Volume 2, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2020 (112 s.d. 124) e-ISSN: 2685-6387
http://www.madrascience.com/index.php/ms
Lilis Hermayati
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 6 Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia
lilishermayati21@gmail.com
ABSTRAK
Masalahan utama penelitian yaitu iklim organisasi madrasah belum kondusif.
Tingkat kedisiplinan pegawai masih rendah. Pembudayaan displin pegawai
diasumsiklan dapat menciptakan iklim organisasi yang bermutu di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri (MIN) 6 Pangandaran. Penelitian bertujuan untuk
menggambarkan implementasi budaya disiplin dalam menciptakan iklim
organisasi yang bermutu. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS). Subyek penelitian adalah guru MIN 6 Pangandaran yang terdiri
dari 5 guru perempuan dan 6 guru laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan
kedisplinan guru dapat meningkatkan mutu iklim organisasi. Simpulan penelitian
yaitu: 1) Mutu iklim organisasi di MIN 6 Pangandaran sebelum implementasi
budaya disiplin tergolong masih rendah. 2) Proses implementasi budaya disiplin
untuk menciptakan iklim organisasi yang bermutu di MIN 6 Pangandaran
meningkat pada setiap siklus. Budaya disiplin guru meningkat dengan baik
dilihat dari capaian 75,54% pada siklus pertama menjadi 85,09% pada siklus
kedua. 3) Implementasi budaya disiplin dapat meningkatkan mutu iklim
organisasi di MIN 6 Pangandaran dengan skor perolehan rata-rata mencapai
74,81% pada siklus pertama menjadi 86,18% pada akhir siklus kedua. Penelitian
ini merekomendasikan para guru harus memiliki kedisiplinan dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevalusai kinerja sehingga menghasilkan
mutu lulusan terbaik.
ABSTRACT
The main research problem in this study is that the madrasa organizational climate is still
not condusive. The employees’ discipline level is still low. Civilizing employee discipline is
assumed can create an organizational climate quality at Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN) 6 Pangandaran. This study aims to describe the implementation of a discipline
culture in creating an organizational climate quality. This study used school action
research. The subject in this study were teacher in Public Madrasa Ibtidaiyah (MIN) 6 that
consists of five female teachers and six male teachers. The results showed that teachers’
discipline can improve the quality of organizational climate. The conclusions of this study
are: 1) The quality of the organizational climate in MIN 6 Pangandaran before the
implementation of the discipline culture is still low. 2) The process of implementing a
discipline culture to create a quality organizational climate at MIN 6 Pangandaran
increases in each cycle. The culture of teachers’ discipline increased well. It can be seen
from the achievements of 75.54% in the first cycle to 85.09% in the second cycle. 3) The
PENDAHULUAN
Kedisiplinan di MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) 6 Pangandaran
Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran belum menjadi sebuah budaya
sehingga iklim organisasi madrasah belum bermutu. Hal tersebut terkait dengan
masih membudayanya kebiasaan lama yang tidak berimplikasi pada
terpenuhinya sasaran kinerja pegawai yang sudah dirumuskan. Belum
optimalnya standar pencapaian kinerja harian, bulanan, maupun tahunan dapat
dilihat dari laporan aplikasi SIEKA yang dibuat. Kedisiplinannya pegawai yang
masih rendah berdampak pada iklim organisasi yang belum kondusif sehingga
tidak berkontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan MIN 6
Pangandaran. Hal tersebut dapat dilihat dari laporan kinerja pegawai pada Bulan
Desember tahun 2019.
Proses menentukan sasaran kinerja hingga laporan kinerja yang dilakukan
oleh pendidik maupun tenagak kependidikan yang harus memiliki dampak
strategis terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan di MIN 6 Pangandaran.
Melalui implementasi budaya disiplin diharapkan dapat menciptakan iklim
organisasi madrasah ibtidaiyah yang bermutu. Fokus penelitian tindakan sekolah
yang peneliti buat adalah: Implementasi Budaya Disiplin untuk Menciptakan
Iklim Organisasi yang Bermutu di MIN 6 Pangandaran.
Permasalahan utama yang muncul di MIN 6 Pangandaran yaitu iklim
organisasi madrasah belum kondusif. Hal tersebut diasumsikan karena
kedisplinan pegawai belum baik, pelayanan tenaga kependidikan masih
konvensional, rendahnya mutu layanan terhadap siswa, dan rendahnya prestasi
kinerja pegawai. Budaya disiplin merupakan faktor yang paling berkontribusi
pada rendahnya mutu iklim organisasi. Penelitian ini mengkaji implementasi
budaya disiplin untuk menciptakan iklim organisasi yang bermutu di MIN 6
Pangandaran. Indikator meningkatnya kedisplinan pegawai dapat dilihat dari
budaya disiplin masuk kerja, disiplin dalam proses kerja, dan disiplin membuat
laporan hasil pekerjaan baik harian maupun bulanan. Tindakan tersebut
diharapkan dapat meningkatjkan hasil sasaran kinerja pegawai dilihat dari hasil
capaian Sasaran Kinerja pegawai.
Rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1) Bagaimana mutu iklim
organisasi di MIN 6 Pangandaran sebelum implementasi budaya disiplin? 2)
Bagaimana proses mengimplementasikan budaya disiplin untuk menciptakan
iklim organisasi yang bermutu di MIN 6 Pangandaran? 3) Sejauhmana
implemenetasi budaya disiplin dapat menciptakan iklim organisasi yang bermutu
di MIN 6 Pangandaran?
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
atau ketertiban (Soegeng Prijodarminto, 1994 : 23).
Iklim Organisasi
Iklim organisasi adalah konsep yang menggambarkan suasana internal
lingkungan organisasi yang dirasakan anggotanya selama mereka beraktivitas
dalam rangka tercapainya tujuan organisasi (Davis dan Newstrom, 2000). “Iklim
organisasi adalah persepsi anggota organisasi dan mereka yang berhubungan
secara tetap dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan
internal organisasi secara rutin yang memengaruhi sikap dan perilaku organisasi
dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi
(Wirawan, 2007).”
Iklim organisasi mencerminkan kondisi internal suatu organisasi karena
iklim hanya dapat dirasakan oleh anggota organisasi tersebut, dan iklim dapat
menjadi sarana untuk mencari penyebab perilaku negatif yang muncul pada
karyawan (Martini dan Rostiana, 2003). “Iklim organisasi merupakan kualitas
lingkungan internal suatu organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya,
memengaruhi perilaku serta dapat tergambar dari seperangkat karakteristik atau
atribut khusus dari organisasi tersebut (Steers, 1985).”
Iklim organisasi merupakan sesuatu yang dapat diukur pada lingkungan
kerja baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada karyawan
dan pekerjaannya dimana tempat mereka bekerja dengan asumsi akan
berpengaruh pada motivasi dan perilaku karyawan (Toulson dan Smith, 1994).
Kolb dan Rubin (1984) membagi dimensi iklim organisasi menjadi tujuh
aspek yang membentuk iklim organisasi, yaitu sebagai berikut: 1) Konformitas
(conformity) adalah perasaan adanya pembatasan yang dikenakan oleh organisasi
secara eksternal. Perasaan ada banyak peraturan, prosedur, kebijakan dan
peraturan yang harus dipatuhi dibandingkan, dengan kemungkinan untuk
melaksanakan pekerjaan dengan cara sendiri yang dianggap tepat. Apakah
peraturan yang ada terlalu menekan, merugikan, atau justru membantu
menyelesaikan tugas. 2) Tanggung jawab (responsibility) adalah tanggung jawab
yang diberikan pada karyawan dalam melaksanakan pekerjaan demi tercapainya
tujuan organisasi. Apakah dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah
tanpa diawasi untuk setiap langkah yang dikerjakan. 3) Standar pelaksanaan
pekerjaan (standar) adalah kualitas pelaksanaan dan mutu produksi yang
diutamakan organisasi. Organisasi menetapkan tujuan yang menantang dan
mengutamakan mutu ke anggota organisasi agar berprestasi. 4) Imbalan
(reward) adalah penghargaan yang diberikan mendapat imbalan untuk pekerjaan
yang dilakukan dengan baik, tidak hanya dikritik, diabaikan, atau dihukum. 5)
Kejelasan organisasi (organizational clarity) adalah kejelasan tujuan dan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh organisasi, segala sesuatu terorganisir dengan
jelas tidak membingungkan, kabur atau kacau. 6) Hubungan interpersonal dan
semangat kelompok (warmth and support) adalah derajat perasaan para anggota
bahwa keakraban adalah penting untuk ciri organisasi, saling menghargai, saling
membantu, dan adanya hubungan yang baik antara karyawan. 7) Kepemimpinan
(leadership) adalah posisi di dalam organisasi, apakah diterima atau ditolak oleh
anggotanya. Kepemimpinan didasarkan oleh keahlian, organisasi tidak
didominasi atau tergantung pada satu atau dua orang saja.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan,
menyusun, dan menganalisis masalah yang menjadi objek penelitian. Metode juga
diartikan “Sebagai cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya)” (Djaka, 2005 dalam Amalia,
2008: 31). Jenis metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS). Penelitian ini dilakukan dalam kawasan sekolah dengan tujuan
dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu iklim organisasi melalui penerapan
budaya disiplin.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa Penelitian Tindakan
sekolah (PTS). PTS merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem
pendidikan dan mengembangkan manajemen sekolah agar menjadi lebih
produktif, efektif, dan efisien. Stringer (1996:9) mengartikan penelitian tindakan
sebagai “diciplined inquiry (research) which seeks focused efforts to improve the quality of
people’s organizational, community and family lives”. Dengan demikian PTS dapat
diartikan sebagai sebuah upaya untuk memperbaiki kondisi dan memecahkan
berbagai persoalan pendidikan yang dihadapi di sekolah. Pengertian tersebut
menunjuk pada dua kata kunci yang minimal salah satunya harus ada dalam PTS,
yaitu pemecahan masalah (problem solving) dan peningkatan (improvement) kinerja
Indikator Keberhasilan dari penelitian yang dilakukan dilihat dari dua sisi
diantaranya kedisplinan dan iklim organisasi. Indikator kedisplinan (1)
meningkatnya budaya displin dalam kinerja harian guru, dan (2) meningkatnya
iklim organisasi yang bermutu dilihat dari kulitas layanan terhadap siswa. mutu
pelayanan di MIN 6 Pangandaran meningkat, iklim organisasi sesuai tupoksi,
terciptanya budaya displin pegawai maupun siswa, pelayanan bisa offline
maupun online, meningkatnya mutu layanan terhadap siswa, naiknyanya prestasi
kinerja pegawai.
Alat pengumpul data yang peneliti gunakan meliputi Supervisi, Observasi,
wawancara, angket, dan diskusi sebagaimana berikut ini: (1) Supervisi;
menggunakan perangkat analisis untuk mengukur RPP yang dibuat dengan PBM
yang dilakukan. (2) Obserasi menggunakan lembar observasi untuk mengukur
tingkat kedisplinan guru melalui absensi guru, SKP guru, dan laporan kinerja
guru. (3) Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui
pendapat atau sikap guru dan teman sejawat tentang iklim organisasi yang
bermutu. (4) Kuesioner untuk mengetahui pendapat atau sikap guru dan teman
sejawat tentang pentingnya budaya disiplin. (5) diskusi menggunakan lembar
hasil pengamatan.
Siklus Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat
peningkatan kedisplinan dan iklim organisasi di MIN 6 Pangandaran. Jadwal
Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai
Oktober 2019. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik
sekolah, karena PTS memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan kinerja
efektif di Madrasah.
HASIL PENELITIAN
SIKLUS I
Prosedur penelitian yang dilakukan pada siklus pertama terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
a. Perencanaan
Perencanaan (Planing) dilakukan peneliti dengan merencanakan peningkatan
budaya disiplinan guru dalam aspek kehadiran, membuat sasaran kinerja
pegawai, dan membuat laporan harian kinerja yang tercantum dalam aplikasi
SIEKA. Peneliti membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTS, dan
menyusun alat evaluasi kinerja.
b. Pelaksanaan (Actuating)
Peneliti membagi tugas dalam 3 kategori, menyajikan jadwal kinerja selama
3 bulan ke depan, memberikan materi pemahaman tentang teknik menyusun SKP
yang benar, membangun budaya disiplin, dan iklim organisasi sesuai tupoksi.
Peneliti memberi arahan pada guru, berdiskusi dengan guru secara efektif dan
efisien, setiap guru mengumpulkan laporan kinerja hariannya, guru diberikan
kesempatan untuk memberikan tanggapan, penguatan, dan kesimpulan secara
bersama-sama.
c. Pengamatan (Observation)
Situasi kinerja harian, aktivitas guru di dalam kelas, dan kemampuan guru
dalam membuat laporan diobservasi oleh sejawat.
d. Refleksi (Reflecting)
Penelitian tindakan sekolah ini berhasil apabila memenuhi beberapa syarat
di antaranya : (a) sebagian besar (75% dari guru) mampu berdisiplin waktu dan
mampu membuat SKP, (b) sebagian besar (75% dari guru) melaksanakan SKP, (c)
sebagian besar (75% dari guru) mampu membuat laporan kinerja, (d) lebih dari
95% guru aktif dalam mengerjakan tugasnya, (e) penyelesaian tugas guru sesuai
dengan waktu yang disediakan.
SIKLUS II
Prosedur penelitian yang dilakukan pada siklus kedua terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. (1) Perencanaan (planning)
dilakukan peneliti dengan membuat rencana peningkatan mutu iklim organisasi
melalui perencanaan membangun budaya disiplin guru, membuat laporan SKP,
dan kinerja berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. (2) Pelaksanaan
(Actuating) dilakukan dengan mendorong para guru melaksanakan kinerja harian
berdasarkan rencana yang telah disusun. (3) Pengamatan (Observasion) dilakukan
peneliti dengan melibatkan observer dari sejawat untuk melakukan pengamatan
terhadap kedisiplinan kehadiran guru, aktivitas guru menyusun SKP dan laporan
kinerja seryta mengobservasi aktivitas peneliti agar terjadi peningkatan mutu
iklim organisasi. (4) Refleksi (Reflecting). Peneliti melakukan refleksi terhadap
pelaksanaan siklus kedua dan menganalisis pelaksanaan budaya disiplin guru
dapat meningkatkan mutu iklim organisasi di MIN 6 Pangandaran.
PEMBAHASAN
Siklus I
Perencanaan (Planning)
Perencanaan penelitian yang dibuat di antaranya; a) peneliti melakukan
analisis kinerja untuk mengetahui budaya disiplin dan peningkatan iklim
organisasi yang bermutu di MIN 6 Pangandaran. b) membuat rencana supervisi.
c) membuat lembar observasi. d) membuat instrumen yang digunakan dalam
siklus penelitian tindakan sekolah. dan e) menyusun pedoman wawancara.
Observasi (Pengamatan)
Hasil Observasi Siklus I
Tabel 1. Perolehan Skor Budaya Disiplin Siklus I
Status Skor Skor Presentase
No Nama Guru Keterangan
Perolehan Ideal (%)
1. Atin A., S.Pd.I PNS 20 25 84 Tertinggi
2. Burhani, S.Pd.I PNS 18 25 72
3. Dita R., S.Pd.I PNS 19 25 76
4. Siti N. S.Pd.I PNS 19 25 76
5. Nanang D., S.Pd.I PNS 20 25 80
6. Agus A.W. S.Pd. PNS 20 25 80
7. Heryadi A. S.Pd. Honorer 20 25 80
8. M. Muhaemin Y. Honorer 25
S.pd.I 18 71
9. Risma S. S.Pd. Honorer 17 25 68 Terendah
10. Tugino Honorer 17 25 68 Terendah
11. Ika Honorer 19 25 76
Refleksi (Reflection)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama
adalah sebagai berikut: 1) guru belum memiliki budaya disiplin. Hal ini diperoleh
dari hasil observasi terhadap kedisplinan guru hanya mencapai 75,54%, 2)
kedisplinan guru dalam bekerja, guru belum memiliki iklim organisasi yang
bermutu guru terhadap pelaksanaan dan laporan kinerja harian yang masih
tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata – rata iklim organisasi
baru mencapai 74,81%.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang
telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat
dibuat perencanaan sebagai berikut: 1) Kepala Madrasah sekaligus sebagai
peneliti memberikan motivasi kepada guru untuk berdisiplin dalam bekerja, 2)
Kepala Madrasah memberikan contoh perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
kinerja yang di atas standar, 3) memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
Observasi (Pengamatan)
Hasil Observasi Siklus II
Tabel 2. Perolehan Skor Budaya Disiplin Siklus I
Status Skor Skor Presentase
No Nama Guru Keterangan
