Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1

ILMU NEGARA

DISUSUN OLEH

NAMA : A.SYAKHARULLAH
NIM : 043121243
SEMESTER : IV ( EMPAT )

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU HUKUM
OKTOBER 2022
1. Jelaskan asal mula negara secara klasik, dan bagaimana menurut pendapat
saudara, mengenai negara yang tidak memiliki wilayah tertentu
Jawab :
Pada pembentukan negara yaitu fase ke-dua yang dapat klasifikasikan pada
era klasik, maka terbentuknya negara tidak lain berkat adanya indikator kesadaran
masyarakat atas pembentukan suatu komunitas. Dalam wujud yang nyata atas
argumentasi keberadaan negara pada era klasik maka kita dapat merujuk dari
pendapat Marx.
Marx tidak membenarkan pendapat Hegel yang melihat hubungan negara
dan sudut alam cita-cita, tetapi ia melihat hubungan masyarakat sebagai suatu
kenyataan. Sebagai dasar untuk menentukan negara menurut pendapat Marx adalah
negara kelas. Ajarannya tentang Ilmu Negara terdapat dalam bukunya yang
berjudul Das Kommunistische Manifest pada tahun 1848. Menurut Marx negara
akan tetap ada sebagai suatu organisasi akibat dari suatu penjelmaan dan sejarah
dan sebagai hasil dari kehidupan manusia itu sendiri jika kemajuan-kemajuan
dalam proses produksi dan pembagian kerja terdapat dan selama hak milik
memegang peranan yang penting. Sejak itu negara disebut sebagai negara kelas,
dan juga berlaku bagi negara proletar jika negara borjuis diganti oleh negara
proletar tersebut, setelah kaum proletar merebut kekuasaan dan kaum kapitalis.
Tetapi negara ini lama-kelamaan akan hilang dengan ditiadakannya hak milik
terhadap alat-alat produksi yang sebelumnya ada pada tangan suatu kelas ekonomi
di dalam masyarakat (Moh Kusnardi dan Bintan R Saragih, 1994; 22).
Negara menjadi alat kekuasaan untuk menindas dan menguasai golongan
yang lain akan lenyap dan berubah menjadi masyarakat yang tidak bernegara dan
tidak berkelas. Ajaran Marx disebut sosialisme ilmiah yaitu suatu sosialisme yang
telah mendapatkan penilaian sebagai ilmu pengetahuan karena ajarannya ter sebut
terdapat nilai kebenaran bagi kaum komunis. Pendapat Marx berikutnya “adalah
suatu keharusan dari perkembangan sejarah bahwa masyarakat akan menuju
sosialisme yang dipimpin oleh diktator proletar” (Moh Kusnardi dan Bintan R
Saragih, 1994; 22-23).
Dari pandangan tersebut di atas dapat dinyatakan pada era klasik sangat
berbeda dengan era di mana kebutuhan masyarakat belum tertata. Kebutuhan
negara dalam era klasik didasarkan pada kebutuhan fundamental yaitu kehidupan
yang bersifat pasti. Namun bentuk kesadaran yang dimaksud dalam hal ini belum
terbentuk sesuai dengan struktur yang ideal. Munculnya golongan atau kelas-kelas
menjadikan kelompok yang memiliki kepentingan secara struktural mampu
memainkan peran yang signifikan dalam upaya pembentukan negara.
Secara umum, ide dasar dalam model dan bentuk negara pada posisi zaman
klasik sesuai dengan pemikiran Plato. Dalam pandangan Plato, sebelum Plato
mengemukakan ajarannya tentang bentukbentuk negara, didahului dengan
mengemukakan suatu pertanyaan. Ilmu Negara itu pertama-tama harus
mengemukakan suatu soal yang bersifat kesusilaan, keadilan agar manusia dapat
mencapai kebahagiaan. Dan satu soal yang diajukan oleh plato ialah: dapatkah
orang jahat itu berbahagia? karena meskipun di mana-mana telah diajarkan tentang
kesusilaan, kebajikan, keadilan, toh tentu masih ada orang yang tidak mau
melaksanakannya, yang meskipun demikian, orang-orang jahat itu sendiri dapat
juga menganjurkan kepada orang-orang lain untuk berbuat baik. Ingat saja akan
kata pepatah; sapu itu kotor, tetapi dapat juga untuk membersihkan (Soehino, 1996;
17-18).
Berangkat dari pemikiran Plato yang demikian, sedikit banyak disimpulkan,
pada era klasik terdapat kecenderungan bahwa era negara sudah tidak hanya
berorientasi pada kekuasaan pihak-pihak tertentu, melainkan kecenderungannya
adalah terwujudnya kebahagiaan. Lebih jauh terhadap pemecahan soal yang
diajukan Plato itu dapat dicari dan diketemukan uraiannya mengenai bentuk-bentuk
negara. Menurut Plato ada lima macam bentuk negara yang sesuai dengan sifat-sifat
tertentu daripada jiwa manusia. Bentuk daripada sesuatu negara itu tidak dapat
hidup (bertahan) kekal, oleh karena sifat-sifat jiwa manusia, yang merupakan dasar-
dasar kehidupan yang prinsipil, yang dijalankan sejauh mungkin itu merubah
keadaan mereka menjadi buruk, dan akhirnya memusnahkan mereka sendiri
(Soehino, 1996; 18). Sifat dari jiwa manusia yang dimaksud dalam hal ini adalah
adanya kehendak, akal pikiran dan perasaan.

