Anda di halaman 1dari 4

HARTA BUKANLAH SEGALANYA

Scene 1
Pada suatu hari hiduplah seorang Tuan yang sangatlah kaya raya, bernama Johan.
Tetapi ia hanya memiliki anak satu, yaitu gadis cantiknya yang bernama Calista. Istrinya sudah
meninggal cukup lama. Tetapi ayah dan anaknya memiliki sifat yang jauh berbeda. Ayahnya
adalah seorang yang sangat lugu dan tidak sombong. Tetapi Anaknya adalah seorang yang sangat
sombong dan pemalas.

Johan : (Mencari dengan membawa sapu) “Calista!.... Calista!... Ayah ada tugas untukmu.
Calista!.... Calista!..."

Calista : (Bermain HP sambil Menjawab dengan Teriak) “Ya?!.. Apa sih gangu aja!”

Johan : (Datang dengan membawa sapu) “Ini!, Sapu dulu rumahnya sana!. Rumah ini lantai
nya sudah cukup kotor.”

Calista : (Bermain HP) “Maaf yah, tapui aku sekarang sedang sibuk dengan Instagram!. Kenapa
kita tidak pake pembantu rumah tangga aja sih yah?. Kan uang ada, jadi kita tidak
perlu mengerjakannya sendiri.”

Johan : (Melempar sapunya ke lantai dengan keras) “Kamu ini gadis pemalas!. Ayah sengaja
tidak memakai pembantu rumah tangga karena ingin kamu yang mengerjakannya.
Agar kamu tidak jadi pemalas!”

Calista : (Berdiri dengan melotot pada ayahnya) “Yah! kenapa ga boleh malas – malasan?!.
Kita sudah punya segalanya, rumah mewah, mobil tiga, uang pun ga akan habis 7
turunan!. Yang harus dilakukan adalah bermalas – malasan dengan menikmati semua
harta ini!.

Johan : (Menampar Calista) “Dasar anak kurang ajar!. Dasar pemalas!”

Calista : (Menangis dan mendorong ayahnya keluar kamar) “Pergi! Pergi dari kamarku!. Dasar
ayah bodoh!”

Johan : (Berjalan mundur karena didorong) “Calista! Ayah mau bicara!”

Calista : (Melempar kursi ke arah ayahnya) “Bodo amat!”

Akhirnya, Johan beranjak dari depan kamar anak nya dengan muka menyesal dan
sedih. Sedangkan Calista hanya di kamar dengan muka kusam dan kecewa sambil bermain HP,
tanpa menyesal telah melakukan itu
Scene 2
Keesokan harinya beberapa teman Calista datang ke Rumah Calista. Mereka datang
untk bermain. Mereka, yaitu Alex, Bruno, dan Catrina. Mereka datang dengan bahagia.

Calista : (Membuka pintu) “Selamat datang..”

Catrina : (Memeluk Calista) “Halo Calista! Aku dah ga sabar ketemu kamu dari kemarin.”

Alex : (Terdiam terkagum atas kemewahan rumah Calista)

Calista : (Melepaskan pelukan Catrina) “Ayo masuk kita main. Disini ada wifi lohh.
Passwordnya I’m Rich.”

Bruno : (Menepuk bahu Alex) “Hey! Alex. Kamu kenapa Melamun saja? Kamu melamun
rumah ini atau pemilik rumah ini?..”

(Catrina, Calista, Bruno tertawa bersamaan)

Alex : (Tersipu malu) “Apa? bukan orang nya lah. Rumah ini loh Bagus.”

Catrina : “Udah – udah ayo masuk. Kita main bereng.”

Calista : (Dengan nada sombong) “Iya.. Ayo masuk panas diluar, lebih baik di dalam tidak
panas, full AC lagi”

Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah besar itu. Mereka bermain bersama,
bercanda bersama. Tetapi Calista semakin menunjukan sifat kesombongannya. Sehingga teman –
temannya mulai tidak menyukai sifat aslinya.

Calista : (Berdiri dari duduk) “Guys.. Aku pergi ke toilet dulu. Jangan sentuh apapun yang tidak
pantas kalian sentuh!”
Alex : (Dengan wajah kesal) “Iya – iya! Percaya aku!”
Catrina : (Dengan wajah kaget) “Ha?.. Iya udah.”

(Calista pergi ke toilet.)

Bruno : (Melihat Calista masuk ke toilet) “Eh.. Calista berubah. Dia tidak seperti yang kita
kenal.”

Catrina : “Iya bener. Dia sangat berubah. Apakah ini sifat aslinya dia?”