Perolehan Ideal (%)
1. Atin A., S.Pd.I PNS 23 25 92 Tertinggi
2. Burhani, S.Pd.I PNS 20 25 80 Terendah
3. Dita R., S.Pd.I PNS 22 25 88
4. Siti N. S.Pd.I PNS 20 25 80 Terendah
5. Nanang D., S.Pd.I PNS 21 25 84
6. Agus A.W. S.Pd. PNS 22 25 88
7. Heryadi A. S.Pd. Honorer 23 25 92 Tertinggi
8. M. Muhaemin Y. Honorer 25
S.pd.I 22 88
9. Risma S. S.Pd. Honorer 21 25 84
10. Tugino Honorer 20 25 80 Terendah
11. Ika Honorer 20 25 80 Terendah
Hasil observasi kedisiplinan guru dalam iklim organisasi pada siklus kedua
tergolong tinggi dengan perolehan skor budaya disiplin guru 21,27 atau 85,09%
dengan skor ideal adalah 25. Berarti mengalami kenaikan sebesar 2,46. Hal ini
mengalami perbaikan dari siklus pertama. terjadi karena guru berdisiplin ketika
masuk dan ketika pulang. Kedisplinan guru dalam bekerja tersebut mendukung
terciptanya iklim organisasi yang bermutu. Dari skor ideal 100 %, skor perolehan
rata-rata mutu iklim organisasi mencapai 86,18%. Berarti mengalami kenaikan
sebesar 11,37
Refleksi (Relection)
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah sebagai
berikut: 1) budaya displin guru mengalami peningkatan. Budaya disiplin guru
meningkat dengan baik dilihat dari capaian 75,54% pada siklus pertama menjadi
85,09% pada siklus kedua. 2) meningkatnya mutu iklim organisasi yang bermutu
dengan skor perolehan rata-rata 74,81% pada siklus pertama, meningkat menjadi
86,18% pada siklus kedua.
SIMPULAN
Hasil penelitian tindakan sekolah yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1) Mutu iklim organisasi di MIN 6 Pangandaran sebelum
implementasi budaya disiplin tergolong masih rendah. 2) Proses implementasi
budaya disiplin untuk menciptakan iklim organisasi yang bermutu di MIN 6
Pangandaran meningkat pada setiap siklus. Budaya disiplin guru meningkat
dengan baik dilihat dari capaian 75,54% pada siklus pertama menjadi 85,09% pada
siklus kedua. 3) Implementasi budaya disiplin dapat meningkatkan mutu iklim
organisasi di MIN 6 Pangandaran dengan skor perolehan rata-rata mencapai
74,81% pada siklus pertama menjadi 86,18% pada akhir siklus kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. (2002). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan
Cendekia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Edgar H. Schein. (2009). The Corporate Culture Survival Guide: New and Revised
Edition, San Fransisco: Jossey-Bass.
Falah Yunus. (1996). Guru Kunci Utama Keberhasilan Pendidikan. Harian
Manuntung, Sabtu, 16/10/1996.
H. E. Mulyana. (2009). Penelitian Tindakan Sekolah / PTS. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Julie Andrews. (1996). Discipline. Illions: Sourcebook Naperville.
Muhammad Fathurrohman. (2015) Budaya Religius Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Yogyakarta: Kalimedia.
Mulyasa. (2013). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Muthi, Hasan. (2019). Pengaruh Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan
dan Implementasi Pengawas Terhadap Kinerja Guru. MADRASCIENCE
Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya. 1 (2): 51-71. Diunduh pada 4
Januari 2020 dari
http://madrascience.com/index.php/ms/article/view/59/24.
Ngainun Naim. (2012). Character Building. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Suharsimi Arikunto. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Sears, David O., Freedman, Jonathan L., and Peplau, L. Anne. 1992. Psikologi social.
Jakarta: Erlangga.
Soegeng Prijodarminto. (1994). Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta: Pradnya
Pratama.
Stoner, Jamer A.F. and Sindoro A. (1996). Manajemen. Jakarta: Prenhallindo.
Suradinata, Ermaya. (1979). Psikologi Kepegawaian. Bandung: Ramandan.
Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa
Indonesia. (1989). Jakarta: Balai pustaka.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas). Jakarta : Biro Hukum.