Pentingnya negara memiliki wilayah,


Defined territory adalah suatu wilayah yang berfungsi sebagai tempat
bermukim penduduknya. Suatu wilayah dapat dikatakan sebagai pasti atau tetap
apabila wilayah tersebut sudah mempunyai kejelasan batas-batas wilayahnya yang
dituangkan melalui demarkasi dan dilineasi batas wilayah. Pengertian wilayah
adalah suatu ruang yang meliputi wilayah darat, wilayah laut, dan wilayah udara.
Wilayah udara mencakup ruang angkasa sesuai dengan batas wilayah darat dan
laut.
Wilayah darat adalah wilayah yang telah dikukuhkan oleh batas-batas
yang jelas menjadi wilayah negara. Wilayah laut adalah wilayah perairan yang
dekat dengan pantai. Negara menempati suatu teritorial dengan batas-batas tertentu
yang dianggap sebagai esensi utama suatu negara. Menurut Willoughby, eksistensi
negara sangat bergantung pada hak negara atas teritorial yang dimilikinya sebagai
sebuah kesatuan sosial yang nyata juga sebagai kesatuan geografis. Jadi negara
yang tidak memiliki wilayah tertentu yang pasti, tidak memenuhi unsur
terbentuknya suatu negara.

2. Bagaimana menurut pandangan saudara, hubungan antaral legitimasi dan


sifat dari suatu negara, dengan tujuan negara? 
Jawab :
Tidak ada suatu negara yang tidak mempunyai tujuan. Setiap Negara
dibentuk pastilah memiliki tujuan dan arah tertentu. Dengan mengetahui tujuan
negara persoalan mengenai legitimasi dan sifat dari negara akan terjawab. Karena
legitimasi ataupun sifat dari negara haruslah bersesuaian dengan tujuan negara.
Ajaran mengenai tujuan negara, meliputi: (a) Ajaran Kekuasaan; (b) Ajaran
Perdamaian Dunia; (c) Ajaran Kesusilaan; (d) Ajaran Kebahagiaan; (e) Ajaran
Teokrasi; (e) Ajaran Keamanan dan Ketertiban: (f) Ajaran Negara Hukum; dan (g)
Ajaran Negara Kesejahteraan (Welfare State).
Apabila penguasa ingin merealisasikan sifat negara, tujuan negara adalah
dengan,meletakan kewajiban-kewajiban di atas para warga masyarakatnya maka
harus ada legitimasi kekuasaan. Menurut Logemann dan Harold J. Laski
menyatakan bahwa sebuah negara merupakan organisasi kekuasaan yang memiliki
tujuan untuk mengatur masyarakat yang ada di dalamnya menggunakan kekuasaan
tersebut. Dari sini dapat dipahami seorang penguasa untuk merealisasikan tujuan
suatu negara membutuhkan legitimasi kekuasaan. Tanpa legitimasi kekuasaan
adalah suatu hal yang sulit membangun suatu negara. Legitimasi kekuasaan dapat
diartikan bentuk yang dibuat masyarakat dalam menerima dan percaya terhadap
pemerintahan, pemimpin, pejabat negara, dan kebijakan-kebijakan yang telah
dibuat. Begitu juga dengan sifat negara membutuhkan legitimasi kekuasaan. Sifat
yang dimiliki negara tidak terdapat pada organisasi lain. Terdapat tiga sifat negara
yakni: Memaksa (Pemaksaan ini bertujuan agar peraturan yang dibuat negara ditaati
dan tercipta ketertiban. Aturan yang dibuat negara lebih mengikat , Monopoli
(Dalam bernegara, tujuan negara dan peraturan ditetapkan oleh negara secara
monopoli) , dan Menyeluruh (Negara berhak dan wajib mengatur semua warganya
tanpa terkecuali). Dengan demikian legitimasi merupakan factor penting dalam
penentu sifat negara agar tujuan negara tercapai.
Pendirian negara pasti dengan suatu tujuan. Suatu tujuan dalam pendirian
negara:
1. Kebutuhan para anggotanya (warga negara) tercukupi. Sekurang-kurangnya
kebutuhan fisik, ekonomi, keamanan, pendidikan, dan segala sesuatu untuk
dapat hidup cukup, meskipun happiness tidak hanya berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan material. Happines yang dimaksudkan oleh Aristoteles
juga menunjuk pada realisasi prinsip-prinsip keadilan dalam tata hidup bersama.
2. Keadilan. Keadilan menurut Aristoteles sangat penting. Keadilan menunjuk
kepada "equality" yang memiliki karakteristik proporsional, bukan sekadar asal
sama. Proporsional artinya sesuai dengan porsinya masing-masing. Apabila
seseorang telah melakukan jasa lebih dari yang lain, dia memiliki porsi
pembagian lebih dan yang lain yang kurang berjasa. Itulah yang disebut dengan
keadilan. 
3. Kebahagiaan yang terkait langsung dengan Leisure time (waktu luang). Hal
ini menunjuk pada aktivitas yang menghasilkan sesuatu untuk pemenuhan
kebutuhan material. Aktivitas semacam ini nyata dalam apa yang disebut leisure
time (waktu luang). Konsep the good life yang merupakan tujuan hidup bersama
menyertakan pula realitas bahwa para anggota memiliki waktu luang. Leisure
bukan waktu menganggur, juga bukan sekadar waktu istirahat (tidak berbuat
apa-apa), melainkan saat di mana orang dapat membangun kedalaman
kemanusiaannya Waktu luang adalah saat belajar, berkomunikasi, berdiskusi,
berkontemplasi, mendulang kedalaman. Jadi, Leisure yang dimaksudkan
Aristoteles menunjuk pada aktivitas aktivitas yang memang sangat membangun
peradaban budaya, filsafat, dan humanisme. 
4. Kebahagiaan atau eudaimonia harus pula tampak dalam aktivitas yang
merealisasi keutamaan (virtues). Aristoteles memandang bahwa kesempurnaan
manusia terpenuhi dalam sistem/tata hidup bersama. Apa yang dimaksud dengan
kesempurnaan manusia? Aristoteles tidak sedang menjelaskan kesempurnaan
hidup rohani atau hidup spiritual melainkan sosialitas hidup manusia. Natura
manusia yang adalah makhluk politik mau tidak mau meminta manusia untuk
memperdalam dan mengembangkan kapasitas-kapasitasnya. Yang dimaksud
dengan kapasitas, di sini, ialah segala kemampuan manusia untuk menampilkan
keutamaan keutamaan manusiawinya. Di sinilah kesempurnaan manusia
terealisasi, yaitu dalam aktivitas mendulang sekaligus menjabarkan dalam hidup
sehari-hari keutamaan-keutamaan hidupnya.

3. Jelaskan hubungan terbentuknya suatu negara dengan pengakuan dari negara
-negara yang sudah ada. 
Jawab :
Sebelumnya dijelaskan bahwa sebuah Negara terbentuk karena adanya 2
syarat dan syarat-syarat tersebut digolongkan menajdi dua yakni unsur deklaratif
dan konsultitutif. Kedua unsur tersebut merupakan sayart minimal untuk
terbentuknya sebuah negara. Unsur deklaratif adalah unsur yang tidak mutlak ada
ketika suatu negara berdiri tetapi, unsur ini boleh dipenuhi setelah suatu negara
brdiri. Unsur deklaratif merupakan pengakuan dari negara lain. Unsur Konstitutif
adalah Unsur yang mutlak harus ada saat suatu negara didirikan. Unsur ini meliputi
rakyat, wilayah dan pemerintah
a. Wilayah
Unsur wilayah secara historis merupakan unsur yang primer dan utama adanya
suatu negara (Wahjono, 1999: 209). Hal yang dimaksud wilayah disini adalah
wilayah tertentu (a defined territory). Wilayah tertentu adalah batas wilayah
dimana kekuasaan negara itu berlaku. Unsur wilayah haruslah dipersyaratkan,
antara lain tidak ada kekuasaan lain dari kekuasaan negara yang bersangkutan
atau dengan perkataan lain kekuasaan tersebut harus secara efektif diakui di
seluruh wilayah negara yang bersangkutan. Adapun wilayah suatu negara itu
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: (a) Wilayah darat; (b) Wilayah laut; (c)
Wilayah udara.
b. Rakyat
Hal yang dimaksud dengan rakyat adalah sekumpulan manusia dari kedua jenis
kelamin yang hidup bersama sehingga merupakan masyarakat, meskipun
mereka ini mungkin berasal dari keturunan, kepercayaan, dan kulit yang
berlainan (Huda, 2010: 18). Pendek kata rakyat diartikan sebagai kumpulan
orang yang hidup di suatu tempat. Istilah lain yang kerap muncul adalah
rumpun (ras), bangsa (natie), dan suku yang erat pengertiannya rakyat. Rumpun
(ras) adalah kumpulan orang yang mempunyai ciri-ciri jasmaniah yang sama
(warna kulit, rambut, bentuk muka, dan lain-lain). Suku adalah orang yang
berkesamaan dalam kebudayaan. Sementara itu, bangsa (natie) adalah rakyat
yang sudah berkesadaran membentuk negara (Busroh: 2001: 77). Apabila
dilihat secara orang per orang maka disebut sebagai warga negara.
c. Pemerintah yang berdaulat
badan negara dalam menyelenggarakan segala kepentingan rakyatnya dan
merupakan alat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemerintah yang
berdaulat berarti:
1) ke dalam, pemerintah tersebut ditaati oleh rakyatnya, dapat melaksanakan
recthsorde (ketertiban hukum) dalam negara sehingga kesejahteraan rakyat
terjamin.
2) Ke luar, pemerintah negara tersebut mampu mempertahankan
kemerdekaannya terhadap serangan dari pihak lain.
d. Pengakuan Dari Negara Lain
Pengakuan dari negara lain bukan merupakan syarat mutlak bagi adanya
suatu negara karena unsur ini bukan merupakan unsur pembentuk bagi badan
negara, melainkan hanya bersifat menerangkan saja tentang adanya negara.
Jadi, hanya deklaratif, bukan konstitutif. Pengakuan dari negara lain dapat
dibedakan dalam 2 macam yakni, pengakuan de facto, pengakuan de jure, dan
pengakuan atas pemerintahan de facto.
Tanpa pengakuan dari negara lain suatu negara tetap dapat berdiri.
Meskipun, bukan merupakan unsur pembentuk, namun diperlukan sebagai
pernyataan dalam tata hubungan internasional. Alasannya karena dalam tata
hubungan internasional diperlukan kemampuan melakukan hubungan dengan
negara.
Negara dalam konsep Montevideo Convention adalah negara sebagai
subjek hukum internasional. Untuk menjadi subjek hukum internasional,
pemerintah negara yang bersangkutan harus mempunyai kemampuan
melakukan hubungan internasional dengan negara lain. Negara yang belum
merdeka, seperti Negara dominion, negara mandat, atau negara di bawah
perwalian termasuk pengertian negara sebagai subjek hukum internasional.
Walaupun masih terbatas, negara-negara tersebut memiliki kemampuan dan
dapat melakukan hubungan dengan negara lain (Manan, 2009: 2). Dengan
kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain maka eksistensi
suatu negara akan diakui.
Lebih lanjut Unsur deklaratif merupakan pengakuan dari negara lain. Hal
ini memperkuat terbentuknya sebuah negara. pengakuan dari negara lain ada 3
macam, di antaranya
1) Pengakuan de facto (sementara)
Hal yang dimaksud dengan pengakuan de facto adalah pengakuan yang
bersifat sementara terhadap munculnya atau terbentuknya suatu negara
baru. Diberikannya pengakuan de facto yang bersifat sementara karena
masih dalam penelitian apakah prosedurnya melalui hukum atau tidak.
Pengakuan de facto ini dapat meningkat menjadi pengakuan de jure
apabila prosedur munculnya negara baru itu melalui prosedur hukum
yang sebenarnya.
2) Pengakuan de jure
Hal yang dimaksud dengan pengakuan de jure adalah pengakuan
seluas-luasnya dan bersifat tetap terhadap muncul dan timbulnya suatu
negara baru. Pemberian pengakuan de jure ini haruslah berdasarkan
hokum
3) Pengakuan atas Pemerintahan de facto
Hal yang dimaksud dengan pengakuan terhadap pemerintahan de facto
adalah suatu pengakuan hanya terhadap pemerintahan dari suatu negara.
Jadi, yang diakui adalah pemerintahannya saja. sedangkan wilayahnya
tidak diakui.

Anda mungkin juga menyukai