاَلعل ل س ىَلَسل ل ا للِلا ل ا ل ى َل ل لع ىِلغْ ى ل لَلا ىَلأ ل ىط ىعل‬
‫ل لش ل مض ل ل لع ىِلغْ ل لَلا ىَلأ ل ىط ىعل لهل س ى‬
‫لاَل‬
‫لاَلعل ل س ىَلا ىلزَ ل ل لع ىِلغْ ل لَلا ىَلأ ل ىط ىعلف لا ى ج ل ل‬
‫ىَ ى‬
‫لاَلعل ل س ىَلأفلحل‬
‫لاَل ىَ ى‬
‫ل ىاَلَلأ لعَل ال َلأ لم ل ل س ى‬
‫ل‬ ‫ال‬
Telah mengabarkan kepada kami [Qutaibah] dari [Malik] dari [Abu Suhail]
dari [Bapaknya] bahwa dia mendengar [Thalhah bin Ubaidillah] berkata;
Seseorang yang rambutnya acak-acakan -dari penduduk Najed- datang kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kami mendengar logat suaranya,
tetapi kami tidak paham dengan perkataannya hingga dia mendekat dan
ternyata dia bertanya tentang Islam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berkata kepadanya: Shalat lima kali sehari semalam. Dia bertanya
lagi; Apakah ada kewajiban bagiku selainnya? Rasulullah menjawab: Tidak
ada kecuali kamu mau melakukan sunnah-sunnahnya. Rasulullah
menambahkan puasa bulan Ramadhan, dia berkata apakah ada kewajiban lain
bagiku? Rasulullah menjawab; Tidak ada kecuali kamu mau melakukannya
secara sukarela (puasa sunnah). Selanjutnya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menyebutkan tentang zakat dan dia berkata; Apakah ada kewajiban
yang lain bagiku? Rasul shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Tidak, kecuali
kamu mau melakukannya secara sukarela. Kemudian dia mundur ke belakang
sambil berkata; Demi Allah aku tidak akan menambah atau mengurangi hal

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 9


tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dia selamat jika
jujur."

Jadi, dari hadits ini sudah jelas bahwa zakat merupakan salah satu dari rukun
Islam yang wajib di bayarkan bagi orang-orang yang mampu. Dan zakat akan
memberikan keselamatan bagi pelakunya apabila dilakukan dengan jujur dan
lillahita‟ala.

Sedangkan hadis tentang sadakah, sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad :

‫ل ل لس ل‬ ‫ح ى ن ل علَل لع لح ى ن لع لا ِلع لعط ءلع لأِل‬


‫لا ىَلع لظ لغًل ا لا عل لخْلم لا لا ّلس َل‬ ‫لاَلعل ل س ىَلَل‬
‫ىاَل ىَ ى‬
‫ا أل ل ع ل ل‬
Telah menceritakan kepada kami [Ya'la bin 'Ubaid] telah menceritakan
kepada kami [Abdul Malik] dari ['Atho`] dari [Abu Hurairah], dia berkata;
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Tidak ada sedekah
kecuali dari orang yang mampu, dan tangan di atas itu lebih mulia daripada
tangan di bawah, dan mulailah dari orang yang kamu nafkahi."

“Tangan yang diatas itu lebih mulia daripada tangan dibawah” maksudnya
yaitu orang yang memberi lebih baik daripada yang menerima, karena pemberi
berada diatas penerima, maka tangan dialah yang lebih tinggi sebagaimana
disabdakan oleh Rasulullah saw. Namun ini bukan berarti bahwa orang yang
diberi tidak boleh menerima pemberian orang lain. Bila seseorang memberi
hadiah kepadanya, maka dia boleh menerimanya.

2. Warisan

‫ل ل‬ ‫ح ى ن لمح ى ل ل ْلح ى ن لمح ى ل لَ لح ى ن لأ لسل لع لأِل‬


ِ‫لاَلعل ل س ىَلم ل لم َلفِ ِل م ل لض ع لف ىل‬ ‫لاَل ىَ ى‬
‫لس ى‬

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 10


( ‫) اہ ◌ ام‬

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Bisyr] telah menceritakan


kepada kami [Muhammad bin 'Amru] berkata; telah menceritakan kepada
kami [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah], dia berkata; Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Barangsiapa meninggal mewariskan
harta maka ia untuk keluarganya dan barangsiapa meninggal mewariskan
hutang maka itu menjadi tanggunganku." (HR Ahmad)

Hukum waris merupakan suatu aturan yang sangat penting dalam mengurangi
ketidakadilan distribusi kekayaan. Hukum waris merupakan alat penimbang yang
sangat kuat dan efektif untuk mencegah pengumpulan kekayaan di kalangan tertentu
dan pengembangannya dalam kelompok-kelompok besar dalam masyarakat. Dengan
demikian waris bertujuan untuk menyebarluaskan pembagian kekayaan dan mencegah
penimbunan harta dalam bentuk apapun.14

C. Hadis – hadis tentang konsumsi


Dalam ekonomi konvensional, aktivitas ekonomi sangat terkait erat dengan
memaksimalkan kepuasan. Sehingga tujuan ekonomi dalam ekonomi konvensional
adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang jumlahnya tidak terbatas dengan
tujuan memperoleh kepuasan yang maksimal, dengan menggunakan penghasilan yang
jumlahnya terbatas. Sedangkan dalam ekonomi Islam, aktivitas dimuka bumi, demi
mencapai kebahagiaan hidup (falah) di dunia dan di akhirat. Karena itu, aktivitas
konsumsi dalam Islam seharusnya mengikuti prinsip dan norma yang telah ditetapkan
Islam.15 Berikut adalah prinsip-prinsip dalam konsumsi :

14
Ibid, hlm. 67
15
Rodin, Tafsir..., hlm. 138

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 11


1. Mengkonsumsi sesuatu yang halal dan tidak mengkosumsi dan menggunakan
harta, barang atau jasa yang dilarang16
Sebagaimana hadis nabi :

‫لِ ع ل س ل‬: ‫ع لأ ِ لع له لا ن ّع ل ل ْ ل ي له لع ه ل‬
‫لا ى لا ح َ ل ْ ل ا ى لا ح ا ل ْ ل ه ل‬:‫ه ل ىَ له ل ع ل ل س ىَ ل ل‬
‫لف لا ى لل ا ّ ِ لف ل‬، ‫أ م ل م ِ لَ ل ع ل ى ل ث ْ لم لا ن ى‬
‫لَ ى اع ل‬، ‫ل م ل ع لِ لا ّ ِل ل ع لِ لا ح ا‬، ‫اس َأ لِ ن ل ع ض‬
‫لأ َ ل ا ىل لل ك لم ِ لم لأ َ ل ا ى ل‬، ‫ع لح لا ح ل ش لأ ل ع لف‬
‫م له لم ح م لأ َ ل ا ى لِ لا ج س ل للل م ض غ لا ال ل ح ل ل ح لا ج س ل‬
‫ُ ّ ل ا ل الف س لف س لا ج س لُ ّ ل لل أ َ ل ِ لا ل ل‬
( َ‫ل مس‬ ‫) ل ا لا‬
Dari Abu Abdillah Nu‟man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata, Saya
mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara
keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak
diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti
dia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya. Dan siapa yang
terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara
yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan
gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka
lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki
larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah
bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah
seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah
bahwa dia adalah hati “. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sesuatu yang halal artinya sesuatu yang telah terlepas dari ikatan bahaya
duniawi dan ukhrawi. Di dalam Islam perintah untuk mengkonsumsi sesuatu
termasuk makanan harus memenuhi kriteria yang halal dan baik (tayyib). Dalam
16
Ibid, hlm. 139

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 12


hal makanan thayyib berarti makanan yang baik, tidak kotor dan segi zatnya atau
rusak (kadaluwarsa), atau dicampur benda najis.17

2. Tidak boros dan berlebihan tetapi mengonsumsi sesuatu secara dalam


batas kesederhanaan atau kewajaran.
Dalam mengonsumsi sesuatu, Islam memberikan tuntunan untuk tidak
berlebihan dan memperurutkan keinginan, tetapi hidup hemat dan sederhana sesuai
dengan kebutuhannya.18
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah:

ّ ‫ح ى ن ل ل لع لا ِلا ح‬
‫ِلح ى ن لمح ى ل لح لح ى ِلأم لع ل‬
‫لاَل ىَ ى‬
‫لاَلعل ل‬ ‫أم لأَى لِع لا ا ل لمع ل ل ل◌ِع ل س ى‬
‫س ىَل لم لمِلأ م ل ع ءلَالم ل ط لحس لاْ م ل ل ل ل ل ل‬
‫ف لغل لاْ م ى ل س لفثل ل ىلطع ل ل ل ىلْا ل ل ل لنى سل‬

Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Abdul Malik Al Himshi] telah
menceritakan kepada kami [Muhammad bin Harb] telah menceritakan
kepadaku [Ibuku] dari [Ibunya] bahwa dia berkata; saya mendengar [Al
Miqdam bin Ma'dikarib] berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah anak Adam memenuhi tempat yang
lebih buruk daripada perutnya, ukuran bagi (perut) anak Adam adalah
beberapa suapan yang hanya dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika
jiwanya menguasai dirinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk
minum dan sepertiga untuk bernafas."

