Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wihendar

Nim : 224143042

Ruang Imajinasi dan Ruang Verbal

Dalam perspektif penciptaan karya seni, ruang imajinasi merupakan


khayalan yang dijadikan ide atau gagasan berdasarkan objek dan
subjektivitasnya. Secara etimologi kuno Roland Barthes mengemukakan
bahwa kata imaji (image) harus digali dari akar kata imitari yang berarti
meniru (Barthes, 2010:19), pada nyatanya imaji merupakan istilah yang
berbeda dengan imajinasi. Menurut Mike Susanto Imajinasi adalah daya
pikir untuk membayangkan atau berangan-angan atau menciptakan
gambaran-gambaran kejadian berdasarkan pikiran dan pengalaman
seseorang (Rusli, 2018).
Perbedaan imaji dan imajinasi bukan berarti tidak berhubungan,
dikarenakan imajinasi selalu memerlukan imaji atau citra sebelumnya
sehingga dalam proses imajinasi tersebut akan muncul imaji-imaji yang
membentuk gambaran tertentu secara mental (tidak secara visual/ tampak
mata) dan tekstual (diraba) sebelumnya (Rusli, 2018). Menurut pandangan
satre (Rusli, 2018) imajinasi dapat digolongkan menjadi 4 pokok, yakni :
imaji (gambaran), imaji bersifat quasi observasi, imaji (spontanitas), dan
imaji (ketiadaan).
Berbicara tentang ruang, kita berpandangan bahwa ruang
merupakan tempat terbatas atau dibatasi dan verbal adalah sesuatu yang
dimengerti dengan kata-kata yang membentuk ungkapan, pernyataan.
Ruang verbal disini dilihat dari perspektif musikal, lebih jelasnya menurut
Carl Seashore musik sebagai suara dan hening yang terorganisir melalui
waktu yang mengalir (dan di ruang), akan tetapi definisi ini memunculkan
asumsi dan pertanyaan. Dalam memahami hal ini Gaston mengemukakan
musik adalah bentuk dari perilaku manusia yang unik dan memiliki kekuatan
untuk mempengaruhi (Djohan, 2009:5). Kesimpuannya, dikatakan ruang
verbal merupakan wujud dari suatu karya hasil imajinasi. Misal berbentuk
monolog, dialog, dan lirik lagu.

Anda mungkin juga menyukai