ABSEN : 07 UTS METODOLOGI PENELITIAN 1. Judul : Aktivitas Antifungi Asap Cair dari Tandan Kosong Elaeis guineensis Jacq. terhadap Colletotrichum sp. (WA2) Nama Penulis : Elvi Rusmiyanto Pancaning Wardoyo, Widya Anggraeni, Rahmawati, Hasan Ashari Oramahi Tahun : 2020 Nama jurnal : Bioteknologi & Biosains Indonesia 2. Masalah : Antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum sp. dapat menurunkan kualitas dan produksi cabai merah sebesar 45-60%. Sampai saat ini, upaya pengendalian antraknosa masih banyak dilakukan dengan menggunakan fungisida sintetik. Selain harganya yang mahal, penggunaan fungisida sintetik secara terus menerus dapat menyebabkan resistensi terhadap beberapa jenis organisme patogen pada tanaman, kematian organisme non target dan meninggalkan residu fungisida di atas ambang batas. Sehingga mendorong perlu adanya fungisida alami yang aman bagi tanaman dan lingkungan, salah satunya menggunakan asap cair dari tandan kosong Elaeis guineensis. 3. Tujuan : untuk mengevaluasi sifat antifungi asap cair tandan kosong E.guineensis terhadap pertumbuhan jamur anggota spesies Colletotrichum sp. (WA2) yang diisolasi dari buah cabai rawit (C. Frutescens) bergejala antraknosa. Manfaat penelitian : untuk mengetahui konsentrasi asap cair optimal (paling efektif) yang digunakan untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada cabai merah. 4. Penelitian terdahulu yg tercantum dalam artikel : Sharip et al., 2016 Aktivitas asap cair dari serat mesokarp E. Guineensis dapat menghambat pertumbuhan miselia Ganoderma boninense, yaitu jamur yang menyebabkan penyakit busuk batang basal E. Guineensis. Selain itu juga dapat menghambat perkecambahan spora Aspergillus fumigatus dan Trichoderma asperellum. Oramahi et al., 2010 Asap cair dari tandan kosong E. Guineensis pada konsentrasi 3% dapat menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus niger hingga 100%. Souza Araujo et al., 2018 Asap cair Eucalyptus urograndis dan Mimosa tenuiflora mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dan Cryptococcus neoformans. Han et al., 2011 Asap cair dari batang bambu memiliki aktivitas antifungi terhadap pertumbuhan jamur C. neoformans, C. albicans, Trichophyton mentagrophytes, Saccharomyces cerevisiae dan A. niger berturut-turut sebesar 14,9; 14,0; 15,5; 17,8 dan 13,8 mm. Adfa et al., 2020 Asap cair dari batang Cinnamomum parthenoxylon mengandung komponen asam asetat, asam 3-butenoat, asam butanoat, ester 2-propenil, dan keton, yang mampu menghambat pertumbuhan jamur busuk kayu Schizophyllum commune dan Fomitopsis palustris. 5. Klasifikasi artikel berdasarkan: a. Manfaat : Penelitian terapan (applied research), karena penelitian pada artikel ini dilakukan untuk memecahkan masalah di bidang pertanian, yaitu mengendalikan penyakit antraknosa pada cabai merah. Penelitian komparatif (comparative research), karena penelitian pada artikel ini membandingkan beberapa variasi konsentrasi asap cair dari tandan kosong Elaeis guineensis Jacq terhadap diameter koloni jamur Colletotrichum sp yang tumbuh pada media PDA. Penelitian korelasional, karena penelitian pada artikel ini mengevaluasi seberapa besar diameter koloni jamur yang terbentuk dari berbagai variasi konsentrasi asap cair. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi asap cair tandan kosong E. guineensis yang digunakan, maka ukuran diameter koloni jamur Colletotrichum sp. yang tumbuh semakin kecil bahkan tidak mengalami pertumbuhan. b. Tujuan : Penelitian eksplorasi, karena penelitian ini dilakukan untuk menemukan ilmu baru dalam bidang pendidikan. Ilmu baru yang dimaksud yaitu potensi aktivitas antifungi yang dimiliki oleh asap cair dari tandan kosong kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) terhadap jamur Colletotrichum sp. penyebab penyakit antraknosa pada cabai merah. c. Metode : penelitian kuantitatif dan kualitatif. Disebut kuantitatif karena dalam penelitian ini berhubungan dengan penafsiran angka statistik berupa data diameter koloni jamur. Disebut kualitatif, karena juga dilakukan uji organoleptik asap cair meliputi bau dan warna. 6. Saya tidak menemukan adanya plagiasi pada artikel ini. Karena pada artikel ini saat mengutip pendapat atau gagasan orang lain, sumber yang digunakan dituliskan secara lengkap, dan semua kutipan yang ada dituliskan di dalam daftar pustaka. 7. Keterbaruan dari penelitian pada artikel ini yaitu bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan asap cair. Jika pada penelitian sebelumnya (Sharip et al., 2016) bagian dari tumbuhan kelapa sawit yang dimanfaatkan untuk membuat asap cair adalah serat mesokarp nya, yang dapat menghambat pertumbuhan Ganoderma boninense. Maka pada penelitian ini bagian tumbuhan kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan kosong nya. Dimana penggunaan asap cair tandan kosong kelapa sawit (E. guineensis) untuk mengatasi penyakit antraknosa masih belum dilakukan. 8. a. Variabel bebas : Konsentrasi asap cair tandan kosong E. guineensis, yaitu sebesar 0,40% (P1); 0,42% (P2); 0,44% (P3); 0,46% (P4); 0,48% (P5); 0,50% (P6) dan 0,52% (P7), kontrol negatif (tanpa asap cair atau 0%), dan kontrol positif (fungisida sintetik Dithane 0,20%). Variabel terikat : - Zona pertumbuhan/diameter koloni jamur Colletotrichum sp. - Aktivitas antifungi asap cair tandan kosong E. guineensis Variabel tetap : - Ukuran sampel bahan baku tandan kosong E. guineensis (20 mesh) - Kondisi operasi pirolisis (450℃, 120 menit) b. Tahap penelitian : 1) Pirolisis asap cair 2) Pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA) 3) Isolasi jamur penyebab antraknosa, 4) Persiapan media perlakuan dan asap cair uji 5) Uji aktivitas antifungi asap cair c. Metode uji dan tujuan pengujian : Isolasi jamur penyebab antraknosa menggunakan metode penanaman langsung (direct plating). Tujuannya untuk mendapatkan isolat jamur dari buah cabai rawit yang terinfeksi penyakit antraknosa. Uji aktivitas antifungi asap cair menggunakan metode dilusi padat melalui cara poisoning food. Tujuannya untuk mengetahui diameter koloni jamur Colletorichum sp yang tumbuh pada media PDA pada setiap perlakuan variasi konsentrasi.