17
Ibid.
18
Ibid, hlm. 144

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 13


3. Tidak mengandung Riba, tidak kotor / najis dan tidak menjijikkan

‫ح ى ن لأ لا لح ى ن لشع لع لع ل لأِلجح ل ل أ لأِلاشَ ل‬


‫لاَلعل ل س ىَلع ل لا َ ل ل ل‬
‫ع الح ىج م لفس لف لَى لا نى ِّل ىَ ى‬
‫ل‬ ‫اِى ل َى لع لا اِ ل ا ش م ل أِلا ِل م ُ ل ع لا‬

( ‫) ا لا‬
Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Walid] telah menceritakan kepada
kami [Syu'bah] dari ['Aun bin Abu Juhaifah] berkata, aku melihat [bapakku]
membeli seorang budak sebagai tukang bekam lalu aku tanyakan kepadanya
maka dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang harga
(uang hasil jual beli) anjing, darah dan melarang orang yang membuat tato
dan yang minta ditato dan pemakan riba' dan yang meminjam riba serta
melaknat pembuat patung". (HR Bukhori)

4. Bukan dari hasil suap


Menyuap dalam masalah hukum adalah memberikan sesuatu baik berupa
barang maupun lainnya dengan maksud dan tujuan tertentu. Islam melarang
perbuatan tersebut dan termasuk dosa besar yang dilaknat Allah SWT. Harta yang
diterima dari suap menyuap tergolong harta yang diperoleh melalui jalan yang
bathil, sehingga diharamkan untuk dikonsumsi.19
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah :

‫ح ى ن لع ِّلل لمح ى لح ى ن ل علح ى ن لا لأِل ئ لع لخ هلا ح ل لع ل‬


‫لاَل ىَ ى‬
‫لاَلعل ل‬ ‫لاَل لَ ل ل ل س ى‬ ‫ا ى م لع لأِلسل لع لع ى‬
‫س ىَل عن ى‬
‫لاَلعَلا ىلاِل ا ِل‬
Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Muhammad] berkata, telah
menceritakan kepada kami [Waki'] berkata, telah menceritakan kepada
19
Ilfi, hadis..., hlm. 62

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 14


kami [Ibnu Abu Dzi`b] dari pamannya [Al Harits bin 'Abdurrahman] dari
[Abu Salamah] dari [Abdullah bin Amru] ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah melaknat penyuap dan
penerima suap."

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 15


BAB III
SIMPULAN

Secara bahasa, distribusi berasal dari bahasa Inggris distribution yang berarti
penyaluran dan pembagian, yaitu penyaluran, pembagian atau pengiriman barang atau jasa
kepada beberapa orang atau tempat. Distribusi adalah suatu proses penyaliran atau
penyampaian barang atau jasa dari produsen kepada konsumen dan pemakainya mempunyai
peran penting dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Distribusi pendapatan yang dianjurkan
oleh Nabi ada dua, yaitu : Distribusi barang dan jasa yang berupa penyaluran atau
penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, Distribusi
sebagaian harta kepada orang-orang yang membutuhkan sebagai wujud solidaritas sosial.

Konsumsi pada hakikatnya adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi


kebutuhan. Konsumsi meliputi keperluan, ketenangan dan kemewahan. Kesenangan atau
keindahan diperbolehkan asal tidak berlebihan, yaitu tidak melampaui batas-batas makanan
yang dihalalkan. Konsumen muslim tidak akan melakukan permintaan terhadap barang sama
banyak dengan pendapatan, sehingga pendapatan habis. Karena mereka mempunyai
kebutuhan jangka pendek (dunia) dan kebutuhan jangka panjang (akhirat). Adapun prinsip-
prinsip dalam konsumsi, diantaranya : Mengkonsumsi sesuatu yang halal dan tidak
mengkosumsi dan menggunakan harta, barang atau jasa yang dilarang; Tidak boros dan
berlebihan tetapi mengonsumsi sesuatu secara dalam batas kesederhanaan atau kewajaran;
Tidak mengandung Riba, tidak kotor / najis dan tidak menjijikkan; dan bukan dari hasil suap.

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 16


DAFTAR PUSTAKA

Idri, Hadis Ekonomi, Jakarta : Prenamedia Group, cet. ke-2, 2016

Nur Diana, Ilfi, Hadis – Hadis Ekonomi, Malang : SUKSES Offset, cet. ke-1, 2008.

Rodin, Dede, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang : CV. Karya Abadi Jaya, cet. ke-1, 2015

Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi | 17

Anda mungkin juga menyukai