Alex & Bruno : “Mungkin”

Catrina : “Sangat bahaya kalau memang itu sifat buruknya”

Bruno : “Iya bener, kita harus memperingatinya.”

Catrina : (Menaruh tangan di dagu) “Tapi bagaimana bisa memperingatinya dengan tidak
menyakiti hatinya?”
Bruno : (Berdiri) “Tidak bisa. Kalau begini masalahnya, kita tidak bisa menghindari menyakiti
hatinya. Cewek seperti dia harus diberi pelajaran!”

Alex : (Menasik tangan Bruno untuk duduk) “Tenang tidak usah pakai emosi, kita bisa
melakukannya dengan hati – hati kan?”

Catrina : “Iya aku setuju. Kita beritahu dia pelan – pelan dulu”

Bruno : (Mengelus dada) “Iya. Oke lah.”

( Tiba – Tiba Calista keluar)

Alex : (Menunjuk Calista) “Dia keluar. Catrina kamu mulai duluan!”

Catrina : (Bingung) “Apa? Kenapa aku?”

Alex : (Mendorong – dorong Catrina) “Udah, buruan sana!”

Catrina : (Menarik Calista duduk) “Calista, maaf sebelumnya aku ingin bicara denganmu. Kami
mau bicara denganmu.”

Calista : “Kenapa? kalian merusak sesuatu? Jangan bohong!”

Bruno : “Jangan asal menuduh!”

Catrina : “Kami tidak memecahkan sesuatu. Kami hanya ingin memberitahu kamu, kamu
kenapa berubah? Kamu menjadi sombong, dan……”

Bruno : “Dan tidak tahu sopan santun.”

Alex : (Mengangguk) “Iya, Mereka benar.”

Calista : “Tidak sopan apanya? Sombong bagaimana? Kan memang punya segalanya dan kalian
tidak!”

Bruno : (Mengayunkan tangan untuk menampar Calista) “Dasar sombong!!”

Alex : (Menahan tangan Bruno) “Jangan Brun!. Jangan tampar dia!”

Calista : (Memegang HP untuk bersiap menelfon security) “Berani yah kalian. Dasar miskin!
Pergi dari sini kalian tidak pastas disini!”

Catrina : “Calista kamu serius? Kamu telah sungguh berubah!. Kamu bukan Calista yang aku
kenal dulu. Kamu bahkan tidak mirip sedikitpun!”

Calista : (mendorong mereka bertiga keluar) “Iya memang! Kalian juga bukan temanku, bukan
lagi!. Sekarang kalian pergi dari sini! kalian tidak pantas disini!. Kalian tidak pantas
kenal aku!, kerena kita beda level!”

Akhirnya, mereka bertiga pulang dengan sedih, terutama Catrina yang sangat
terpukul dan kaget. Sedangkan Bruno tetap dengan wajah kesal dan marah, seolah tidak percaya
jika Calista melakukan itu semua. Tapi…..
Calista : (Membawa sejumlah uang dan melemparkannya kepada mereka) “Hey!.. Nih ada
sedikit sedekah untuk kalian orang miskin!. Itu cukup untuk kebutuhan sebulan
kalian!.”

(Mereka terdiam dan kaget dengan uang yang banyak berhamburan di lantai)

Catrina : “Calista kamu kurang ajar!. Kamu bukan temanku kamu sungguh berubah.”

Bruno : “Dasar bodoh!. Dia tidak akan mengerti jika ku berbicara begitu!. Harus pake
kekerasan.”

Alex : “Jangan! Kalau kita pakai kekerasan kita sama saja dengan orang yang tidak
menghargai orang lain!”

Calista : (Mengambil uang di dompet) “Sudahlah, pergi dari sini aku sudah tidak tahan melihat
wajah kalian lagi!. Kenapa? Kurang ya? Ini!! Ini!! ambil itu semua dan pergi dari sini
dasar kampungan! (Melemparkan uangnya)”

Alex : (Menendang uangnya) “Kami tidak butuh uang! kami butuh orang yang bisa dijadikan
sahabat!”

Calista : “Hanya orang bodoh yang mau berteman dengan kaian!”

Catrina : “Kami tidak peduli apakah bodoh atau tidak! Yang penting bisa menjadi sahabat baik
tanpa memandang bulu.”

Calista : (Meninggalkan mereka dan uanganya) “Dasar otak miskin!”

Lalu, Ctrina, Alex, Bruno pergi pulang dengan wajah kesal dan sedih. Mereka
berpikir apakah mereka akan tetap menjadi teman Calista atau tidak. Karena karakter Calista
sama sekali tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai